Anda di halaman 1dari 116

UNIVERSITAS DIPONEGORO

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUBUK BIJI KOPI TIPE DISC


MILL DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM

LAPORAN TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD ARYA BINTANG S (40040219650072)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


REKAYASA PERANCANGAN MEKANIK
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JUNI 2023
UNIVERSITAS DIPONEGORO

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUBUK BIJI KOPI TIPE DISC


MILL DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD ARYA BINTANG S (40040219650072)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


REKAYASA PERANCANGAN MEKANIK
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JUNI 2023

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas akhir ini adalah hasil karya saya


sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
benar.

NAMA : Muhammad Arya Bintang Samudra


NIM : 40040219650072
Tanda tangan :
Tanggal : 20 Juni 2023
SURAT TUGAS PROYEK AKHIR
No. 163/PA/RPM/III/2023

Dengan ini diberikan Tugas Proyek Akhir untuk mahasiswa berikut:

Nama : Muhammad Arya Bintang Samudra


NIM : 40040219650072
Judul Proyek Akhir : Rancang Bangun Alat Pembubuk Kopi Tipe Disc Mill
dengan Kapasitas 30 Kg/Jam
Dosen Pembimbing : Drs. Sutrisno, M.T.
NIP : 196012241986031002
Isi Tugas:
1. Rancang bangun alat pembubuk biji kopi tipe Disc Mill dengan kapasitas 30
kg/jam.
2. Evaluasi kinerja alat pembubuk biji kopi tipe Disc Mill meliputi pengujian
kapasitas dan efisiensi kerja alat.
3. Penyusunan laporan Proyek Akhir.
4. Penyusunan pembuatan draft paten/hki/protoype/artikel ilmiah.

Demikian agar diselesaikan selama-lamanya 6 bulan terhitung sejak diberikan


tugas ini dan diwajibkan konsultasi sedikitnya 12 kali demi kelancaran
penyelesaian tugas.
Semarang, 3 Maret 2023
Ketua PSD IV
Rekayasa Perancangan Mekanik

Dr. Seno Darmanto,M.T


NIP. 197609152003122001
Tembusan:
1. Sekretaris Prodi
2. Dosen Pembimbing Proyek Akhir

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir ini diajukan oleh :


Nama : Muhammad Arya Bintang Samudra
Nim : 40040219650072
Program Studi : Rekayasa Perancangan Mekanik
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Alat Pembubuk Biji Kopi Tipe Disc Mill
dengan kapasitas 30kg/jam.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gerlar Sarjana
Terapan (S.Tr) pada Program Studi D IV Rekayasa Perancangan Mekanik,
Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro.

TIM
PENGUJI

Pembimbing I : Drs. Sutrisno, M.T. ( )


Penguji I : Drs. Sutrisno, M.T. ( )
Penguji II : Dr. Seno Darmanto, S.T.,M.T. ( )
Penguji III : Susastro, S.T.,M.T. ( )

Semarang, 20 Juni 2023


Ketua PSD IV RPM SV Undip

Sri Utami Handayani, S.T.,M.T.


NIP. 196809011998021001

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Muhammad Arya Bintang Samudra

NIM : 40040219650072

Jurusan : D IV Rekayasa Perancangan Mekanik

Departemen : Teknologi Industri

Fakultas : Sekolah Vokasi

Jenis karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul “Rancang Bangun Alat Pembubuk Biji
Kopi Tipe Disc Mill dengan Kapasitas 30kg/jam” beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Nonekslusif ini Universitas Diponegoro
berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangakalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, 20 Juni 2023

Muhammad Arya Bintang Samudra


NIM.40040219650072

v
KATA PENGANTAR

Bismillahrrahmanirrahim dengan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, yang telah menentukan segala

apa yang terjadi pada hamba-Nya, meridhoi setiap langkah yang saya lalui dalam

meraih gelar Sarjana Terapan Teknik di Universitas Diponegoro dengan judul

“Rancang Bangun Alat Pembubuk Biji Kopi tipe Disc Mill Kapasitas 30kg/jam”.

Rasa syukur yang tak terhingga, selalu menuntun saya kepada setiap kebaikan

serta setiap doa-doa yang telah dikabulka-Nya. Terimakasih engkau telah

menghadirkan orang-orang terbaik dalam hidup saya, yang telah mendukung,

mendoakan dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, skripsi ini saya

persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, sayangi, dan banggakan.

Ayahanda Ir. Nonot Supono, M.M. dan Ibunda Enny Kusmawati yang

telah senantiasa memberikan dukungan emosional, materi, tenaga, cinta,

kasih sayang yang tak terhingga serta doa yang tak henti-hentinya

terpanjatkan untuk kesuksesan dan keberhasilan saya. Tiada kata yang

pantas saya ucapakan atas jasa-jasa kalian yang telah merawat, mendidik,

membesarkan, serta memberikan arahan dan kebahagian dari lahir hingga

saat ini. Terima kasih Papa dan Mama tersayang.

2. Kedua kakak dan adik saya Cantika Salma Salsabila, S.E dan Puti Ayunda

Farah Diba yang telah memberikan semangat, santunan keuangan,

menghibur, menemani saya dalam keadaan apapun mendengarkan keluh

kesah saya, serta selalu berdoa dan mendukung saya. Semoga kita semua

menjadi anak yang membanggakan Papa dan Mama.

vi
3. Bapak Drs. Sutrisno,M.T. selaku dosen pembimbing saya yang sangat

peduli, bertanggung jawab serta tidak pernah lelah selalu membantu

memberikan masukkan dan saran yang sangat membangun dari awal

hingga selesainya skripsi saya.

4. Bapak ibu dosen staff karyawan program studi Rekayasa Perancangan

Mekanik Universitas Diponegoro.

5. Teman-teman inayah family Arjun, Faqih, Gilang, Miftah, Rheihannadhif.

Serta juga terkhusus teman-teman astabiana Dhafa, Dito, Rafi, Farhan.

Terima kasih atas semua cerita yang telah kita buat mulai dari susah senang

serta canda tawa yang membahagiakan. Semoga kesuksesan selalu

beringingan dalam langkah kita kedepannya.

6. Teman-teman saya di Semarang teman jurusan, kelas, KKNT, dan lainnya.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam bentuk apapun hingga

terselesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan Tugas Akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan sehingga alangkah baiknya untuk diberikan saran dan kritik

yang bersifat membangun agar lebih menyempurnakan laporan ini. Semoga apa

yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Semarang, 15 Juni 2023

Muhammad Arya Bintang S

vii
RANCANG BANGUN ALAT PEMBUBUK BIJI KOPI TIPE
DISC MILL DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM

ABSTRAK

Kopi merupakan komoditas minuman favorit di semua kalangan masyarakat


dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi kopi terbesar di
dunia. Untuk mendapatkan bubuk kopi, kopi ose setelah mengalami proses roasting
dilakukan proses pembubukan menggunakan alat pembubuk kopi. Pada saat ini
terdapat beberapa design pembubuk kopi diantara lain blade grinder dan disc mill.
Tipe blade grinder memiliki kelemahan dalam segi kapasitas yang dihasilkan dan
tingkat kehalusan yang tidak rata. Tujuan dari proyek akhir ini adalah merancang
bangun pembubuk biji kopi tipe disc mill dengan kapasitas 30 kg/jam.
Tahapan proyek akhir ini meliputi pengumpulan data dari studi literatur atau
studi lapangan, pembuatan desain alat, perencanaan dan perhitungan kekuatan,
fabrikasi alat, dan pengujian alat. Desian direncanakan menggunkan disc mill
dengan 3 pin dan 6 pin. Proses fabrikasi dilakukan di workshop Bojong Jaya,
Kabupaten Temanggung.
Hasil dari rancang bangun yang sudah dilakukan, menghasilkan alat
pembubuk biji kopi tipe Disc Mill dengan dimensi alat 460×350×1060 mm. Daya
yang dibutuhkan alat ini adalah 2,84 Hp. Sebagai penggerak digunakan motor
bensin dengan daya 5,5 Hp. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa alat yang
sudah direncanakan dapat memenuhi kapasitas 30 kg/jam pada putaran motor
bensin 2800 rpm. Penggunaan disc mill dengan tiga pin menghasilkan kapasitas
yang lebih banyak dibandingkan disc mill dengan enam pin.

