Anda di halaman 1dari 80

PROSES PENERBITAN PADA MEDIA CETAK

ZINE BUNGKAM SUARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh:

AGUNG SAPUTRA
NIM: 11310001

Program Studi Penerbitan

JURUSAN PENERBITAN
POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF
2014

PROSES PENERBITAN PADA MEDIA CETAK


ZINE BUNGKAM SUARA

Oleh
AGUNG SAPUTRA
NIM: 11310001

Tugas Akhir Ini Telah Dipertanggungjawabkan di hadapan


Tim Penguji Tugas Akhir

Disahkan,
Pada Tanggal: 2 September 2014

Tim Penguji
Ketua

Drs. Jimmy Paat, M.Si


NIP: 195502221980031003
Anggota

Ir. Irene Maria Julia Astuti, M.Pd

Anggota

Drs. Benget Simamora, M.M


NIP: 195907061986031002

ii

PROSES PENERBITAN PADA MEDIA CETAK


ZINE BUNGKAM SUARA

Oleh
AGUNG SAPUTRA
NIM: 11310001

Program Studi Penerbitan


Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif

Menyetujui,
Pada Tanggal: 25 Agustus 2014

Pembimbing Materi

Pembimbing Teknis

Dr. Purnomo Ananto, M.M

Nova Darmanto, S.Sos

NIP: 196009191986021001

NIP: 196811031990021001

Ketua Jurusan Penerbitan

Drs. Benget Simamora, MM


NIP: 195907061986031002

iii

ABSTRAK
Dalam menerbitkan majalah, tentunya memerlukan proses penerbitan yang
memakan waktu. Maka dari itu, untuk sebuah penerbit biasanya melibatkan
banyak pihak dari pencarian naskah hingga distribusi yang sesuai dengan
keahliannya. Berbeda dengan zine Bungkam Suara yang hanya dikelola oleh satu
orang. Hal ini berlawanan dengan konsep penerbitan yang ada pada umumnya.
Sehubungan dengan itu, tugas akhir ini akan mengangkat permasalahan
bagaimana proses penerbitan zine Bungkam Suara yang hanya dikelola oleh satu
orang. Dalam hal ini, penulis akan memecahkan permasalahan yang ada dengan
teori tentang penerbitan, media cetak, jurnalisme, dan proses penerbitan. Penulis
menerapkan metode kualitatif deskriptif, artinya penulis mengandalkan
pemahaman dan kemampuan penulis untuk tujuan tugas akhir ini. Adapun teknik
pengambilan data, penulis menggunakan studi kepustakaan, observasi, dan
wawancara.
Berdasarkan pembahasan tugas akhir ini, dapat diketahui bahwa zine
Bungkam Suara, memiliki keterlambatan waktu dalam proses produksi dengan
kesimpulan bahwa zine Bungkam Suara memiliki proses penerbitan yang berbeda
dengan konsep penerbitan yang ada pada umumnya. Hal ini dikarenakan, hanya
dikelola oleh satu orang. Seharusnya pengelola Bungkam Suara, merekrut anggota
yang sesuai dengan keahliannya dalam proses produksi yang ada, demi kelancaran
dan keberlangsungan terbitan zine Bungkam Suara.
Kata kunci: Penerbitan, Proses Penerbitan, dan zine.

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur dan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat, dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan karya tugas akhir ini
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program Diploma III pada
jurusan Penerbitan, prodi Penerbitan di Politeknik Negermi Media Kreatif.
Judul karya tugas akhir ini adalah PROSES PENERBITAN PADA
MEDIA CETAK ZINE BUNGKAM SUARA. Sungguh suatu kebanggan bagi
penulis karena usahanya selama ini membuahkan hasil.
Penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penyusunan tugas
akhir ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran unuk karya tugas
akhir ini.

Jakarta, 18 Agustus 2014

Agung Saputra

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan karya tugas akhir ini tentu saja tidak lepas dari bantuan
banyak pihak. Untuk semua dukungan dan keaikan itu/atau penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Drs. Sarmada, S.Sos.M,si, selaku Direktur Politeknik Negeri Media
Kreatif Jakarta.
2. Drs. Benget Simamora, MM, selaku Ketua Jurusan Penerbitan yang telah
memberi dukungan kepada mahasiswa angkatan IV program studi
Penerbitan.
3. Drs.Purnomo Ananto, M.M, selaku dosen pembimbing materi yang
dengan senantiasa teliti memeriksa dan memberi masukan untuk tugas
akhir penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikannya.
4. Nova Darmanto, S.Sos selaku dosen pembimbing teknis yang senantiasa
memeriksa dan memberikan saran kepada penulis.
5. Seluruh dosen Politeknik negeri Media Kreatif, khususnya dosen jurusan
Penerbitan yang telah menjadi pendidik penulis selama VI semester.
6. Sri Utami dan Wahyudin, selaku orang tua kandung penulis yang tidak
pernah henti memberikan dukungan berupa materi dan semangat, serta
Lami Fahrul Rozi, selaku ayah tiri penulis. Tanpa mereka penulis tidak
yakin bisa menyelesaikan karya tugas akhir.

vi

7. Dian Anggraeni, Muhammad Alfauzan, dan Fajar Erlangga, selaku adik


dan kakak penulis, yang telah menghibur penulis dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
8. Semua teman-teman penerbitan angkatan 2011, yang saling memotivasi
dalam

pembuatan

tugas

akhir

ini

sehingga

kita

semua

dapat

menyelesaikannya, khususnya bagi teman seperjuangan seperti: Reza


Kemal Wijoyo, Andri Pramuziono, Chairul Umam, Ridwan Sebastian,
Hutomo Pangestu, John Roy Sibarani, Lusitania Ayu, Nurjannah Dwi
Kurnia, Intan Fatrina S, TB M. Yudi, Oki Artha Nugroho, dan Elisabeth
Arin.
9. Pembuat zine Bungkam Suara Alfian Putra, yang telah mengizinkan
karyanya untuk dijadikan bahan penulisan tugas akhir ini.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,


mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jakarta, 18 Agustus 2014

Agung Saputra

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN .........................................................................

iii

ABSTRAK ..................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR .................................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................

vi

DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang .................................................................................

B Identifikasi Masalah .........................................................................

C Pembatasan Masalah .........................................................................

D Perumusan Masalah ...........................................................................

E Tujuan Penulisan Tugas Akhir ...........................................................

F Manfaat Penulisan Tugas Akhir .........................................................

G Metode Penulisan Tugas Akhir .........................................................

H Sistematika Penulisan Tugas Akhir ...................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A Penerbit ............................................................................................

B Pengertian Penerbitan Buku dan Ruang Lingkup Penerbitan .............

1. Pengertian Penerbitan Buku .......................................................

2. Ruang Lingkup Penerbitan .........................................................

10

C Media Cetak .....................................................................................

10

1. Definisi Media Cetak .................................................................

11

2. Bentuk-bentuk Media Cetak .......................................................

11

viii

D Definisi Majalah ...............................................................................

13

1. Tipe-tipe Majalah ......................................................................

15

a. Consumer Magazine ...........................................................

15

b. Organization .......................................................................

16

c. Public Relation Magazine ...................................................

16

d. Custom Magazine ...............................................................

17

e. Alternative Magazine ..........................................................

18

2. Media Alternatif ........................................................................

19

E Sistematika Proses Kerja di Penerbitan .............................................

22

1. Pengarang, Penulis .....................................................................

22

2. Editorial .....................................................................................

23

3. Produksi ....................................................................................

24

4. Cetak .........................................................................................

25

5. Distribusi ...................................................................................

25

6. Pembaca ....................................................................................

25

BAB III METODE DAN PEMBAHASAN


A Metode Penulisan Tugas Akhir .........................................................

27

1. Sumber Data ..............................................................................

27

2. Metode (Kualitatif Deskriptif) ....................................................

27

3. Teknik Pengumpulan Data .........................................................

27

4. Kepustakaan ..............................................................................

28

5. Observasi ...................................................................................

28

6. Wawancara ................................................................................

28

7. Teknik Analisis Data .................................................................

29

B Perencanaan Program .......................................................................

29

1. Bungkam Suara .........................................................................

29

2. Bentuk Zine ...............................................................................

30

3. Khalayak Sasaran ......................................................................

31

4. Strategi ......................................................................................

32

5. Tujuan .......................................................................................

33

ix

6. Rubrikasi ...................................................................................

33

a. Rubrik zine Bungkam Suara 1 .............................................

34

b. Rubrik zine Bungkam Suara 2 .............................................

35

c. Rubrik zine Bungkam Suara 3 .............................................

37

d. Rubrik zine Bungkam Suara 4 .............................................

38

C Konsep Desain Zine Bungkam Suara ................................................

40

1. Gambar-gambar yang Mendukung Artikel .................................

40

2. Halaman yang Terkesan Ringan .................................................

41

3. Layout yang Tidak Terpaku pada Grid Tertentu


Untuk Beberapa Artikel .............................................................

42

4. Tipografi ....................................................................................

43

5. Perancangan Format Sampul ......................................................

44

6. Perancangan Nameplate .............................................................

48

7. Perancangan Format Halaman Isi ...............................................

49

8. Penempatan nama Rubrik dan Nomor Halaman .........................

50

D Proses Penerbitan Zine Bungkam Suara ............................................

51

1. Pra Produksi ..............................................................................

51

2. Produksi ....................................................................................

52

3. Cetak .........................................................................................

53

4. Distribusi ...................................................................................

53

BAB IV Simpulan dan Saran


A Simpulan .........................................................................................

55

B Saran ................................................................................................

57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

59

LAMPIRAN ................................................................................................

61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Biodata Pembuat Zine Bungkam Suara


Lampiran B: Contoh isi Zine
Lampiran C: Riset Wawancara
Lampiran D: Biodata Penulis

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Industri Penerbitan .................................................................

22

Gambar 3.2 Contoh gambar artstik ........................................................................

41

Gambar 3.3 Contoh halaman yang terkesan ringan ................................................

42

Gambar 3.4 Cover Bungkam Suara #1 ..................................................................

44

Gambar 3.5 Cover Bungkam Suara #2 ..................................................................

45

Gambar 3.6 Cover Bungkam Suara #3 ..................................................................

46

Gambar 3.7 Cover Bungkam Suara #4 ...................................................................

47

Gambar 3.8 Nameplate Bungkam Suara #1 ...........................................................

48

Gambar 3.9 Nameplate Bungkam Suara #2 ...........................................................

48

Gambar 3.10 Nameplate Bungkam Suara #3 ..........................................................

49

Gambar 3.11 Nameplate Bungkam Suara #4 .........................................................

49

xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pesan dalam komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka dan media
komunikasi.
Media cetak adalah media yang terus populer setalah ditemukannya
mesin cetak pada tahun 1440 oleh Johanes Guttenberg dan terbitan dari mesin
cetak yang terus berkembang memberikan banyak ragam produk yang
dihasilkan.
Penerbitan adalah perusahaan yang menghasilkan produk terbitan
cetak. Dunia penerbitan dan percetkan berkembang terus, baik cakupan
pekerjaanya maupun peralatan pendukungnya. Perkembangan perkerjaan di
dunia penerbitan ini juga diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya.
Mesin tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan
berbagai macam kemampuan. Penemuan komputer semakin memacu
perkembangan peralatan penerbit dan percetakan. Pengetikan naskah sudah
tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan
komputer dan program pengolah kata. Merancangan halaman dan sampul pun
sudah bisa dikerjakan menggunakan komputer. Mesin cetak dan mesin potong
kertas sudah juga dikomputerkan.

Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam dunia


penerbitan, semakin berkembang juga masalah yang dihadapi. Di pihak
penerbit, hak dan kewajiban penulis maupun penyunting yang mewakili
penerbit semakin menuntut rincian yang lebih tegas. Demikian pula
keterlibatan pihak lain seperti perancang, percetakan, dan toko buku. Untuk
mengatur semua kepentingan itu diperlukan serangkaian ketentuan. Maka
diciptakanlah Surat Perjanjian Penerbitan, Undang-Undang Hak Cipta, Uang
Jasa Penulis, ISBN, dan sebagainya.
Dngan semakin berkembangnya dunia teknologi dan penerbitan,
semakin berkembang pula kekreatifan seseorang dalam ranah tulis-menulis.
Maka dari itu, dewasa ini banyak orang-orang yang ingin membuat penerbitan
alternatif/indie dengan menerbitkan sebuah media cetak berbasis alternatif. Di
kota Depok, ada seorang remaja yang bernama Alfian Putra, ia telah
menerbitkan sebuah media cetak berbentuk majalah alternatif. Majalah
alternatif atau yang biasa disebut zine itu telah diterbitkannya sebanyak empat
terbitan pada tahun 2010 hingga sekarang. Akan tetapi, semua proses kegiatan
penerbitan yang ada pada zine itu hanya ditangani sendiri. Hal ini membuat
terbitan dari zine tersebut memakan waktu yang cukup lama dan penerbit
indie tersebut dapat bangkrut.
Zine merupakan media cetak berbasis alternatif, dengan mengambil
potongan dari kata magazine dan definisi tentang zine pun tidak berbeda jauh
dengan majalah sendiri. Hanya saja, zine diciptakan untuk kesenangan dengan
semangat perlawanan terhadap media mainstream. Konsep media cetak zine,

umumnya bersifat foto kopian, dicetak secara terbatas, dan dengan khalayak
yang terbatas, serta tidak bersifat profesional. Tujuan zine adalah untuk
berbagi informasi dan ide. Tulisan yang berada di dalam zine itu bebas, bisa
bersifat naratif, eksposisi, dan argumentatif.
Bungkam Suara merupakan sebuah zine yang membahas tentang
musik dan semi personal: yang sedikit banyaknya membahas hal sosial. Zine
ini diciptakan dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai musik di
Indonesia, terutama untuk kalangan underground yang berhubungan dengan
dunia khalayak sasaran, yaitu anak muda. Misalnya seperti informasi dan
ulasan mengenai musik yang bagus untuk mereka dengarkan.
Pada kesempatan ini, tatkala membicarakan soal proses penerbitan
sebuah media cetak, pastinya menyangkut juga tentang pencarian naskahdistribusi, dan biasanya pada sebuah majalah umumnya pasti memiliki
struktur organisasi yang sesuai dengan bidangnya. Ternyata, dengan satu
orang saja sudah bisa menerbitkan sebuah majalah meski jauh dari
profesional.
Akan

tetapi,

untuk

mendapatkan

hasil

yang

baik

demi

keberlangsungan zine Bungkam Suara ini diperlukan beberapa pihak yang


membantu sesuai keahliannya.
Sehubungan

dengan

hal

tersebut,

penulis

ingin

mengetahui

bagaimanakah proses penerbitan zine Bungkam Suara yang hanya dikelola


oleh satu orang, tanpa adanya struktur organisasi yang dapat mempermudah
penerbitannya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasikan dalam zine Bungkam Suara, yaitu:
1. Proses penerbitan zine Bungkam Suara yang hanya dikelola satu
orang.
2. Rubrikasi yang tidak tetap pada setiap edisi zine Bungkam Suara.
3. Konsep desain zine Bungkam Suara yang tidak terpaku dengan grid
atau garis bantu.

C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan uraian sebagaimana dikemukakan sebelumnya pada
latar belakang dan identifikasi masalah, maka penulis melakukan pembatasan
masalah. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulisan dalam pembuatan
tugas akhir ini tetap berjalan pada lintasannya. Pembatasan masalah tugas
akhir ini, yaitu proses penerbitan zine Bungkam Suara.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis membuat
judul studi kasus Proses Penerbitan pada Media Cetak Zine Bungkam Suara.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, perumusan masalah dirumuskan adalah bagaimana
proses penerbitan zine Bungkam Suara?

E. Tujuan Penulisan Tugas Akhir


Dari perumusan masalah yang telah dihimpun oleh penulis maka tujuan
penulisan tugas akhir dalam Proses Penerbitan pada Media Cetak Zine
Bungkam Suara adalah mengetahui proses penerbitan zine Bungkam Suara.

F. Manfaat Penulisan Tugas Akhir


Karya tugas akhir ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang
yang ingin belajar dan mengenal serta membuat zine.
1. Bagi para pelaku industri kreatif bidang penerbitan, khusunya penerbit
majalah. Penelitian ini memberi informasi mengenai proses penerbitan
zine Bungkam Suara dalam mengembangkan usahanya.
2. Bagi mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam mencari solusi permasalahan proses
penerbitan zine Bungkam Suara.

G. Metode Penulisan Tugas Akhir


Metode yang dilakukan dalam penulisan ini sebagai berikut.
1. Kajian

kepustakaan,

dengan

metode

ini

penulis

mencari

dan

mengumpulkan serta melakukan kajian data-data yang diperlukan dari


bahan refrensi seperti buku, zine, artikel, dan situs yang terkait dengan
penulisan.
2. Wawancara, melakukan studi dengan metode wawancara kepada pembuat/
redaksi zine Bungkam Suara dan pembaca.

3. Observasi dilakukan kepada penerbit zine Bungkam Suara.

H. Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini tersusun dalam 4 (empat) bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I:

Berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,


Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penyelesaian Tugas
Akhir, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Berisi Landasan Teori yang sesuai dengan pembahasan tugas akhir.
Argumen-argumen

yang

diperkuat

oleh

teori-teori

yang

berhubungan dengan topik/judul yang sedang dibahas. Dalam hal


ini, penulis membahas tentang Proses Penerbitan pada Media
Cetak Zine Bungkam Suara.
BAB III: Berisi Pembahasan, yaitu terdiri dari Perencanaan Program, Konsep
Desain Zine Bungkam Suara, dan Proses Penerbitan Zine Bungkam
Suara.
BAB IV:

Berisi Penutup yang di dalamnya terdiri dari simpulan dan saransaran dari Penulis.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Penerbit
Dalam (KBBI, 2008:1450), kata penerbit diberikan di bawah kata
terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk diedarkan (tentang
surat kabar, buku, majalah, dan saebagainya) kata penerbit sebagai bentukan
kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku,
majalah, dan sebagainya. Pada mulainya penerbitan adalah percetakan, yaitu
sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing) dan belum berfungsi sebagai
penyebarluasan. Lalu, pada abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana
fungsinya yang sekarang, yakni sebagai promotor dari kata-kata tercetak.
Dunia penerbitan berkembang terus, baik cakupan pekerjaannya
maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin banyak
jenis buku yang diterbitkan, dalam berbegai bahasa dan disebarkan diberbagai
negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang mengkhususkan diri
menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran
sekolah, buku parawisata.
Kedudukan penerbit menjadi tempat paling sentral dalam industri
buku atau industri sejenisnya dan mempunyai hubungan dengan unsur-unsur
lainnya. Penerbit yang menerima naskah dari pengarang yang menyediakan
modalnya sendiri, dan mempekerjakan seniman, pengarang, penerjemah dan
ahli-ahlinya.

Kedudukan penerbit sebagai pusat dari seluruhnya memberikan


keleluasaan pandangan yang tidak dimiliki oleh rekan kerja atau komponen
lainnya. Dengan sendirinya tanggung jawab yang besar menyangkut dalam
berbagai besar juga menjadi urusan penerbit.
Penerbit mempunyai tugas yang cukup besar dan berat baik
secara internal maupun eksternal. Keuntungan bagi penerbit
bukanlah alasan utama sebuah penerbitan untuk melakukan investasi
modalnya. Penerbit selalu memiliki peran yang lebih baik ketimbang
sekedar urusan finansial karena yang dihasilkan penerbit merupakan
produk yang memiliki unsur-unsur epistemologi yang memperkaya
khasanah pengetahuan dan kebudayaan masyarakat untuk
membangun peradaban melalui produk-produk yang sarat dengan
aspek pengetahuan yang diinginkan masyarakat. Sebagai penerbit
tugas mencerdaskan bangsa, membangun peradaban, memperkaya
dunia pendidikan dilakukan dengan upaya bisnis. Oleh sebab itu
keinginan luhur sebuah penerbit tidak lepas dari hukum permintaan
dan penawaran. (Darmanto, Pengetahuan Penerbitan, 2007:22).
Penerbitan merupakan sebuah industri bersifat kultural sekaligus
sebagai industri bisnis. Dilihat dari produk yang diterbitkan, seperti buku
merupakan

sarana

pemikiran,

instrumen

pendidikan

dan

jembatan

kesusasteraan dan kebudayaan, namun usaha untuk menghadirkan produk


terbitan penerbit dan usaha untuk mencari pembaca adalah suatu usaha
komersial di bidang penerbitan. Kedua karakter memiliki fungsi yang sejalan
untuk berhasil dalam usaha penerbitan.
Teori di atas bersangkutan dengan pembahasan yang ada di karya
tugas akhir ini, bahwa penerbit memiliki peran yang lebih penting daripada
keuntungan komersil.

B. Pengertian Penerbitan Buku dan Ruang Lingkup Penerbitan


1. Pengertian Penerbitan Buku
Penerbitan merupakan kegiatan yang memerlukan proses yang
panjang. Kegiatan penerbitan akan melibatkan banyak waktu dan orang.
Sebagai kegiatan proses, ilmu penerbitan tidak berdiri sendiri karena
memerlukan

beberapa

keahlian

intelektual

yang

terlibat

proses

penerbitan. Penerbitan merupakan kegiatan intelektual dan profesional


dalam menyiapkan, menyunting, dan menghasilkan berbagai jenis
publikasi; kemudian memperbanyak dan menyebarluaskannya untuk
kepentingan umum.
Penerbit adalah orang yang berusaha mengeluarkan naskah
sebagai barang cetakan, untuk disebarluaskan kepada pembaca dan
masyarakat, seingga dapat menerbitkan hasil karya dari pengarang.
Dalam Penerbitan, kedudukan penerbit merupakan pusat dari
berbagai rencana yang mempunyai hubungan dengan unsur-unsur lain.
Penerbit menerima naskah dari pengarang dengan menyediakan
modalnya, Perusahan itu juga mempekerja-kan seniman, penerjemah, ahli
bahasa,

editorial,

komunikasi,

grafika,

manajemen,

pemasaran;

menugaskan dan mengawasi pekerjaan cetak; memberi petunjuk


penyaluran buku yang telah dicetak ke pasaran. Penerbit yang menekan
tombol untuk menggerakan peralatan proses penerbitan buku.
Penggarapan naskah menjadi produk siap dibeli pembaca
merupakan proses yang memakan waktu panjang dan kerja intensif dan

rumit. Dari pikiran/ide seseorang hingga menjadi buku yang dibeli oleh
pembaca. Tidak mengherankan bila menerbitkan adalah suatu usaha yang
membawa hal-hal yang sangat diwarnai oleh penerbitnya sendiri. Hingga
kini upaya menerbitkan dengan membawa sifat dan pandangan penerbit
memegang peranan penting untuk mendatangkan sukses yang besar.
2. Ruang Lingkup Penerbitan
Kegiatan penerbitan secara eksternal merupakan sentral dari
seluruh komponen industri buku atau informasi dan sejenisnya.
Pengarang, percetakan, toko buku, perpustakaan, menjadi rekan kerja
penerbitan. Dalam industri buku mereka menjadi kelompok yang
menggerakan kegiatan industri buku sedangkan secara internal penerbit
atau penerbitan terdiri dari bagian-bagian utama seperti editor, produksi,
pemasaran dan distribusi, dan bagian administrasi keuangan.

