Tugas akhir
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Panitia Ujian
Anggota :
No. Nama Tanda Tangan
1. Penguji 1
2. Penguji 2
3. Penguji 3
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Perancangan Buku
Ilustrasi berjudul Kamus Dasar Bahasa Isyarat beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
risiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab V Pasal 25 ayat 2.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.
Yang menyatakan,
Fina Fianty
iv
ABSTRAK
v
F. Daftar Pustaka: 17 Buku (tahun 2003-2018)
13 artikel dalam Jurnal (tahun 2004-2021)
4 laporan penelitian akademik
8 sumber lain
vi
MOTO
vii
KATA PENGANTAR
viii
11. Seluruh teman-teman di DKV UNINDRA angkatan 2018 yang tidak dapat
disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas pertemanan selama ini.
12. Teman SMK, Adel, Chindy, Ulfa, Sary, Nada, Ira dan Dini atas kesenangan
dan canda tawa yang membahagiakan.
13. Yayasan Helping Hands yang telah mengenalkan penulis dengan dunia
disabilitas.
14. Laura Lesmana Wijaya dan Bagja Prawira selaku narasumber yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, informasi serta masukkan dalam penulisan.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan
tulus ikhlas memberikan doa dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya
penulisan ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan penulisan skripsi ini serta
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
Fina Fianty
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TUGAS AKHIR ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
MOTO .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NARASUMBER
x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Contoh Memberikan Nama Isyarat ................................................... 31
Gambar 2.2 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) ............................................ 39
Gambar 2.3 Ekspresi Wajah .................................................................................. 43
Gambar 2.4 Bahasa Isyarat Indonesia ................................................................... 44
Gambar 2.5 Mind Mapping Proses Pengerjaan ..................................................... 52
Gambar 2.6 Moodboard Skema Warna ................................................................ 53
Gambar 2.7 Moodboard Tata Letak ...................................................................... 54
Gambar 2.8 Moodboard Gaya Ilustrasi ................................................................. 54
Gambar 2.9 Gaya Ilustrasi Jepang ........................................................................ 56
Gambar 2.10 Skema Warna .................................................................................. 57
Gambar 2.11 Referensi Penggunaan Huruf Tentang Nanti Pada Buku ................ 58
Gambar 2.12 Huruf yang Dipilih Tentang Nanti .................................................. 59
Gambar 2.13 Referensi Penggunaan Huruf Calibri Pada Buku ............................ 59
Gambar 2.14 Huruf yang Dipilih Calibri .............................................................. 60
Gambar 2.15 Pengumpulan Data Objek ............................................................... 62
Gambar 2.16 Gambar Ilustrasi Manual ................................................................. 62
Gambar 2.17 Proses Pewarnaan (Coloring) .......................................................... 63
Gambar 2.18 Sketsa Manual Sampul Buku .......................................................... 63
Gambar 2.19 Sketsa Manual Isi Buku Ilustrasi ..................................................... 64
Gambar 2.20 Sketsa Manual Gestur Tangan ........................................................ 64
Gambar 2.21 Proses Tata Letak (Layout) ............................................................. 65
Gambar 2.22 Sketsa Gambar Hasil Perancangan .................................................. 66
Gambar 2.23 Sampul Buku Ilustrasi ..................................................................... 68
Gambar 2.24 Bagian Isi Buku Ilustrasi ................................................................. 70
Gambar 2.25 Bagian Penutup Buku Ilustrasi ........................................................ 71
Gambar 2.26 Media Sosial .................................................................................... 73
Gambar 2.27 Poster ............................................................................................... 74
Gambar 2.28 Pembatas Buku ................................................................................ 75
xii
Gambar 2.29 Roll-Banner ..................................................................................... 76
Gambar 2.30 Stiker ............................................................................................... 77
Gambar 2.31 Gantungan Kunci............................................................................. 78
Gambar 2.32 Tote Bag .......................................................................................... 79
Gambar 2.33 Tumbler ........................................................................................... 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN Sara n
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini masih banyak stigma masyarakat yang salah mengenai
teman Tuli dan budaya Tuli. Banyak orang yang menilai bahwa teman Tuli
(ABD) dan terapi wicara. Sedangkan teman Tuli sendiri tidak memandang hal
dengan teman Tuli sebagai kelompok minoritas juga memiliki budaya yang
berbeda dengan teman dengar (nonTuli). Adapun budaya Tuli sama hal nya
adalah bahasa. Bahasa yang digunakan oleh teman Tuli adalah Bahasa Isyarat
oleh tangan dan dipahami dengan mata yang menujukkan kekuatan visual
15
16
tubuh, kepala, tangan, lengan, ekspresi wajah, dan ruang fisik yang
mengelilingi pengguna bahasa isyarat dan mata (Bahan & Parish, 2019).
“Jika kita tidak memiliki suara atau telinga, dan ingin berbicara satu sama lain,
bukankah kita, seperti orang tuli dan bisu, membuat isyarat-isyarat dengan
tangan dan kepala dan seluruh tubuh kita?” (Plato dalam Albrecht, 2006).