Kata Kunci: rancang, bangun, pembubuk, kopi, disc mill

viii
DESIGN AND CONSTRUCTION OF A DISC MILL TYPE
COFFE BEAN GRINDER WITH A CAPACITY OF 30KG/HOUR

ABSTRACT

Coffee is a favorite beverage commodity in all segments of people around the


world. Indonesia is one of the countries with the largest coffee production in the
world. To get coffee powder, ose coffee after undergoing the roasting process is
ground using a coffee grinder. At present there are several designs of coffee
grinders including blade grinder and disc mill. The blade grinder type has
disadvantages in terms of the capacity produced and the level of smoothness that is
uneven. The purpose of this final project is to design a disc mill type coffee bean
grinder with a capacity of 30 kg/hour.
The steps of this final project include collecting data from literature studies
or field studies, making tool designs, planning and calculating strength, tool
fabrication, and tool testing. The design is planned to use a disc mill with 3 pins
and 6 pins. The fabrication process was carried out at the Bojong Jaya workshop,
Temanggung Regency.
The results of the design that has been carried out, produce a Disc Mill type
coffee bean grinder with tool dimensions 460×350×1060 mm. The power required
by this tool is 2.84 Hp. As a driving force, a gasoline motor with a power of 5.5 Hp
is used. The results of the test show that the planned tool can meet the capacity of
30 kg / hour at 2800 rpm gasoline motor rotation. The use of a disc mill with three
pins produces more capacity than a disc mill with six pins.

Keywords: planning, building, machine, grinder, disc mill

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
SURAT TUGAS PROYEK AKHIR ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan .................................................................. 4
1.2.1 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.2.2 Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.5 Luaran ............................................................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Konsep Rancang Bangun .............................................................................. 7
2.1.1 Rancang .................................................................................................. 7
2.1.2 Bangun .................................................................................................... 7
2.2 Kopi ............................................................................................................... 8
2.3 Tahapan Pengolahan Biji Kopi menjadi Bubuk .......................................... 10
2.3.1 Pemisahan Biji Kopi ............................................................................. 12
2.3.2 Roasting Kopi ....................................................................................... 12
2.3.3 Pendinginan .......................................................................................... 16
2.3.4 Sortasi Biji Kopi ................................................................................... 16
2.3.5 Pembubuk Kopi .................................................................................... 16

x
2.4 Jenis-jenis Grinder Kopi .............................................................................. 16
2.5 Komponen Perancangan Pembubuk Kopi ................................................... 19
2.5.1 Rangka Alat .......................................................................................... 20
2.5.2 Daya Motor ........................................................................................... 20
2.5.3 Pulley .................................................................................................... 22
2.5.4 Poros ..................................................................................................... 29
2.5.5 Bantalan (Bearing) ................................................................................ 33
2.5.6 V-Belt.................................................................................................... 34
2.5.7 Mur dan Baut ........................................................................................ 41
2.5.8 Pembubuk Biji Kopi ............................................................................. 42
2.5.9 Hopper .................................................................................................. 43
2.5.10 Ruang Pembubukan ............................................................................ 43
2.5.11 Saringan Bubuk Kopi.......................................................................... 44
2.5.12 Perencanaan Pasak .............................................................................. 44
BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR .................... 47
3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir ...................................................... 47
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 48
3.2.1 Observasi Lapangan .............................................................................. 48
3.2.2 Studi Literatur ....................................................................................... 48
3.2.3 Wawancara............................................................................................ 48
3.3 Analisis Data ............................................................................................... 48
3.4 Tahapan Penelitian Tugas Akhir ................................................................. 49
3.5 Tahap Persiapan dan Desain Perancangan Alat .......................................... 49
3.5.1 Desain Alat ........................................................................................... 49
3.5.2 Plotting Alat dan Komponen Penyusun ................................................ 51
3.6 Tahap Perencanaan Komponen dan Perhitungan Kekuatan ........................ 53
3.6.1 Perencanaan Komponen Dinamis Alat Pembubuk Biji Kopi ............... 53
3.6.1.1 Perencanaan Daya yang Dibutuhkan ....................................... 53
3.6.1.2 Perencanaan Putaran pada Motor Bensin ................................ 56
3.6.1.3 Perencanaan Poros ................................................................... 56
3.6.1.4 Perencanaan Pulley .................................................................. 58
3.6.1.5 Perencanaan Belt...................................................................... 58
3.6.1.6 Perencanaan Pasak ................................................................... 61
3.6.1.7 Perencanaan Bantalan .............................................................. 63

xi
3.6.1.8 Perencanaan Mata Disc (Pembubuk) ....................................... 65
3.6.2 Perencanaan Komponen Statis Alat Pembubuk Biji Kopi.................... 66
3.7 Tahap Fabrikasi ........................................................................................... 73
3.8 Pengujian Alat ............................................................................................. 73
3.9 Tahap Pengolahan Data ............................................................................... 74
3.10 Penyusunan Laporan ................................................................................. 74
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 75
4.1 Hasil Rancangan Alat .................................................................................. 75
4.2 K3 dalam Perencanaan Alat Pembubuk Biji Kopi ...................................... 78
4.3 Spesifikasi Mesin Alat Pembubuk Biji Kopi .............................................. 79
4.4 Pengujian Alat Pembubuk Biji Kopi ........................................................... 81
4.5 Hasil Pengujian Alat Pembubuk Biji Kopi.................................................. 84
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 91
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 91
5.2 Saran ............................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93
LAMPIRAN .......................................................................................................... 95

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel dari tipe belt ............................................................................... 24


Tabel 2. 2 Baja paduan untuk poros ...................................................................... 29
Tabel 2. 3 Standar baja .......................................................................................... 31
Tabel 3.1 Tabel mencari lengan gaya ................................................................... 54
Tabel 3.2 Nilai Properti ASTM A36 Stell ............................................................ 71
Tabel 4.1 Tabel k3 pada alat pembubuk ............................................................... 78
Tabel 4.2 Spesifikasi alat pembubuk .................................................................... 79
Tabel 4.3 Tabel spesifikasi material yang digunakan ........................................... 80
Tabel 4.4 Peralatan dan bahan yang digunakan .................................................... 81
Tabel 4.5 Tabel hasil pengujian ............................................................................ 84

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Light roast ......................................................................................... 14


Gambar 2.2 Medium roast .................................................................................... 14
Gambar 2.3 Medium-dark to dark roast ................................................................ 14
Gambar 2.4 Dark roast .......................................................................................... 15
Gambar 2.5 Very dark roast .................................................................................. 15
Gambar 2.6 Grinder kopi manual.......................................................................... 17
Gambar 2.7 Grinder kopi elektrik ......................................................................... 18
Gambar 2.8 Burr grinder ....................................................................................... 18
Gambar 2.9 Blade grinder ..................................................................................... 19
Gambar 2.10 Rangka atau frame ........................................................................... 20
Gambar 2.11 Motor bensin Sumber : (Wiratmaja 2010) ...................................... 21
Gambar 2.12 Pulley ............................................................................................... 22
Gambar 2.13 Transmisi belt & pulley ................................................................... 23
Gambar 2.14 Dimensi pulley ................................................................................ 23
Gambar 2.15 Dimensi dari beberapa tipe v-belt berdasarkan Jenis OA.B.C.D.E &
F jenis belt: 1,2,3,4,&5 ......................................................................................... 24
Gambar 2.16 Diagram tentang tegangan pada belt yang terjadi disetiap tempat .. 28
Gambar 2.17 Bantalan ........................................................................................... 34
Gambar 2.18 Ukuran-ukuran dari v-belt ............................................................... 34
Gambar 2.19 Starrope, prene v-Rope, flexstar dll ................................................ 35
Gambar 2.20 Hexagonal v-belt, orange label raw, Dll ......................................... 35
Gambar 2.21 Raw edge cogged, epower, polymax dll ......................................... 36
Gambar 2.22 Distribusi gaya tarikan pada belt ..................................................... 37
Gambar 2.23 Sudut kontak .................................................................................... 41
Gambar 2.24 Mata pisau ....................................................................................... 42
Gambar 2.25 Dimensi pasak ................................................................................. 44
Gambar 2.26 Kedudukan pasak terhadap poros .................................................... 45
Gambar 2.27 Poros, pasak dan hub ....................................................................... 45
Gambar 2.28 Jenis pasak dan pemasangannya pada poros ................................... 46
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir .................................................................... 47
Gambar 3.2 Desain alat pembubuk biji kopi ......................................................... 50