C. Media Cetak
Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai media cetak. Hal tersbut
dikarenakan media cetak terkait dalam pembahasan karya tugas akhir yaitu
tentang zine Bungkam Suara yang merupakan produk dari media cetak. Media
cetak merupakan media massa tertua. Media masa cetak berkembang pesat
setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johanes Guttenberg (1440) alat mesin
cetak tersebut digunakan untuk mencetak surat kabar dan selebaran. Sampai
saat ini, kita telah mengenal beragam bentuk media cetak.

10

1. Definisi Media Cetak


Media cetak berawal dari media yang disebut Acta Diurma dan Acta
Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setalah Johanes
Guttenberg menemukan mesin cetak hingga kini media cetak telah
memiliki beragam bentuk, seperti surat kabar, buku, tabloid, dan majalah
Media cetak tergolong jenis media massa yang populer. Media cetak
merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak (Yunus,
Jurnalis Terapan, 2010:27).
Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan
peran-peran visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata,
gambar, atau foto, dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utama
media cetak adalah memberi informasi dan menghibur.
2. Bentuk-bentuk Media Cetak
Medis cetak tergolong jenis media massa yang populer. Media
cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis/tercetak. Jenis
media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam (Yunus,
Jurnalistik Terapan, 2010:29) yaitu:
a. Surat Kabar, yaitu media komunikasi yang berisikan informasi
aktual dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi,
kriminal, seni, olahraga, luar negeri, dalam negeri, dan sebagainya.
Surat kabar lebih menitikberatkan pada penyebaran informasi (fakta
maupun peristiwa) agar diketahui politik. Surat kabar pada umumnya

11

terbit harin, sekalipun ada juga surat kabar mingguan. Dari segi
ruang lingkupnya, ada surat kabar lokal atau surat kabar nasional.
b. Tabloid, yaitu media komunikasi yang berisikan informasi aktual
maupun penunjang bagi bidang profesi atau gaya hidup terntentu.
Tabloid biasanya memiliki kedalaman informasi dan ketajaman
analisis dalam penyajian beritanya. Tabloid pada umumnya terbit
mingguan. Format tabloid pun relatif berbeda dari surat kabar
maupun majalah. Tabloid yang kini beredar lebih banyak mengacu
pada penyajian informasi yang bersifat segmented, berorientasi pada
bidang profesi atau gaya hidup tertentu, seperti ekonomi, keuangan,
tenaga kerja, peluang usaha, kesehatan, ibu dan anak, dan
sebagainya.
c. Majalah, yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta
dan peristiwa) secara lebih mendalam dan memiliki nilai aktualitas
yang lebih lama. Majalah dapat diterbitkan secara mingguan, dwi
mingguan, bulanan, bahkan dwi/triwulanan. Majalah terdiri atas:
majalah umum (untuk semua golongan masyarakat) dan majalah
khusus (untuk bidang profesi/golongan/kalangan tertentu). Majalah
dapat menjalani fungsi memberi informasi, menghibur, atau
mendidik. Halaman muka (cover) dan foto dalam majalah
diupayakan sebagai daya tarik.

12

D. Definisi Majalah
Majalah merupakan produk dari media cetak, majalah disajikan
kepada khalayak untuk memberikan informasi dan hiburan. Beberapa hal
yang dapat membedakan majalah dengan media lain adalah (Sammye dan
Patricia, Magazine Publishing, 2000:5-13) beberapa point berikut ini:
a. Depth and Timelessness (Dalam dan Tak Kenal Waktu)
Sebuah majalah memiliki lebih banyak liputan mendalam dibandingkan
surat kabar atau media lain yang berorientasi pada berita. Majalah juga
berurusan dengan informasi yang tidak harus disampaikan secepatnya,
seperti misalnya isu-isu tertentu dan trend. Jadi, biasanya artikel-artikel
majalah akan mengulas sesuatu lebih mendalam dan lebih jauh dari
artikel yang berada dalam surat kabar.
b. Specialization of Content and Audience (Kekhususan Isi dan
Khalayak)
Majalah biasanya sangat khusus dalam masalah isi dan khalayaknya.
Keduanya saling mempengaruhi. Semua isi majalah harus dibentuk
sesuai dengan khalayak spesifik majalah tersebut. Sebagus apapun suatu
artikel atau foto tapi jika tidak sesuai dengan segmentasi pembaca
majalah tersebut, maka artikel atau foto dianggap tidak efektif.
c. Opinion, Interpretation, and Advocacy (Opini, Interprstasi, dan
Advokasi)
Dikarenakan komunitas pembaca majalah sudah sangat sempit dan
terdefinisi serta mempunyai hubungan yang dekat dengan majalah

13

tersebut, maka lebih mudah bagi majalah untuk memberikan opini,


interprestasi, atau mengadvokasi isu-isu yang penting bagi pembacanya.
d. Permanence (Permanen)
Halaman-halaman majalah dijilid, bisa dengan jahit kawat, lem
punggung, maupun perfect banding-seperti buku kecil sehingga menjadi
bentuk yang paling permanen dari semua media. Majalah juga biasa
disimpan (didokumentasikan) baik dalam bentuk bundle maupun per
edisi sehingga pembacanya dapat menggunakan (membaca) majalah
tersebut berkali-kali.
e. Consistency (Konsistensi)
Isi sebuah majalah selalu konsisten dengan tema dan jiwa majalah
tersebut. Konsistensi inilah yang biasanya dicari oleh pembacanya.
Misalnya setiap edisi majalah Wood yang terbit di Amerika Serikat pada
tahun 1985 selalu memprofitkan satu jenis kayu dan dalam lima tahun
pertamanya profit-profit ini selalu muncul pada halaman yang sama pada
setiap edisi dan setelah majalah tersebut berkembang, para editornya
memutuskan untuk memindahkan rubrik ini ke halaman lain. Hasilnya,
para pembaca majalah tersebut mengeluh. Akan tetapi, konsistensi juga
tidak berarti setiap edisi majalah tersebut harus sama persis. Pembaca
selalu menantang para editor dari majalah mereka untuk membuat
sesuatu yang berbeda dalm setiap edisi.

14

f. Frekuensi
Konsistensi ini juga terkihat dalam bentuk waktu penerbitan majalah
yang bersifat reguler atau berkala. Majalah bisa saja diterbitkan
mingguan, dua mingguan, bulanan, dua bulanan, dengan selang waktu
tertentu.

Jadi, dari hal-hal tersebut di atas, dapat simpulkan bahwa; majalah


merubakan publikasi yang dicetak dan dijilid yang menawarkan liputan
mendalam mengenai cerita yang biasanya tidak terikat waktu. Isinya bisa
memberikan opini, interprestasi, dan juga advokasi. Majalah dibentuk
dengan segmen pembaca yang terdefinisi, spresifikasi, dan terspesialisasi.
Majalah juga diterbitkan berkala dengan format yang konsisten dari waktu
ke waktu. Secara umum frekuensi terbit majalah lebih panjang dari surat
kabar/harian.
1.

Tipe-tipe Majalah
Meski majalah berbeda dengan media cetak lainnya, tetapi
perlu diingat bahwa majalah juga memiliki beberapa banyak tipe.
Majalah yang ada pada saat ini dibagi-bagi menjadi beberapa bentuk
penggolongan (Kurnia, Jurnalisme Kontemporer, 2005:93-97) yaitu:
a. Consumer Magazine (Majalah untuk Konsumen Umum)
Majalah untuk konsumen umum adalah majalah yang diciptakan
khusus untuk konsumsi populer atau konsumsi umum. Majalahmajalah ini biasanya dijual di kios majalah atau melalui

15

berlangganan dan dipasarkan seperti barang dagangan untuk


konsumen umum lainnya. Majalah-majalah

ini biasanya

memasukkan iklan ke dalam halaman-halamannya. Pembaca


majalah ini juga penting bagi para pengiklan karena potensi
mereka sebagai konsumen produk atau jasa yang diiklankan.
Sebagaian besar majalah ternama yang ada sekarang termasuk
tipe ini, seperti majalah Cosmopolitan, Harper`s Bazaar, Cosmo
Girl, Femina, dan sebagainya.
b. Organization (Organisasi)
Majalah yang masuk ke dalam tipe organisasi bisa dibagi lagi
menjadi

tiga

kategori

umum:

society

dan

association

(masyarakat dan asosiasi), public relations, dan custom (ada


kebiasaan). Semuanya dipublikasikan oleh suatu organisasi
tertentu untuk kalangan yang berada dalam organisasi tersebut
dan kalangan luar yang berhubungan langsung dengan organisasi
tersebut.
c. Public Relations Magazine
Public relations magazine atau yang sering disebut juga
corporate communication magazine adalah majalah yang
diterbitkan

oleh

suatu

perusahaan

tertentu.

Kebanyakan

perusahaan besar memiliki setidaknya satu majalah public


relations. Majalah-majalah ini memberitahukan para karyawan
perusahaan tersebut apa yang terjadi di dalam perusahaan itu,

16

menjelaskan perusahaan tersebut pada klien-klien mereka, dan


merupakan suatu sarana dari sudut perusahaan tertentu untuk
berhubungan dengan perusahaan lain yang berada dalam bidang
yang berkaitan yang juga termasuk dalam golongan ini adalah
majalah untuk kelompok non profit seperti rumah sakit dan
universitas serta majalah yang diterbitkan oleh dan untuk
pemerintah.
d. Custom Magazine
Majalah yang masuk ke tipe ini juga sering disebut dengan
istilah sponsored publication atau penerbitan yang disponsori.
Majalah-majalah ini punya kemiripan dengan public relation
magazine tetapi dengan fokus yang sedikit berbeda. Majalahmajalah ini biasanya dikirimkan kepada klien-klien mereka
sebagai suatu keuntungan atau bonus setelah mereka membeli
atau memakai suatu produk atau jasa tertentu.
Seperti majalah public relation, majalah-majalah ini bertujuan
untuk memberikan pandangan yang positif tentang produk atau
jasa tersebut. Akan
magazine,

mereka

tetapi, tidak seperti public relation


juga

memberikan

informasi langsung

mengenai kegiatan organisasi atau perusahaan tersebut atau


keuntungan

langsung

dari

produk

atau

jasa

tersebut.