Bahasa isyarat adalah penutur yang berkembang secara alami dan tidak
bagi komunitas teman Tuli. Karena bahasa isyarat merupakan bahasa kedua
untuk orang dengar supaya semua orang dapat berisyarat, semua orang dapat
yaitu mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting sosial yang akan
dituangkan dalam tulisan yang bersifat naratif. Dalam penulisan penelitian ini
diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala atau isu yang
dibahas.
lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dan data yang dihasilkan
sendiri atau orang lain yang membantu peneliti. Dalam penelitian kualitatif,
mendengar, dan mengambil. Peneliti dapat meminta bantuan dari orang lain
wawancara. Maka dalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan melalui
informan atau narasumber berupa rekaman suara, dan hasil foto. Observasi
Umaidi No. Bambu 2, West Rawa, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510, pada 17 Desember 2022 dengan tujuan
terjadi di masyarakat.
Hak teman Tuli yang diatur dalam UUD No 8 Tahun 2016 masih
baik. Oleh sebab itu, diperlukan suatu cara agar masyarakat umum mengetahui
19
dan mengenali lebih dekat mengenai kaum Tuli beserta hak-hak dan cara
komunikasi antara orang Tuli dengan orang dengar adalah dengan bahasa
dan tekanan bahasa mayoritas, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah lisan.
yang tersebar di 9 (sembilan) Provinsi. Antara lain: DKI Jakarta, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Jambi dan
ke masyarakat umum dengan cara yang lebih menarik, bahasa isyarat bisa
20
dengan teman Tuli maupun tidak. Sebab dengan dipelajarinya bahasa isyarat,
masyarakat juga telah membantu teman Tuli untuk mendapatkan posisi yang
tanpa perlu khawatir akan rusak. Selain itu, tulisan yang terpampang melalui
tinta di halaman lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan model pixel yang
ada pada layar yang bercahaya. Buku dengan lusinan bahkan ratusan lembar
halaman yang dicetak bisa dengan mudah dibaca tanpa mengalami gangguan
mata dibandingkan ketika membaca lewat online. Halaman buku bisa dibalik
dengan lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan melalui halaman virtual.
Dan bisa menulis catatan pada bagian margin buku atau kalimat tertentu yang
menginspirasi. Selain itu, remaja juga tertarik dengan media buku. Alasannya
karena melalui media buku, mereka dapat mengoleksi buku-buku yang mereka
Prasetyadi, 2013).
audience dalam bentuk visual (Amanda, 2020). Buku-buku ilustrasi lain yang
telah ada sebelumnya lebih di tujukan kepada anak-anak Tuli untuk lebih fasih
dalam berbahasa isyarat. Sedangkan buku yang akan dibuat ditujukan kepada
digunakan oleh para remaja itu sendiri. Hal ini menjadi daya tarik utama dari
buku ini, yang membuatnya berbeda dengan buku-buku ilustrasi lain yang
telah ada.
cukup baik dan cara proses berpikir yang berbeda antara individu satu dengan
dorongan yang ditimbulkan secara naruliah bagi setiap orang untuk belajar
kemampuan indera untuk mampu berpikir dan peka dalam berbagai hal. Rasa
Menurut Kasdhan, Rose & Finchan (2004) rasa ingin tahu terbagi
kedalam dua hal, yakni: a) Rasa ingin tahu yang bersifat aktif dalam mencari
berbagai hal yang baru, b) Rasa ingin tahu untuk mendalami suatu hal tertentu
22
suatu kontak rangsangan mengenai sesuatu hal yang baru dan peluang yang
beberapa kajian literatur telah dibuktikan pada penelitian Kasdhan, Rose &
Finchan (2004) bahwa rasa ingin tahu akan membuat seseorang termotivasi,
serta menemukan pandangan yang baru mengenai sesuatu hal dalam berbagai
sudut pandang.
Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan rasa ingin tahu terhadap suatu
potensi yang dimiliki remaja serta menjadikan pengalaman sebagai suatu ilmu
media komunikasi visual berupa buku ilustrasi yang dapat mengemas ilmu
baru bagi remaja berupa pengetahuan budaya Tuli, perkenalan dan panduan
kaum Tuli yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat umum,
khususnya remaja.
Dasar Bahasa Isyarat. Kamus sendiri merupakan buku rujukan yang berisi
kendala dalam memahami arti dari bahasa tersebut. Kamus inilah yang akan
penulis rancang sebagai suatu media, yang didalamnya berisi bahasa sehari-
hari yang bersifat dasar dan sering digunakan teman Tuli untuk
23
berkomunikasi. Melalui buku ilustrasi kamus dasar bahasa isyarat ini, para
zaman serba digital ini. Selain itu juga diharapkan dimulai dari para remaja
dapat membantu teman Tuli untuk mendapatkan hak yang sama bahwa semua
manusia itu adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk hidup
yang dibuat tentu harus efektif dan mudah dijangkau, serta dapat menjawab
B. Rumusan Masalah
Isyarat?
C. Tujuan Penelitian
PERANCANGAN
A. Objek Penelitian
1. Disabilitas
antara lain amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy
24
25
fungsi dari panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu
dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang
secara penulisan, Tuli dengan huruf kapital (T) menurut komunitas Tuli
sendiri dipandang lebih sopan dan mereka lebih nyaman dipanggil dengan
(PSIBK, 2018)
tunarungu, kedua frasa tersebut hanya berbeda sudut pandang saja, alias
27
tidak ada yang benar, tidak pula yang salah. Istilah tunarungu mengacu
penggunaan alat bantu dengar (ABD), dan terapi wicara. Sedangkan Tuli
Tapi juga bagaimana kehidupan Tuli yang berbeda dengan teman dengar.
karena lingkungan yang tidak memberikan akses kepada teman Tuli, baik
sama sekali.
Tuli bisa berbicara belum tentu semua orang Tuli juga dapat berbicara
2021).
dalam berkomunikasi.