xiv
Gambar 3.3 Plotting explode view ........................................................................ 51
Gambar 3.4 Plotting assembly .............................................................................. 52
Gambar 3.5 Perencanaan Ukuran Pasak ............................................................... 61
Gambar 3.6 Desain hopper .................................................................................... 67
Gambar 3.7 Elipsoid.............................................................................................. 69
Gambar 3.8 Desain frame ..................................................................................... 70
Gambar 3.9 Hasil Pembebanan Frame .................................................................. 73
Gambar 4.1 Hasil rancang bangun ........................................................................ 75
Gambar 4.2 Bagian-bagian umum alat pembubuk ................................................ 76
Gambar 4.3 Modifikasi pin pada gigi pembubuk.................................................. 77
Gambar 4.4 Komponen pembubuk ....................................................................... 77
Gambar 4.5 Bubuk kopi hasil pengujian (a) 3 pin (b) 6 pin ................................. 86
Gambar 4.6 Grafik hubungan putaran motor bensin dengan kapasitas pembubukan
............................................................................................................................... 87
Gambar 4.7 Grafik hubungan putaran motor bensin dengan gramase bubuk kopi88
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara putaran motor bensin dengan waktu
pembubukan .......................................................................................................... 89

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel standar spesifikasi poros ......................................................... 95


Lampiran 2. Tabel nilai Sf1 dan Sf2 untuk poros ................................................. 95
Lampiran 3. Tabel nilai sudut kontak dan Faktor koreksi pada puli ..................... 95
Lampiran 4. Tabel nilai X dan Y untuk bantalan .................................................. 96
Lampiran 5. Tabel nilai dari pasak ........................................................................ 96
Lampiran 6. Rincian biaya pengadaan alat ........................................................... 97
Lampiran 7. Rincian biaya pembuatan proposal dan laporan ............................... 97
Lampiran 8. Rincian biaya total tugas akhir ......................................................... 97
Lampiran 9. Gramase obyek pengujian ................................................................ 98
Lampiran 10. Pengujian Alat ................................................................................ 98
Lampiran 11. Menentukan putaran menggunakan digital tachometer .................. 99

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kopi adalah salah satu minuman favorit masyarakat di Indonesia dan menjadi

salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Berdasarkan data laporan Badan

Statistik Indonesia produksi kopi tanah air cenderung meningkat sejak lima tahun

terakhir. Dengan jumlah produksi kopi yang dihasilkan Indonesia sebesar 774,60

ribu ton pada tahun 2021 angka atau jumlah kenaikan menigkat sekitar 1,62% dari

tahun sebelumnya sebanyak 762,20 ribu ton. Tercatat produsen dengan kopi

terbesar di Indonesia merupakan provinsi Sumatera Selatan sepanjang tahun 2021

dengan jumlah produksi kopi di provinsi ini mencapai angka 201,40 ribu ton.

Disusul dengan provinsi Lampung jumlah produksi kopi sebesar 118 ribu ton,

kemudian Sumatera Utara dan Aceh dengan produksi kopi masing-masing sebesar

76,80 ribu ton dan 74,20 ribu ton.

Tercatat selama lima tahun terakhir nilai produksi kopi di Indonesia yang

menduduki puncak tertinggi pada tahun 2021 menurut Badan Statistik Indonesia

pada tahun 2021. Sementara dalam lima tahun terakhir yang paling rendah menurut

Badan Statistik Indonesia yakni pada tahun 2017 sebanyak 716,10 ribu ton (Annur

2022). Terdapat sekitar 70 spesies jenis pohon kopi yang tersebar diseluruh dunia

namun hanya 3 jenis spesies biji kopi yang sering diperjualbelikan dan umum

digunakan dengan baik sebagai biji kopi yaitu kopi Arabica,robusta, dan liberica

jenis kopi tersebut digunakan untuk produksi sebanyak 98% produksi kopi dunia

sedangkan untuk jenis Liberica adalah spesies yang langka dan hanya

diperdagangkan 1% kopi dunia.

1
Biji kopi yang memiliki tingkat kualitas mutu yang baik dan disukai banyak

konsumen ialah buah kopi yang sudah masak. Dengan indikasi kematangan buah

ditandai dengan fisik buah kopi mengalami perubahan warna pada kulit buah itu

sendiri pemanenan umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak

pada tanaman kopi berusia sekitar 2,5-3 tahun. Buah matang ditandai dengan

perubahan warna pada kulit buah kulit buah berwarna hijau tua adalah muda,

berwarna kuning adalah setengah masak dan berwarna merah adalah indikasi buah

kopi telah masak penuh untuk mendapati hasil yang terbaik maka kopi harus dipetik

dalam keadaan masak penuh. Selanjutnya terdapat beberapa tahapan-tahapan pasca

panen yang perlu dilakukan. Dimulai dari tahap pemetikan biji kopi yang sudah

matang lalu dilanjutkan dengan melakukan sortasi buah lalu dilakukan

pengeringan, pengupasan kulit, dan sortasi biji kering (Novita, et al. 2012). Setelah

proses pemetikan dilakukan, terdapat dua proses pengolahan biji kopi yaitu

pengolahan kering dan basah. Proses kering merupakan sebuah proses yang

memanfaatkan energi matahari, proses ini memiliki ciri khas dari rasa berupa

manis. Sedangkan untuk proses basah, mesin digunakan untuk memisahkan kopi

dengan bijinya kemudian dilakukan fermentasi di dalam tangki air selama beberapa

jam atau hari hingga menghasilkan rasa yang jernih. Selanjutnya dilakukan proses

Cupping dan Roasting. Tahapan terakhir yang dilakukan adalah melakukan

pembubuk atau pembubukan biji kopi. Menurut (Majid and Kholis 2017) dan

(Abdillah 2021) dirumuskan bahwa dalam proses pembubukan biji kopi adalah

salah satu untuk menentukan kualitas dari hasil dari kopi tersebut dengan tingkat

kehalusan yang telah ditentukan sebelumnya.

2
Dengan produksi kopi yang sangat melimpah di seluruh wilayah Indonesia.

Maka diperlukan teknologi inovasi dalam bidang pertanian dan perkebunan sebagai

penunjang produksi kopi. Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai

rancang bangun alat pembubuk kopi yang sudah dilakukan. Seperti perancangan

yang dilakukan oleh (Majid and Kholis 2017) dengan judul “Rancang Bangun

Mesin Pengupas Biji Kopi Dengan Kapasitas 60 Kg/Jam”. Dengan kapasitas 60

kg/jam tentu akan sangat membantu dalam proses pembubukan biji kopi. Namun

dengan kapasitas yang sebesar itu tentu membutuhkan spesifikasi komponen yang

tinggi. Dalam hal ini tentu akan membuat harga alat ini akan sangat tinggi. Juga

perancangan yang dilakukan oleh (Rozak, et al. 2021). Dalam perancangan ini,

dilakukan penggunaan metode photovoltaic atau tenaga matahari. Tentu alat ini

sangat hemat energi karena menggunakan sumber daya alam sebagai sumber

tenaganya. Namun perancangan yang dilakukan ini masih skala kecil. Adapun

perancangan yang dilakukan oleh (Wildan, et al. 2021) yaitu dengan judul

“Kegiatan Pabrikasi Mesin Giling Kopi Kering Merek BEJE Tiper GLK 20 di PT

Bahagia Jaya Sejahtera. Dimana dalam perancangan ini menggunakan mata pisau

sebagai grinder biji kopi.

