Anda di halaman 1dari 99

HALAMAN JUDUL

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER POSTER JALANAN


BERJUDUL "WHEATPASTE SEBAGAI WADAH KERESAHAN DI
JALAN“

Tugas akhir
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : MUGI ANGGARI


NPM : 201846500256

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TUGAS AKHIR

Nama : Mugi Anggari


NPM : 201846500256
Fakultas : Bahasa dan Seni
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Judul Tugas Akhir : Perancangan Film Dokumenter Poster Jalanan Berjudul
“Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di Jalan”

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Ndaru Ranuhandoko, S.Sn., M.Ds. Puri Kurniasih, M.Hum.


NIDN : 0304066906 NIDN : 0326098703

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mugi Anggari

NPM : 201846500256

Fakultas : Bahasa dan Seni

Program Studi : Desain Komunikasi Sosial


: Perancangan Film Dokumenter Poster Jalanan Berjudul
Judul Tugas Akhir.
“Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di Jalan”

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. Sumaryoto ……………….

Sekretaris : Dr. Supeno, M.Hum. ……………….

Anggota :

No. Nama Tanda Tangan


1.
Ndaru Ranuhandoko, S.Sn., M.Ds.

2.
Puri Kurniasih, M.Hum.

3.

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mugi Anggari


NPM : 201846500256
Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Perancangan Film
Dokumenter Perancangan Film Dokumenter Poster Jalanan Berjudul “Wheatpaste
Sebagai Wadah Keresahan di Jalan” beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab V Pasal 25 ayat 2.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.

Yang menyatakan,

Mugi Anggari

iv
ABSTRAK

A. Mugi Anggari, NPM: 201846500256

B. Perancangan Film Dokumenter Poster Jalanan Berjudul “Wheatpaste


Sebagai Wadah Keresahan di Jalan”. Tugas Akhir; Jakarta; Fakultas
Bahasa dan Seni; Program Studi Desain Komunikasi Visual; Universitas
Indraprasta Persatuan Guru Republik Indonesia, Juli, 2023

C. xiii + 3 Bab + 73 halaman

D. Kata Kunci: Seni, Seni Jalanan, Poster, Wheatpaste, Film Dokumenter

E. Wheatpaste sebagai wadah keresahan di jalan menjadi fokus dari objek


penelitian ini. Setiap seniman selalu menunjukan kebenaran yang
menyentuh dari apa yang dilihatnya tentang kondisi keadaan sosial dan
lingkungannya, lalu dituangkan ke dalam karya seni sehingga mempunyai
efek yang menyentuh dengan harapan penikmatnya bisa merasakan efek
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat film dokumenter poster
jalanan berjudul “Wheatpaste sebagai Wadah Keresahan di Jalan”. Media
film dokumenter dipilih dengan alasan agar dapat mengerti dan lebih
paham tentang bentuk visual, makna yang terkandung juga kegunaan dari
poster jalanan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan mendeskripsikan data yang peneliti peroleh sebagai hasil suatu
penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah film dokumenter dengan
judul “Wheatpaste sebagai Wadah Keresahan di Jalan” dengan ukuran 16 :
9 berdurasi ± 8 menit. Media ini dipilih karena dalam sebuah film
dokumenter informasi yang disajikan secara audio visual mampu
memberikan informasi yang jelas secara nyata. Berdasarkan dengan hasil
penelitian, didapatkan bahwa Poster yang ditempel di ruang publik disebut
oleh kalangan penggiat street art sebagai Wheatpaste. Wheatpaste
digunakan oleh street artist untuk menyampaikan pesan, keresahan atau
isu-isu yang mereka ingin kemukakan. Pada umumnya poster ditempel di
tempat-tempat strategis agar semua orang dapat melihat dan membacanya.

F. Daftar Pustaka: 5 Buku (tahun 2005-2017)


11 artikel dalam jurnal (tahun 2002-2023)
4 laporan akademik
5 sumber lain

G. Pembimbing: Ndaru Ranuhandoko, S.Sn., M.Ds.


(Pembimbing Materi)
Puri Kurniasih, M.Hum.
(Pembimbing Teknik)

v
MOTO

Aku ada dan tidak dilipat ganda!

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi
nikmat dan hidayahNya dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Film
Dokumenter Poster Jalanan Berjudul “Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di
Jalan” bertujuan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Universitas Indraprasta
PGRI. Pada kesempatan ini juga izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penulisan Tugas
Akhir ini, terutama kepada:
1. Ndaru Ranuhandoko, S.Sn., M.Ds. selaku Dosen Pembimbing Materi.
2. Puri Kurniasih, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Teknik.
3. Prof. Dr. H. Sumaryoto S.E., MM. selaku Rektor Universitas Indraprasta
PGRI.
4. Dr. Supeno, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Indraprasta PGRI.
5. Santi Sidhartani, S.T., M.Ds. selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi
Visual Unversitas Indraprasta PGRI.
6. Febrianto Saptodewo, S.Sn., M.Ds. selaku Sekretaris Program Studi Desain
Komunikasi Visual Unversitas Indraprasta PGRI.
7. Riana Hoseani S.Sn.,M.Ds. selaku Dosen Pembimbing akademik.
8. Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a dan dukungannya.
9. Deka Witara dan Kuninghitam yang telah memberikan banyak informasi.
10. Akbar Cuya yang telah membantu melancarkan pembuatan media.
11. Teman-teman yang telah memberikan bantuanya dalam bentuk apapun.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan baik bentuk,
isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

vii
Jakarta, 2023

Mugi Anggari

viii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TUGAS AKHIR ............................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
MOTO ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

BAB II PERANCANGAN ............................................................................. 14


A. Objek Penelitian ................................................................................... 14
B. Konsep Dasar Perancangan .................................................................. 46
C. Perancangan Media .............................................................................. 55
D. Hasil Perancangan ................................................................................ 61

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 72


A. Simpulan .............................................................................................. 72
B. Saran..................................................................................................... 73

ix
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NARASUMBER
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Storyboard…………………………………………………………. 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Poster Karya Jules Cheret, 1893 .................................................. 15
Gambar 2.2 Poster Karya Toulouse Lautrec, 1891 .......................................... 16
Gambar 2.3 Contoh Poster Komersial ............................................................. 18
Gambar 2.4 Contoh Poster Non Komersial...................................................... 18
Gambar 2.5 Contoh Poster Teks ...................................................................... 19
Gambar 2.6 Contoh Poster Bergambar ............................................................ 20
Gambar 2.7 Contoh Poster Iklan Layanan Masyarakat ................................... 20
Gambar 2.8 Contoh Poster Kampanye ............................................................. 21
Gambar 2.9 Contoh Poster Cheesecake ........................................................... 22
Gambar 2.10 Contoh Poster Film..................................................................... 22
Gambar 2.11 Contoh Poster Propaganda ......................................................... 23
Gambar 2.12 Contoh Poster Wheatpaste ......................................................... 23
Gambar 2.13 Wheatpaste Cut Out Karya Dr. Cream ....................................... 25
Gambar 2.14 Stencil Art Karya AWE ............................................................... 26
Gambar 2.15 Wheatpaste Karya Drwss ........................................................... 28
Gambar 2.16 Wheatpaste Karya Pasted Wasted .............................................. 29
Gambar 2.17 Contoh Lukisan Persagi Karya Agus Djaja Berjudul Dancer 2 . 31
Gambar 2.18 Poster di Masa Kemerdekaan ..................................................... 32
Gambar 2.19 Pembuatan Poster Stensil di Masa Kemerdekaan ...................... 33
Gambar 2.20 Poster Stensil di Masa Kemerdekaan ......................................... 34
Gambar 2.21 Poster Boeng, Ajo Boeng Karya Affandi ................................... 35
Gambar 2.22 Poster Tanah Adalah Hidup Kami Karya Taring Padi ............... 36
Gambar 2.23 Wheatpaste Agama Kita Agama Damai Karya Anti-Tank ......... 37
Gambar 2.24 Boombing Wheatpaste Karya Anti-Tank .................................... 38
Gambar 2.25 Slap Tagging di Glass Road Stud di Cipinang, Jakarta Timur... 39
Gambar 2.26 Wheatpaste Cut Out Karya Knghtm........................................... 41
Gambar 2.27 Wheatpaste Poster Karya Knghtm ............................................. 42
Gambar 2.28 Wheatpaste Repetisi Karya Sepeda Tanah Mati ........................ 43

xii
Gambar 2.29 Acara Wheatpaste Boombing oleh Ruang Otopsi ...................... 44
Gambar 2.30 Wheatpaste Karya Knghtm ........................................................ 45
Gambar 2.31 Mindmapping ............................................................................. 53
Gambar 2.32 Moodboard ................................................................................. 54
Gambar 2.33 Proses Editing............................................................................. 61
Gambar 2.34 Bagian Awal Film Dokumenter Poster Jalanan ......................... 62
Gambar 2.35 Bagian Isi Film Dokumenter Poster Jalanan .............................. 63
Gambar 2.36 Bagian Penutup Film Dokumenter Poster Jalanan ..................... 63
Gambar 2.37 Media YouTube .......................................................................... 64
Gambar 2.38 Media Poster Film ...................................................................... 65
Gambar 2.39 Media X-Banner ......................................................................... 66
Gambar 2.40 Media Stiker ............................................................................... 67
Gambar 2.41 Media Totebag............................................................................ 68
Gambar 2.42 Media Tumbler ........................................................................... 68
Gambar 2.43 Media Zine.................................................................................. 69
Gambar 2.44 Penempatan Media atau Display ................................................ 71

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Perancangan Media


Lampiran 2 Hasil Wawancara

xiv
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Poster merupakan wadah publikasi yang di dalamnya terdapat tulisan,

gambar (foto atau ilustrasi) yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi

kepada khalayak umum. Poster termasuk ke dalam salah satu karya seni atau

karya desain grafis yang memuat komposisi gambar serta huruf di atas kertas

berukuran sedang atau besar. Dalam pembagian bidang kertas dan fungsinya,

kertas dengan ukuran A0 dan A1 fungsinya untuk Technical Drawings dan

Poster. Namun seiring berkembangnya zaman ukuran kertas untuk poster kini

lebih kecil dibanding sebelumnya, menjadi ukuran A2 dan A3. Menurut Ulfah

(2011: 34) Standarisasi ukuran kertas sejak awal sudah merupakan kesuksesan,

sehingga kemudian standarisasi ukuran cetakan mengikuti standar tersebut,

misalnya A4 untuk surat, A6 untuk kartu pos, A0-A3 untuk poster. Poster

memiliki banyak jenis, sesuai dengan kebutuhan, ciri-ciri dan tujuannya

masing-masing. Penggunaan poster dibagi dua, poster komersial dan poster non

komersial. Poster komersial memiliki tugas mengkampanyekan suatu barang

atau jasa seperti produk dagang yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan,

guna meningkatkan volume penjualan dan pemasaran produk. Sedangkan

poster non komersial atau sosial memiliki tujuan untuk kepentingan

masyarakat, bisa menjadi wadah penyampaian pesan dan tidak ada

hubungannya dengan bisnis. Dalam penerapan poster jalanan ada yang secara

legal dan ilegal bahkan sembarangan. Penerapan poster secara legal dapat

1
2

bertahan lama di jalanan karena membayar area khusus untuk menempatkan

poster tersebut, seperti poster niaga dan kegiatan besar yang terdapat di papan

reklame atau billboard guna menarik perhatian khalayak yang lebih luas.

Penerapan poster secara legal lainnya bisa dilihat di sekolah atau di kampus

yang terdapat di mading (majalah dinding), beberapa poster yang ada di mading

biasanya poster kegiatan, poster iklan, poster acara, poster infografik, poster fun

art bahkan poster propaganda. Sedangkan penerapan poster ilegal atau

sembarangan tidak dapat bertahan lama di jalanan atau di manapun, sebab bisa

ditiban sembarangan oleh orang lain, atau disobek oleh petugas keamanan

karena penerapan tersebut merupakan tindakan vandalisme dan merusak tata

ruang kota. Biasanya yang menjadi sasaran penerapan poster ilegal adalah

tempat-tempat yang sering dikunjungi dan dilihat orang-orang, seperti halte bis

kota, tembok trotoar, papan reklame dan lain-lain. Dalam tindakan ilegal inilah

poster jalanan atau biasa disebut oleh lingkup street art sebagai Wheatpaste

hadir menunjukan eksistensinya (Muflihun, 2017: 6). Wheatpaste merupakan

media propaganda yang spesifik. Dalam konteks aksi-aksi yang dilakukan, dari

mahasiswa, pelajar sampai seniman, tertutama para seniman jalanan, poster

menjadi media yang paling efektif, murah dan mudah diperbanyak bagi mereka

yang ingin menyuarakan pendapat, keluh kesah, protes dan propaganda

terhadap keadaan yang tidak baik-baik saja. Juga dalam konteks fun art,

Wheatpaste menjadi media yang mudah disebarluaskan demi kekayaan

eksistensi karya-karya fun art. Karya-karya poster yang diciptakan biasanya

ditempel di ruang publik seperti pinggir jalan, tembok sampai papan reklame.
3

Menurut Barry (2008), dalam tindakan ilegal bukan hanya wheatpaste yang

menunjukan eksistensinya namun juga poster-poster politik saat menjelang

pemilu, di beberapa ruang kosong banyak ditemukan tempelan-tempelan poster

maupun stiker yang terkadang berisikan tulisan yang memojokan lembaga atau

organisasi politik. Biasanya tempelan-tempelan seperti itu tidak tercantum siapa

yang membuat.