29
dalam kesehariannya.
Dapat disimpulkan bahwa tidak semua teman Tuli adalah bisu atau
belum tentu adalah seorang Tuli. Yang memiliki hak untuk membuka
Silang menambahkan seperti hal nya ketika melihat dari perspektif teman
berdasarkan persepektif Tuli, Tuli tidak bisa mendengar tidak masalah tapi
bukan berarti tidak memiliki kemampuan. Hanya saja cara hidup yang
cara beradaptasi serta cara berorganisasi. Hal itu berbeda karena Tuli
Tuli.
3. Budaya Tuli
Budaya mungkin adalah salah satu gagasan yang paling sulit untuk
Williams, budaya adalah salah satu dari dua atau tiga kata paling sulit di
kata ini dalam beberapa bahasa Eropa, tetapi terutama karena kata ini
berbeda, dan beberapa sistem pemikiran lainnya yang tidak cocok (Ladd
kepercayaan sosial, perilaku, seni, tradisi sastra, nilai dan institusi bersama
komunikasi utama.
a. Nama Isyarat
tujuan setiap orang baik teman Tuli maupun teman dengar memiliki
nama panggilan isyarat yang menjadi sebuah ciri khas dari masing-
masing individu. Panggilan isyarat bisa diperoleh dari sesuatu hal yang
unik dari orang tersebut. Ciri khas yang dimaksud seperti dari
Gambar 2.1
Contoh Memberikan Nama Isyarat
Sumber : upinipin.fandom.com
karena teman Tuli tidak mendengar. Cara untuk memanggil teman Tuli
c. Memanggil teman
perhatian.
d. Menarik perhatian
e. Kontak mata
gestur, ekspresi, gerak bibir serta dapat fokus dengan apa yang
f. Jarak berkomunikasi
isyarat komunitas Tuli lebih nyaman bila memiliki ruang jarak, supaya
33
g. Video call
ekspresi dan gerak bibir. Jika ada hambatan pada sinyal maka
h. Meja bundar
i. Tempat terang
dengan baik.
mereka.
penglihatan”.
tentang budaya Tuli, dalam berinteraksi dengan teman Tuli juga terdapat
c. Jika lawan bicara, yaitu teman Tuli menggunakan baca bibir sebagai
mereka.
alat bantu dengar, sesuaikan levelnya atau gunakan alat bantu tulis
e. Teman Tuli memiliki kebiasaan untuk meminta ulang apa yang kita
4. Bahasa Isyarat
sama halnya seperti bernafas yang begitu mendasar dan dibutuhkan dalam
akan hilang darinya. Tidak akan lagi dapat berfungsi sebagai homo sapiens
ahli. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV (2014 : 116),
dituliskan bahwa:
sebagai suatu lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh
diri.
dapat dipisahkan dari kehidupan budaya manusia karena antara bahasa dan
masih banyak alat lain yang dapat digunakan sebagai alat interaksi sosial
merupakan alat yang paling penting dan lengkap, serta paling sempurna
komunikasi untuk orang-orang yang Tuli atau tuna rungu di mana gerakan
37
antara bahasa isyarat dan bahasa lisan terletak pada modalitas atau sarana
produksi dan persepsinya. Bahasa lisan diproduksi melalui alat ucap (oral)
(Isma, 2018).
terdiri dari satuan terkecil hingga terbesar. Bahasa isyarat juga memiliki
dengan sistem bunyi, tata kata, tata kalimat, dan pemaknaan yang sama
dengan bahasa lisan. Dengan kata lain, bahasa isyarat merupakan sistem
linguistik yang tidak didasarkan pada sistem bahasa lisan. Hal itu
isyarat maka akan menstimulasi otak kanan sehingga kedua otak menjadi
seperangkat jari tangan, dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata
Definisi lain dari SIBI adalah suatu sistem isyarat bahasa yang
masyarakat yang lebih luas dengan tata makna (Hakim dan Samino, 2008).
Gambar 2.2
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
Sumber : Yayasan Peduli Kasih ABK, 2019
singkatan dari S-I-B-I, yaitu sebuah sistem isyarat artinya SIBI merupakan
sign system bukan sign language. Dengan demikian artinya, SIBI dasarnya
Indonesia. Ketika mempelajari SIBI maka anak-anak Tuli harus tau bahasa
bukanlah bahasa isyarat. Anak Tuli atau orang-orang Tuli tidak ada yang
anak harus belajar bahasa Indonesia dulu seperti imbuhan me-, pe-, ber-,
akhiran -kan, akhiran -an. Afiksasi ini harus dipelajari oleh anak-anak
Tuli. Bayangkan seorang anak bayi harus belajar imbuhan. Anak dengar
saja (hearing baby) umur satu tahun apakah bisa menguasai imbuhan
seperti itu. tentu jawabannya tidak untuk seorang anak bayi umur satu
tahun. Tidak masuk akal kalau dari kecil sudah di ajarkan sistem isyarat
baik. Tapi SIBI bukan bahasa isyarat alami dari teman-teman komunitas
Tuli. Karena orang yang membuat SIBI ini adalah kepala sekolah dari
SLB pada tahun 1950an. Pembuat SIBI melihat bahwa teman Tuli bingung
Indonesia mirip seperti kode morse. SIBI juga bukan adopsi dari bahasa
isyarat amerika, tapi diadopsi dari SEE (Sign Extra English). Jadi SIBI ini
sistem komunikasi yang bersifat praktis dan efektif untuk teman tunarungu
isyarat yang dipelajari secara alami oleh Tuli sehingga BISINDO seperti
bermartabat sesuai dengan falsafah hidup dan HAM (Hak Asasi Manusia).