Dari beberapa contoh penelitian dan perancangan terdahulu, dapat

disimpulkan bahwa pemakaian blade sebagai mata pisau kurang efisien dalam

menentukan kehalusan biji kopi yang ingin dilakukan pembubukan. Hal ini

disebabkan karena tidak dapat diaturnya keseragaman dari kehalusan biji kopi

tersebut. Serta jika menggunakan blade sebagai grinder harus membutuhkan waktu

yang lama dalam melakukan penghalusan biji kopi, hal ini dapat mempengaruhi

cita rasa dari kopi itu sendiri yang disebabkan oleh berputarnya mata pisau secara

3
terus menerus dan mengakibatkan mata pisau panas. Maka penggunaan Disk

Milling sebagai komponen utama dalam menghaluskan biji kopi menjadi pilihan

yang sangat tepat dan cermat dikarenakan tingkat kehalusan dari biji kopi akan

seragam dan desain dari mata pisau ini tidak menimbulkan panas pada mata pisau

yang mengakibatkan rusaknya cita rasa dari kopi tersebut.

Dari beberapa contoh penelitian dan perancangan terdahulu maka agar proses

dalam produksi meningkat dan menimbulkan hasil yang melimpah dalam waktu

yang singkat. Dirancanganlah sebuah alat yang dibahas dalam tugas akhir ini yang

berjudul “Rancang Bangun Alat Pembubuk Biji Kopi Tipe Disc Mill Dengan

Kapasitas 30kg/jam”. Perancangan ini menggunakan metode disk mill, dimana

dengan menggunakan metode ini biji kopi akan langsung masuk ke dalam ruang

pembubukan. Beda halnya dengan sistem grinder mata pisau. Dimana biji kopi

harus diumpankan menuju mata pisau untuk dilakukan pembubukan. Perancangan

ini dilakukan sebagai refrensi alat pembubuk biji kopi skala menengah.

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dapat dirumuskan

beberapa masalah antara lain:

1. Bagaimana cara merancang bangun alat pembubuk biji kopi dengan

kapasitas 30kg/jam?

2. Bagaimana merancang bangun alat pembubuk biji kopi dengan

kontruksi alat agar memenuhi kaidah K3 dalam pengoperasian alat

pembubuk biji kopi?

4
3. Berapa kapasitas aktual pembubuk biji kopi yang dihasilkan dalam

percobaan?

4. Bagaimana cara pengujian pembubuk biji kopi dengan kapasitas

30kg/jam dengan penggerak motor bensin?

1.2.2 Batasan Masalah

Dalam menghindari suatu kesalahpahaman yang ada pada penulisan dan juga

melebar ruang lingkup pembahasan, adapun batasan masalah dalam rancang

bangun ini agar nantinya tercapai tujuan dalam penelitian tersebut:

1. Rancang bangun mesin pembubuk biji kopi menjadi bubuk kopi.

2. Fabrikasi mesin pembubuk biji kopi ini menggunakan penggerak motor

bensin.

3. Tidak membahas vibrasi yang terjadi pada pembubuk biji kopi

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari proyek akhir ini meliputi:

1. Rancang bangun alat pembubuk biji kopi tipe disc mill dengan

kapasitas 30kg/jam ini diharapkan menjadi mesin pembubuk yang

nyaman serta aman dalam pengoperasian proses pembubukan biji kopi.

2. Menghitung dan menentukan daya yang dibutuhkan oleh mesin

pembubuk biji kopi.

3. Meningkatkan produksi bubuk kopi dengan memanfaatkan invoasi

teknologi dibidang pertanian & perkebunan dengan meningkatkan

kuantitas hasil produksi biji kopi.

5
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis

memiliki harapan adanya manfaat-manfaat yang diperoleh dari hasil sebagai

berikut:

1. Menjadi bahan media pembelajaran untuk diterapkan yang nantinya

dapat berguna dikemudian hari.

2. Memanfaatkan hasil produksi kopi yang melimpah dari perkebunan

yang ada di Indonesia dengan inovasi teknologi pembubuk biji kopi tipe

disc mill berkapasitas 30kg/jam.

3. Menghemat waktu lebih efisien dalam pengoperasian dan keselamatan

dalam pengolahan biji kopi.

4. Untuk meeningkatkan pemahaman kepada khalayak luas terkait alat

pembubuk biji kopi tipe Disc Mill.

1.5 Luaran

Pelaksanaan tugas akhir ini akan menghasilkan luaran, yaitu:

a. Laporan Tugas Akhir

b. Prototipe Alat Pembubuk Biji Kopi

c. Hasil Analaisa dan Kalkulasi Perancangan

d. Artikel ilmiah/Hki/Draft paten.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Rancang Bangun

2.1.1 Rancang

Perancangan mesin adalah salah satu proses merencanakan segala macam

bentuk yang berkaitan dengan sifat mesin-mesin, mesin produksi, struktur mesin

(susunan bagian) alat-alat, dan instrumen pada umumnya dengan memperhatikan

berbagai aspek estetika, ilmu bahan dan ilmu matematika teknik.

Menurut (Pressman 2010) perancangan atau rancang merupakan serangkaian

prosedur untuk menterjemahkan hasil analisa dan sebuah sistem ke dalam bahasa

program gambar teknik untuk dapat mendeskripsikan dengan detail bagaimana

komponen-komponen sistem di implementasikan.

2.1.2 Bangun

Sebagai seorang engineer rancang bangun sebuah alat harus dipersiapkan

sebagimana mungkin untuk mendapatkan seluruh aspek mulai dari estetika,

keselamantan alat, dan efisiensi alat. Menurut (Arif 2016) Engineer harus dapat

fokus pada fitur sistem atau produk yang terkait erat dengan sifat, persyaratan dan

minat meliputi keterampilan bagi seorang engineer berupa kreativitas prinsip awal

matematika, statistik, komputer, grafik, dan bahasa dikumpulkan terhadap

keterampilan komunikasi dan kemampuan memecahkan masalah. Maka dapat

disimpulkan bangun menurut (Pressman 2010) bahwa rancang bangun merupakan

pengambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa

elemen yang terpisah kedalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

7
2.2 Kopi

Kopi atau dalam Bahasa Inggris disebut Coffe berasal dari Bahasa Arab yaitu

qahwah yang memiliki arti kekuatan. Tanaman ini awalnya ditemukan dari dataran

tinggi Ethiopia pada abad ke-9 (PT.DRI n.d.). Mulanya, kopi dinikmati sebagai

makanan. Namun, makin berkembangnya zaman dan dengan ditemukannya mesin

pembubuk biji kopi menjadi bubuk, akhirnya kopi dinikmati menjadi sebuah

minuman.

Kopi merupakan salah satu minuman yang dihasilkan dari biji kopi yang

disangrai dan dilakukan pembubukan menjadi bubuk kopi. Kopi juga merupakan

sebuah komoditas yang banyak digemari oleh berbagai kalangan. Selain memiliki

rasa yang khas, kopi juga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Dilansir dari

Kementerian Kesehatan (KEMENKES) kopi juga dapat bermanfaat bagi Kesehatan

mental, antara lain:

1. Kopi Dapat Merangsang Rasa Kebahagian. Penelitian yang dilakukan di

American University mengungkapkan bahwa kopi dapat merangsang

Bahagia dan percaya diri. Hal ini disebabkan oleh hormone serotonin dan

dopamine sebagai pemicu kebahagiaan.

2. Untuk Membantu Menurunkan Depresi. Kopi dapat menurunkan resiko

hingga 20 persen untuk orang-orang yang mengkonsumsi kopi di pagi hari

secara rutin, Hal ini dibuktikan dari riset oleh Harvard School of Public

Health.

3. Terhindar dari Kecenderungan Putus Asa. Aroma kopi yang terasa nyaman

dan menenangkan dapat menurunkan tingkat stress karena gen

ditingkatkan aktivitasnya sebagai pelindung sel saraf.

8
4. Menajamkan Daya Ingatan.