Wheatpaste adalah sebuah bentuk seni jalanan yang penyampaiannya

melalui media poster (Wheatpaste Poster, 2014). Wheatpaste digunakan oleh

seniman jalanan untuk menyampaikan pesan atau isu-isu yang mereka ingin

kemukakan. Pada umumnya poster ditempelkan di tempat-tempat yang strategis

agar semua orang dapat melihat dan membacanya. Peneliti memilih dan

menganggap objek penelitian ini cukup penting untuk dibahas, karena ada

komunikasi dalam bentuk setiap karya seni termasuk wheatpaste, komunikasi

antara seniman dan masyarakat yang jarang diketahui dan dipahami oleh

masyarakat itu sendiri. Setiap seniman selalu menunjukan kebenaran yang

menyentuh dari apa yang dilihatnya tentang kondisi keadaan sosial dan

lingkungannya, lalu kebenaran tersebut dituangkan ke dalam karya seni

sehingga karya seni tersebut mempunya efek yang menyentuh dan dengan

harapan penikmatnya bisa merasakan efek tersebut. Menurut Sugiharto (2013:

18) bahwa pada hakiatnya seni adalah tampilnya kebenaran secara berefek

(menyentuh). Di sini ‘kebenaran’ bukanlah kebenaran ilmiah (kebenaran

tentang pola-pola teratur kerja alam), bukan kebenaran religious (kebenaran

sesuai wahyu dan hukum Tuhan), bukan pula kebenaran moral (keberanan
4

normatif ideal) melainkan ‘Kebenaran Eksistensial’ (the truth of being), yaitu

kebenaran kenyataan hidup yang kita alami seperti adanya, kenyataan yang

hampir tak pernah bersifat hitam putih, kenyataan yang pelik dan campur aduk.

Kebenaran Eksistensial dalam suatu karya seni terutama wheatpaste penting

untuk diketahui masyarakat agar masyarakat dapat merasakan efek dari apa

yang disampaikan seniman melalui wheatpaste atau poster jalanan.

Nama wheatpaste poster sendiri muncul di Amerika Serikat, karena

wheatpaste merupakan lem yang sering digunakan dalam menempelkan poster.

Wheatpaste adalah lem yang dibuat dari tepung atau tepung kanji dan air. Lem

ini telah digunakan sejak zaman dahulu untuk berbagai kegunaan sebelum

cairan perekat konvensional yang kita kenal saat ini muncul (Wheatpaste

Poster, 2014). Di masa perjuangan kemerdekaan tahun 1945, penempelan

poster-poster maupun gambar mural pada tembok luar ruang dilakukan dengan

tujuan untuk menyampaikan propaganda perjuangan agar dapat dipahami dan

diterima masyarakat luas (Barry, 2008: 33).

Dalam perkembangan zamannya, sampai sekarang Wheatpaste tetap

eksis di jalanan. Walaupun sudah banyak bermunculan alternatif seni jalanan

lainnya seperti stiker. Dalam dunia seni jalanan, penggunaan stiker disebut slap

tagging. Cara penyampaian pesan atau tandanya dilakukan dengan mencetak

desain di atas stiker, yang kemudian ditempelkan di berbagai tempat. Pola kerja

peletakan atau pemenpelan stiker hampir sama dengan grafiti; di mana saja yang

diinginkan dan tanpa ijin (Barry, 2008: 39-40). Secara pengerjaan stiker atau

slap tagging lebih praktis dibanding wheatpaste yang memerlukan lem terlebih
5

dahulu untuk menerapkannya, namun secara biaya stiker lebih mahal dibanding

wheatpaste. Maka dari itu stiker atau slap tagging cenderung berukuran kecil

dari 5 sampai 10 cm karena biayanya yang cukup mahal, berbeda dengan

wheatpaste yang biaya pembuatannya lebih murah membuat ukurannya bisa

lebih besar dari ukuran A3 sampai A0 juga bisa lebih banyak pembuatannya,

ini sebabnya kenapa wheatpaste tetap eksis sampai sekarang dan masih menjadi

wadah keresahan bagi seniman-seniman jalanan.

Peneliti mendapat kelebihan dalam objek penelitian ini, kelebihannya

ialah bahwa objek penelitian ini salah satu yang digemari oleh peneliti. Bahwa

poster jalanan atau wheatpaste merupakan bentuk karya seni yang mudah dibuat

oleh siapapun dan kapanpun serta tidak memandang seniman atau bukan.

Sementara kekurangan yang mesti terpenuhi ialah literatur mengenai poster,

seperti buku tentang poster. Kekurangan ini menjadi masalah bagi peneliti

karena dengan tidak adanya buku tentang poster jalanan atau wheatpaste

peneliti menjadi kesulitan untuk menuntaskan objek penelitian ini dengan baik.

Sedangkan masalah yang dihadapi terhadap objek penelitian di tengah kondisi

masyarakat sekarang ini ialah seni jalanan itu sendiri khususnya poster jalanan.

Seni jalanan bersinggungan langsung dengan masyarakat yang di mana

penempatannya berada di luar ruangan, hal ini menyebabkan pikiran

masyarakat terhadap seni jalanan menjadi negatif karena seni jalanan yang tidak

tahu aturan dan dianggap penempatannya yang ilegal. Menurut Barry (2008:

23-24) Sejumlah fasilitas infrastruktur yang telah dibangun di beberapa tempat

seperti, jalan, jembatan layang, pusat perbelanjaan telah menyediakan lahan


6

berupa tembok gedung, jalan, tiang penyangga jalan layang yang merupakan

tempat-tempat karya seni jalanan dibuat dan diletakan. Selain pembangunan

fisik, ada banyak citra-citra visual (papan iklan, baliho besar, dan lain-lain) yang

tidak teratur, seperti terlihat berebut ruang dan telah menjadi pemandangan

umum di Yogyakarta. Hal ini turut mendorong kreativitas para pelaku seni

jalanan untuk turut memberi respon atas ketidakteraturan citra-citra visual

tersebut. Hal ini juga yang sebenarnya perlu di pahami oleh masyarakat

khususnya generasi muda bahwa ada sebabnya kenapa para pelaku seni jalanan

melakukan tindakan ilegal di jalanan seperti sesaknya kota atas bangunan-

bangunan yang berdiri seenaknya dan menggusur ruang-ruang yang semestinya

ada seperti sawah, pepohonan dan perkampungan. Sedangkan dengan realitas

dan idealnya seni jalanan di tengah masyarakat walaupun dicemooh atau

dianggap mengganggu keindahan terkadang juga di pakai oleh sebagian

masyarakat untuk menyampaikan aspirasi maupun protes. Sebagai contoh,

peristiwa unjuk rasa yang terjadi di berbagai kota besar, dijawab oleh sebagian

masyarakat khususnya yang tergabung dalam unjuk rasa seperti buruh, petani,

pelajar, mahasiswa dan kaum miskin kota dengan membuat grafiti tulisan dan

poster perlawanan yang terpajang di setiap dinding dekat lokasi unjuk rasa. Ada

beberapa objek penelitian skripsi, jurnal dan film dokumenter yang telah

membahas poster jalanan atau wheatpaste seperti Skripsi Kajian Semiotis

Poster Anti-Tank Karya Andrew Lumban Gaol oleh Imam Muflihun, Skripsi

Poster dan Protes (Analisis Semiotika Terhadap Poster Anti-Tank di

Yogyakarta) oleh Muhammad Ibnu Fitrah, Jurnal Desain Kajian Estetika Poster
7

Tadanori Yokoo – 1965 oleh Yayah Rukiah, dan Film Dokumenter berjudul

The Man Comes Around oleh Adih Saputra P. Beberapa karya tersebut menjadi

acuan bagi peneliti untuk membuat objek penelitian yang berbeda dari

sebelumnya termasuk gagasan dan pesan yang ingin disampaikan. Terlepas dari

kelebihan dan kekurangan ataupun masalah terhadap objek penelitian ini,

peneliti mengharapkan pesan yang dapat diambil. Pesan tersebut merupakan

Kebenaran Eksistensial dari poster jalanan atau wheatpaste tersebut agar

masyarakat dapat merasakan efek dari apa yang disampaikan seniman melalui

wheatpaste atau poster jalanan serta dapat memahami satu sama lain antara

seniman dan masyarakat khususnya generasi muda. Menurut Sugiharto (2013:

38) sebetulnya seni dapat berperan dan bermafaat apa saja bagi manusia, sesuai

yang kita kehendaki. Sehubungan dengan medan perasaan kita misalnya,

dengan kemampuannya membagi serta menularkan pengalaman dan perasaan,

seni dapat meng-amplifikasi kepekaan empatik dan menyuburkan belarasa

(compassion). Dan mengenai target sasaran objek penelitian ini ialah generasi

muda yang masuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan.

Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan bahwa

periode masa pemuda berlangsung dari usia 16 sampai memasuki usia 30 tahun.

Hubungan generasi muda dengan seni jalanan khususnya poster jalanan ialah

menurut Barry (2008: 21) seni jalanan kerap diidentikan sebagai bentuk

perlawanan generasi muda terhadap pemerintah, meski tidak semua tema yang

diangkat oleh para pelaku seni jalanan mengandung unsur politis. Anehnya,

meski suara-suara sumbang tentang seni jalanan bermunculan di tengah-tengah


8

masyarakat, tetapi seni jalanan ini malah digemari oleh para generasi muda,

yang kemudian membuat penyebaran semakin cepat dan tak terhindarkan.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perancangan film

dokumenter poster jalanan berjudul “wheatpaste sebagai wadah keresahan di

jalan” menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Sugiono, penelitian

kualitatif adalah penelitian di mana peneliti ditempatkan sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis

data bersifat induktif (Sugiono, 2010: 9). Menurut Poerwandari (2005)

penelitian kualitatif menghasilkan dan mengelah data yang sifatnya deskriptif,

seperti transkripsi wawancara dan observasi. Kirk dan Miler (dalam Moleong)

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai cara untuk melakukan pengamatan

langsung pada individu dan berhubungan dengan orang-orang tersebut untuk

mendapatkan data yang digalinya (Moleong, 2002 : 3).

Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena penelitian ini

ingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi alamiah, bukan

dalam kondisi terkendali atau eksperimen. Di samping itu peneliti perlu untuk

terjun langsung ke lapangan bersama objek penelitian sehingga jenis penelitian

kualitatif deskriptif kiranya lebih tepat untuk digunakan.

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini

yaitu gambaran deskriptif mengenai poster jalanan berjudul “wheatpaste

sebagai wadah keresahan di jalan” maka peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif dengan mendeskripsikan data yang peneliti peroleh sebagai hasil suatu

penelitian. Dengan menggunakan metode ini, maka peneliti akan mendapatkan


9

data secara utuh dan dapat dideskripsikan dengan jelas sehingga hasil penelitian

ini benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan terkait

dengan poster jalanan berjudul “wheatpaste sebagai wadah keresahan di jalan”

adalah pertama melalui studi literatur yang merupakan teknik pengumpulan

data melalui buku, jurnal, skripsi dan artikel online dengan tujuan mendapatkan

segala informasi dan data mengenai poster jalanan berjudul “wheatpaste

sebagai wadah keresahan di jalan” serta literatur mengenai seni jalanan.