Kebanyakan juga memasukan iklan sebagai bagian dari isinya,


biasanya

dari organisasi yang mensponsorinya, tetapi sering

17

juga dari pengiklan lain. Kebanyakan diberikan secara cumacuma walau ada juga yang dijual di kios majalah. Misalnya saja
majalah PS; yang diterbitkan oleh Plaza Senayan yang diberikan
secara gratis kepada para pengunjung Plaza Senayan.
e. Alternative Magazine
Disebut juga pers bawah tanah atau zine, beberapa filosofinya
bersandar pada khalayak yang tergolong kecil hingga medium
jumlahnya. Media alternatif memiliki semangat perlawanan
dengan media mainstream yang ada. Perlawanan yang dimaksud
ini bukan hal yang berkaitan dengan kekerasan. Akan tetapi,
perlawanan bagaimana untuk tidak dengan mainstream yang
ada, tetapi bisa menciptakan ruang kreatif. Cakupan isinya
dimulai dari minat yang sempit dengan format sederhana, namun
tak tertutup

kemungkinanjika disukai

masyarakat-

bisa

berkembang menjadi besar. Majalah Rolling Stone misalnya.


Zine sebagai majalah dengan dana yang relatif lebih kecil
dari majalah yang lain ini biasanya dibuat secara sederhana dan
menyangkut topik-topik yang spesifik seperti science fiction,
video game, dan musik. Bungkam Suara adalah zine yang isinya
spesifikasi mengenai musik dan biasanya diberikan secara gratis
kepada khalayak yang terbatas dengan eksemplar terbatas.

18

2.

Majalah Alternatif
Media alternatif adalah media yang tidak terdiri dari
komoditi-komoditi seperti pengiklan, media yang berlawanan
dengan media mainstream ini cukup diminati oleh kaum muda.
Berlawanan yang dimaksud bukan dengan pengertian bermusuhan.
Akan tetapi, perlawanan yang dimaksud ini adalah suatu sarana yang
memberikan ruang kreatif untuk mengekspresikan suatu hal yang
tidak ada di ranah mainstream.
Media alternatif berbeda dari media mainstream sepanjang
satu atau lebih dimensi berikut: konten mereka, estetika,
mode produksi, mode distribusi, dan hubungan penonton
(Chris, Alternative Media, 2002:).
Media alternatif sering bertujuan untuk menantang kekuatankekuatan yang ada, untuk mewakili kelompok marjinal, dan untuk
mendorong horisontal hubungan antara masyarakat yang menarik.
Dari teori di atas, dapat disimpulkan media alternatif memiliki sifat
perlawanan dengan media mainstream yang ada. Perlawanan ini ada
pada konten, produksi, dan distribusi. Hal ini berkaitan dengan
pembahasan yang ada pada tugas akhir tentang proses produksi yang
berbeda dengan media mainstream.
Zine
Zine singkatan dari Magazine. Suatu kelompok kaum
muda pecinta cerita-cerita dan sains-fiksi di Amerika pada 1930
menciptakan sebuah media cetak yang ditulis tangan, membahas
tentang dunia fiksi dan cerita-cerita di luar nalar manusia.

19

Dengan berkembangnya media cetak, zine pun memiliki banyak


bentuk, dari berberapa macam bentuk itu zine digolongkan
menjadi fanzine yang lebih mengarakteristikkan terbitannya.
Seperti zine berkarakteristik fanzine (punk, misalnya), film,
sastra, sketsa-sketsa pensil, streetart (graffiti), sports (rollerblade/in-line skate, skate board, dsb.), dan aktivitas kebudayaan
lainnya.
Sebagian ada yang menyebut kemunculan zine
pada 1980-an; dan sebagian yang lain mengklaim ia
muncul pertama kali di Eropa. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan penelusuran Vantiani, zine baru dikenal
pada awal dekade 1990-an (Vantiani, Zine Media yang
Harus dimaksimalkan Lagi, 2010).
Zine sengaja diciptakan dengan semangat perlawanan:
do it yourself (DIY) dan didistribusikan melalui strategi jejaring
individu maupun yang dibangun melalui komunitas tertentu,
yang mana hal ini bergantung pada topik-topik yang diusung
sebagaimana telah disebutkan di atas. Struktur isi dari setiap
zine secara umum berupa personal editorial, kemudian isi dari
zine bisa artikel-artikel curhatan, kritik, opini, serta ulasan-ilasan
mulai dari buku, musik, mode, dan sebagainya. Sangat
sederhana., di antara halaman-halamannya terdapat puisi,
cerpen, potongan-potongan berita dari media massa yang
dirangkai sendiri kemudian diberi komentar tentang berita
tersebut, juga ada yang menampilkan ilustrasi dan komik.

20

Tiada masalah berarti bagi mereka yang disebut


alay, bahwa mereka berbahasa dan menuliskannya dalam
kombinasi serta komposisi bahasa yang unik, dan kadang
terasa nampak rumit, toh yang pokok mereka menulis.
Menulis, membuat mereka berfikir dua kali, tidak asal.
Berpikir dalam sistematika logika bahasa yang lebih sulit
ketimbang ketika mereka berbicara (Mohamad, Catatan
Pinggir, 2011:97).
Zine banyak di gerakan oleh kaum muda, di mana ia
ingin mengungkapkan gagasan-gagasan kreatifnya sehingga zine
ini penting dalam makna ia merupakan salah satu sarana
mereproduksi gagasan kreatif, berargumen, dan mereproduksi
respon secara kritis atas ide-ide awam yang dipersoalkan.
Dari kedua teori di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa zine merupakan media cetak berbasis alternatif, dengan
mengambil potongan dari kata magazine dan definisi tentang
zine pun tidak berbeda jauh dengan majalah sendiri. Hanya saja,
zine diciptakan untuk kesenangan dengan semangat perlawanan
terhadap media mainstream. Konsep media cetak zine,
umumnya bersifat fotokopian, dicetak secara terbatas, dan
dengan khalayak yang terbatas serta tidak bersifat profesional.
Tujuan zine adalah untuk berbagi informasi dan ide. Penulisan
yang ada pada zine tidak tergantung dengan EYD yang ada,
tetapi unsur penulisanlah yang lebih diutamakan dalam
pembuatan zine.

21

E. Proses Kerja di Penerbitan


Penerbitan merupakan kegiatan yang memerlukan proses yang
panjang. Kegiatan penerbitan yang baik seharusnya melibatkan banyak pihak
agar proses yang ada tidak terlalu lama.

Ga
mbar 2.1 Skema Industri Penerbitan
Sebagai kegiatan proses, ilmu penerbitan tidak berdiri sendiri karena
memerlukan beberapa keahlian intelektual yang terlibat dalam proses
penerbitan. Beberapa pihak tersebut yaitu:
1. Pengarang, Penulis
Pengarang adalah pencipta, penulis dan penyusun ide/gagasangagasan yang disebarkan melalui buku. Ide yang dihasilkan oleh
pengarang haruslah asli hasil peramuan dari beberapa ide hingga menjadi
sebuah ide yang utuh untuk diterbitkan. Menerbitkan ide bertujuan agar

22

hal tersebut diketahui dan dibaca oleh para pembaca. Agar ide tersebut
dapat dibaca biasanya pengarang akan menjualnya kepada penerbit dan
menugaskan kepada penerbit untuk menerbitkan naskahnya melalui
perjanjian.
Pada dasarnya ada tiga macam penulis, yaitu pertama penulis
profesional yang sudah berpengalaman menulis naskah sehingga dapat
dikatakan naskah yang dibuatnya matang. Dalam hal ini editor sudah
jarang menemukan kesalahan. Kedua, penulis semi-profesional yang
lebih sedikit pengalamannya daripada penulis profesional. Dalam proses
penyuntingannya masih ditemukan beberapa kesalahan. Ketiga, penulis
amatir atau penulis pemula yang memiliki tingkat kemampuan rendah
dibandingkan penulis profesional dan semi-profesional. Akibatnya
terlihat banyak kesalahan dan kekurangan pada naskahnya.
Jika dilihat dari ragam naskah yang dihasilkan penulis, naskah
terdiri dari naskah fiksi, naskah sastra, naskah buku sekolah, naskah
bacaan anak, naskah perguruan tinggi, naskah musik, naskah matematika,
fisika, kimia, naskah biologi, naskah kamus, naskah ilmiah, naskah ilmiah
populer dan naskah terjemahan.
2. Editorial
Naskah dari pengarang tersebut lalu masuk dalam bagian
keredaksian. Naskah tersebut kemudian dibaca untuk melakukan
penilaian. Setelah itu naskah kemudian masuk ke dalam rapat redaksi.
Perundingan internal ini mengambil keputusan apakah naskah itu layak

23

atau tidak. Jika naskah tersebut tidak layak maka harus dikembalikan
kepada pengarangnya, jika naskah tersebut layak maka dilakukan proses
selanjutnya. Naskah yang telah disetujui tersebut diperiksa dan diperbaiki
dari segi isi/ materi (substansive editing) serta editing mekanik
(mechanical editing).
Substansive editing atau editing substansif merupakan
praktik editing berat karena editor memeriksa naskah yang
meliputi ketelitian data/fakta, kejelasan dan gaya bahasa,
kelegalan, dan kesopanan, serta ketepatan rincian produk.
Sedangkan editing mekanik atau mechanical editingmerupakan
praktik editor dasar untuk memeriksa dan memperbaiki naskah
dari segi kebahasaan, ketepatan, serta penggunaan tanda-tanda
koreksi (Trim, Taktis Menyunting Buku, 2009:38).
3. Produksi
Di penerbit ada tiga aktivitas penerbitan buku, yaitu:
a. Penerbitan buku baru (front list)
b. Pencetakan ulang buku lama (back list reprint)
c. Perevisian buku lama (new edition)
Aktivitas produksi ini melibatkan dua bagian besar, yaitu
departemen penerbitan dan departemen produksi. Departemen penerbitan
mencakup seluruh penanganan naskah dari naskah tidak layak menjadi
layak terbit. Departemen produksi Di bagian ini terdapat aktivitas
pengemasan naskah dan pemeriksaan naskah. Di bagian ini bekerja para
layouter, copyeditor, desainer, dan proofreader.
Tugas manager produksi adalah mengawasi secara langsung
proses produksi dari pra cetak hingga buku siap diedarkan dan membuat
estimasi jadwal buku terbit.

24

4. Cetak
Setelah menerima naskah dari editor, naskah tersebut harus
dikemas oleh layouter agar memiliki kesan menarik dari hal sampul dan
isi yang sesuai unsur-unsur keterbacaan. Setelah itu, naskah yang sudah
dikemas pada saar produksi, agar tahu hasil akhir naskah tersebut harus
dicetak. Dalam proses cetak ini, harus memiliki seseorang yang paham
tentang dunia percetakan yang murah dan menghasilkan produk yang
bagus. Biasanya untuk naskah buku banyak menggunkan mesin offset.
5. Distribusi
Buku yang telah dicetak kemudian siap untuk disebarluaskan.
Melalui distributor buku, buku yang telah tercetak itu bisa sampai ke
tangan pembaca. Distributor tersebut menyalurkannya ke agen, toko
buku, perpustakaan, komunitas, dan klub baca.
6. Pembaca
Setelah melewati perjalanan panjang dari sebuah naskah hingga
menjadi buku, akhirnya buku tersebut dapat dinikmati oleh pembacanya.
Ini adalah target utama dari penerbitan buku itu. Buku yang laku terjual
tentunya dapat menambah pemasukan perusahaan agar terus berkarya.