5. Memperbaiki Fokus. Kafein dari kopi mampu merangsang produksi

hormon. Hormon yang diproduksi meliputi Dopamine, serotonin serta

Noradrenalin. Tiga hormon ini nantinya akan terbawa oleh aliran darah

sehingga dapat meningkatkan focus.

6. Antioksidan untuk Menghindari Resiko Penyakit Saraf. Kopi memiliki

kandungan antioksidan. Antioksidan ini memiliki manfaat untuk

mengurangi peradangan pada sel-sel saraf dalam tubuh.

Dengan melihat manfaat yang dimiliki kopi, tidak salah jika banyak orang

menyukai kopi untuk dinikmati. Pada umumnya, terdapat empat jenis utama kopi

yang ada di Dunia, yaitu:

1. Kopi Arabika

Kopi Arabika berasal berasal dari pohon kopi coffee arabica yang

mana keberadaan kopi ini paling banyak diproduksi di dunia, sekitar 60%

kopi yang beredar di dunia adalah kopi arabika. Kopi ini tumbuh di daerah

dataran tinggi. Kopi arabika mengandung kafein kurang dari 1,5 persen.

Dan kopi ini memiliki cita rasa yang kompleks, aroma yang harum dan

memiliki keasaman yang dominan.

2. Kopi Robusta

KopI Robusta berasal dari pohon kopi coffea canephora. Kopi ini

menjadi kopi paling banyak kedua setelah kopi Arabika. Persebaran

produk kopi robusta saat ini mencapai satu per tiga persebaran kopi di

dunia. wDengan cita rasa pahit yang dominan, aroma yang lebih kuat dan

mengandung kafein sebesar 2,8 persen membuat kopi ini banyak diminati.

9
3. Kopi Liberika

Kopi Liberika merupakan kopi yang sangat jarang ditemui, hal ini

tercatat karena aroma yang ditimbulkan oleh kopi liberika banyak tidak

dapat dinikmati oleh semua orang. Dikutip dari buku (PT.DRI n.d.)

produksi dari kopi liberika hanya sebesar 1 persen dari total produksi kopi

di dunia. Kopi ini memiliki rasa yang cukup unik yaitu memiliki after taste

yang manis atau memiliki rasa manis setelah diminum (pahit). Kandungan

kafein kopi ini cukup besar, yaitu 3,2 persen.

4. Kopi Ekselsa

Kopi Ekselsa merupakan salah satu jenis kopi yang sudah

dibudidayakan di Indonesia. Kopi ini sering dianggap masuk kedalam

keluarga kopi liberika karena memiliki kemiripan sifat. Produksi kopi

ekselsa cukup rendah hal ini dikarenakan peminat dari kopi ini tidak

sebanyak peminat kopi robusta atau arabika. Hal ini didasari karena kopi

ekselsa memiliki cita rasa yang asam sehingga kurang diminati (Udarno

and Setiyono 2014).

2.3 Tahapan Pengolahan Biji Kopi menjadi Bubuk

Dalam memenuhi kebutuhan konsumen akan bubuk kopi, biji kopi hasil

panen harus dilakukan beberapa tahapan agar dapat dikonsumsi sebagai minuman.

Terdapat lima tahapan proses dalam pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi.

Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

1. Pemisahan Biji Kopi

2. Roasting atau Sangrai Kopi.

3. Pendinginan

10
4. Sortasi Biji Kopi Pilihan.

5. Pembubuk Biji Kopi menjadi Bubuk.

Proses pengelola biji kopi memiliki beberapa proses untuk mendapatkan cita

rasa yang nikmat bahkan untuk melewati proses tersebut para petani harus mengikuti

panduan dan tata cara yang benar.

a. Natural proses merupakan salah satu pengelolaan biji kopi dalam proses ini

biji kopi di ceri dikeringkan bersamaaan dengan kulit kulit buah ceri ini

memiliki tekstur yang light dan tipis sehingga kadar kulitnya akan meresap

dalam biji kopi saat proses pengeringan, dengan pengeringan seperti ini

membuat tingkat keasaman lebih rendah diantara lainnya ciri khas rasa

yang ditimbulkan berupa strawberry atau blueberry

b. Wash pengelolaan biji kopi dengan jenis ini akan menghasilkan rasa yang

cenderung fliral saat proses buah akan dicuci dengan air yang banyak

kemudian kulit ceri akan dikupas hingga menyisakan biji kopi dan cangka

kulitnya saja. Pada proses ini memakan penggunaan air meski begitu rasa

yang ditimbulkan berupa taste floral dan terkesan light

c. Honey proses ini adalah teknik gabungan antara proses wash dan natural

dengan begitu proses honey dilakukan dengan mencuci buah ceri secara

acak hal ini akan membuat biji kopi masih memiliki buah dan kulit meski

ceri yang menempel tak sebanyak proses natural. Teknik ini menghasilkan

biji kopi yang memiliki lapisan lendir yang tersisa dari buah ceri lapisan

lendir tersebut menyimpan gula dan asam yang membuat cita rasa kopi

berbeda-beda

11
2.3.1 Pemisahan Biji Kopi

Pemisahan biji kopi dari daging dan kulitnya dilakukan sebagai tahapan awal

dalam pengolahan kopi menjadi bubuk kopi. Setelah biji kopi dipisahkan, biji kopi

difermentasikan dan dilakukan pengeringan dan akan terjadi suatu proses pelepasan

kulit ari. Secara umum, ada dua metode yang sering digunakan dalam proses

pengeringan, yaitu pengeringan alami (Dry Process) dan pencucian (Wet Process)

(PT.DRI n.d.).

2.3.2 Roasting Kopi

Roasting kopi atau biasa disebut sangrai kopi merupakan suatu proses

pemanggangan biji kopi di suhu yang tinggi. Tahapan ini merupakan salah satu

tahapan paling penting dalam produksi kopi. Pasalnya, proses roasting kopi ini akan

menentukan proses pembentukan dari segi aroma dan cita rasa khas dalam biji kopi

akibat perlakuan panas dari proses roasting (Abdillah 2021). Selama proses

penyangraian kandungan lemak, gula, pematangan starch (tepung) dan air dalam

biji kopi akan berubah (PT.DRI n.d.). Dalam proses ini, kadar air dan kelembaban

dalam biji kopi akan menghilang. Artinya biji kopi akan mengalami pengeringan

yang disebabkan oleh proses pemanggangan di suhu yang tinggi. Biji kopi akan

memekar dan kadar gula dalam biji kopi akan berubah menjadi caramel.

Menurut buku (PT.DRI n.d.). terdapat lima macam hasil dari penyangraian

yang diklasifikasikan berdasarkan warna biji kopinya. Antara lain:

12
1. Light Roast

Light roast memiliki ciri-ciri berwarna cokelat. Dari tingkatan ini,

biji kopi belum mengeluarkan minyaknya. Pada umumnya light roast

dipanggang dengan suhu sebesar 195𝑜 𝐶 hingga 205𝑜 𝐶. Contohnya adalah

Cinnamon, Half City, New England.

2. Medium Roast

Medium roast memiliki warna cokelat namun cenderung agak gelap.

Medium roast pada umumnya dipanggang pada suhu sekitar 210𝑜 𝐶 hingga

220𝑜 𝐶. Contohnya adalah American roast.

3. Medium-Dark to Dark Roast

Tingkat panggangan ini menghasilkan biji kopi yang berwarna

cokelat agak gelap dan ditandai dengan keluarnya minyak di dalam biji

kopi. Tingkatan ini dipanggan pada suhu 225𝑜 𝐶 hingga 230𝑜 𝐶.

Contohnya adalah Full City, Light French, Viennese roast.

4. Dark atau High Roast

Pada tingkatan ini, biji kopi hasil roasting memiliki warna cokelat

tua gelap namun belum mencapai hitam. Pada tingkatan ini kopi cenderung

terlihat mengkilat, tercium aroma gosong dan tingkat keasaman cenderung

berkurang. Hal ini dikarenakan biji kopi diroasting pada suhu 240𝑜 𝐶.

Tingkatan ini paling sering digunakan untuk kopi Espresso.