Referensi utama yang digunakan oleh peneliti dari studi literatur adalah buku

mengenai seni jalanan dengan judul Jalan Seni Jalanan Yogyakarta yang ditulis

oleh Syamsul Barry terbit pada tahun 2008. Lalu buku mengenai fungsi seni

dengan judul Untuk Apa Seni? Yang ditulis oleh Bambang Sugiharto terbit pada

tahun 2013. Kedua melalui observasi, observasi diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat dan mempertimbakan hubungan antar aspek

dalam fenomena yang sedang diamati untuk mendapatkan data tentang suatu

masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya

(Mulyana, 2001: 180). Data yang ingin peneliti dapatkan dengan menggunakan

metode ini adalah deskripsi umum tentang subjek. Untuk selanjutnya

difokuskan pada dinamika resiliensi dan penyesuaian yang menjadi objek

penelitian. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 28 Desember 2021

sampai 30 Desember 2021 ke berbagai lokasi di jalanan kota Jabodetabek lebih

khususnya ke tempat-tempat yang ramai akan seni jalanan juga poster jalanan,
10

seperti perempatan, jembatan layang dan juga dinding-dinding kota. Peneliti

mengamati dan mendokumentasikan poster-poster yang tersebar di pinggir

jalan selama observasi berlangsung. Dalam menggali data dalam penelitian ini,

selain menggunakan metode wawancara dan observasi, peneliti juga

menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai

hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, website,

majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya yang ada hubungannya

dengan topik pembahasan yang diteliti (Arikunto, 1993: 202). Metode ini

digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan

observasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah berupa

catatan dan alat perekam serta dokumentasi berupa foto atau gambar.

Narasumber yang peneliti pilih adalah seorang yang berkreatif dalam bidang

poster jalanan. Poster-posternya cenderung membawakan isu-isu sosial

propaganda yang menjadi keresahannya. Narasumber yang peneliti pilih adalah

Deka Witara (Pasted Wasted) dan Kuninghitam. Pasted Wasted dan

Kuninghitam merupakan nama samaran atau nama untuk karya-karya mereka,

Kuninghitam tidak menunjukan identitas pribadinya atau anonim. Kapasitas

dan kompetensi yang dimiliki Deka Witara (Pasted Wasted) dan Kuninghitam

adalah daya kreatifitas yang tidak pernah berhenti. Dalam penelitian ini

wawancara yang dilakukan adalah untuk melengkapi data yang tidak diperoleh

dengan teknik observasi atau teknik lainnya. Disamping itu juga untuk

mengungkap hal-hal yang sesuai dengan objek ini yaitu mengenai poster jalanan

“wheatpaste sebagai wadah keresahan di jalan”. Untuk memperoleh data yang


11

tepat dan akurat, maka terlebih dahulu dibuat pedoman wawancara atau guide

interview. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan wawancara dapat terarah

pada pokok permasalahan yang telah dirumuskan. Wawancara mendalam

serupa dengan percakapan informal. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk-

bentuk tertentu informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dan

urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Wawancara mendalam

bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat

dirubah pada saat wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya (Qudsiah,

2012: 60). Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 1 Januari 2022

bertempat di kediaman Kuninghitam yang berada di daerah Jakarta Timur dan

15 Juni 2023 bertempat di Coffee Shop untuk wawancara Deka Witara (Pasted

Wasted). Dari kedua narasumber tersebut peneliti memperoleh pandangan

perihal seni jalanan dan poster jalanan.

Solusi untuk mengatasi permasalahan objek penelitian, yaitu dengan

merancang media film dokumenter poster jalanan berjudul “wheatpaste sebagai

wadah keresahan di jalan”. Media film dokumenter dipilih dengan alasan karena

dianggap dapat mewakili cerita realita yang ada karena berdasarkan fakta-fakta

yang ada dilapangan dan juga film dokumenter cocok sebagai wadah dari

penelitian ini serta untuk tontonan anak muda agar lebih mudah mendapatkan

informasi tentang poster jalanan dan bentuk-bentuk poster jalanan yang

dimasukan ke dalam film dokumenter akan diperkenalkan kepada penonton agar

dapat mengerti dan lebih paham tentang bentuk visual, makna yang terkandung

dan juga kegunaan dari poster jalanan tersebut. Menurut Ayawaila (2008: 11)
12

dalam bukunya menjelaskan, film dokumenter adalah film yang

mendokumentasikan atau mempresntasikan kenyataan. Artinya apa yang

direkam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya dapat

dimasukan pemikiran-pemikiran manusia. Perancangan film dokumenter ini

bertujuan agar informasi yang ada pada poster jalanan dapat disampaikan dengan

efektif kepada penonton. Menurut Rikarno (2015) Film Dokumenter adalah

program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang

memiliki nilai esensial dan eksistensial yang memiliki relevansi kehidupan,

menuturkan fakta dan realita tanpa rekayasa. Dalam pembuatan film dokumenter

ini peneliti membuat perancangan seperti perancangan film dokumenter yang

dimulai dari menganlisis ide untuk mendapatkan tema awal, analisis khalayak

atau target sasaran dari perancangan film, konsep media yang akan digunakan,

naskah film atau alur cerita, pembuatan storyboard dan storyline serta

menyiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan ketika produksi akan segera

dimulai. Storyboard dan storyline digunakan untuk merancang adegan cerita

dalam pembuatan film dokumenter, agar cerita yang dibuat bisa tersusun rapi,

pesan atau tujuan film dapat tersampaikan dan bisa di mengerti oleh penonton

khususnya target sasaran. Teknik pengambilan gambar juga dirancang guna

menjadi penentu keberhasilan dari perancangan yang telah dibuat, seperti; eye

level, Straight on angle, Low angle, Bird eye view.

Menurut Kusrianto menjelaskan bahwa Desain Komunikasi Visual

merupakan sarana yang dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan kepada

khalayak umum dengan berbagai macam media. Media yang digunakan bisa apa
13

saja, tergantung keinginan dan penempatan desain tersebut, yang paling penting

adalah desain yang sudah dirancang tersebut mudah dipahami dalam arti luas

(Elisabeth, dkk., 2018)

Desain Komunikasi Visual merupakan disiplin ilmu yang tujuannya untuk

memahami konsep komunikasi dan ekspresi kreatif mealui berbagai media untuk

menyampaikan suatu pesan dan gagasan atau ide secara visual dengan mengolah

elemen-elemen grafis yang berupa bentuk, huruf, tata letak atau layout, dan

warna. Tentu saja, sebagai seorang desainer, dalam hal membuat atau mengatur

elemen visual seperti foto, teks, dan ilustrasi pada permukaan untuk tujuan

menciptakan dan mengkomunikasikan sebagai sebuah pesan atau informasi

(Harsanto, 2019). Dalam membuat sebuah perancangan diperlukan tahapan-

tahapan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seperti; mindmapping,

moodboard, ilustrasi, huruf, musik dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana

merancang Film Dokumeter Poster jalanan berjudul “Wheatpaste Sebagai

Wadah Keresahan di Jalan”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk merancang Film Dokumenter Poster Jalanan

berjudul “Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di Jalan” agar informasi yang

ada pada poster jalanan dapat disampaikan dengan efektif kepada penonton.
BAB II P ERANCANGAN

PERANCANGAN

A. Objek Penelitian

1. Poster

Seni rupa jika dilihat dari segi fungsinya di bedakan antara seni rupa

murni dan seni rupa terapan, proses penciptaan seni rupa murni lebih

menitik beratkan pada ekspresi jiwa semata misalnya lukisan. Sedangkan

seni rupa terapan proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu

misalnya seni kriya. Jika ditinjau dari segi wujud dan bentuknya, seni rupa

terbagi dua yaitu seni rupa dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan

lebar saja dan seni rupa tiga dimensi yang memiliki panjang lebar serta

ruang (Rukiah, 2016: 199).

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah

fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art

menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian

menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.

Salah satu dari seni rupa dua dimensi adalah poster.

Awal mula poster karena adanya perkembangan teknik cetak warna

litografi yang sudah berkembang sejak abad 18. Seniman cetak grafis Jules

Cheret dengan litografi multiwarnanya membangkitkan semangat seniman

sesamannya untuk menjelajahi kreatifitas baru dalam seni poster. Pamflet

dan poster sebelum banyak inovasi hanya berukuran kecil dan dipenuhi teks.

14
15

Cheret mengubah poster menjadi sangat pictorial, didominasi gambar dan

teks jadi sedikit porsinya (Pamungkas, 2012: 9).

Gambar 2.1
Poster Karya Jules Cheret, 1893
Sumber: www.dictio.id, 2020

Menurut Supriyanto (2003) awal abad ke-20, Toulouse Lautrec dan

rekan-rekan segenerasinya membanjiri kota-kota penting Eropa dengan

poster bercorak Art Nouveau. Sebagian besar seniman poster terkenal dari

abad 20 membuat karya poster yang indah. Belle Epoque seniman yang

hidup dan berkarya di Paris, 10 menciptakan berbagai varian Art Nouveau

yang memperkaya corak seni rupa modern Barat. Seni poster ini menyebar

ke seluruh Eropa, hingga ke Amerika Serikat dan hadir di baris depan

budaya masyarakat kota.


16

Gambar 2.2
Poster Karya Toulouse Lautrec, 1891
Sumber: www.metmuseum.org, 2023

Poster adalah gambar pada selembar kertas yang berukuran besar

yang digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster

merupakan alat untuk mengiklankan sesuatu, sebagai alat propaganda, dan

protes, serta maksud-maksud lain untuk menyampaikan berbagai pesan atau

informasi. Selain itu, poster juga dipergunakan secara perorangan sebagai

sarana dekorasi atau promosi yang efisien (Rukiah, 2016: 199).

Sudjana & Rivai (2007), mendefinisikan poster sebagai kombinasi

visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud

untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama

menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya.

Sudjana & Rivai (2007), kemudian menambahi bahwa pada

prinsipnya poster itu merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk


17

ilustrasi gambar yang disederhanakan yang dibuat dalam ukuran besar,

bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi atau

memperlihatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Poster

bertumpu pada luasnya kata-kata untuk menyampaikan gagasan khusus atau

pesan khusus.

Fungsi poster memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan

secara efektif. Poster adalah salah satu media komunikasi yang sudah

digunakan sejak ratusan tahun silam. Fungsi poster banyak digunakan untuk

mempromosikan produk, acara atau pemikiran-pemikiran tertentu (Sendari,

2021). Fungsi utama poster adalah untuk menangkap audiens yang bergerak

dengan sebuah pesan. Poster biasanya dirancang untuk menyampaikan

pesan, tetapi juga harus secara estetika menarik perhatian orang yang lewat.

Secara umum fungsi poster ialah sebagai penggerak perhatian masyarakat,

sebagai petunjuk, sebagai peringatan, sebagai pengalaman kreatif dan

sebagai alat kampanye. Dan yang utama fungsi poster ialah untuk menarik

perhatian khalayak umum. Selain itu poster bisa dijadikan sebagai bahan

diskusi. Poster juga termasuk media promosi yang murah dan mudah untuk

dibuat.

Penggunaan poster dibagi dua, poster komersial dan poster non

komersial. Poster komersial memiliki tugas mengkampanyekan suatu

barang atau jasa seperti produk dagang yang bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan, guna meningkatkan volume penjualan dan pemasaran produk.

Sedangkan poster non komersial atau sosial memiliki tujuan untuk


18

kepentingan masyarakat, bisa menjadi wadah penyampaian pesan dan tidak

ada hubungannya dengan bisnis.

Gambar 2.3
Contoh Poster Komersial
Sumber: www.dictio.id, 2018

Gambar 2.4
Contoh Poster Non Komersial
Sumber: www.freepik.com

Pada dasarnya jenis poster ada dua, poster teks dan poster

bergambar.

a. Poster Teks
19

Pada awalnya poster teks dipergunakan untuk

menyampaikan pengumuman pemerintah kepada rakyat dari

abad ke-15. Poster juga dipergunakan sebagai pengumuman

dalam penobatan Raja, Proklamasi dan iklan pedagang

(Kusrianto, 2006: 339).

Gambar 2.5
Contoh Poster Teks
Sumber: Panduan Desain Komunikasi Visual (Kusrianto, 2006: 339)

b. Poster Bergambar

Pada abad ke 17 yang disebut sebagai awal abad modern,

poster tidak hanya berupa teks melainkan sudah terdapat

gambar. ada dua pemicu perkembangan poster. Yang pertama

semakin maju percetakan, Sedangkan kedua berkembangnya era

industrialisasi (Kusrianto, 2006: 340).