Tugas penerbit, ada empat bagian besar dalam sebuah penerbitan,


yaitu:
a. Bagian menerima naskah untuk dipertimbangkan (Dewan
Penyunting)

25

Bagian ini bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan


diterima atau ditolak. Tugas ini dibebankan kepada sejumlah
orang yang terhubung dalam dewan penyuntingan yang
bertanggung jawab kepada pemimpin penerbit. Penerbit yang
tidak mempunyai dewan penyuntingan mempunyai cara sendiri
untuk

mengambil

keputusan

itu.

Seringkali

pemimpin

penerbitlah yang menentukan sendiri terutama untuk yang


tergolong kecil.
b. Bagian yang mengolah naskah (Redaksional)
Bagian ini naskah ditangani bersama penyunting dan pengarang
sampai

keadaannya

layak

untuk

diterbitkan.

Bagian

penyuntingan merupakan inti sebuah penerbit. Dibagian inilah


bahan buku penerbitan yaitu naskah diolah dan dipersiapkan
sehingga naskah yang tadinya masih mentah menjadi siap dan
layak untuk diterbitkan. Bagian ini bertanggung jawab atas mutu
terbitan.
c. Bagian yang memperbanyak naskah dengan meminta
bantuan ke percetakan (Produksi)
Bagian ini merupakan tugas percetakan.
d. Bagian yang berhubungan dengan toko buku (Pemasaran,
Promosi dan Penjualan)
Tugas utamanya yaitu mengenalkan buku kepada masyarakat
dan menyalurkan ke toko buku.

26

BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN

A. Metode Penulisan Tugas Akhir


1. Sumber Data
Sumber data untuk penyusunan tugas akhir ini adalah zine
Bungkam Bungkam Suara 1, 2, 3, dan 4. Majalah ini dibuat oleh Alfian
Putra, mahasiswa UPN Veteran Jakarta, diterbitkan pada Juni 2010.
2. Metode (Kualitatif Deskriptif)
Dalam buku Qualitative Research for Education An Introduction to
Theory and Methods, Bogdan dan Biklen merangkum adanya lima ciri
yang merupakan karakteristik penelitian kualititif pada umumnya, yaitu (1)
natural setting, sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai
instrumen kunci, (2) bersifat deskriptif, (3) mengutamakan proses daripada
hasil, (4) analisis data secara induktif, dan (5) makna/meaning merupakan
perhatian utamanya. (1982: 27-30). Penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Fokusnya adalah penggambaran zine Bungkam Suara terkait
perencanaan program, konsep desain, dan proses produksi. Penggambaran
tersebut berdasarkan pengetahuan dan kemampuan penulis sebagai subjek
atau orang yang meneliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penulisan Tugas Akhir ini, metode yang digunakan adalah
metode studi kepustakaan, observasi, dan wawancara. Penulisan ini

27

tentunya untuk memberikan bayangan tentang proses penerbitan zine


Bungkam Suara. Metode ini untuk mengumpulkan data-data demi
kelengkapan penulisan Tugas Akhir dengan cara sebagai berikut.
4. Kepustakaan
Teknik ini dilakukan dengan mencari data-data referensi dalam
buku

Media

Alternative,

Pengetahuan

Penerbitan,

Jurnalisme

Kontemporer, Magazine Publishing, Taktis Menyunting Buku, Jurnalisme


Terapan, Zine Media yang Harus Dimaksimalkan Lagi, dan tugas akhir
terkait pada pembahasan pada penulisan tugas akhir ini. Teknik studi
kepustakaan dilakukan di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia,
Perpustakaan Politeknik Negeri Media Kreatif, dan Ruangrupa Tebet.
5. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengamati kegiatan-kegiatan proses
penerbitan zine Bungkam Suara yang terkait pada proses produksi, dari
mencari naskah hingga menjadi media cetak yang utuh dalam penulisan
tugas akhir ini.
6. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan cara mencari data-data akurat dari
narasumber di rumah pembuat zine Bungkam Suara, yaitu Alfian Putra.
Penulis juga melakukan wawancara dengan khalayak dari zine Bungkam
Suara tersebut.

28

7. Teknik Analisis Data


Penulis

mengumpulkan

data-data

dan

menjabarkannya

di

pembahasan zine Bungkam Suara ini. Penulis menjelaskan tentang


perencanaan program, Konsep Desain, dan seluruh kegiatan yang
dilakukan dalam zine ini sehingga dapat memberi masukan untuk pembuat
zine.

B. Perencanaan Program
Dalam sub bab pembahasan ini, penulis akan membahas tentang perencanaan
program yang ada pada zine Bungkam Suara.
1. Bungkam Suara
Bungkam Suara merupakan sebuah zine yang membahas tentang
musik dan semi personal: yang sedikit banyaknya membahas hal sosial
dalam pandangan dunia underground. Terbit pertama kali pada tahun
2010. Zine ini dibuat oleh Alfian Putra, mahasiswa UPN. Veteran Jakarta,
FISIP, urusan Komunikasi, dengan bantuan para kontributor tulisan,
gambar, foto, dan opini. Hal menarik dari Bungkam Suara adalah zine ini
cukup digandrungi oleh pecinta musik alternatif yang ada di kota Depok.
Zine ini bisa dikatakan sebuah penerbitan alternatif/indie karena telah
menerbitkan empat buah zine. Zine ini diciptakan dengan tujuan untuk
memberikan informasi mengenai musik di Indonesia, terutama untuk
kalangan underground yang berhubungan dengan dunia khalayak sasaran,
yaitu anak muda.

29

Zine Bungkam Suara ini termasuk fanzine musik berkarekter


underground, alasan pembuat zine mengambil karakter underground
adalah kenapa underground? Karena gue pun juga salah satu dari
mereka, gue vokalis sebuah band dengan genre hardcore/punk dan gua
salah satu dari komunitas underground itu sendiri, serta supaya orang lain
taulah. Tidak cuma mereka yang memiliki media, punk atau musik
alternatif juga punya media
Nama Bungkam Suara ini dipilih karena selain simple dan mudah
diingat atau catchy, nama ini juga memiliki makna yang sesuai dengan isi
yang ingin disampaikan pembuat zine ini. Walaupun di dunia nyata jarang
bicara, bukan berarti bodoh. Membungkam suara dan menyalurkannya
melalui tulisan
2. Bentuk Zine
Zine Bungkam Suara ini dirancang menggunakan ukuran A5 (14,8
cm x 21 cm) yang akan menjadi salah satu difrensiasi zine Bungkam
Suara. Ukuran ini digunakan dengan pertimbangan karena zine ini dibuat
melalui dana pribadi, tanpa iklan, tidak adanya organisasi serta
menggunakan konsep hitam putih. Desain zine Bungkam Suara lebih
mengarah pada desain yang bernuansa musik punk, tapi tetap enak untuk
dilihat dan dibaca, diharapkan dengan ukuran yang kecil ini pesan yang
ada dari isi teks tersebut dapat tersampaikan kepada khalayak. Konsep
warna hitam putih ini juga memungkinkan permainan desain untuk layout
zine Bungkam Suara.

30

3. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran Bungkam Suara adalah anak muda yang berusia
15-25 tahun, lelaki maupun perempuan yang bermukim di Indonesia.
Anak

muda

pada

umumnya

memiliki

karakter

khusus

yang

membedakannya dari masa dewasa dan anak-anak. Mereka pada


umumnya sangat dinamis, belum memiliki pendirian tetap, ingin sesuatu
yang baru, dan ingin mencari identitas diri dengan berusaha menjadi
sosok yang menonjol.
Berdasarkan alasan-alasan ini, penulis hendak memberikan rincian
mengenai

khalayak sasaran dari zine Bungkam Suara yang akan

dideskripsikan melalui segmentasi sasaran berikut:


1. Geografis
Berdomisili di kawasan kota-kota besar, khususnya Jakarta,
Bandung, Pontianak, dan Yogyakarta.
2. Demografis
Usia

: 15-25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan


Status

: Belum menikah

Pekerjaan

:Pelajar dan mahasiswa yang bermukim di Indonesia


dan anak muda yang menggemari dunia musik.

Kelas sosial

: Menengah ke bawah, menengah, dan menengah ke


atas. Meskipun zine ini dibagikan secara gratis.

Pendidikan

: Mulai dari tingkat SMA sampai perguruan tinggi.

31

3. Psikografis
Kepribadian

: Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, tertarik


pada hal-hal yang sedang trend saat ini (khususnya
musik),

terbuka

atau

open

minded,

senang

bersosialisasi, dan menyukai event gigs dan hiburan.


Gaya hidup

: Aktif, modern, berbudaya, dan underground.

Motivasi

: membutuhkan pengetahuan, informasi, dan gengsi.

4. Strategi
Majalah ini merupakan majalah alternatif tipe zine dengan
segmentasi anak muda dengan usia 15-25 tahun yang berdomisili di kotakota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Pontianak, dan
Yogyakarta dengan kelas ekonomi semua golongan. Lebih spesifik lagi,
target zine Bungkam Suara adalah kelompok anak muda yang memiliki
rasa ingin tahu, tertarik kepada hal-hal yang sedang menjadi trend dan
berbau musik, berwawasan terbuka (open minded), senang bersosialisasi,
dan menyukai event gigs. Mereka juga memiliki gaya hidup yang aktif,
modern, berbudaya, dan underground. Zine Bungkam Suara ini
dikategprikan sbagai zine musik yang membahas tentang dunia musik di
Indonesia khususnya underground.
Strategi zine ini adalah mengincar anak muda yang mencintai
musik underground/alternatif, agar ikut serta memajukan industri musik
yang ada di Indonesia, melalui teks. Selain itu, dengan adanya zine ini
bisa memberikan ilmu dan pengetahuan kepada kaum marjinal yang putus

32

sekolah karena dari setiap rubrik tidak terlepas dari kontributor.


Kontributor di zine ini, bisa siapa saja tidak harus tulisannya bagus, tetapi
unsur penulisanlah yang ditekankan.
5. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya zine Bungkam Suara ini adalah:
a. Untuk memberikan informasi mengenai musik di Indonesia,
terutama untuk kalangan underground yang berhubungan dengan
dunia khalayak sasaran, yaitu anak muda. Misalnya seperti informasi
dan ulasan mengenai musik yang bagus untuk mereka dengarkan.
b. Untuk memberikan suatu media alternatif bagi khalayak sasaran
untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Ini diwujudkan melalui
rubrik-rubrik yang mendorong pembaca untuk mengirimkan hasil
karyanya yang bisa berupa hasil tulisan kreatif, foto-foto, atau karya
seni lainnya.
c. Untuk menjadi media cetak alternatif yang bisa memberikan
informasi kepada pembacanya dalam hal desain melalui perancangan
halamannya.
6. Rubrikasi
a. Rubrik Bungkam Suara 1
1) Puisi: Rubrik yang berisi puisi ini disediakan sebagai wadah
untuk khalayak, agar ikut serta dalam isi Bungkam Suara.
2) Artikel: dalam zine Bungkam Suara banyak memiliki artikelartikel, tetapi tidak memiliki rubrik. Hal tersebut dikarenakan,

33

zine ini masih edisi pertama dan pembuat zine belum mengerti
tentang rubrik.
3) Isu: sebuah zine memang tidak terlepas dari isu-isu yang sedang
beredar dan Bungkam Suara pun memiliki ruangan-ruangan
khusus untuk isu-isu, sama seperti masalah sebelumnya. Dari
koreksi zine Bungkam Suara, tulisan yangmenyangkut tentang
isu dimasukkan ke dalam rubrik isu.
4) Interview Band: zine ini tiap terbitannya akan menerbitkan
artikel tentang suatu band. Ini merupakan ciri khusus Bungkam
Suara yang membahas tentang musik, underground khususnya.
5) Review: rubrik ini berisi ulasan-ulasan mengenai acara, musik,
dan scene yang beredar di kalangan remaja pecinta musik di
Indonesia. Bedanya dengan majalah umum, selain membahas
acara dan musik, atau scene pembahasannya bukan hal yang
mainstream melainkan alternatif. Bungkam Suara, lebih
mengenalkan musik dan acara yang menyangkut masalah sosial
dan memberikan anak muda pandangan lain tentang dunia
underground.
6) Profile Band: rubrik yang berisi tentang profil suatu band,
Bungkam Suara juga bisa menjadi suatu media yang dapat
membantu mengenalkan suatu band melalui tulisan. Rubrik ini
akan ada tiap terbitan Bungkam Suara.