5. Very Dark Roast

Tingkatan ini ditandai dengan warna yang sudah menghitam. Aroma

menjadi datar dan gula sudah mengkaramel sepenuhnya akibat

13
terpanggang dalam suhu 245𝑜 𝐶 hingga 250𝑜 𝐶. Contohnya adalah Dark

French, Italian, Spanish.

Gambar 2.1 Light roast

Gambar 2.2 Medium roast

Gambar 2.3 Medium-dark to dark roast

14
Gambar 2.4 Dark roast

Gambar 2.5 Very dark roast


Sumber: (PT.DRI n.d.)

Pada intinya semakin tinggi suhu yang digunakan saat melakukan sangrai biji

kopi, maka akan berpengaruh kepada warna biji kopi, aroma dan cita rasa. Aroma

yang akan timbul Ketika sangrai menggunakan suhu yang tinggi akan menimbulkan

aroma kopi yang semakin tajam dan rasa yang dominan pahit. Kadar kafein juga

semakin menurun walau tidak terlalu signifikan.

15
2.3.3 Pendinginan

Pada tahapan ini, biji kopi setelah masak dilakukan pendinginan. Fungsinya

agar biji kopi berhenti masak setelah dilakukan roasting atau sangrai. Hal ini

dilakukan guna mencegah berubahnya aroma, rasa dan warna pada biji kopi yang

akan diproduksi.

2.3.4 Sortasi Biji Kopi

Sortasi biji kopi adalah suatu proses pemilihan biji kopi yang memiliki

karakter, mutu dan rasa yang baik. Hal ini dilakukan guna mencari biji kopi pilihan

yang memiliki kualitas sesuai dengan standar kopi untuk dipasarkan. Selain untuk

mencari biji kopi pilihan, tahapan ini juga bertujuan untuk menyaring atau

memisahkan biji kopi dengan unsur-unsur yang tidak dibutuhkan untuk produksi.

2.3.5 Pembubuk Kopi

Pembubuk merupakan suatu proses pembubukan biji kopi. Penghalusan biji

kopi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah alat grinder khusus biji kopi.

Menurut (Mulato, et al,. 2002) yang dikutip oleh (Tyas 2019) biji kopi harus

dilakukan penghalusan hingga diperoleh bubuk kopi dengan ukutan 40 messh.

Dengan demikian, senyawa penyedap rasa yang terkandung dalam kopi mudah

terlarut saat diseduh.

2.4 Jenis-jenis Grinder Kopi

Pada umumnya terdapat empat jenis grinder kopi. Masing-masing grinder

mimiliki kapasitas, keunggulan dan kekurangannya. Adapun empat macam grinder

tersebut antara lain:

16
1. Grinder Kopi Manual

Yang dimaksud dengan manual adalah grinder ini masih

menggunakan tenaga manusia. Namun jenis grinder ini memiliki

keuntungan yang tidak dimiliki grinder jenis lain. Pada grinder ini tidak

membutuhkan listrik sehingga tidak ada biaya tambahan untuk

mengoperasikan grinder jenis ini. Menurut (Ikram 2020), perawatan

grinder jenis ini tidak memakan banyak biaya.

Gambar 2.6 Grinder kopi manual


(Sumber: Lazada)
2. Grinder Kopi Elektrik

Sesuai dengan Namanya, grinder kopi elektrik merupakan alat

pembubuk untuk menghaluskan biji kopi yang memanfaatkan energi

listrik untuk beroperasi. Alat grinder ini menggunakan motor listrik

sebagai penggerak dan daya listrik sebagai energi utamanya. Menurut

(Ikram 2020) keuntungan dari menggunakan grinder jenis ini adalah

proses pembubukan biji kopi akan jauh lebih mudah dan cepat karena

menggunakan motor penggerak.

17
Gambar 2.7 Grinder kopi elektrik
(Sumber: Tokopedia)
3. Burr Grinder Kopi

Burr Grinder merupakan sebuah alat pembubuk kopi yang memiliki

cara kerja seperti perpaduan antara grinder manual dan grinder elektrik.

Burr grinder memiliki cara kerja seperti manual grinder namun pada jenis

ini sudah terdapat motor listrik yang dapat membantu dalam proses

pembubukan biji kopi. Grinder kopi ini memiliki dua pelat gilingan roda

bergigi yang akan membuat pengerjaan lebih praktis. Grinder kopi ini juga

dapat mengekstrak minyak pada biji kopi yang menghasilkan rasa kopi

yang unik.

Gambar 2.8 Burr grinder


(Sumber: Tokopedia)

18
4. Blade Grinder Kopi

Blade grinder atau grinder pisau memiliki prinsip dan cara kerja

yang sama seperti Burr grinder. Yang membedakan antara kedua jenis

grinder ini adalah mata pisau yang digunakan untuk prosis pembubukan.

Blade grinder memiliki dua mata pisau yang dapat membuat biji kopi

menjadi lebih halus. Selain itu, terdapat dua jenis mata pisau yang

digunakan pada Blade grinder yaitu, mata pisau yang lurus dan mata pisau

melingkar. Hal ini menyebabkan Blade grinder dapat bekerja lebih cepat

dibandingkan dengan jenis grinder lainnya.

Gambar 2.9 Blade grinder


(Sumber: Tokopedia)
2.5 Komponen Perancangan Pembubuk Kopi

Dalam perancangan grinder kopi, terdapat beberapa komponen-komponen

yang saling terhubung guna menunjang beroperasinya grinder kopi ini. Terdapat

beberapa mekanisme bergerak yang dikopel satu sama lain sebagai sumber

transmisi daya. Terdapat juga motor bensin sebagai motor penggerak yang nantinya

akan menjadi sumber tenaga yang menghasilkan putaran, dan putara tersebut akan

ditransmisikan oleh mekanisme bergerak seperti pulley, v-belt, dan lain-lain.

19
2.5.1 Rangka Alat

Rangka alat ini dirancang guna menjadi dudukan dari komponen-komponen

grinder kopi yang akan dibangun. Rangka ini akan didesain menggunakan aplikasi

solidworks sesuai dengan kebutuhan alat yang akan dibangun nantinya. Dengan

adanya rangka ini, komponen-komponen akan tersusun rapih dan aman.

Gambar 2.10 Rangka atau frame


2.5.2 Daya Motor

Motor bensin merupakan mesin dengan sistem pembakaran menggunakan

bahan bakar yang dicampur dengan udara sebelum masuk ke dalam ruang bakar.

Menurut (Wijayanti and Irwan 2014), motor bensin merupakan mesin pembangkit

tenaga yang dihasilkan dari bahan bakar bensin menjadi tenaga panas yang pada

akhirnya akan menjadi tenaga mekanik. Motor bensin pada rancang bangun grinder

kopi ini digunakan sebagai komponen utama untuk menyuplai tenaga yang telah

dihasilkan dari pembakaran bahan bakar.

20
Gambar 2.11 Motor bensin
Sumber : (Wiratmaja 2010)

Persamaan torsi (Momen Gaya) dapat ditulis :

𝑇 = 𝐹. 𝑟 … … … … … … … … .. (2. 1)

(Hibbeler 2016)

Keterangan :

T = Torsi (Nm)

r = Lengan gaya (m)

F = Gaya (N)

Sehingga daya motor dapat dihitung dengan rumus :

𝑇.𝑛
𝑃 = 6300 ……………………………(2. 2)
(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin 10th Edition 1991)

Keterangan :

T = Torsi (lbf.in)

P = Daya motor (Hp)

n = Putaran poros (rpm)

21
2.5.3 Pulley

Pulley merupakan sebuah komponen yang digunakan untuk meneruskan daya

yang telah dihasilkan motor bensin. Daya ini akan diteruskan menuju pembubuk

biji kopi yang dimana terdapat dua pulley yang dipasangkan pada tiap-tiap motor

bensin dan pembubuk biji kopi. Kedua pulley ini nantinya akan dikopel

menggunakan sebuah sabuk (v-belt) agar daya dari motor bensin dapat diteruskan

menuju pembubuk.