20

Gambar 2.6
Contoh Poster Bergambar
Sumber: Panduan Desain Komunikasi Visual (Kusrianto, 2006: 340)

Poster merupakan iklan layanan masyarakat sejak abad ke 15 dan

masih berkembang sampai sekarang, yang di mana untuk membuat atau

memproduksi poster sudah lebih mudah dan visualisasinya sudah

mengalami banyak perubahan. Jika pada abad ke 15 poster hanya berupa

teks, pada zaman sekarang poster teks maupun poster bergambar sudah

digambungkan.

Gambar 2.7
Contoh Poster Iklan Layanan Masyarakat
Sumber: kuliahdesain.com, 2023
21

Menurut Nugroho (2021), berdasarkan tujuannya sekarang terdapat

beberapa jenis poster, yaitu:

a. Poster Kampanye

Merupakan jenis poster yang digunakan untuk menarik simpati

masyarakat terhadap partai politik serta calon yang akan maju dalam

pemilihan umum.

Gambar 2.8
Contoh Poster Kampanye
Sumber: www.merdeka.com, 2014

b. Poster Cheesecake

Adalah sebutan untuk poster yang digunakan untuk menarik

perhatian dan minat publik.


22

Gambar 2.9
Contoh Poster Cheesecake
Sumber: https://etcanada.com, 2020

c. Poster Film

Merupakan poster yang dibuat khusus untuk mempromosikan

suatu film yang akan atau sedang tayang di bioskop.

Gambar 2.10
Contoh Poster Film
Sumber: https://m.imdb.com, 2016

d. Poster Propaganda
23

Merupakan poster yang berisikan kalimat yang bertentangan

dengan pemerintahan berwenang.

Gambar 2.11
Contoh Poster Propaganda
Sumber: https://nobodycorp.org

e. Poster Wheatpaste

Adalah sebuah bentuk seni jalanan yang penyampaiannya melalui

media poster.

Gambar 2.12
Contoh Poster Wheatpaste
Sumber: https://antitankproject.wordpress.com, 2008
24

Poster merupakan bagian elemen dalam desain komunikasi visual

yang memiliki gaya dan aliran untuk menyampaikan pesan maupun

informasi terhadap masyarakat (Kusrianto, 2006: 339). Pada poster terdapat

unsur-unsur dengan elemen-elemen desain poster diuraikan sebagai berikut

(Supriyono, 2010: 131).

a. Headline

Pesan verbal yang paling ditonjolkan. Bagian teks yang

diharapkan untuk dibaca pertama kali oleh target audiens.

b. Sub headline

Kalimat penjelas atau kelanjutan dari headline. Umumnya

terletak pada bgian bawah headline.

c. Body copy

Teks yang menguraikan informasi yang lebih detail, diharapkan

dapat membujuk pembaca.

d. Ilustrasi

Fungsi ilustrasi adalah memperjelas teks dan sebagai eye-

catcher.

e. Warna

Warna merupakan salah satu elemen visaual yang dapat menarik

perhatian dari pembaca.

Dengan unsur-unsur diatas dapat menjadi pedoman dalam

pembuatan karya poster sehingga dapat menghasilkan karya desain yang

harmonis, menarik dan komunikatif.


25

2. Poster Jalanan / Wheatpaste

Menggunakan bentuk visual sebagai media dalam menyampaikan

pesan masih sering menjadi pilihan karena visual memiliki beberapa

kelebihan seperti pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan lebih

jelas, bisa dinikmati lebih lama, dan dapat terdokumentasikan dengan baik.

Sementara komunikasi visual juga bisa menjadi representasi sosial budaya

suatu masyarakat dalam yang dijalankan dan menjadi kebiasaan yang

berlangsung lama dalam masyarakat tersebut. Salah satu cara

berkomunikasi masyarakat dengan menggunakan bentuk visual adalah

dengan seni jalanan atau street art (Kusmayadi, 2015: 271).

Gambar 2.13
Wheatpaste Cut Out Karya Dr. Cream
Sumber: www.hookedblog.co.uk, 2019
26

Seperti yang kita tahu akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang

turun ke jalan untuk menyampaikan pendapat, kritikan dan juga solusi atas

permasalahan yang ada melalui seni jalanan. Menurut Barry (2008: 30), seni

jalanan atau biasa juga disebut street art kemudian muncul menjadi istilah

yang dipakai untuk membedakan dengan karya seni yang dibuat dan

ditempatkan di jalanan dengan meminta ijin kepada pihak yang berwenang.

Seni jalanan merupakan perkembangan dari grafiti yang biasanya dibuat

dengan cat semprot kemudian berkembang menggunakan berbagai teknik

pembuatan misalnya: stensil, stiker, tempelan kertas/wheatpaste, poster atau

campuran dari berbagai bentuk seni. Penempatannya dilakukan tanpa ijin

dari pihak berwenang dan dilakukan dengan sengaja (misalnya: gerbong

kereta, tembok, papan reklame dan lain-lain) terkadang memicu timbulnya

perkara. Perkara inilah yang seringkali menyebabkan pelaku seni jalanan

dianggap sebagai pelaku vandalisme karena penerapannya yang ilegal.

Gambar 2.14
Stencil Art Karya AWE
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
27

Street art semenjak akhir tahun 90-an menjadi salah satu fenomena

unik yang menyebar di berbagai kota di Indonesia. Berbagai macam bentuk

street art dapat ditemui hampir di setiap kota, tidak hanya di kota besar

namun juga di kota kecil. Sebagai salah satu bentuk seni publik, street art

tidak hanya terbatas pada bentuk mediumnya, namun lebih dari itu

kehadirannya memberi makna yang berbeda. Berbagai macam street art

muncul dengan berbagai bentuk, baik lukisan, patung, instalasi, graffiti dan

lain sebagainya. Setiap medium memiliki keunikan dan kelebihan masing-

masing sebagai bentuk ekspresi dari senimannya (Kusmayadi, 2015: 271).

Daya kritis dalam street art menunjukkan seni memang tak bisa

dipisahkan dengan realitas kehidupan sosial di masyarakat. Seni juga tidak

bisa berdiam jika ada ketimpangan dalam kehidupan. Dengan bahasa dan

style yang berkarakter, seni mampu berbicara dengan bahasa sendiri. Para

seniman akan terus berekspresi meskipun wahana atau wadah mereka

banyak yang hilang akibat ditelan perubahan zaman. Tembok jalanan

menjadi tempat atau medium alternatif bagi seniman guna mengekspresikan

segala hal yang mereka rasa dan pikirkan. Selain itu, cara ini juga dapat

digunakan sebagai wujud pemenuhan kebutuhan akan eksistensi diri

maupun komunitas.
28

Gambar 2.15
Wheatpaste Karya Drwss
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021

Kata “jalanan” pada seni jalanan bukan sekedar menunjukan tempat

tetapi lebih menekankan kepada kebebasan sebab jalanan memiliki sifat

longgar yang memungkinkan kebebasan berekspresi berlangsung. Apakah

itu dalam bentuk kebebasan berpendapat, seni, maupun kebebasan

bertingkah laku. Jalanan telah menjadi tempat di mana orang-orang memilki

kesempatan untuk menunjukan rasa kemanusiaan dan kebinatangannya

yang tersembunyi (Barry, 2008: 30). Menurut Abdullah (2006), grafiti yang

biasa ditemukan di jalan dan tembok-tembok kota merupakan bentuk lain

dari ekspresi kebebasan yang muncul dengan cara yang sama juga. Hal ini

menjadi suatu bentuk ekspresi yang cenderung memiliki keresahan yang

sama bagi pembuat dan penikmatnya, juga perlu respon serta pemahaman
29

bagi masyarakat luas. Dalam aksi unjuk rasa, poster merupakan media

propaganda yang spesifik. Dalam konteks aksi-aksi yang dilakukan, dari

mahasiswa, pelajar sampai seniman, tertutama para seniman jalanan, poster

menjadi media yang paling efektif, murah dan mudah diperbanyak bagi

mereka yang ingin menyuarakan pendapat, keluh kesah, protes dan

propaganda terhadap keadaan yang tidak baik-baik saja. Karya-karya poster

yang diciptakan biasanya ditempel di ruang publik seperti pinggir jalan,

tembok-tembok kota, halte bus kota sampai papan reklame/billboard. Poster

yang ditempel di ruang publik biasa disebut oleh kalangan penggiat street

art sebagai Wheatpaste. Wheatpaste adalah sebuah bentuk seni jalanan yang

penyampaiannya melalui media poster (Wheatpaste Poster, 2014).

Wheatpaste digunakan oleh seniman jalanan untuk menyampaikan pesan,

keresahan atau isu-isu yang mereka ingin kemukakan. Pada umumnya

poster ditempatkan di tempat-tempat yang strategis agar semua orang dapat

melihat dan membacanya.

Gambar 2.16
Wheatpaste Karya Pasted Wasted
Sumber: Pasted Wasted, 2023
30

Nama wheatpaste poster sendiri muncul di Amerika Serikat, karena

wheatpaste merupakan lem yang sering digunakan dalam menempelkan

poster. Wheatpaste adalah lem yang dibuat dari tepung kanji dan air. Lem

ini telah digunakan sejak zaman dahulu untuk berbagai kegunaan sebelum

cairan perekat konvensional yang kita kenal saat ini muncul (Wheatpaste

Poster, 2014). Dibandingkan dengan lem-lem yang beredar di pasaran, lem

ini lebih dipilih, karena faktor ekomonis membuat wheatpaste dipilih untuk

para seniman jalanan untuk menempelkan poster mereka, biaya yang lebih

murah dan bisa dibuat dalam jumlah yang banyak. Karena lem inilah istilah

poster jalanan disebut wheatpaste oleh para penggiat street art.

Di Indonesia gerakan membuat grafiti secara massal pernah terjadi.

Gerakan tersebut terjadi bukan bertujuan untuk mengembangkan kesenian,

melaikan untuk mengobarkan semangat juang rakyat mengusir penjajah

Belanda di tahun 1945. Pada waktu itu, hampir semua sudut kota di

Indonesia dipenuhi grafiti yang berisi pesan-pesan yang mampu

mengobarkan semangat berjuang. Beberapa seniman yang tergabung dalam

Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), Bahu-membahu bersama para

pejuang lain untuk mengangkat senjata sekaligus tetap berkarya (Harsono,

2002).
31

Gambar 2.17
Contoh Lukisan Persagi Karya Agus Djaja Berjudul Dancer 2
Sumber: www.pojokseni.com, 2020

Di masa perjuangan kemerdekaan tahun 1945, penempelan poster-

poster maupun gambar mural pada tembok luar ruang dilakukan dengan

tujuan untuk menyampaikan propaganda perjuangan agar dapat dipahami

dan diterima masyarakat luas (Barry, 2008: 33). Di masa awal kemerdekaan

Republik Indonesia, pemerintahan Soekarno berkali-kali mengalami

pergantian Undang-Undang Dasar, sistem politik dan susunan kabinet.

Pergantian-pergantian ini terkadang memicu timbulnya aksi penolakan, atau

sebaliknya dukungan, dari organisasi politik maupun militer. Dalam aksi

tersebut, digunakanlah poster sebagai media yang berisi ajakan atau

propaganda yang ditujukan kepada masyarakat. Poster-poster tersebut

ditempelkan pada tembok-tembok kota, terutama di tempat yang dianggap

strategis. Hal ini dilakukan agar mampu menarik perhatian umum sehingga
32

pesan yang dikandungnya tersampaikan dengan lebih efektif. Hal ini yang

sama juga dilakukan pada masa Orde Baru. Penempatan karya di ruang

publik, berupa poster dan baliho berukuran raksasa, dilakukan untuk

menyampaikan pesan propaganda politik atau pesan pembangunan yang

ditetapkan pemerintah kepada masyarakat luas (Barry, 2008: 34).

Gambar 2.18
Poster di Masa Kemerdekaan
Sumber: www.mobgenic.com

Dalam pendidikan publik Amerika menuju apresiasi seni yang lebih

besar, propaganda memainkan peran penting. Ketika galeri seni berusaha

untuk meluncurkan kanvas seorang seniman, mereka harus menciptakan

penerimaan publik atas karyanya. Untuk meningkatkan apresiasi publik

upaya propaganda yang disengaja mesti dilakukan. Seni seperti politik, ada

aturan soal minoritas. Tetapi seni dapat diterima hanya dengan pergi

menghampiri publik di arenanya sendiri, dengan memahami anatomi opini

publik dan memanfaatkannya (Bernays, 2005: 134).