merupakan salah satu budaya yang lahir dan berkembang dari kaum Tuli
oleh orang Tuli sebagai penutur asli, juga merupakan bahasa ibu
komunitas Tuli, tatanan kata nya berasal dari bahasa Indonesia yang
menyesuaikan dimana Tuli ini tinggal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
perbedaan budaya dan adat istiadat yang ada di Indonesia. Bagi komunitas
43
melainkan hanya gerakan isyarat (kosa isyarat) dan hal tersebut dapat
dipelajari oleh siapapun, termasuk teman dengar. Sebab, secara kaidah dan
bahasa tetaplah sama, tanpa mengubah struktur bahasa dari BISINDO itu
sendiri.
Hal ini karena bahasa isyarat mempunyai nilai ekspresif yang lebih tinggi.
Sehingga ekspresi wajah merupakan hal yang sangat penting dan sangat
Gambar 2.3
Ekspresi Wajah
Sumber : www.liputan6.com, 2014
44
menggunakan kata- kata dasar yang tidak berpola dan artikulasi tidak
akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi komunitas Tuli untuk dapat
Gambar 2.4
Bahasa Isyarat Indonesia
Sumber : Yayasan Peduli Kasih ABK, 2019
luas sebagai sebuah bahasa. Selain itu, dengan situasi saat ini, yaitu adanya
juga berpusat pada tuntutan agar bahasa isyarat dapat diakui dan
bahasa mayoritas, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah lisan. Selain
1. Analisis khalayak
dan bahasa isyarat masih sangat minim karena adanya stigma negatif
bahasa isyarat.
hasil analisis terhadap objek penelitian yang dipilih yaitu bahasa isyarat.
1) Demografis
Pekerjaan : Pelajar
2) Geografis
3) Psikografis
2016).
b. Targeting
mendapatkan hak yang sama bahwa semua manusia itu adalah mahluk
c. Positioning
sendiri. Hal ini menjadi daya tarik utama dari buku ini, yang
2. Konsep Media
adalah bisa dilihat oleh mata. Dengan kata lain, ilustrasi bisa menciptakan
dari sisi yang bersifat emosional dan fisik. Utamanya, ilustrasi tersebut
naskah tulisan yang diperbanyak dengan teknik cetak dalam warna hitam
mengenal dan belajar bahasa isyarat. Ilustrasi bahasa isyarat ini dituangkan
waktu panjang, serta dapat dipelajari kapan saja. Dalam buku ilustrasi
bahasa isyarat ini memasukkan sebagian kecil unsur komikal berupa balon
a. Judul Media
perhatian orang dengar memahami isyarat agar tidak ada lagi hambatan
untuk berkomunikasi.
halaman. Jenis kertas yang digunakan yaitu art paper, untuk sampul
paper 260 gsm dengan posisi portrait dan penggunaan warna secara
colourfull.
c. Kerangka Materi
Kawula Muda, Jakarta Selatan. Selain itu buku ilustrasi ini juga akan
52
media tersebut karena cafe dan coffee shop merupakan tempat yang
bosan. Sehingga buku ilustrasi ini bisa menjadi salah satu media yang
a. Mind Mapping
luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif,
Gambar 2.5
Mind Mapping proses pengerjaan
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021
53
b. Moodboard
ide atau inspirasi untuk membuat suatu karya desain (Khasana, 2019).
dengan tujuan sebagai acuan visual yang dapat digunakan saat proses
mendesain.
Gambar 2.6
Moodboard Skema Warna
Sumber: pinterest.com, 2021
54
Gambar 2.7
Moodboard Tata Letak
Sumber: behance.com, 2021
Gambar 2.8
Moodboard Gaya Ilustrasi
Sumber: pickedink.com, 2021
c. Gaya Ilustrasi
Menurut Budianto (dalam Ellen, 2021) bentuk atau artstyle dari anime
adalah gaya ilustrasi yang digunakan atau dipakai dan lahir dari negeri
sakura atau Jepang. Gaya ilustrasi anime ini menjadi populer dan
anime ini.
anime ini yang semakin gencar dan ramai di masyarakat. Anime yang
kartun dari budaya barat. Hal ini juga yang membuat penulis tertarik
Gambar 2.9
Gaya Ilustrasi Jepang
Sumber: pernilleoe.dk, 2021
d. Skema Warna
audience. Setiap warna memiliki karakter dan sifat yang berbeda pula,
maka dari itu pemilihan warna haruslah tepat untuk menghindari citra
tenang. Warna dingin dan soft pada latar, memberi kesan tenang,
Gambar 2.10
Skema warna
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2022
e. Pemilihan Huruf
bahasa Yunani yaitu typos dan graphe. Secara umum, tipografi dapat
akan dipakai, kita perlu memahami karakter dan kesan apa yang ingin
kita tunjukkan. Hal ini menjadi penting karena jika tidak, maka karya
dengan konten, kenyamanan dan tren huruf yang sedang berlaku. Latar
dengan periode waktu tertentu, maka akan lebih baik jika huruf yang
tersebut juga.