34

b. Rubrik Bungkam Suara 2


1) Artikel: dalam zine Bungkam Suara banyak memiliki artikelartikel, tetapi tidak memiliki rubrik. Hal tersebut dikarenakan,
zine ini masih edisi pertama dan pembuat zine belum mengerti
tentang rubrik.
2) Isu: sebuah zine memang tidak terlepas dari isu-isu yang sedang
beredar dan Bungkam Suara pun memiliki ruangan-ruangan
khusus untuk isu-isu, sama seperti masalah sebelumnya. Dari
koreksi zine Bungkam Suara, tulisan yang menyangkut tentang
isu dimasukkan ke dalam rubrik isu.
3) Review: seperti edisi sebelumnya, rubrik ini berisi ulasan-ulasan
mengenai acara, rekaman, dan scene yang beredar di kalangan
remaja pecinta musik di Indonesia. Bedanya dengan edisi
sebelumnya, selain membahas film dan musik, dalam edisi
kedua ini menyempatkan untuk mereview sebuah zine lain.
Bungkam

Suara

edisi

kedua

ini

juga

sebagai

sarana

mengenalkan zine lainnya dan Bungkam Suara tidak menjadikan


zine sebagai saingan, ia lebih memberikan informasi.
4) Ditanya harus dijawab: rubrik masih sama seperti sebelumnya,
yaitu berisi wawancara zine ini tiap terbitannya akan
menerbitkan artikel tentang suatu band. Ini merupakan ciri
khusus Bungkam Suara yang membahas tentang musik,
underground khususnya.

35

5) Profile Band: sama seperti terbitan sebelumnya karena memang


Bungkam Suara merupakan zine musik, rubrik yang berisi
tentang profil suatu band, Bungkam Suara juga bisa menjadi
suatu media yang dapat membantu mengenalkan suatu band
melalui tulisan. Rubrik ini akan ada tiap terbitan Bungkam
Suara.
6) Jemuran Otak: rubrik yang berisi puisi ini sebetulnya sudah ada
di edisi sebelumnya, namun diedisi kali ini lebih dijadikan
sebuah rubrik yang disediakan sebagai wadah untuk khalayak,
agar ikut serta dalam isi Bungkam Suara.
7) Galeri: rubrik ini berisi semacam gambar-gambar yang
merupakan karya orang. Rubrik ini merupakan sarana ini untuk
orang-orang yang ingin menampilkan karyanya kepada orang
banyak.
8) Curcol (curhat colongan): rubrik ini berisi curhartan pembuatan
zine karena Bungkam Suara sebuah zine yang tidak terpaku oleh
isi, jadi pembuat zine menambahkan rubrik pada edisi kedua ini.
Jika ada orang lain yang ingin mngirim curhatannya untuk
diterbitkan,

Bungkam

Suara

dengan

senang

hati

akan

menerimanya.
9) Reportase Kegiatan: sesuai dengan namanya, rubrik ini
menampilkan

liputan kegiatan sebuah komunitas

musik

36

underground yang akan merubah sudut pandang pembaca


tentang komunitas underground juga peduli kehidupan sosial.
c. Rubrik Bungkam Suara 3
1) Artikel: dalam zine Bungkam Suara banyak memiliki artikelartikel, tetapi tidak memiliki rubrik. Hal tersebut dikarenakan,
zine ini masih edisi pertama dan pembuat zine belum mengerti
tentang rubrik.
2) Isu: sebuah zine memang tidak terlepas dari isu-isu yang sedang
beredar dan Bungkam Suara pun memiliki ruangan-ruangan
khusus untuk isu-isu, sama seperti masalah sebelumnya. Dari
koreksi zine Bungkam Suara, tulisan yang menyangkut tentang
isu dimasukkan ke dalam rubrik isu.
3) Review: seperti edisi sebelumnya, rubrik ini berisi ulasan-ulasan
mengenai acara, rekaman, dan scene yang beredar di kalangan
remaja pecinta musik di Indonesia. Bedanya dengan edisi
sebelumnya, selain membahas film dan musik, dalam edisi
ketiga ini menyempatkan untuk mereview sebuah zine lain dan
buku.
4) Ditanya harus dijawab: rubrik masih sama seperti sebelumnya,
yaitu berisi wawancara zine ini tiap terbitannya akan
menerbitkan artikel tentang suatu band. Ini merupakan ciri
khusus Bungkam Suara yang membahas tentang musik,
underground khususnya.

37

5) Profile Band: sama seperti terbitan sebelumnya karena memang


Bungkam Suara merupakan zine musik, rubrik yang berisi
tentang profil suatu band, Bungkam Suara juga bisa menjadi
suatu media yang dapat membantu mengenalkan suatu band
melalui tulisan. Rubrik ini akan ada tiap terbitan Bungkam
Suara.
6) Jemuran Otak: rubrik yang berisi puisi ini sebetulnya sudah ada
di edisi sebelumnya, namun diedisi kali ini lebih dijadikan
sebuah rubrik yang disediakan sebagai wadah untuk khalayak,
agar ikut serta dalam isi Bungkam Suara.
7) Galeri: rubrik ini berisi semacam gambar-gambar yang
merupakan karya orang. Rubrik ini merupakan sarana ini untuk
orang-orang yang ingin menampilkan karyanya kepada orang
banyak.
8) Jaring Opini: rubrik ini berisi kumpulan opini dari beberapa
musisi musik underground dan beberapa orang lainnya.
9) Gigs report: rubrik ini mengulas tentang sebuah acara atau gigs
indie musik underground.
d. Rubrik Bungkam Suara 4
1) Artikel: dalam zine Bungkam Suara banyak memiliki artikelartikel, tetapi tidak memiliki rubrik. Hal tersebut dikarenakan,
zine ini masih edisi pertama dan pembuat zine belum mengerti
tentang rubrik.

38

2) Isu: sebuah zine memang tidak terlepas dari isu-isu yang sedang
beredar dan Bungkam Suara pun memiliki ruangan-ruangan
khusus untuk isu-isu, sama seperti masalah sebelumnya. Dari
koreksi zine Bungkam Suara, tulisan yangmenyangkut tentang
isu dimasukkan ke dalam rubrik isu.
3) Review: seperti edisi sebelumnya, rubrik ini berisi ulasan-ulasan
mengenai acara, rekaman, dan scene yang beredar di kalangan
remaja pecinta musik di Indonesia. Bedanya dengan edisi
sebelumnya, dalam rubrik ini hanya membahas audio (lagu).
4) Ditanya harus dijawb: rubrik ini berisi wawancara zine ini tiap
terbitannya akan menerbitkan artikel tentang suatu band. Ini
merupakan ciri khusus Bungkam Suara yang membahas tentang
musik, underground khususnya.
5) Profile Band: seperti terbitan sebelumnya karena memang
Bungkam Suara merupakan zine musik, rubrik yang berisi
tentang profil suatu band, Bungkam Suara juga bisa menjadi
suatu media yang dapat membantu mengenalkan suatu band
melalui tulisan. Rubrik ini akan ada tiap terbitan Bungkam
Suara.
6) Essay: rubrik yang berisi kumpulan tulisan esai ini dibuat untuk
memberikan kesempatan bagi para pembaca Bungkam Suara,
untuk menampilkan hasil karya tulisan mereka. Dalam rubrik ini
tidak akan ada karya yang akan diedit oleh Bungkam Suara,

39

untuk

lebih

memperjelas keorisinilan tulisannya.

Untuk

memudahkan publikasi karya-karya tersebut, Bungkam Suara


akan memberi tahu kriteria dasar untuk karya-karya tersebut,
seperti jumlah kata, tema, dan jumlah halaman.
7) Tour Diary: rubrik ini berisi catatan tur dari beberapa band yang
melakukan tur ke beberapa kota besar di pulau Jawa. Mulai dari
tanggal keberangkatan hingga pulang. Rubrik ini memberikan
informasi kepada khlayak yang tidak bisa mengikuti tur tersebut
agar bisa tahu apa saja kegiatan yang dilakukan di sana.
8) Jaring Opini: rubrik ini berisi kumpulan opini dari beberapa
musisi musik underground dan beberapa orang lainnya.

C. Konsep Desain Zine Bungkam Suara


Sub bab pembahasan ini akan membahas tentang konsep desain dari
zine Bungkam Suara.
1. Gambar-gambar yang Mendukung Artikel
Sebuah pesan dalam bentuk artikel majalah tidak hanya
dikomunikasikan melalui huruf-huruf atau teks saja, melainkan dari
keseluruhan komunikasi visual. Jadi, desain setiap artikel akan diberikan
gambar-gambar atau ilustrasi grafis yang menggambarkan isi artikel.
Gambar-gambar ini dibuat semenarik mungkin dan seartistik serta
dikombinasikan dengan layout yang menarik dengan desain grafis yang

40

unik dan tetap bersih sehingga secara keseluruhan akan tampak sangat
menarik dan enak untuk dilihat.

Gambar 3.2 Contoh gambar artistik


2. Halaman yang Terksesan Ringan
Banyak pembaca yang malas membaca halaman majalah karena
isinya yang terlalu padat atau ramai dengan layout yang monoton. Meski
Bungkam

Suara

ini

dengan

print-out

hitam-putih.

Itu

tidak

menjadikannya sebagai masalah, walau dengan konsep hitam-putih, tetapi


ia mampu mengimbangi dengan artikel dan gambar sehingga pembaca
tidak akan terasa bosan ketika membacanya karena isi artikel dilengkapi
41

dengan gambar yang menarik dan dapat membuat halaman terasa ringan
ketika dibaca.

Gambar 3.3 Contoh halaman yang terkesan ringan


3.