33

Seni jalanan walaupun di tengah masyarakat banyak tanggapan yang

mencemooh, dianggap mengganggu keindahan kota dan dianggap sebagai

tindakan ilegal, terkadang juga di pakai oleh sebagian masyarakat untuk

menyampaikan aspirasi maupun protes dan dampak yang diperoleh adalah

keberanian rakyat kecil berbicara kepada penguasa melalui karya seni.

Gambar 2.19
Pembuatan Poster Stensil di Masa Kemerdekaan
Sumber: www.mobgenic.com

Poster-poster yang ditempelkan di ruang publik terbuat dari kertas

ringan seperti kertas HVS, kertas Samson atau kain (pada masa

kemerdekaan tahun 1945). Dicetak dengan digital printing, sablon, teknik

cukil kayu, teknik stensil bahkan dilukis secara manual. Seniman-seniman

yang memakai teknik manual, misalnya: pada masa kemerdekaan salah

satunya Affandi Koesoema, Sang pelukis ekspresionis dan romantisme yang

khas telah melukis poster dengan potret Dullah tengah mengepalkan tangan

dan di bawahnya bertuliskan: BOENG, AJO BOENG!, tulisan tersebut


34

adalah ide Sang penyair Chairil Anwar. Poster tersebut terlihat terikat di

gerbong kereta di Surabaya (Sutanto, 2017: 224).

Gambar 2.20
Poster Stensil di Masa Kemerdekaan
Sumber: www.mobgenic.com
35

Gambar 2.21
Poster Boeng, Ajo Boeng Karya Affandi
Sumber: www.dgi.or.id

Lalu ada komunitas yang memakai teknik hard board cut atau teknik cukil

ialah komunitas Taring Padi. Pada 21 Desember 1998 Taring Padi

menyatakan manifes kebudayaan, yang menyatakan oposisi kuat untuk seni

bagi doktrin seni melalui lembaga-lembaga dari pemerintah maupun swasta,

selama periode orde baru di Indonesia. Mengangkat nilai-nilai sejarah,

filosofi, visi, misi, fungsi dan tujuan maupun strategi dari suatu organisasi

dan semuanya itu tergambarkan pada karyanya yang selalu menonjolkan

nilai tradisional (Pamungkas, 2012: 3).


36

Gambar 2.22
Poster Tanah Adalah Hidup Kami Karya Taring Padi
Sumber: www.taringpadi.com, 2013

Teknik pencetakan modern, seperti digital printing, dapat membuat poster

menjadi lebih berwarna atau full color, dan pencetakan halftone juga dapat

mengubah bentuk foto dalam desain poster. Pada masa digital seniman

jalanan atau penggiat poster lebih cenderung kepada pencetakan modern

seperti digital printing karena lebih cepat dan mudah dalam mengerjakannya

serta murah harga. Seperti halnya pamflet, poster wheatpaste memiliki


37

berbagai kegunaan, termasuk untuk iklan, acara konser, propaganda, pesan-

pesan politik, agama, dan sebagainya. Guna mengajak masyarakat

berkomunikasi untuk memikirkan kesadaran baru dari individu maupun

kelompok.

Gambar 2.23
Wheatpaste Agama Kita Agama Damai Karya Anti-Tank
Sumber: https://antitankproject.wordpress.com, 2008

Menempel poster di ruang publik tanpa izin pemilik properti atau

tanpa persetujuan pemerintah setempat adalah aksi yang melanggar hukum

atau ilegal di sebagian wilayah, seperti Indonesia. Namun, ini merupakan

keunikan dari seni jalanan yang tentu saja tempatnya di jalanan dan

dinikmati di jalanan. Untuk disiasatinya, para seniman jalanan melakukan

bombing poster atau menempelkan poster secara besar-besaran oleh

beberapa kelompok atau individu seniman jalanan secara bergerilya di

malam hari.
38

Gambar 2.24
Boombing Wheatpaste Karya Anti-Tank
Sumber: https://antitankproject.wordpress.com, 2008

Dalam perkembangan zamannya, sampai sekarang wheatpaste tetap

eksis di jalanan. Walaupun sudah banyak bermunculan alternativ seni

jalanan lainnya seperti stiker. Dalam dunia seni jalanan, penggunaan stiker

disebut slap tagging. Cara penyampaian pesan atau tandanya dilakukan

dengan mencetak desain di atas stiker, yang kemudian ditempelkan di

berbagai tempat. Pola kerja peletakan atau pemenpelan stiker hampir sama

dengan grafiti; di mana saja yang diinginkan dan tanpa ijin (Barry, 2008:
39

39-40). Gardu listrik berukuran kecil, kaca dan plang lalu lintas menjadi

sasaran utama bagi penggiat slap tagging.

Gambar 2.25
Slap Tagging di Glass Road Stud di Cipinang, Jakarta Timur
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

Secara pengerjaan stiker atau slap tagging lebih praktis dibanding

wheatpaste yang memerlukan lem terlebih dahulu untuk menerapkannya,

namun secara biaya stiker lebih mahal dibanding wheatpaste. Maka dari itu

stiker atau slap tagging cenderung berukuran kecil dari 5 sampai 10 cm

karena biayanya yang cukup mahal, berbeda dengan wheatpaste yang biaya

pembuatannya lebih murah membuat ukurannya bisa lebih besar dari ukuran

A3 sampai A0 juga bisa lebih banyak pembuatannya, ini sebabnya kenapa

wheatpaste tetap eksis sampai sekarang dan masih menjadi wadah

keresahan bagi seniman-seniman jalanan.


40

3. Poster Cepat Saji

Wheatpaste bukanlah sesuatu yang baru di dunia saat ini, terutama di

kalangan anak muda di kota-kota besar yang sangat populer di kalangan

seniman jalanan. Wheatpaste adalah teknik sederhana yang dapat digunakan

untuk memamerkan karya di ruang publik atau pribadi. Teknik ini sangat

sederhana, yaitu menempelkan karya berupa gambar maupun tulisan yang

dibuat di atas kertas lalu di tempel pada permukaan rata seperti dinding

beton dengan menggunakan perekat berupa pasta. Perekat ini bisa dibuat

dari sayuran seperti kentang, gandum, atau beras pada awalnya dan juga

bisa menggunakan tepung kanji. Perekat bisa dibuat dengan cara merebus

air sampai mendidih lalu masukan tepung kanji dan setelah itu aduk sampai

merata dan kental sehingga menjadi cairan pasta. Sejak 1890, orang telah

menggunakan wheatpaste sebagai teknik poster cepat saji. Digunakan

sebagai alat publikasi masyarakat untuk bisnis alkohol dan klub malam.

Wheatpaste juga dikenal sebagai Marxist Glue, dan sering digunakan oleh

para aktivis sebagai semacam media propaganda (Rahman, 2013: 3).

Perekat yang digunakan untuk wheatpaste dibuat dengan campuran

bahan yang sangat beragam sering berkembangnya zaman. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas tinggi dan tahan lama.

Ada dua jenis wheatpaste yang sering digunakan seniman jalanan.

Wheatpaste poster dan wheatpaste cut out (Rahman, 2013: 3). Wheatpaste

poster adalah wheatpaste dengan karya-karya berupa poster, yang


41

pengerjaannya sesuai dengan bentuk objeknya, sedangkan wheatpaste cut

out adalah wheatpaste yang dipotong sesuai bentuk objeknya.

Gambar 2.26
Wheatpaste Cut Out Karya Knghtm
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Teknik fotokopi dan teknik stensil adalah teknik pembuatan karya

wheatpaste yang sering digunakan saat ini. Teknik fotokopi adalah teknik

yang sangat mudah dibuat, setelah desain dibuat baik secara manual atau

menggunakan software desain grafis, kemudian dicetak dengan cetak digital

dan digandakan dengan teknik fotokopi. Teknik fotokopi dapat digunakan

untuk membuat berbagai ukuran karya yang berbeda sesuai dengan

kebutuhan. Namun, teknik ini hitam putih. Jika ingin mengganti warna, bisa

dilakukan dengan mewarnainya menggunakan cat akrilik atau cat minyak.


42

Teknik stensil kerap menjadi pilihan untuk menghasilkan karya wheatpaste

berbagai warna.

Dalam penerapannya ada yang menggunakan kertas berukuran A0

untuk dinding beton atau papan reklame, biasanya hanya menempel satu

poster saja karena ukurannya yang sudah cukup besar. Lalu ada yang

menggunakan kertas berukuran kecil seperti A3 atau A4 untuk diterapkan

di gardu listrik dan tiang listrik dengan menggunakan teknik fotokopi dan

penerapannya yang cenderung menggunakan teknik repetisi karena

ukurannya yang kecil, teknik repetisi membantu poster kecil tersebut supaya

menjadi lebih besar dan menarik perhatian.

Gambar 2.27
Wheatpaste Poster Karya Knghtm
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
43

Gambar 2.28
Wheatpaste Repetisi Karya Sepeda Tanah Mati
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

Wheatpaste digunakan dalam berkarya di jalanan sebagai strategi

mengatur waktu, selain pertimbangan artistik. Karena jalanan terkadang tak

bersahabat bila seorang seniman jalanan harus membuat lama-lama. Mereka

memiliki pilihan untuk merekam karya mereka sendiri di studio. Selain itu,

kelebihanya adalah mobilitas dan kekuatan distribusi. Wheatpaste dapat

dengan mudah dibawa atau dikirim, dan jaringan seniman jalanan kian

meluas di Indonesia, jika tidak secara internasional, dapat saling bertukar

karya agar penyebarannya dapat lebih luas.


44

Gambar 2.29
Acara Wheatpaste Boombing oleh Ruang Otopsi
Sumber: https://instagram.com/ruangotopsi13, 2022

Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata banyak sekali karya-karya

wheatpaste yang dibuat untuk tujuan propaganda. Namun format

propagandanya tidak sama dengan karya-karya propaganda yang dibuat

untuk kepentingan keagamaan atau masa-masa perang dunia 1 dan 2 dahulu.

Keberadaan karya wheatpaste propaganda seniman jalanan saat ini menjadi

semakin populer di kalangan masyarakat umum, terlebih ketika di masa

pandemi banyak wheatpaste yang tersebar di jalanan kota-kota besar

sebagai bentuk protes dan kritik atas keadaan yang sedang dihadapi. Anti-

Tank dan Quint adalah beberapa seniman jalanan Yogyakarta yang

menuangkan daya pikir kreatifnya ke dalam wheatpaste. Tidak hanya di

Yogyakarta, di jabodetabek juga baru-baru ini melahirkan orang-orang yang


45

berkreatif di dalam wheatpaste seperti, Kuninghitam, Lari-lari kecil, Sepeda

Tanah Mati, Pasted Wasted dan lain-lain.

Gambar 2.30
Wheatpaste Karya Knghtm
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
46

B. Konsep Dasar Perancangan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penelitian ini akan membuat

perancangan media berupa film dokumenter yang berisikan informasi tentang

poster jalanan yang berjudul, “wheatpaste sebagai wadah keresahan di jalan”.

Pada film dokumenter ini akan diperkenalkan salah seorang seniman jalanan

yang bergiat dalam seni poster dan juga akan memperlihatkan beberapa poster-

poster yang tersebar di jakarta. Media film dokumenter dipilih dengan alasan

karena dianggap dapat mewakili cerita realita yang ada karena berdasarkan

fakta-fakta yang ada dilapangan dan juga film dokumenter cocok sebagai wadah

dari penelitian ini serta untuk tontonan anak muda agar lebih mudah

mendapatkan informasi tentang poster jalanan dan bentuk-bentuk poster jalanan

yang dimasukan ke dalam film dokumenter akan diperkenalkan kepada

penonton agar dapat mengerti dan lebih paham tentang bentuk visual, makna

yang terkandung dan juga kegunaan dari poster jalanan tersebut.

Menurut Ayawaila (2008: 11), dalam bukunya menjelaskan, film

dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau mempresntasikan

kenyataan. Artinya apa yang direkam memang berdasarkan fakta yang ada,

namun dalam penyajiannya dapat dimasukan pemikiran-pemikiran manusia.

Perancangan film dokumenter ini bertujuan agar informasi yang ada pada poster

jalanan dapat disampaikan dengan efektif kepada penonton.