Gambar 2.11
Referensi Penggunaan Huruf Adabelle Handwriting Regular Pada Buku Ilustrasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
59
Gambar 2.12
Huruf yang dipilih Adabelle Handwriting Regular
Sumber: dafont.com, 2022
Gambar 2.13
Referensi Penggunaan Huruf Franklin Gothic Book Pada Buku Ilustrasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
60
Gambar 2.14
Huruf yang dipilih Franklin Gothic Book
Sumber: fontmeme.com, 2022
C. Perancangan Media
karya monumental dari obyek yang diteliti (Ulfatin dalam Anufia &
Alhamid, 2019).
Gambar 2.15
Pengumpulan Data Objek
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
2. Pembuatan Ilustrasi
Gambar 2.16
Gambar Ilustrasi Manual
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
63
3. Pewarnaan (Coloring)
Gambar 2.17
Proses Pewarnaan (Coloring)
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
4. Sketsa Manual
Gambar 2.18
Sketsa Manual Sampul Buku
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
64
Gambar 2.19
Sketsa Manual Isi Buku Ilustrasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
Gambar 2.20
Sketsa Manual Gestur Tangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
65
Gambar 2.21
Proses Tata Letak (Layout)
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
D. Hasil Perancangan
pendukung yang dibuat dan displai. Aspek yang harus dijelaskan dalam
a. Ukuran : 18 cm x 23 cm
Gothic Book
d. Warna : CMYK
66
Gambar 2.22
Skala Gambar Hasil Perancangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
cm, berjumlah 39 halaman yang memuat gambar dan teks. Ilustrasi yang
a. Bagian Awal
untuk buku ilustrasi ini. Pada cover terdapat beberapa tokoh karakter
dalam buku dan sign languange yang berbeda dan memiliki arti.
Gambar 2.23
Sampul Buku Ilustrasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
69
b. Bagian Isi
Gambar 2.24
Bagian Isi Buku Ilustrasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
71
c. Bagian Penutup
Gambar 2.25
Bagian Penutup Buku Ilustrasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
a. Media Sosial
minggu sekali. Selain itu juga sebagai media promosi peluncuran buku
Gambar 2.26
Media Sosial
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
74
b. Poster
lokasi yang sesuai dan mudah dilihat. Media ini dapat mudah
dengan menggunakan jenis kertas art cartoon 310 gram dan sistem
Gambar 2.27
Poster
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
c. Pembatas Buku
media ini sangat berfungsi sebagai penanda setelah kita membaca buku
75
dan media ini juga sesuai dengan kebutuhan buku ilustrasi yang dibuat.
menggunakan jenis kertas art cartoon 310 gram dan sistem cetak full
Gambar 2.28
Pembatas Buku
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
76
d. Roll-Banner
Gambar 2.29
Roll-Banner
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
77
5. Merchandise
a. Stiker
kepada setiap orang yang datang. Stiker yang akan dibuat berukuran 5
Gambar 2.30
Stiker
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
b. Gantungan Kunci
siapa saja atau semua lapisan masyarakat, gantungan kunci juga bisa
ilustrasi ini sehingga audience akan ingat produk dengan harapan akan
Gambar 2.31
Gantungan Kunci
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
c. Tote Bag
kalangan remaja. Tote bag dengan desain menarik dan hasil sablon
Gambar 2.32
Tote Bag
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
d. Tumbler
luar rumah, hal ini yang menjadi ajang untuk mempermudah proses
Gambar 2.33
Tumbler
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
dan pada hakikatnya manusia diciptakan sebagai mahluk sosial. Manusia tidak
dapat hidup seorang diri, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
manusia lainnya. Ketika setiap individu berinteraksi dengan individu lainnya akan
bukan berarti mereka tidak bisa berkomunikasi. Mereka memiliki bahasa alami
yang berkembang di budaya komunitas teman Tuli, yaitu bahasa isyarat. Namun
sayangnya masih banyak yang tidak tahu mengenai bahasa alami atau BISINDO
Karena itulah komunitas teman Tuli tidak bisa berjuang tanpa bantuan kita
dari teman-teman non-Tuli atau teman dengar. Untuk dapat membantu komunitas
teman Tuli kembali kehakikatnya bahwa semua manusia itu adalah mahluk sosial
yang membutuhkan orang lain untuk hidup tanpa harus terkendala apapun
berkomunikasi dengan komunitas teman Tuli, dalam hal ini adalah bahasa isyarat
Indonesia. Menjawab segala tantangan dan kondisi yang ada, buku ilustrasi
mengenai bahasa isyarat Indonesia. Buku ilustrasi dipilih sebagai media visual
80
81
karena mampu menarik secara visual tentang pesan yang akan disampaikan. Buku
pembaca maupun penikmatnya. Bahasa yang mudah dipahami dan ilustrasi yang
menarik, merupakan bagian kecil dari kekuatan buku ilustrasi ini serta
Hasil yang dicapai dari penelitian ini yaitu telah dibuat buku ilustrasi
berjudul Kamus Dasar Bahasa Isyarat. Buku ilustrasi ini menjadikan target
audience lebih mengenal bahasa isyarat, lebih memahami gerak isyarat, lebih
mengetahui cara berinteraksi dengan teman Tuli, lebih mengenal kosa isyarat
dasar, dan buku ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk belajar bahasa
isyarat yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan teman Tuli telah
berhasil dicapai.
penulis adalah banyaknya perbedaan gerak dalam bahasa isyarat Indonesia di tiap
komunitas teman Tuli. Hal ini membuat penulis kesulitan dalam menentukan
gerak isyarat yang akan digunakan dalam perancangan media. Solusi dari
Indonesia yang dipelajari di awal dan biasa digunakan karena komunitas teman
digunakan berbeda, mereka tetap bisa memahami apa yang di maksud. Sehingga
hambatan dan masalah mengenai gerak bahasa isyarat tersebut dapat penulis atasi.