Gambar 2.12 Pulley


Pulley dan belt merupakan komponen kesatuan dalam proses penggerakan

serta merupakan alat pemindah daya yang tergolong cukup banyak dan sederhana

yang digunakan.

22
Gambar 2.13 Transmisi belt & pulley
Keterangan :

Fe = Gaya efektif selisih antara F1 & F2

f = Koefisien gesek,

m = Hanya sebagai lambang

F1 = Gaya tarik belt pada bagian yang kencang (besar)

F2 = Gaya tarik belt pada bagian yang kendur (kecil)

Gambar 2.14 Dimensi pulley


Pulley untuk belt mempunyai beberapa bagian “rim” roda tempat belt

“spokes” ruji-ruji atau lempengan “hub” atau naaf. Pulley dibedakan atas bentuk

dan permukaan dari rim-nya. Untuk menentukan mas umur dari sabuk tersebut

23
Tabel 2.1 Tabel dari tipe belt
Tipe Belt A B C D E 3V 5V 8V

Diameter minimum yang 65 115 175 300 450 67 180 315

diijinkan (mm)

Diameter minimum yang 95 145 225 350 550 100 224 360

dianjurkan (mm)

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin

10th Edition 1991)

Gambar 2.15 Dimensi dari beberapa tipe v-belt berdasarkan Jenis OA.B.C.D.E &
F jenis belt: 1,2,3,4,&5

(Dobrovolsky 1985, Dobrovolsky 1985)

Untuk menurunkan putaran maka dipakai rumus perbandingan reduksi

𝑖 (𝑖 > 1).

n1 d1
=i= …………….(2. 3)
n2 d2
(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin 10th Edition 1991)

Maka dapat dihitung diameter pulley yang digerakan :

d2 = i. d1 …………….(2. 4)

24
(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin 10th Edition 1991)

Keterangan:

𝐼 = Perbandingan reduksi

𝑛1 = Puteran pulley penggerak (rpm)

𝑛2 = Putaran pulley yang digerakan (rpm)

𝑛3 = Diameter pulley penggerak (mm)

𝑛4 = Diameter pulley yang digerakan (mm)

Menentukan Kecepatan Keliling Pulley

b+ √b2 −8(d −d )2
2 1
C= …………….(2. 5)
8
(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin
10th Edition 1991)
Perhitungan beban pada poros pulley gaya yang diterima oleh dari pulley

sesuai dengan besarnya tarikan dan arahnya berimpit dengan belt pada 2 sisi pulley

Besarnya gaya resultan R atau Fr yang bekerja pada poros dapat diselesaikan

dengan teori “parallelogram” tetapi secara pendekatan dengan percobaan dapat

25
dipakai persamaan dengan faktor kesalan untuk belt datar dengan pengatur tarikan

: 𝜑 = 𝜑 ≈ 0,5 sehingga :
𝑎
𝐹𝑅 =2..𝐹𝑒 𝑆𝑖𝑛 2 Untuk V-belt 𝜑 = 𝜑0 ≈ 0,7 Sehingga

𝑎
𝐹𝑅 = 1.5. 𝐹𝐸 . 𝑆𝑖𝑛 2……………..(2. 6)

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin
10th Edition 1991)
Rugi-rugi dan efisiensi sistem transmisi kerugian transmisi daya dengan belt

ada 2 yaitu pertama daya tidak dapat ditransmisikan 100% kedua timbulnya panas

pada belt dikarenakan material diantaranya seperti : karet alam, karet sintetis, dan

campuran bahan karet lainnya.

1. Karena adanya rangkakan (creep) antara belt dan pulley

2. Karena adanya elastis histerisis yaitu gesekan antar partikel didalam

belt itu sendiri akibat tarikan

3. Karena tahanan udara pada belt, pulley dan idler-pulley

4. Karena gesekan pada bantalan pulley atau idler-pulley

Kerugian pertama dan kedua merupakan kerugian utama sedangkan sisanya

diperhitungakan apabila pulleynya memiliki ukuran lebih besar. Total kerugian

karena creep (Lc) dan histerisis (Lh) adalah :

𝐿𝑇 = 𝐿𝐶 + 𝐿𝐻………….(2. 7)
(Dobrovolsky 1985)
Besarnya kerugian total persatuan waktu adalah:

𝐿𝑇 = 𝐴. 𝑣. 𝑘𝑝 ………………(2. 8)

(Dobrovolsky 1985)
Keterangan :

26
A = Luas penampang belt (cm2)

v = Kecepatan keliling belt (m/s)

Kp = Factor proporsional, yang besarnya dipengaruhi oleh perencanaan

Lt = Kerugian total

Belt berputar dengan kecepatan keliling v (m.s), dengan memindahkan beban

sebesar Fe (kgf) maka daya yang ditransmisikan dalam HP sebesar:

𝐹𝑒 .𝑣
𝑃= ……………..(2. 9)
75

(Dobrovolsky 1985)
Bila daya ditransmisikan dalam satuan kW, maka dapatlah persamaan sebagai

berikut :

𝐹𝑒 .𝑣
𝑃= ……………..(2. 10)
102

(Dobrovolsky 1985)
Dengan melihat adanya kehilangan daya sebesar LT sesuai degan persamaan

diatas maka efisiensi transmisi sistem belt (tanpa memperhatikan tahanan udara dan

gesekan pada bantalan) sebagai berikut :

𝐹 .𝑣
𝑒
ɳ = 𝐹 .𝑣+𝐿 ……………………(2. 11)
𝑒 𝑇

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin
10th Edition 1991)
Keterangan :

ɳ = 0.98 untuk belt datar ( open belt drive )

ɳ = 0,95 untuk belt datrar dengan idler pule

ɳ = 0,96 untuk V-Belt

Fe = Gaya efektif (kgf)

V = Kecepatan keliling belt (m/s)

27
Tegangan maksimum yang terjadi ketika belt bekerja terdiri dari tegangan

awal, tengangan untuk mentransmisikan daya tegangan bending dan tegangan

sentrifugal maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐹𝑒 ℎ 𝑣2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝜎𝑂 + 2.𝑍.𝐴 + 𝐸𝑏 𝐷 + 𝛾 10.𝑔………………(2. 12)
𝑚𝑖𝑛

(Dobrovolsky 1985)
Keterangan :

𝜎0 = Gaya awal, besarnya ≤ 12(kg/cm2)

Fe = Gaya efektif (kgf)

Z = Jumlah Belt

A = Luas penampang belt (cm2)

Eb = Modulus elastisitas belt (kg/cm2)

Dmin = Diameter minimum pulley (mm)

𝛾 = Berat jenis belt (kg/dm2)

g = Gravitasi (m/s2)

Gambar 2.16 Diagram tentang tegangan pada belt yang terjadi disetiap tempat

28
2.5.4 Poros

Poros merupakan sebuah komponen elemen mesin yang memiliki fungsi

untuk meneruskan daya dari suatu komponen ke komponen lainnya. Dalam

perancangan grinder kopi ini, poros digunakan sebagai salah satu komponen

transmisi daya yang meneruskan daya dari motor bensin ke komponen elemen

penggerak lainnya sehingga dapat memutar pembubuk biji kopi.

Tabel 2.2 Baja paduan untuk poros


Standar dan Macam Lambang Perlakuan Panas Kekuatan tarik (kg/mm2)

Baja SNC 2 - 85

Khrom SND 3 - 95

Nikel SNC 21 Pengerasan Kulit 80

(Jis G4102 SNC 22 - 100

Baja SNCM 1 - 85

Khrom SNCM 2 - 95

Nikel SNCM 7 - 100

Molibden SNCM 8 - 105

(Jis 103) SNCM 23 Pengerasan Kulit 90

SNCM 25 - 100

120

Baja SCR 3 - 90

Khrom SCR 4 - 95

Nikel SCR 5 - 100

Molibden SCR 21 - 80

(Jis G4103 SCR 22 Pengerasan Kulit 85

29
-

Baja SCM 2 - 85

Khrom SCM 3 - 95

Molibden SCM 4 - 100

(Jis 103) SCM 5 - 105

SCM 21 Pengerasan Kulit 85

SCM 22 95

SCM 23 - 100

Poros pada perhitungan yang akan dihitung adalah bahan dan diameter.