1. Analisis Khalayak
47

Dalam perancangan film dokumenter poster jalanan berjudul,

“wheatpaste sebagai wadah keresahan di jalan” ini dibuat dengan tujuan

sebagai media informatif yang memberikan informasi lebih rinci kepada

pemuda yang terkurung sangkar pandemi tentang kritik yang dikeluarkan

melalui poster-poster yang tersebar di jalanan. Dalam suatu perancangan

termasuk film dokumenter ini diperlukan konsep desain visual yang dibuat

dengan memperhatikan beberapa sasaran dengan analisis khalayak yang

ditinjau dari segi STP (Segmentasi, Targeting, Positioning) sebagai berikut:

a. Segmentasi

1) Geografis

Target sasaran geografis untuk perancangan film

dokumenter poster jalanan berjudul “wheatpaste sebagai wadah

keresahan di jalan” adalah untuk wilayah kota-kota besar

khususnya Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Karena kota-kota

besar memiliki ruang publik untuk kegiatan seni jalanan dan juga

memiliki penikmatnya tersendiri. Penyebaran film dokumenter ini

bertujuan sebagai media informatif untuk wilayah kota-kota besar

khususnya Jakarta, Bandung dan Yogyakarta yang memberikan

informasi lebih rinci kepada pemuda yang terkurung sangkar

pandemi tentang kritik yang dikeluarkan melalui poster-poster

yang tersebar di jalanan.

2) Demografis
48

Berikan ulasan batasan khalayak dari kriteria berikut:

a) Usia : 16 – 30 tahun

b) Status Ekonomi Sosial (SES) : Semua kalangan

c) Jenis Kelamin : Laki – laki dan Perempuan

d) Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

(SMA) dan Mahasiswa

e) Pekerjaan : Pelajar

Dengan diberikan uraian pendapat dari variabel tersebut,

setiap rentang usia, SES, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

memiliki karakteristik khusus seperti wawasan, kebiasaan, selera

visual, bahasa dan sebagainya yang akan mempengaruhi minat/daya

tarik terhadap media atau desain yang dibuat.

Segmentasi berdasarkan demografis ditargetkan untuk

pemuda (antara usia 16–30 tahun). Peneliti memilih usia segmentasi

target sasaran film dokumenter poster jalanan berjudul, “wheatpaste

sebagai wadah keresahan di jalan” di usia 16-30 tahun yang

merupakan usia yang dimiliki oleh pemuda yang memasuki periode

penting pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan Undang-

Undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan bahwa periode

masa pemuda berlangsung dari usia 16 sampai memasuki 30 tahun.


49

Karakteristik/Ciri-Ciri Perkembangan pemuda:

(a) Perkembangan Kognitif

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Wong,

2009), remaja tidak hanya berdebat dengan apa yang benar

dan terkini, yaitu periode waktu tertentu; mereka juga

mempertimbangkan kemungkinan apa yang akan terjadi.

Pada saat ini, mereka lebih dekat ke belakang. Tanpa

memikirkan situasi saat ini, mereka dapat membayar semua

rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kuliah dan

pekerjaan; dan mereka dapat mengetahui bagaimana

menghadapi setiap situasi yang mungkin timbul di masa

depan, seperti hubungan dengan orang lain atau reaksi

terhadap tindakan yang mungkin mereka terima, seperti

dikeluarkan dari sekolah.

3) Psikografis

Pada segmentasi psikografisnya, dipilih dengan

mempertimbangkan penekanan khusus terhadap perhatian, minat dan

gaya hidup dari sasaran pengguna media. Dalam hal ini kelompok

masyarakat khususnya generasi muda yang memiliki kepedulian

terhadap perubahan dan juga masa depan yang lebih baik dan sistem

politik yang baik, juga generasi muda yang suka mendiskusikan segala

suatu hal, dan juga minat menonton dan tertarik dengan pengetahuan
50

tentang seni dan isu-isu sosial serta lingkungannya. Oleh karena itu

peneliti ingin memperkenalkan seni poster jalanan melalui film

dokumenter.

b. Targeting

Target audiens dari film dokumenter ini sesuai dengan segmentasi

yang meliputi geografis, demografis dan pskiografis adalah semua jenis

kelamin yang berprofesi sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas

(SMA), Mahasiswa, status sosial mencangkup semua kalangan

(menengah ke bawah dan menengah ke atas), dan tinggal di wilayah

kota-kota besar seperti Jabodetabek, Bandung dan Yogyakarta.

c. Posisioning

Film dokumenter dengan tema poster jalanan yang berjudul

“wheatpaste sebagai wadah keresahan di jalan” sebagai bentuk media

informatif yang mewakili seniman jalanan dalam menyuarakan

keresahannya dalam bentuk poster yang di sebar di jalanan. Film ini

mengajak penonton untuk lebih memahami kegiatan tempel-menempel

poster di jalanan sebagai aksi-aksi sosial.


51

2. Konsep Media

Dalam merancang sebuah media pasti memiliki langkah-langkah

untuk menyelesaikan pekerjaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Langkah-langkah ini berguna untuk mempermudah menulis perancangan

Film Dokumenter Poster Jalanan "Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan

di Jalan“. Adapun konsep media yang digunakan dalam film dokumenter

ini, sebagai berikut:

a. Judul Film

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka judul film

dokumenter yang akan dibuat adalah “Wheatpaste Sebagai Wadah

Keresahan di Jalan”.

b. Deskripsi Media Tayang

Dalam perancangan film dokumenter Poster Jalanan, format yang

digunakan ukuran layar (frame size) menggunakan wide 16 : 9 50fps

1080p (1440 H x 1080 V), dengan format output video berupa H.264

atau MP4 HD, serta berdurasi ± 7 menit.

c. Naskah Film

Pada scene pertama (opening) mengambil video suasana jalanan dan

tembok di pinggir jalan yang penuh akan grafiti. Scene ke 2 dibuka

dengan narasi mengenai Wheatpaste dan dilanjut wawancara

narasumber pertama yaitu Deka Witara selaku pelaku seni poster

jalanan, lalu disusul wawancara narasumber kedua yaitu Kuninghitam

selaku pelaku seni poster jalanan, Mereka berdua mengemukakan


52

pandangannya mengenai seni jalanan. Dalam scene tersebut,

ditampilkan beberapa footage terkait seni jalanan dan penempelan

poster. Setelah itu, masuk ke scane ke 3 yang menampilkan kembali

aktifitas yang ada di jalanan, poster jalanan dan penempelan poster

jalanan serta dilanjutkan oleh wawancara kedua pelaku seni poster

jalanan, mereka menjelaskan tentang awal mula mereka turun ke

jalanan. Lalu scene ke 4, dilanjutkan kembali wawancara mereka berdua

yang menjelaskan mengenai poster sebagai media untuk berkarya serta

tujuannya, yang diselingi footage aktifitas jalanan, poster jalanan,

penempelan poster jalanan dan karya-karya mereka. Scene ke 5

dilanjutkan dengan wawancara Deka Witara yang menjelaskan poster

berperan penting untuk propaganda. Dan di scene terakhir (penutup)

Kuninghitam mengeluarkan pandangannya mengenai tindakan ilegal

yang diselingi footage aktivitas jalanan, poster jalanan dan grafiti, dan

juga penempelan poster jalanan, serta kutipan tentang seni jalanan

sebagai penutup.

3. Konsep Desain Komunikasi Visual

Menurut Elisabeth dkk (2018) menjelaskan bahwa Desain

Komunikasi Visual merupakan sarana yang dimanfaatkan untuk

menyampaikan pesan kepada khalayak umum dengan berbagai macam

media. Media yang digunakan bisa apa saja, tergantung keinginan dan

penempatan desain tersebut, yang paling penting adalah desain yang

sudah dirancang tersebut mudah dipahami dalam arti luas.


53

Desain Komunikasi Visual merupakan disiplin ilmu yang tujuannya

untuk memahami konsep komunikasi dan ekspresi kreatif mealui

berbagai media untuk menyampaikan suatu pesan dan gagasan atau ide

secara visual dengan mengolah elemen-elemen grafis yang berupa

bentuk, huruf, tata letak atau layout, dan warna. Tentu saja, sebagai

seorang desainer, dalam hal membuat atau mengatur elemen visual

seperti foto, teks, dan ilustrasi pada permukaan untuk tujuan

menciptakan dan mengkomunikasikan sebagai sebuah pesan atau

informasi (Harsanto, 2019). Dalam membuat sebuah perancangan

diperlukan tahapan-tahapan mendapatkan hasil yang maksimal,

diantaranya:

a. Mind Mapping

Gambar 2.31
Mindmapping
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
54

b. Moodboard

Gambar 2.32
Moodboard
Sumber: Adih Saputra www.youtube.com, 2021

c. Ilustrasi

Pada film dokumenter poster jalanan gaya ilustrasinya mencakup

kepada teknik dari pengambilan gambar, mulai dari penentuan

komposisi, shoot size dan angle pengambilan gambar, pencahayaan.

d. Huruf

Tipografi merupakan salah satu sarana untuk menerjemahkan visual

dengan kata-kata yang tidak mudah dimengerti oleh penonton. Menurut

Sihombing (Valentino, 2019) Tipografi merupakan representasi visual

dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan property visual

yang pokok dan efektif. Typeface yang digunakan dalam film

dokumenter poster jalanan adalah typeface Gang Bang Crime dan

Acumin Pro. Typeface Gang Bang Crime merupakan typeface yang


55

bentuk hurufnya seperti typeface grafiti yang lumer oleh cat. Typeface

Gang Bang Crime digunakan sebagai judul media. Sedangkan Acumin

Pro digunakan sebagai subtitle dan credit title.

e. Warna

Merupakan elemen penting yang berdampak besar pada suatu

desain. Konsep warna yang digunakan dalam film dokumenter poster

jalanan ini dibagi menjadi dua yaitu warna pada film (color grading),

untuk warna pada film menggunakan warna asli dan hitam putih. Warna

asli merupakan warna yang nyata dan tidak dibuat-buat yang

menggambarkan masa sekarang, sedangkan warna hitam putih

menggambarkan masa lalu atau flashback.

f. Musik

Musik atau backsound dari film dokementer poster jalanan adalah

lagu-lagu yang sepertinya mendukung dari film dokumenter ini, seperti

musik-musik jalanan salah satunya, diantaranya: Shores of Eternity –

Depths of Your Heart, Homicide – puritan, Joy Division – Love Will

Tear Us Apart, Night Lovell Type Beat Anarchy Prod Netuh Slow Dark

Trap Beat, Tenet Ost dan Ramones Blitzkrieg Bop Instrumental.


56

C. Perancangan Media

Menurut (Rikarno, 2015) Film Dokumenter adalah program yang

menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki

nilai esensial dan eksistensial yang memiliki relevansi kehidupan, menuturkan

fakta dan realita tanpa rekayasa. Dalam merancang sebuah film dokumenter

memiliki beberapa tahapan, diantaranya sebagai berikut:

1. Pra Produksi

Pra produksi ialah tahap awal untuk membuat perancangan seperti

perancangan film dokumenter yang dimulai dari menganlisis ide untuk

mendapatkan tema awal, analisis khalayak atau target sasaran dari

perancangan film, konsep media yang akan digunakan, naskah film atau alur

cerita, pembuatan storyboard dan storyline serta menyiapkan peralatan-

peralatan yang dibutuhkan ketika produksi akan segera dimulai. Storyboard

dan storyline digunakan untuk merancang adegan cerita dalam pembuatan

film dokumenter, agar cerita yang dibuat bisa tersusun rapi, pesan atau

tujuan film dapat tersampaikan dan bisa di mengerti oleh penonton

khususnya target sasaran. Pra produksi, tahapan persiapan film dibuat,

termaksud merekrut pemain film dan kru film, memilih lokasi, mengedit

naskah final dan membuat tujuan jangka Panjang (Permana, dkk., 2018:

178). Berikut adalah storyboard dan storyline untuk film dokumenter poster

jalanan:

Tabel 2.1 Story board

Segment Sketsa dan Angle Adegan dan Voice over sound


Scene Effect Narasi
57

Pembuka Menampilkan VO: Suara Narasi


aktifitas Ambiance:
jalanan dan - musik lagu
footage instrumental
lainnya.

(Frog eye view)


1. Menampilkan VO : Suara
penempelan narasumber.
poster di
dinding dan Ambiance:
menjadi - musik lagu
footage untuk instrumental
wawancara.

(Eye Level)
2. Menampilkan
poster jalanan. Vo : Suara
Narasumber.