82
B. Saran
seluruh aspek dari perancangan tersebut baik dari segi data visual ataupun segi
verbal dan jika memungkinkan terlibat langsung atau berdekatan dengan dunia
disabilitas. Saran penulis untuk yang akan membuat perancangan dengan tema
2. BISINDO adalah bahasa dan harus disadari, diakui dan diangkat agar
kehidupan teman Tuli, generasi muda Indonesia akan sadar dan mengerti
Indonesia.
3. Diperlukan adanya review atau testimoni dari pengguna atau tokoh yang
isyarat bisa mendapatkan jaminan bahwa media ini adalah media yang
perancangan buku ilustrasi selanjutnya lebih baik dan lebih bermanfaat untuk
banyak orang. Untuk generasi muda Indonesia, mari bersama ciptakan dunia yang
lebih inklusi.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada. (2019). Belajar
Identitas dan Budaya Tuli: Kata ‘Tuli’ Bukanlah Kata Kasar. Diakses dari
https://fisipol.ugm.ac.id/belajar-identitas-dan-budaya-tuli-kata-tuli-
bukanlahkata-kasar/
Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Konstruksi Makna Bisindo Sebagai
Budaya Tuli Bagi Anggota Gerkatin. Informasi.
https://doi.org/10.21831/Informasi.v48i1.17727
Hakim, L., & Samino, D. (2008). Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (5th
ed.). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Hamidah, A. F., Patmanthara, S., & Soraya, D. U. (2020). Bahan ajar berbasis
webtoon dengan model mind mapping untuk meningkatkan pemahaman
konsep pada materi dasar desain grafis. Jurnal Penelitian Pendidikan dan
Pembelajaran (JPP), 1(1)
Indonesiabaik.id. (2018). Etika Saat Berinteraksi Dengan Kaum Tuli. Diakses dari
https://indonesiabaik.id/infografis/etika-saat-berinteraksi-dengan-kaumtuli.
Janottama, I.P.A, & Putraka, A.N.A. (2017) gaya dan teknik perancangan ilustrasi
tokoh pada cerita rakyat Bali. Jurnal Hasil Penelitian Segara Widya, 25-
41. ISSN: 2354-7154. Doi: https://doi.org/10.31091/sw.v5i0.189
KBBI V.0.2.1. Beta (21). 2016. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kashdan, T. B, Rose, P., & Finchan, F.D. (2004). Curiosity and Exploration:
Facilitating Positive Subjective Experiences and Personal Growth
Opportunities. Journal of Personality Assessment, Vol. 82(3), pp. 291-305
Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Solo: Cakra
Books.
Nugroho, I. P. (2019). Memahami rasa ingin tahu remaja ditinjau berdasarkan
jenis kelamin. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 5(1), 1-5.
Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus. (2018). Tuli, Tunarungu, atau tuli?.
Diakses dari https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2018/04/20/tunarungu/
Siregar, Z. N. (2021). Silang: Kenalkan Bisindo dan Budaya Tuli Lewat Akses
Teknologi. Diakses dari https://plus.jakarta.go.id/kata-kota/03801db7-
e586-48e1-8a3e-7a964f77a6ad
Kompetensi sesuai
Objek penelitian : Ketua Pusat Bahasa Isyarat
Indonesia (PUSBISINDO)
Melalui buku ilustrasi ini Fina ingin menjembatani komunikasi dan interaksi
antara teman Tuli dan teman dengar, guna menciptakan dunia yang lebih inklusi
serta ramah disabilitas
Lampiran 1
Hasil Perancangan Media
Lampiran 2
Instrumen Wawancara 1
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa itu budaya Tuli? Tuli memiliki identitas budaya yang dibanggakan,
seperti perkenalan, cara memanggil, cara menarik
perhatian umum, kontak mata dan jarak waktu
berkomunikasi. Budaya Tuli merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan sikap, perilaku dan bagaimana
persepsi serta perspektif Tuli dalam memahami
sesuatu. Budaya Tuli sangat luas, namun terdapat
beberapa mendasar, seperti:
1. Perkenalan
Setiap teman Tuli memiliki nama panggilan
isyarat. Dengan tujuan setiap orang baik teman
Tuli maupun teman dengar memiliki nama
panggilan isyarat yang menjadi sebuah ciri khas
dari masing-masing individu. Panggilan isyarat
bisa diperoleh dari sesuatu hal yang unik dari
orang tersebut. Ciri khas yang dimaksud seperti
dari kebiasaan, hobi atau fisik mereka.
2. Cara memanggil
Dalam budaya Tuli memanggil lawan bicara
tidak disarankan untuk menggunakan bahasa
lisan. Hal itu menjadi tidak berguna karena
teman Tuli tidak mendengar. Cara untuk
memanggil teman Tuli dilakukan dengan
menepuk bahu jika jarak dengan lawan bicara
berdekatan atau bersebelahan. Apabila
berjauhan atau bersebrangan bisa menggunakan
lambaian tangan.
3. Cara menarik perhatian
Bagaimana cara memanggil teman Tuli jika
didalam satu ruangan ada 100 Tuli? Apakah
hanya dengan melambaikan tangan? Ketika
disebuah ruangan kita bisa menyalakan dan
mematikan lampu pada waktu yang cepat. Jadi
orang Tuli akan menyadari sesuatu yang
berubah ditempat itu, dan itu menjadi tanda bagi
mereka untuk saling memanggil temannya atau
rekannya dengan menepuk pundak. Jadi ada
gelombang dari satu orang ke orang yang lain.