Layout yang Tidak Terpaku pada Grid Tertentu untuk Beberapa


Artikel
Grid ini sebenarnya merupakan patokan pembatas tertentu dalam
layout halaman majalah yang meliputi margins, jumlah per halaman,
lebar kolom, peletakan caption dan foto, peletakan judul, dan penggunaan
serta penempatan white space (ruang kosong). Biasanya sebuah majalah
mempunyai sistem grid yang pasti sebagai garis panduan untuk penataan

42

halaman majalah untuk setiap edisi. Tapi tidak menutup kemungkinan


digunakannya sistem tanpa grid.
David Carson, art director dari majalah Ray Gun yang
terkenal kekreatifan desainnya ini (mendesain majalah Ray
Gun) tidak hanya menggunakan sistem grid yang tidak menarik
ini. Menurut saya penggunaan grid mempresentasikan
kemalasan. Membuat desain majalah yang berbeda setiap
halamannya merupakan suatu kerja keras (Johnson dan Prijatel,
Magazine Publishing, 2000:224).
Pembuat zine memilih sistem ini untuk beberapa artikel karena
ia ingin menyesuaikan desain setiap halaman dengan materinya (isi teks
dan foto atau ilustrasi yang digunakan). Ini dibuat agar desain layout
majalah tampak lebih menarik, muda, dan hip, serta tidak membosankan.
Layout seperti ini memungkinkan peletakan ilustrasi dan teks pada tempat
yang berbeda dan sangat bervariasi sehingga pesan yang ingin
disampaikan dapat tercapai. Hal ini, berguna agar pembaca dapat terkesan
dengan layoutnya sehingga mereka dapat tertarik untuk memperhatikan
lebih lanjut artikel tersebut. Hampir semua semua artikel pada zine
Bungkam Suara ini tidak menggunakan sistem grid tertentu dan sisanya
menggunakan sistem grid tertentu.
4.

Tipografi
Tipografi atau tatahuruf merupakan suatu ilmu dalam memilih
dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang
yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu sehingga dapat
menolong

pembaca

untuk

mendapatkan

kenyamanan

membaca

semaksimal mungkin.

43

Tipografi dalam zine Bungkam Suara, menggunakan huruf SansSerif/huruf tanpa kait. Alasan pembuat zine menggunakan huruf ini
adalah mudah dibaca dan enak dilihat serta memiliki unsur legiblity atau
kemudahan suatu jenis huruf untuk dibaca dan dimengerti.
5.

Perancangan Format Sampul

Gambar 3.4 Cover Bungkam Suara #1


Untuk sampul depan atau cover zine Bungkam Suara edisi
perdana, menggunakan artwork karya Ucrit. Gambar tengkorank yang
berbadan manusia sedang ketakutan dan menggenggam sebuah kertas di

44

dalam sebuah kamar. Alasan menggunakan gambar ini adalah agar


terlihat lebih sebagai ilustrasi dan untuk memberikan kesan yang berbeda
dari majalah musik lain pada umumnya yang hanya menampilakn foto
dan tulisan. Gambar dibuat sedemikian rupa karena sebagai edisi perdana
pembuat zine ingin memberikan suatu tampilan tentang ketakutan akan
media mainstream yang dikuasai politik dan memntingkan keuntungan.

Gambar 3.5 Cover Bungkam Suara #2


Untuk sampul depan atau cover zine Bungkam Suara edisi kedua,
menggunakan artwork karya Riko Roar. Gambar sesosok malaikat
dengan separuh kepala yang di dalam otaknya berisi uang dan tulisan sale
atau diskon. Alasan menggunakan gambar ini adalah karena di edisi

45

kedua

ini

membahas

konsumtivisme.

Gambar 3.6 Cover Bungkam Suara #3


Untuk sampul depan atau cover zine Bungkam Suara edisi ketiga,
menggunakan foto live karya Alfian Putra. Gambar seseorang yang
sedang memainkan gitar, dengan efek filter.

46

Gambar 3.7 Cover Bungkam Suara #4


Untuk sampul depan atau cover zine Bungkam Suara edisi
keempat, menggunakan artwork karya Jo Anderskor. Gambar sesosok
pria setengah tengkorang yang sedang dibungkam mulutnya dengan
perban.

47

6.

Perancangan Nameplate
Nameplate pada majalah berfungsi sebagai identitas atau citra
yang mewakili sebuah majalah, sebagaimana fungsi logo pada perusahaan
atau suatu brand.

a. Nameplate zine Bungkam Suara 1

Gambar 3.8 Nameplate Bungkam Suara #1

b. Nameplate zine Bungkam Suara 2

Gambar 3.9 Nameplate Bungkam Suara #2

48

c. Nameplate zine Bungkam Suara 3

Gambar 3.10 Nameplate Bungkam Suara #3


d. Nameplate zine Bungkam Suara #4

Gambar 3.11 Nameplate Bungkam Suara #4

Nameplate pada zine ini berbeda pada majalah lainnya yang


konsisten pada tipenya. Bungkam Suara suka berganti-ganti namplate
pada setiap edisinya, ini menggambarkan bahwa zine ini kurang
profesional dalam pembuatannya.
7.

Perancangan Format Halaman Isi


Layout malaman isi pada majalah tipe zine ini sangat bebas,
tergantung pada artikel yang akan dilayout. Ini bertujuan untuk
memberikan kebabasan berekspresi kepada pembuat zine yang sekaligus
penulis artikel tersebut. Selain itu, zine Bungkam Suara juga ingin

49

memberikan sajian yang berbeda bagi para pembacanya, yaitu dengan


memberikan suatu desain yang berbeda untuk hampir semua artikel
pembaca tidak bosan. Diharapkan juga layout yang bervariasi ini bisa
lebih mendukung isi artikel yang ditampilkan agar pesannya lebih mudah
ditangkap oleh pembacanya dan yang paling penting dalam layout
halaman isi zine Bungkam Suara adalah:
1. Desain layout harus sejalan dengan isi artikel yang ditampilkan.
2. Walau desain layout yang ditampilkan sangat bervariasi tapi
kenyamanan membaca artikel harus tetap diperhatikan. Jadi, tidak
boleh ada tulisan yang dibuat terlalu kecil atau sulit dibaca
sehingga menyulitkan pembaca.
3. Untuk artikel-artikel panjang, teks-teks dilayout ditempatkan dalam
grid dan kolom atau lebih. Jika teks hanya ditempatkan dalam satu
kolom sepanjang

lebar

majalah,

maka mata orang

yang

membacanya akan lebih mudah lelah dan setelah ia sampai ujung


halaman akan kesulitan untuk kembali lagi menemukan bagian
yang belum ia baca.
4. Desain layout harus sejalan dengan jiwa zine Bungkam Suarayaitu:
muda, urban, musik, underground, tidak kaku, tidak terlalu sepi,
dan enak dipandang.
8.

Penempatan Nama Rubrik dan Nomor Halaman


Penempatan setiap nama rubrik dan nomor halaman dalam zine
Bungkam Suara, tidak menetap. Kadang ditempatkan di sudut atas kiri

50

(untuk semua halaman kiri) dan sudut atas kanan (untuk semua halaman
atas kanan). Nomor halaman ditempatkan di sudut bawah kiri (untuk
semua halaman kiri) dan sudut bawah kanan (untuk semua halaman
kanan). Hal ini dilakukan, agar memudahkan pembaca menemukan
nomor halaman.
Selain itu, nomor halaman diletakkan dengan salah satu atau dua
sisi terpotong. Akan tetapi, dengan catatan nomor halaman harus tetap
teridentifikasi.

D. Proses Penerbitan Zine Bungkam Suara


Pada sub bab ini akan dibahas tentang proses penerbitan zine
Bungkam Suara dari pencarian naskah hingga akhir.
1.

Pra Produksi
Saat pra produksi untuk sebuah majalah adalah saat di mana
semua bahan dikumpulkan untuk membuat isi majalah. Sebelum itu
dilakukan rapat redaksi untuk menentukan materi apa yang akan
dimasukkan ke dalam majalah edisi yang akan diturunkan. Persiapan
untuk sebuah majalah biasanya dilakukan dua bulan sebelum tanggal
edisi yang tercantum pada majalah. Jadi jika majalah akan diterbitkan
pada Juni, maka persiapannya harus dimulai sejak awal April.
Pada edisi perdana, persiapan penerbitannya bisa dilakukan lebih
lama agar hasilnya lebih baik. Setelah semua rubrik dan artikel ditentukan
dan diputuskan, editor mulai mengumpulkan semua bahan yang

51

diperlukan untuk artikel masing-masing. Untuk zine Bungkam Suara


karena ada beberapa rubrik yang memerlukan kontributor karena struktur
organisasi dalam zine ini tidak ada. Jadi, pembuat zine yang sekaligus
editor, reporter, penulis, dan pengarang yang harus mencari kontributor
yang sesuai dengan tema zine setiap edisinya.
Pengumpulan bahan dilakukan melalui wawancara, survei
lapangan, pengambilan gambar (pemotretan), dan riset melalui internet,
buku, majalah, dan sebagainya.
Tidak adanya anggota redaksi membuat zien Bungkam Suara ini
memiliki waktu penerbitan yang lama karena semua berita, artikel,
wawancara, dan mencari kontributor dilakukan sendiri.
2.

Produksi
Setelah semua bahan dikumpulkan, editor merangkum semua
bahan tersebut menjadi tulisan-tulisan lengkap dengan ilustrasi dan
gambar-gambar yang dibutuhkan. Pengumpulan materi dimulai dengan
naskah yang menggunakan software Microsoft Word dengan format
dokumen, kemudian untuk gambar dilakukan touch up dengan
menggunakan program Adobe Photoshop. Setelah semua naskah dan
gambar siap untuk dilayout, dalam teori seharusnya dari setiap editor
menyerahkannya kepada desainer. Akan tetapi, dalam pengerjakan zine
ini hanya satu orang, maka editor itu sendiri yang akan melayout. Hal ini,
memiliki nilai positif dan negatif dalam produksi. Nilai positifnya ia
akan menjadi layouter dari artikelnya sendiri dan tahu gambar dan tata

52

letak apa yang sesuai dengan tulisannya. Akan tetapi, hal ini akan
memakan waktu lama dikarenakan ia membuatnya dengan Adobe
Photoshop karena harus melayout halaman per halaman.
Setelah desain layout selesai, setiap halaman akan dicetak dengan
printer biasa dalam bentuk proof untuk dikoreksi. Setelah semua
penyesuaian dilakukan dan hasil akhir sesuai, semua materi kemudian
dicetak oleh percetakan. Berbeda dengan majalah umumnya yang biasa
mencetak full color, zine Bungkam Suara hanya mencetak hitam putih.
Hal ini dikarenakan, dana yang ada untuk proses produksi menggunakan
dana pribadi pembuat zine. Menggunakan kertas HVS 80 gram dengan
jilid kawat (steples).
3.

Cetak
Setelah naskah sudah dikemas pada saat produksi, untuk mendapatkan
hasil akhir. Naskah yang sudah dikemas harus dicetak agar hasil layout
akhir dapat terlihat bentuknya. Pada saat cetak ini seharusnya
menggunakan mesin digital print agar hasil yang didapat bagus. Akan
tetapi, zine ini hanya menggunakan mesin manual fotokopi karena cetak
yang dilakukan menggunakan uang pribadi si pembuat zine.

4.

Distribusi
Distribusi majalah dalam kaitannya dengan penjualan, sangat
berpengaruh pada strategi komunikasi majalah tersebut. Diperlukan
pertimbangan-pertimbangan seperti apakah lokasi distribusi yang dipilih
sesuai

dengan

khalayak

sasaran

yang

dituju?