Ambiance:
- musik lagu
instrumental

(Eye level)
3. Menampilkan Vo : Suara
poster di Narasumber
papan
reklame. Ambiance:
- musik lagu
Instrumental Ramones
Blitzkrieg Bob

(Low angle)
4. Menampilkan Vo : Suara
grafiti di Narasumber
dinding kota.
Ambiance:
- musik lagu
Homicide - Puritan

(High angle)
58

Penutup. Kutipan. Ambiance:


- musik lagu Joy
Division – Love Will
Tear Us Apart

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

2. Produksi

Tahap produksi merupakan tahap pengambilan gambar (shooting)

yang menjadi penentu keberhasilan dari perancangan yang telah dibuat, oleh

karena itu kita perlu tata cara penggunaan kamera, yang menjadi hal

terpenting ialah mencari angle yang tepat. Berikut beberapa teknik dalam

pengambilan angle gambar:

a. Eye level adalah sudut pandang kamera dengan posisi kamera setara

dengan mata objek.

b. Straight on angle adalah sudut pandang kamera dengan posisi kamera

melihat subjek yang akan direkam pada satu garis lurus (Pratama, 2015:

21).

c. Low angle adalah sudut pandang kamera dengan posisi kamera dibawah

objek.

d. Bird eye view adalah pengambilan gambar dengan kamera di atas objek

seperti mata burung.


59

Dalam pengambilan gambar tidak hanya angle yang penting, tetapi

type shot juga tidak kalah penting dalam memproduksi sebuah film.

Terdapat 8 jenis type shot, sebagai berikut:

a. Extreme Long Shot (ELS) merupakan pengambilan gambar yang

memperlihatkan area yang luas dalam framing.

b. Very Long Shot (VLS) merupakan pengambilan gambar seorang figure

dapat diambil dari kepala hingga kaki maupun latar belakangnya.

c. Long Shot (LS) merupakan pengambilan gambar dimana seorang figure

tampak jelas terlihat secara total dari ujung rambut hingga kaki beserta

latar belakangnya.

d. Medium Long Shot (MLS) merupakan pengambilan gambar yang

diambil dari lutut sampai kepala sehingga figure terlihat lebih jelas serta

dapat lebih mengenal seorang figure dari warna kulit.

e. Medium Shot (MS) merupakan pengambilan gambar yang

memperlihatkan seorang figure dari tangan hingga kepala.

f. Medium Close Up (MCU) merupakan pengambilan gambar yang

tertuju penuh pada wajah sehingga tekstur rambut tampak terlihat lebih

jelas.

g. Close Up (CU) merupakan pengambilan gambar yang terfokuskan pada

wajah seorang figure dan mengabaikan latar belakangnya.

h. Shot Big Close Up (SBCU) merupakan pengambilan gambar yang

diambil dari kepala hingga dagu sehingga gerakan apapun dari wajah

akan ditonjolkan.
60

Dalam pembuatan film dokumenter, sudut pandang kamera

merupakan hal yang paling penting karena sudut pandang kamera diartikan

sebagai mata penonton. Komposisi dapat diartikan sebagai pengaturan dan

penempatan secara tersusun terhadap unsur-unsur gambar dalam suatu

peristiwa yang diambil secara keseluruhan, menyampaikan tujuan dan

maksud kedalam frame (Karwandi dkk, 2015: 70). Pada saat tahap produksi

film dokumenter Poster Jalanan ini menggunakan kamera Mirrorless

dengan lensa kamera standard. Serta di tambah dengan alat pendukung

lainnya seperti clip on microphone.

3. Pasca Produksi

Menurut Satriopamungkas dkk (2020) pasca produksi merupakan

langkah terakhir dalam proses pembuatan film. Dengan kata lain, proses ini

disebut juga dengan proses pengeditan. Pengeditan itu sendiri melewati dua

proses yaitu pengeditan offline dan pengeditan online. Pengeditan offline

mencakup beberapa operasi seperti pemotongan untuk memotong gambar,

pengaturan suasana film agar sesuai dengan script, menyinkronkan suara

dengan gambar. Sedangkan, pengeditan online adalah lanjutan dari

penyuntingan offline dimana gambar dan sura disinkronkan menjadi

rangkaian terpadu, diikuti oleh pewarnaan atau penerapan skema warna

untuk mempercantik gambar, menerapkan efek khusus, menambahkan teks,

dan menandai dengan music dan suara hingga mencapai tahap rendering

akhir sehingga menghasilkan sebuah final artwork yang dapat

dipresentasikan kepada publik. Dalam tahapan ini, penulis akan menyusun


61

video-video yang telah direkam untuk menjadikan sebuah alur cerita. Proses

editting menggunakan Software Adobe Premiere.

1. Proses editing.

Gambar 2.33
Proses Editing
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

D. HASIL PERANCANGAN

1. Hasil Perancangan Media Utama

Setelah seluruh penjelasan kegiatan dan tahapan perancangan media

diatas, maka telah dihasilkan film dokumenter poster jalanan berjudul

“Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di Jalan” berdurasi ± 7 menit

dengan frame size wide 16 : 9 50fps 1080p (1440 x 1080). Berikut

merupakan hasil perancangan film dokumenter Poster Jalanan Berjudul

“Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di Jalan”


62

a. Bagian Awal

Gambar 2.34
Bagian Awal Film Dokumenter Poster Jalanan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2022
63

b. Bagian Isi

Gambar 2.35
Bagian Isi Film Dokumenter Poster Jalanan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

c. Bagian penutup

Gambar 2.36
Bagian Penutup Film Dokumenter Poster Jalanan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2022
64

Film dokumenter Poster Jalanan Berjudul “Wheatpaste Sebagai

Wadah Keresahan di Jalan” akan ditayangkan channel YouTube Seng-Iseng

Films yang di mana akan menjadi salah satu karya yang siap

dipersembahkan kepada masyarakat umum.

2. Media Pendukung

a. Platform Youtube

Dalam media pendukung pertama yang dipilih yaitu Platform

youtube dengan ukuran frame size wide 16 : 9 50fps 1080p (1440 x 1080)

berdurasi ± 7 menit.

Gambar 2.37
Media YouTube
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023
65

b. Poster Film

Poster Film merupakan salah satu media grafis yang paling

tampak kekuatannya sebagai media penyampai pesan (Megawati, 2017:

111). Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan

tujuan untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau

mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu hal (Sumartono &

Astuti, 2018: 9). Suatu komunikasi dikatakan efektif, apabila

komunikator berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada

komunikan (penerima) (Sumartono & Astuti, 2018: 10). Pemilihan poster

Film sebagai media pendukung bertujuan menarik audiens untuk

menonton film dokumenter mengenai Wheatpaste. Poster ini memiliki

ukuran A3.

Gambar 2.38
Media Poster Film
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023
66

c. X-banner

Promosi merupakan forum pertukaran informasi antara

organisasi dan konsumen dengan tujuan utama memberi informasi

tentang produk atau jasa yang disediakan oleh organisasi, sekaligus

membujuk konsumen untuk bereaksi terhadap produk atau jasa itu

(Silvana & Damayanty, 2014: 106). Sama dengan halnya poster, X

Banner juga menjadi salah satu media pendukung untuk promosi dengan

tujuan menarik audiens untuk menonton film dokumenter mengenai

Wheatpaste. X Banner ini berukuran 60x160 cm.

Gambar 2.39
Media X-Banner
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023
67

d. Sticker

Stiker/sticker adalah suatu media informasi visual yang berupa

lembaran kertas kecil atau plastik yang dapat ditempelkan. Jika dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia stiker adalah lembaran kecil kertas atau

plastik yang ditempel. Sticker adalah media promosi yang ditempel atau

dilekatkan pada produk atau barang yang menunjukan identitas suatu

produk agar mudah dikenal orang.

Gambar 2.40
Media Stiker
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

e. Tote Bag

Tote bag merupakan tas yang berbentuk kotak yang dilengkapi

dengan dua buah tali pegangan dan ada perekat untuk penutupnya.

Alasan memilih totebag sebagai merchandise karena sebagian target

khalayak yaitu remaja yang pada umumnya suka menggunakan totebag

sebagai alat untuk membawa sesuatu.


68

Gambar 2.41
Media Totebag
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

f. Tumbler

Tumbler adalah wadah minuman yang memiliki permukaan datar

dan biasanya terbuat dari plastic, kaca atau baja nirkarat. Alasan memilih

tumbler sebagai merchandise karena sebagian target khalayak, yaitu

remaja yang pada umumnya suka menggunakan tumbler sebagai alat

yang ramah lingkungan.

Gambar 2.42
Media Tumbler
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023
69

g. Zine

Banyak di antara para zinester, sebutan bagi para pembuat zine,

secara terbuka mengatakan bahwa membuat zine adalah upaya politis

untuk melawan budaya konsumerisme dan komersialisasi ala kapitalisme

(Duncombe, 1997). Zine dibuat dengan semangat kemandirian (do-it-

yourself), baik dari segi filosofis bahwa, setiap orang dapat menciptakan

budayanya sendiri, alih- alih mengonsumsi budaya yang dibuatkan untuk

mereka. Dari segi operasionalisasinya, zine dibuat dengan memanfaatkan

modal dan tenaga sendiri (Putra, 2023: 1).

Gambar 2.43
Media Zine
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

h. Penempatan Media atau Display

Menurut Rahmadana (2016: 687), Display merupakan suatu alat

untuk mengomunikasikan produk untuk suatu perusahaan kepada

konsumen agar konsumen dapat mengamati, meneliti dan melakukan

pilihan di mana hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk mendorong


70

oleh daya tarik penglihatan atau pun rasa-rasa tertentu karena adanya

peragaan atau penyusunan produk yang menarik memajangkan barang

di dalam toko maupun di etalase, sehingga mempunyai pengaruh besar

terhadap penjualan. Perencanaan konsep pameran menggunakan

tempat berukuran panjang = 3 meter, lebar = 3 meter, dan tinggi = 3

meter, dengan konsep minimalis menggunakan multiplex sebagai

background atau dinding belakang berwarna putih yang berbentuk unik

dengan segitiga siku-siku, dilengkapi dengan poster yang menempel di

dinding tersebut, dalam booth ini terdapat layar televisi untuk

menayangkan Film Dokumenter Poster Jalanan Berjudul “Wheatpaste

Sebagai Wadah Keresahan di Jalan” yang berukuran 40 Inch.

Konsep minimalis ini dengan warna hitam putih pada booth

menggambarkan simbol hitam sebagai penantang, liar, tak terkendali

dan penuh misteri. Sedangkan simbol warna putih menggambarkan

pertimbangan dalam tindakan. Booth ini tidak hanya untuk melihat film

dokumenter saja akan tetapi juga dilengkapi dengan media pendukung.

Pengunjung dapat melihat lihat atau membeli cenderamata yang ada

pada booth ini.


71

Gambar 2.44
Penempatan Media atau Display
Sumber: Dokumen Pribadi, 2023
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa Poster yang

ditempel di ruang publik biasa disebut oleh kalangan penggiat street art

sebagai Wheatpaste. Wheatpaste digunakan oleh street artist untuk

menyampaikan pesan, keresahan atau isu-isu yang mereka ingin

kemukakan. Pada umumnya poster ditempatkan di tempat-tempat yang

strategis agar semua orang dapat melihat dan membacanya. Oleh karena itu

daya kritis dalam street art menunjukkan seni memang tak bisa dipisahkan

dengan realitas kehidupan sosial di masyarakat. Seni juga tidak bisa berdiam

jika ada ketimpangan dalam kehidupan. Dengan bahasa dan style yang

berkarakter, seni mampu berbicara dengan bahasa sendiri. Para seniman

akan terus berekspresi meskipun wahana atau wadah mereka banyak yang

hilang akibat ditelan perubahan zaman.

Film dokumenter tersebut berjudul “Wheatpaste Sebagai Wadah

Keresahan di Jalan” dengan frame size wide 16 : 9 50fps 1080p (1440 x

1080). Yang akan ditayangkan dalam channel YouTube Seng-Iseng Films

yang di mana akan menjadi salah satu karya yang siap dipersembahkan

kepada masyarakat umum.

72
73

B. Saran

1. Kepada seluruh masyarakat terutama para pemuda yang memiliki peran

penting dalam lingkungannya untuk mencoba mengerti dan memahami

kenapa dan bagaimana seni jalanan khususnya wheatpaste muncul di

kehidupan kita.

2. Bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang wheatpaste

atau seni jalanan yang lain, diharapkan dapat dibuatkan media dalam

bentuk buku informasi atau film infografik secara lengkap dan terperinci

sehingga dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat

Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irawan. (2006). Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Arikunto. (1993). Manajemen Pengajaran secara Manusiawi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ayawaila, G. R. (2008). Dokumenter: dari Ide sampai Produksi. Jakarta: FFTIKJ

Press.

Barry, Syamsul. (2008). Jalan Seni Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Penerbit

Studium.