Dari satu sisi ke sisi yang lain, sehingga sampai
kesemua orang itu dipanggil dan melihat. Nah
kalau kita ada di zoom? Saya kan tidak bisa
memanggil yah, kalau ada orang-orang Tuli
bagaimana cara memanggilnya. Contohnya ini
ada Tuli, namun memperhatikan dan tidak
melihat layar laptop. Bagaimana cara menarik
perhatian mereka? Jadi orang tadi kan sedang
pegang handphone ya, maka video call saja, jadi
dia sadar kalau dia dipanggil. Ya, itu strategi
nya untuk menarik perhatian.
4. Kontak Mata
Kontak mata bagi komuniats tuli sangat penting
untuk dilakukan, jadi apa yang disampaikan
ditangkap atau dipahami melalui indera
penglihatan, dengan demikian kontak mata
dilakukan karena apapun yang disampaikan
yang diandalkan adalah penglihatan. Berbeda
dengan orang dengar, orang dengar kalau
berbicara mengandalkan telinga, jadi mereka
tidak harus menatap terus-terusan. Untuk orang
Tuli, tidak mungkin saya berisyarat dengan
kamu tapi saya melihat ke kanan, akan merasa
janggal dan aneh ya ketika saya berisyarat
kepada kamu tetapi mata saya menatap ke
tempat lain.
5. Jarak waktu berkomunikasi
Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat kita perlu memperhatikan jarak ketika
berkomunikasi, beri ruang untuk berisyarat,
sehingga kita memiliki signing space atau ruang
jarak bicara dengan nyaman. Kalau disituasi
yang sempit, misalnya di kereta, kalau di KRL
kan padat penumpangnya begitu banyak
otomatis kita jadi drop satu tangan dan
berisyarat dengan satu tangan saja. Misalnya
kita di kereta pegangan tapi kita tetap bisa
komunikasi dengan satu tangan, tapi mungkin
memang tidak senyaman menggunakan dua
tangan, dan space nya itu akan sangat kecil.
Untuk kenyamanan dalam berisyarat kita perlu
memperhatikan jarak sehingga kita memiliki
signing space atau ruang jarak isyarat yang
nyaman, dan kalau belajar bahasa isyarat ini
juga bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi
jarak jauh. Misalnya “nanti kita janjian disana
ya”, “nanti kita makan disana ya”, misalnya
dengan kalimat seperti itu. Dengan jarak yang
jauh komunikasi itu tetap bisa dilakukan.
2. Apa maksud dari Arti deprivasi itu bahasa yang tidak bisa di akses di
deprivasi bahasa? usia dini. Seperti tidak adanya akses bahasa sejak
usia dini. Jadi banyak tuli tidak memiliki akses
bahasa isyarat sejak bayi dikarenakan orang tua tidak
tahu cara komunikasi dengan bahasa isyarat. Maka
pentingnya kita untuk belajar bahasa isyarat supaya
bisa komunikasi atau menyebarluaskan informasi
tentang bahasa isyarat.
4. Jika ingin belajar Jika merujuk kepada SIBI, SIBI bukanlah bahasa.
bahasa isyarat SIBI singkatan dari S-I-B-I, jadi sistem isyarat
SIBI/BISINDO artinya dia signin system bukan sign language, jadi
apakah harus belajar sistem isyarat bahasa Indonesia. Dengan demikian
langsung dengan artinya, SIBI ini base nya adalah bahasa Indonesia.
teman tuli? Landasannya adalah bahasa Indonesia. Ketika kita
mempelajari SIBI maka anak-anak harus tau bahasa
Indonesia. Jadi bahasa Indonesia yang diisyaratkan.
Jadi ini bukanlah bahasa isyarat. Untuk anak tuli atau
orang-orang tuli tidak ada yang sepenuhnya
mumpuni dalam SIBI atau menggunakan sistem
isyarat bahasa Indonesia. Didalam komunikasi untuk
kelancaran komunikasi maka yang digunakan adalah
bahasa isyarat Indonesia atau BISINDO, karena
inilah yang the natural sign language, bahasa isyarat
alamiah, jadi ini bisa dipahami terlebih dahulu.
8. Apa harapan untuk Saya berharap bahwa semua orang dapat berisyarat
Bahasa Isyarat tanpa adanya diskriminasi dan menyetarakan hak
Indonesia bagi orang Tuli. Dan juga mereka dapat menerima
(BISINDO)? Pendidikan yang setara dan lebih tinggi.
No Pertanyaan Jawaban
2. Ada berapa jenis Di Indonesia ada tiga kelompok Tuli yang dikenal.
kelompok Tuli yang 1. Kelompok besarnya itu pengguna bisindo,
ada di Indonesia? dimana dari lahir sampai besar semasa hidupnya
dia menggunakan bahasa isyarat Indonesia.
2. Penggunaan bahasa Indonesia, dia bisa menulis,
dia bisa berbicara menggunakan bahasa
Indonesia.
3. Tuli yang menggunakan dua bahasa/bingualis.
Bisa menggunakan BISINDO dan juga bisa
menggunakan bahasa Indonesia baik dari tulisan
maupun lisan.
Itu tergantung, kalau aku posisinya adalah bingual.