Apakah

sistem

53

pendistribusian majalah sesuai dengan positioning atau image yang


hendak dibentuk oleh produk? Apakah tampilan produk cukup menarik
perhatian

di

lokasi

tersebut?

Berdasarkan

hasil

wawancara,

pendistribusian zine Bungkam Suara adalah sebagai berikut:


a. Distribusi dilakukan di toko-toko musik atau baju yang sering
dikunjungi oleh anak muda
b. Bungkam Suara juga menyebarkan zine ini dengan menitipkannya ke
beberapa teman yang membuka jalur pendistribusian khusus zine di
kota-kotanya. Semisal Yogyakarta, Kediri, Jakarta, Bandung,
Palembang, Pontianak, dan kota lainnya.
c. Zine Bungkam Suara juga menyediakan jalur download untuk format
digital/pdfnya, biasanya mengirim link unduk di situs Facebook,
grup We Love Zine.

54

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada zine Bungkam Suara,
dapat penulis simpulkan bahwa proses penerbitannya di zine Bungkam
Suara yaitu:

1. Zine Bungkam Suara ini memiliki sedikit perbedaan dalam


prosedur penerbitan majalah lain umumnya, yaitu saat praproduksi dalam majalah lain, biasanya dilakukan rapat redaksi.
Sedangkan dengan Bungkam Suara secara personal, tidak ada
rapat redaksi. Itu memberikan kelebihan dan kekurangan,
kelebihannya ialah arah tujuan isi bisa bebas sesuka-suka
pembuat. Kekurangannya adalah, zine ini memiliki kelambatan
waktu dalam pencarian naskah karena dilakukan secara sendiri
kepada orang lain. Dalam proses produksi zine ini, aplikasi yang
digunakan adalah Adobe Photoshop bukan Adobe InDesign. Ini
membuat produksi zine menjadi lama karena harus menata ulang
lembar halaman serta kurangnya pengetahuan pembuat dalam
melakukan editing naskah. Di proses pencetaknnya, zine dicetak
dengan mesin print biasa tidak seperti majalah besar lainnya. Hal
ini berakibat kualitas cetakan yang kurang bagus. Apalagi jika zine

55

ini diperbanyak dengan fotokopi hasilnya semakin tidak bagus.


Hal ini dilakukan karena kondisi keuangan pembuatnya. Proses
penyelesaiannya ini hanya menggunakan jahit kawat. Di proses
pemasarannyaa, zine Bungkam Suara dititipkan di toko-toko
musik dan baju yang sering dikunjungi oleh anak muda,
menitipkan ke beberapa teman yang berada di luar kota, dan untuk
yang ingin memiliki versi pdfnya bisa melalui group Facebook
We Love Zine.

2. Rubrik-rubrik di zine Bungkam Suara ini tidak menetap, kadang


bisa berbeda dari tiap edisinya, misalkan dalam edisi perdana ada
rubrik puisi, bisa saja dalam terbitan berikutnya tidak ada, atau
mungkin rubrik tersebut diubah namanya, tetapi memiliki isi yang
sama dalam rubrik sebelumnya.

3. Layout dalam zine Bungkam Suara, bisa dikatakan menarik karena


memiliki kebebasan dan yang terpenting layout tersebut harus
memiliki unsur musik underground yang kuat, seperti keramaian,
unik, dll. Serta layout Bungkam Suara tidak terpaku oleh grid
tertentu. Sebagai tambahan, nameplate zine Bungkam Suara tidak
konsisten karena berbeda-beda tiap edisinya.

56

B. Saran
Berdasarkan landasan teori dan ilmu-ilmu tentang penerbitan yang
dipelajari oleh penulis di perkuliahan, maka penulis saran terkait dengan
proses penerbitan yang ada dalam zine Bungkam Suara.

1. Di bagian redaksi, zine Bungkam Suara tidak bisa sepenuhnya


bergantung kepada satu orang karena akan memakan waktu yang
lama untuk proses produksi, serta majalah yang baik sekiranya
memiliki

anggota

redaksi

dan

struktur

organisasi

untuk

memudahkan pembuatan zine. Pada saat produksi, menurut teori


yang dipelajari, penulis menyarankan agar pembuat zine Bungkam
Suara untuk mempelajari software Adobe InDesign karena
software ini yang biasa digunakan oleh penerbit majalah dan buku.
Software ini juga memudahkan untuk melayout naskah, tidak harus
membuat halaman per halaman, menomori halaman satu per satu,
serta gambar yang dihasilkan berupa vektor berbeda dengan Adobe
Photoshop. Dari zine Bungkam Suara, diharapkan memiliki
organisasi tetap sehingga dalam proses penerbitannya dapat
menggunakan uang kolektif dari tiap anggota. Hal itu bisa
memungkinkan peningkatan kualitas hasil cetak dari mesin print
biasa

menjadi

digital

print.

Sebagai

tambahan,

proses

pemasarannya harus ditingkatkan lagi agar dapat memiliki nilai


komersil sehingga menguntungkan pembuat zine.

57

2. Selain itu, sering sekali rubrik-rubrik dalam Bungkam Suara


memiliki nama yang berbeda dengan terbitan sebelumnya sehingga
menghasilkan kesan tidak konsisten dalam penamaan rubrik. Maka
dari itu, zine Bungkam Suara harus memiliki kekonsistenan dalam
penamaan rubrik-rubrik tersebut.

3. Sebagai tambahan, layout zine Bungkam Suara seharusnya


memiliki gaya selingkung dalam penempatan ilustrasi dan teks.
Dalam nameplate atau judul Bungkam Suara selalu berbeda tiap
edisinya sehingga bisa membuat orang-orang berpikir banyak zine
yang menggunakan nama Bungkam Suara. Seharusnya, gunakan
satu nameplate atau logo yang sama untuk setiap edisi berikutnya.

58

DAFTAR PUSTAKA

Chris, Atton. Alternative Media. SAGE Publishing. London. 2002.


Darmanto, Nova. Pengetahuan Penerbitan. Pusat Grafika Indonesia
Depdikna. Jakarta. 2007.
Johnson,

Sammye

&

Patricia

Pritajel.

Magazine

Publishing.

NTC/Contemporary Publishing Company. 1999.


Kurnia, Septiawan Santana. Jurnalisme Kontemporer. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta. 2005.
Mohammad, Goenawan. Catatan Pinggir 2. Pustaka Utama Grafitti. Jakarta.
2011.
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta. 2008.
Trim, Bambang. Taktis Menyunting Buku. Maximalis. Bandung. 2009.
Vantiani, Ika. Zine, Media Yang Harus Dimaksimalkan Lagi. Makalah
Wirkshop Penulisan Kritik Seni Rupa. Ruangrupa. Jakarta. 2010.
Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Ghalia Indonesia. Bogor. 2010.

LAMPIRAN A
BIODATA PEMBUAT ZINE BUNGKAM SUARA

DATA PRIBADI
Nama Lengkap

: Alfian Putra

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Curug Agung (Tugu Tanah Baru), RT 001/RW


08 No. 23, Tanah Baru, Beji, Depok

Nomor Telepon

: 085779200282

JENJANG PENDIDIKAN
SD Negeri Mampang 03 Pagi (1998-2004)
SMP Setia Negara (2005-2007)
SMK Setia Negara (2008-2010)
UPN. Veteran Jakarta, FISIP (2012-)

LAMPIRAN B
CONTOH ISI ZINE

LAMPIRAN C
RISET WAWANCARA

: Sejarah dan pengertian Bungkam Suara?

:Terbentuk di masa-masa akhir SMU gua, ketika itu tahun 2010.


Karna ketika masih SMU gua udah aktif baca literatur entah itu
zine ataupun jurnal-jurnal anarkisme. Jadi ketika gua konteks-an di
dunia nyata ada banyak hal yang pengen gua omongin. Dan
ditambah ketika itu masih jaman-jamannya suka banget ngbahas
soal scene. Jadilah gua bikin BS. BS sendiri sebenarnya simple. Gua
pengen jadi orang yang banyak omong tapi sudah lebih dulu banyak
gerak. yah talk less, do more.

: Bungkam Suara termasuk zine tipe apa? (Musik, visual, atau kehidupan
sosial)

:BS zine itu musik dan semi-personal: yang sedikit banyaknya


membahas hal sosial.

: Proses penerbitan zine Bungakm Suara? (Dari mencari naskah hingga


pendistribusiannya)

: Beberapa naskah semisal artikel ada yang mengambil dari literatur


luar dan diterjemahkan ulang dan untuk opini dibantu teman dan
gua pun nulis juga. Sisanya riset sendiri: wawancara, browsing sanasini. Untuk pendistribusian. titip dibeberapa teman yang membuka
jalur pendistribusian khusus zine di kota-kotanya. Semisal Jogya,
Kediri, Jakarta, Bandung, Palembang, hingga Pontianak. Itu untuk
format cetaknya. Untuk format digital/pdfnya, gua biasanya kirim
link download via email tapi beberapa tahun terakhir di Facebook
ada grup We Love Zine dan semenjak itu gua posting disana terus.

LAMPIRAN D
BIODATA PENULIS

DATA PRIBADI
Nama Lengkap

: Agung Saputra

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status

: Lajang

Alamat

: Jl. Beringin Rt 04 Rw 18 No. 24, Kemirimuka,


Beji, Depok, Jawa Barat.

Nomor Telepon

: 081316477303

A. MEDIA SOSIAL DAN LAIN-LAIN


Email

: agungarsy@yahoo.com

Twitter
Path

: @agungarsy
: Agung Saputra

Kompasiana : agungarsy
Blogger

: agungarsy.blogspot.com

B. PENDIDIKAN
SD Negeri 03 Pagi Rancho Indah (1999-2004)
SD Negeri Pondok Cina 05 (2004-2005)
SMP Negeri 242 (2006-2008)
SMK Harapan Bangsa (2009-2011)
Politeknik Negeri Media Kreatif, Jurusan Penerbitan, Prodi Penerbitan
(2011-2014)

C. PENGALAMAN KERJA

Reporter di Hubungan Masyarakat, Pemerintah Kota


Depok
Magang selama satu bulan di Pemerintah Kota Depok, telah memeberikan
pengalaman tersendiri. Saya di sana bekerja sebagai reporter, untuk meliput
berita tentang kegiatan Walikota dan Wakil Walikota Depok.

Ketua Redaksi di Majalah KETIK


Majalah KETIK adalah suatu media cetak di Politeknik Negeri Media Kreatif.
Dalam pekerjaan ini saya belajar bagaimana untuk memimpin sebuah redaksi,
memberikan pelajaran untuk menerbitkan edisi majalah tersebut sesuai
dengan kondisi dan hal yang menarik untuk diangkat sebagai berita.

Reporter dan Layouter Majalah Indie Another Space


Ini merupakan pekerjaan untuk mengisi waktu kosong. Pekerjaan untuk
mengasah kemampuan yang telah dipelajari di kampus. Di majalah ini saya
melakukan pekerjaan, mulai dari meliput sebuah band, review event.

Layouter di Penerbit Salemba


Saya pernah magang di Penerbit Salemba, sebagai layouter. Di tempat ini,
penulis mendapat banyak ilmu dan bimbingan tentang membuat layout sesuai
gaya selingkung Penerbit Salemba. Magang ini merupakan salah satu syarat
perkuliahan di Politeknik Negeri Media Kreatif.

Anda mungkin juga menyukai