Bernays, Edward. (2005). Propaganda. (C. Subhan KM, Terjemahan). Yogyakarta:

Jalan Baru Publisher.

Duncombe, S. (2008). Notes from Underground: Zines and the Politics of

Alternative Culture. London: Verso Books.

Elisabeth, N., Yulika, F., & Waspada, A. E. B. (2018). Desain Komunikasi Visual
Iklan Layanan Masyarakat tentang Pelecehan Seksual pada Anak di Kota
Medan. ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual &
Multimedia, 4(02), 188-
195. https://doi.org/10.33633/andharupa.v4i02.1683
Harsanto, P. W. (2019, September). Desain Komunikasi Visual (DKV) dalam Era
Revolusi Industri 4.0. In Sandyakala: Prosiding Seminar Nasional Seni,
Kriya, dan Desain (Vol. 1, pp. 10-15)
Harsono, FX. (2002). “Kerakyatan dalam Seni Lukis Indonesia: Sejak Persagi

hingga Kini”, dalam: Politik dan Gender, Aspek-aspek Seni Visual

Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.

Karwandi., Roihan, A., & Aini, Q. (2015). Prinsip Dasar Pengambilan Gambar

dalam Kamera. ISSN, 1(1), 67-76.

Kusmayadi, Dima M. (2015). Kajian Visual Street Art di Ruang Publik Kota

Yogyakarta. Jurnal Seni Rupa Vol 3 No. 3 Hal 271

Kusrianto, Adi (2006). Panduan Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Megawati. (2017). Pengaruh Media Poster terhadap Hasil Belajar Kosakata Bahasa

Inggris. Getsempena English Education Journal (GEEJ), 4(2), 101-117.

Moleong, L.J. (2012). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muflihun, Imam. (2017). Kajian Semiotis Poster Anti-Tank Karya Andrew Lumban

Gaol. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Mulyana, Deddy. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nugroho, Faozan T. (2021). Pengertian Poster, Ciri-ciri, Tujuan, Fungsi, dan Jenis-

jenisnya yang Perlu Diketahui.

https://m.bola.com/ragam/read/4475602/pengertian-poster-ciri-ciri-tujuan-

fungsi-dan-jenis-jenisnya-yang-perlu-diketahui-? (diakses tanggal 14

Desember 2021).
Rahmadana, N. M. S., (2016). Pengaruh Display Produk dan Suasana Toko

Terhadap Pembelian Impulsif di Minimarket Eramart Cabang Lembuswana

Samarinda. eJournal Ilmu Administrasi Bisnis Vol 4 No. 3 Hal 687

Pamungkas, Aryo A. (2012). Karakteristik Poster Tema Sosial dan Politik Produksi

Komunitas Taring Padi Tahun 2009-2010. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta.

Permana, R. S. M., Puspitasari, L., & Indriani, S. S. (2018). Strategi Promosi pada

Tahapan Pra-produksi Film ‘haji asrama’(HAS). ProTVF, 2(2), 145-156.

https://doi.org/10.24198/ptvf.v2i2.20818.

Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Putra, Ferdhi F. (2023). Budaya Zine dan Kemunculan Anarkisme di Indonesia. Vol

1 No 1 (2023): Punk & Resilience. Hal 1

Qudsiah, Nazilatul. (2012). Dinamika Resiliensi pada Istri Pertama. Skripsi

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang.

Rahman, D (2013). Wheatpaste di Jalanan Yogyakarta. Brikolase, 5(2), 3-4.

Rikarno, R. (2015). Film Dokumenter sebagai Sumber Belajar Siswa. Palembang:

Universitas PGRI Palembang

Rukiah, Yayah. (2016). Kajian Estetika Poster Tadanori Yokoo. Jakarta:

Universitas Indraprasta PGRI.


Satriopamungkas, B., Yudani, H. D., & Wirawan, I. G. N. (2020). Perancangan

Film Pendek Mengenai Toxic Positivity di Lingkungan Masyarakat

Surabaya. Jurnal DKV Adiwarna, 1(16).

Sendari, Anugerah A. (2021). Fungsi Poster untuk Penyampaian Pesan, Pengertian,

Tujuan, dan Jenisnya. https://m.liputan6.com/hot/read/4462399/fungsi-

poster-untuk-penyampaian-pesan-pengertian-tujuan-dan-jenisnya?page=5

(diakses tanggal 14 Desember 2021).

Silvana, H. & Damayanty. (2014). Penggunaan X Banner dalam Promosi Layanan

Perpustakaan. Jurnal Kajian Komunikasi, 2(2), 105-117.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sugiharto, Bambang. (2013). Untuk Apa Seni?. Bandung: Matahari.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumartono & Astuti, H. (2018). Penggunaan Poster sebagai Media Komunikasi

Kesehatan. Komunikologi, 15(1), 8-14.

Supriyanto, Enin. (2003). Sejarah Poster: Selembar Poster dan Ruang Demokrasi.

DKV UNPAS. https://dkv-unpas.blogspot.com/2004/09/selembar-poster-

dan-ruang-demokrasi_10.html

Supriyono, Rakhmat. (2010). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Andi.

Sutanto, Sergius. (2017). Chairil Anwar Ini Kali Tak Ada yang Mencari Cinta.

Bandung: Penerbit Qanita.


Ulfah, Maria. (2011) LKP: Desain Buku Direktori Kamar Dagang dan Industri

Jatim 2011-2012 PT. Pelangi Grafika (Neo Printing

Solution). Undergraduate thesis, STIKOM Surabaya. 34.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan.

14 Oktober 2009. Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5067.

Jakarta.

Valentino, D. E. (2019). Pengantar Tipografi. Jurnal Teknologi Informasi Dan

Komunikasi, 6, 152-173.

Wheatpaste Poster. (2014). Diakses 7 November 2021, dari

https://wadezig.com/wheatpaste-poster/

Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC.


DAFTAR NARASUMBER

1. Nama : Deka Witara


Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang
14-Des-1993
Pekerjaan : Karyawan
Waktu wawancara : Kamis, 15
Juni 2023
Tempat wawancara : Coffee Shop
Kompetensi sesuai objek penelitian : Pelaku Street
Art

2. Nama : Kuninghitam
(Anonim)
Tempat / Tanggal Lahir :-
Pekerjaan : Street Artist
Waktu wawancara : Sabtu, 1
Januari 2022
Tempat wawancara : Kediaman
Kuninghitam
Kompetensi sesuai objek penelitian : Pelaku Street
Art
DAFTAR RIWYAT HIDUP PENULIS

Mugi Anggari, lahir di Majalengka, 27 Desember 1998. Putra


pertama dari pasangan Bapak Ayindin dan Ibu Dede Dewanti.
Penulis berkebangsaan Indonesia. Penulis memulai pendidikan
di Sekolah Dasar 01 Kampung Tengah, Kramat Jati, Jakarta
Timur dan lulus tahun 2011. Lalu melanjutkan Pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama 263 dan lulus tahun 2014,
kemudian melanjutkan Pendidikan di Sekolah Menengah
Kejuruan Budhi Warman 1, Jakarta dan lulus tahun 2017.
Penulis melajutkan S1 pada tahun 2018 di Fakultas Bahasa dan Seni, Program Studi
Desain Komunikasi Visual, Universitas Indraprasta PGRI. Selama masa
perkuliahan, adapun pengalaman organisasi yang dijalani oleh penulis, yaitu BPH
(Badan Pengurus Harian) Ranggon sastra UKM Universitas Indraprasta PGRI
2019-2020 dan BPPH (Badan Pengawas Pengurus Harian) Ranggon Sastra UKM
Universitas Indraprasta PGRI 2020-2022. Sehingga akhirnya penulis
menyelesaikan studi pada tahun 2023 dengan judul Perancangan Film Dokumenter
Poster Jalanan Berjudul “Wheatpaste Sebagai Wadah Keresahan di Jalan”. Saat ini
penulis mencoba peruntungannya, apabila terdapat informasi yang ingin diketahui
mengenai penulisan ini, silahkan menghubungi penulis melalui email
mugichysptr@gmail.com
Lampiran 1
Hasil Perancangan Media
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Nama : Deka Witara
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Desember 1993
Pekerjaan : Karyawan
Waktu wawancara : 15 Juni 2023
Tempat wawancara : Coffee Shop

No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pandangan pribadi Seni jalanan sebenarnya merupakan
mengenai seni jalanan? seni rupa yang di luar konteks seni-seni
tradisional dan mengaplikasikannya di
jalanan. Seperti di dinding kota dan
tempat umum lainnya yang biasa
menjadi tempat bagi pelaku
vandalisme.
2. Bagaimana latar belakang Mulai turun ke dunia street art di tahun
Pasted Wasted sebagai nama 2010, sampai saat ini masih aktif dalam
untuk karya-karya Deka dunia street art, walaupun tidak seaktif
Witara? dulu setidaknya Saya masih berusaha
eksis di dunia street art.
3. Kenapa memilih poster dan Wheatpaste atau poster itu lebih mudah
bagaimana perkembangan diterima oleh khalayak umum juga
poster dari masa kemerdekaan penikmat street art itu sendiri. Saya
sampai saat ini? sudah mencoba berbagai macam
cabang street art itu sendiri seperti
mural, graffiti dan stensil, menurut
Saya yang cocok untuk diri Saya
pribadi adalah poster atau wheatpaste.
Kenapa cocok untuk Saya karena
poster itu murah, mudah dikerjakan,
muah dibaca dan diterima serta cepat
dalam pembuatannya.
Poster dalam perkembangannya cukup
bagus untuk media propaganda, karena
dari zaman kemerdekaan poster
dipakai untuk alat propaganda. Untuk
memberitakan suatu kebenaran dan
menyebarkan suatu pendapat tentang
apa yang benar dan apa yang salah.
4. Apa harapan untuk setiap karya Didengar atau dibacanya konteks dari
yang dilahirkan di jalanan? karya Saya tentu Saya sangat berharap.
Apalagi ketika Saya melakukan aksi
poster dengan memasukan keresahan
yang kebanyakan orang alami. Di situ
Saya sangat berharap agar pesan yang
Saya sampaikan dapat diterima dengan
baik bagi masyarakat.
Nama : Kuninghitam (Anonim)
Tempat / Tanggal Lahir :-
Pekerjaan : Street Artist
Waktu wawancara : 1 Januari 2021
Tempat wawancara : Kediaman Kuninghitam
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pandangan pribadi Seni jalanan adalah bentuk kesenian
mengenai seni jalanan? yang paling liar, bukan hanya bebas
menuangkan pikiran, ide/gagasan dan
keresahan tetapi juga bebas
menunjukan eksistesinya di setiap
perkotaan. Liar di sini adalah bebas
berkarya di jalan, tanpa memikirkan
peraturan-peraturan semacam
vandalisme dan sebagainya, karena
jalanan Saya pikir adalah tempat di
mana semua orang bisa melewatinya
dan seni jalanan hadir untuk
menyuguhkan suatu bentuk kebenaran
atas apa yang telah/sedang terjadi
dalam kehidupan.
2. Bagaimana latar belakang Saya memilih poster sebagai wadah
Kuninghitam sebagai nama dari karya-karya Saya karena poster itu
untuk karya-karya wheatpaste sesuatu yang mudah untuk dibuat atau
atau poster? dikerjakan, khususnya dalam media
digital serta mudah untuk
penerapannya di jalanan.
3. Tujuan terjun ke dalam seni Tujuan terjun ke dalam seni jalanan
jalanan? yang pertama untuk menunjukan
eksistensi karya Saya, karena bisa
disebut karya ketika kita
mempublikasikannya dan Saya
memilih mempublikasikan karya Saya
di jalanan. Yang kedua untuk berbaur
kepada masyarakat dalam bentuk karya
dengan menyuguhkan keresahan-
keresahan individu atau semua orang
alami.
4. Di manakah tempat yang paling Tempat yang strategis membuat poster
stategis untuk menempel poster dapat dilihat orang-orang seperti papan
di jalan? reklame, gardu listrik, halte bis kota,
dinding kota dan banyak lagi.
5. Bagaimana tanggapan Ini memang merupakan suatu tindakan
mengenai tindakan ilegal di ilegal, tetapi Saya mengartikan
jalan? tindakan ilegal itu sebagai bentuk
pemberontakan terhadap aturan-aturan
yang memenjarakan kebebasan
berekspresi. Apakah perampasan
lahan, pembakaran hutan dan tambang
batu bara bukan tindakan illegal bagi
alam? Justru itulah bentuk vandalisme
yang paling nyata.

Anda mungkin juga menyukai