Aku bisa berisyarat begitupun aku bisa
menggunakan bahasa Indonesia bentuk tulisan
ataupun lisan. Tapi ingat bukan berarti Tuli lain akan
sama seperti Bagja. Tidak! Itu tergantung. Intinya
tidak semua teman tuli artinya bisu. Kadang-kadang
aku suka jengkel kalau ada orang yang bilang “ah
kamu tunarungu ya? Tunarungu wicara ya?”. Dia
tidak tahu kalau aku bisa lisan. Sebetulnya cukup
Tuli saja langsung. Tapi kalau di bahasa undang-
undang itu namanya adalah disabilitas rungu atau
disabilitas wicara. Nah disabilitas wicara ini artinya
belum tentu dia Tuli, dan orang Tuli belum tentu dia
adalah disabilitas wicara. Beda ya, artinya kita
belajar untuk tidak langsung memberikan identitas
kepada orang tersebut. Yang mempunyai hak untuk
membuka identitasnya itu adalah orang itu sendiri.
3. Apa itu budaya Tuli? Budaya Tuli itu contohnya misalkan kalau kamu
memanggil teman gimana caranya? Biasanya
menggunakan suara, betul? “hei!” gitukan, dipanggil
nama, oke dia langsung merespon, mendengar.
Kalau Tuli bagaimana caranya? Bisa di hampiri dan
tepuk pundaknya. Boleh gak kalau berteriak? Itu sih
artinya kamu akan cape sendiri kalau teriak, karena
tidak bisa digunakan untuk budaya Tuli tersebut,
karena itu berbeda. Kadang-kadang orang berpikir
“oh teman Tuli itu sulit ya dipanggilnya”, ya iya
caranya aja salah. Itu sih kadang-kadang stigma yang
mengakar di masyarakat.
Kenapa banyak yang menggunakan cara pengantar
yang salah, karena mungkin banyak orang yang
belum mengerti tentang budaya Tuli. Contoh lainnya
tentang budaya Tuli, teman-teman Tuli itu suka
sekali berkumpul ditempat yang terang. Kalau terang
boleh kan, kalau gelap bisa gak? Bisa, tapi akan
berkabur melihat isyaratnya. Nah isyaratnya ini akan
mempengaruhi ke cara duduk, cara mencari tempat,
cara berkomunikasi. Coba bayangin kalau misalkan
teman dengar kalau lagi di zoom, kalau video nya
mati, teman-teman masih bisa mendengarkan kan ya
suaranya apa. Karena masih ada suaranya. Kalau
teman Tuli harus on-cam semuanya. Kenapa?
Karena berisyarat. Kalau misal video nya mati apa
bisa isyaratnya di lihat? Beda ya, beda budaya nya.
Termasuk juga kalau kamu berpikir, oke kalau teman
dengar ketika bangun pagi teman dengar
menggunakan alarm untuk membangunkan ya, ada
suaranya. Bagaimana kalo temen tuli? Kan mereka
gabisa mendengar? Bukan gabisa tapi budayanya
yang beda, yaitu menggunakan getaran untuk bangun
paginya. Itu ada alat khususnya untuk
membangunkan teman tuli baik secara alami maupun
tidak alami. Kalau secara tidak alami itu seperti jam
atau hanphone atau alarm khusus, yaitu alat khusus
untuk membangunkan teman Tuli melalui getaran
biasanya di taruh di bawah bantal. Kalau alami
contohnya adalah mungkin Bapak, Ibu, atau keluarga
yang bertugas untuk membangunkan teman Tuli.
Yang tadi aku jelaskan adalah pengenalan budaya
Tuli. Pengenalan budaya Tuli ini berarti teman-
teman dengar harus peka dan melihat ada sesuatu
yang berbeda. Dimana Tuli itu bukan tentang
orangnya saja, atau dia disabilitas, tidak bisa
mendengar, hambatan, dll. Tapi bagaimana
kehidupan mereka yang berbeda dengan kalian
semua. Kita semua memiliki hak yang sama. Kenapa
hambatan-hambatan ini ada karena lingkungannya
yang tidak memberikan akses, fasilitas baik fisik
ataupun non-fisik. Ditambah lagi dengan kelompok
minoritas bahasa. Kalau misal teman dengar
menggunakan bahasa Indonesia, kalau temen-temen
Tuli aksesnya adalah BISINDO. Itu adalah faktor
lingkungan, artinya yang dijelaskan adalah untuk
membuka prespektif baru untuk teman dengar
tentang dunia Tuli.
6. Apa perbedaan SIBI Di Indonesia hanya ada satu bahasa isyarat yaitu
dan BISINDO? BISINDO tidak ada yang lainnya lagi. Sedangkan
SIBI fokus kepada bahasa Indonesia nya. SIBI biasa
digunakan disekolah sekolah SLB, untuk anak-anak
tuli bisa mengetahui struktur bahasa Indonesia,
kalimat bahasa Indonesia yang baik. Tapi SIBI
bukan bahasa isyarat alami dari teman-teman
komunitas Tuli. Karena orang yang membuat SIBI
ini adalah kepala sekolah dari SLB di tahun 1950an.
Yang membuat ini melihat bahwa teman Tuli
bingung dengan kata-kata bahasa Indonesia. Maka
dibuat menggunakan SIBI. Sistem isyarat ini
maksudnya adalah gerakannya untuk mengikuti
struktur bahasa Indonesia mirip seperti kode morse.
SIBI juga bukan adopsi dari bahasa isyarat Amerika,
tapi diadopsi dari SEE(Sign Extra English), jadi dia
mengikuti struktur bahasa, bahasa Inggris.