Tegangan yang diterima oleh poros dapat berupa tegangan bending,tegangan

torsi,tegangan kombinasi dan sebagainya. Bila poros hanya menerima beban puntir

yang besarnya konstan maka besarnya tegangan puntir pada poros adalah momen

puntir (Mt) dibagi dengan momen tahanan puntir (Wt)

𝑀𝑡 5.1.𝑀.𝑡
𝜏1 = 𝜋.𝑑𝑠3
= ≤ |𝜏1 | ……………..(2. 13)
𝑑𝑠3
16

(Dobrovolsky 1985)
Dimana :
𝑁
𝑀𝑡 = 3600 𝑛 ………………..(2. 14)

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin
10th Edition 1991)
Keterangan :

Mt = Momen torsi (lbf.inch)

30
N = Daya yang ditransmisikan (Hp)

N = Poros putaran (rpm)

Ds = Diameter poros (inch)

Tabel 2.3 Standar baja


Nama Standar Jepas (JIS) Standar Amerika (AISI)

Standar Inggris (BS)

Standar Jerman (DIN)

Baja S25C AISI 1025, BS060A25

Karbon S25C AISI 1030, BS060A30

Kontruksi S25C AISI 1035, BS060A35DIN C35

Mesin S25C AISI 1040, BS060A40

S25C AISI 1045, BS060A45, DIN C45

S25C AISI 1050, BS060A50, DINSt50.11

S25C AISI 1055, BS060A55

Baja SF 40,45,,50,55 ASTM A105-73

Tempa 55

Baja Nikel SNC BS 653M31

Khrom SNC 22 BS EN36

Baja Nikel SNCM 1 AISI 4337

Khrom SNCM 2 BSS30M31

Mobilden SNCM 7 AISI 8445, BS EN 100D

SNCM 8 AISI 4340 BS 8171M40, 816M40

SNCM 22 AISI 4315

SNCM 23 AISI 4320 BS EN 325

31
SNCM 25 BS EN 39B

Baja SCR 3 AISI 5135 BS 530A36

Khrom SCR 4 AISI 5140 BS530A40

SCR 5 AISI 5145

SCR 21 AISI 5115

SCR 22 AISI 5120

Baja SCM 2 AISI 4130 DIN 34 CrMo4

Khrom SCM 3 AISI 4135 DIN34CrMo4,BS708A37

Mobilden SCM 4 AISI 4140 DIN42CrMo4,BS708M40

SCM 5 AISI 4145, DIN50CrMo4

Poros dengan beban momen bending dan momen punti konstan umunya poros

meneruskan gaya daya melalui belt,roda gigi, rantai dan lain-lain demikian maka

poros seharusnya mendapatkan beban puntir dan bending sehingga pada permuikaa

poros terjadi tegangan geser karena momen puntir maka dapat dinyatakan dengan

rumus sebagai berikut :

𝜎𝑧
𝜏𝑚𝑎𝑥 = √( ) + 𝜏 2 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙
2

32 16. 𝑀𝑡
𝜎𝑥 = 𝑑𝑎𝑛 𝜏 = (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙)
𝜋. 𝑑𝑠 3 𝜋𝑑𝑠 3

32. 𝑀𝑏 16. 𝑀𝑡
𝜎𝑥 = 4
𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝜏 =
𝑑1 𝑑1 4
𝜋. 𝑑𝑜3 (1 − ( ) ) 𝜋. 𝑑𝑜3 ((1 − ) )
𝑑2 𝑑2

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin 10th Edition 1991)

32
Sehingga dapat dikemukaan yang terjadi pada syarat aman dapat dinyatakan

sebagai berikut :

16.𝑀𝑏 2 16.𝑀𝑡 2 𝜎𝑦𝑝𝑠


𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 𝜏𝑚𝑎𝑥 = √( 𝜋.𝑑𝑠3 ) + ( 𝜋.𝑑𝑠3 ) ≤ ……………(2. 15)
𝑠𝑓

(Dobrovolsky 1985)
16 𝜎𝑦𝑝𝑠
𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝜏𝑚𝑎𝑥 = 𝑑 4
√𝑀𝑏 2 + 𝑀𝑡 2 ≤ …..(2. 16)
𝜋.𝑑03 .[1−( 1 ) ] 𝑠𝑓
𝑑0

(Dobrovolsky 1985)

Keterangan :

ds = Diameter poros (inch)

di = Diameter dalam poros yang berlubang (inch)

do = Diameter luar poros berlubang (inch)

Mb = Momen bending yang diterima oleh poros (lbf.in)

Mt = Momen torsi yang diterima oleh poros (lbf.in)

2.5.5 Bantalan (Bearing)

Bantalan merupakan salah satu elemen mesin yang mampu menahan gerak

relatif antara dua komponen atau lebih agar selalu bergerak searah. Menurut

(Jupriyanto 2021), Bantalan berperan sebagai penghalus putaran atau gerakan

bolak-balik, bantalan juga membuat mekanisme penggerak menjadi lebih aman dan

mengurangi resiko kerusakan. Bantalan harus didesain kuat dan kokoh sehingga

komponen seperti poros dan elemen mesin lainnya bisa beroperasi dengan aman

dan baik.

33
Gambar 2.17 Bantalan
2.5.6 V-Belt

V-belt atau biasa dikenal dengan istilah sabuk merupakan salah satu

komponen transmisi daya. V-belt biasanya digunakan sebagai penghubung antar

dua pulley yang dipisahkan oleh jarak. Dikutip dari (Jupriyanto 2021) v-belt

merupakan salah satu komponen elemen mesin yang berguna sebagai transmisi

penghubung dan terbuat dari karet yang memiliki penampang trapesium. Sebagian

besar belt yang digunakan adalah V-Belt dikarenakan mudah penanganan serta

harga yang terjangkau kecepatan belt dapat direncanakan 10 s/d 20 m/s pada

umumnya, dan maksimum bisa di 25m/s. Daya maksimum yang dapat

ditransmisikan bisa mencapai 500kW atau 670HP

Gambar 2.18 Ukuran-ukuran dari v-belt

34
Gambar 2.19 Starrope, prene v-Rope, flexstar dll

Gambar 2.20 Hexagonal v-belt, orange label raw, Dll

35
Gambar 2.21 Raw edge cogged, epower, polymax dll
Secara matematis panjangnya belt dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑛 (𝑑2 −𝑑1 )
𝐿 = 2. 𝐶 + (𝑑 + 𝑑) + …………(2. 17)
2 4.𝐶

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin 10th Edition 1991)

Keterangan :

L = Panjang belt (mm)

C = Jarak antar poros (mm)

d2 = Diameter pulley yang digerakan (mm)

d1 = Diameter pulley penggerak (mm)

c = 1,5 sampai 2 kali pulley besar

(Mott, Vavrek and Wang 1994)

Perhitungan jika panjang belt sudah diketahui maka jarak sumbu poros dapat

dinyatakan dengan persamaan berikut :

𝑏 = 2𝐿 − 𝜋 (𝑑2 − 𝑑1)

36
Perencanaan belt didasarkan antar hubungan secara analitis antara

fleksibilitas belt terhadap tarikan pada belt yang melingkar pada pulley dengan

persamaan :

Gambar 2.22 Distribusi gaya tarikan pada belt

Menentukan umur belt banyak faktor yang memengaruhi usia dari belt,

dikarenakan perubahan tegangan yang paling besar terjadi pada saat mulai

memasuki pulley penggerak secara umur persamaan dapat dirumuskan sebagai

berikut :

𝑚 𝑚
𝜎𝑚𝑎𝑥 . 3600. 𝑢. 𝑋. 𝐻 = 𝜎𝑓𝑎𝑡 .𝑁𝑏𝑎𝑠𝑒 …………….(2. 18)

(Dobrovolsky 1985)
Sehingga umur belt dinyatakan dengan

𝑁 𝜎
𝑏𝑎𝑠𝑒
𝐻 = 3600.𝑢.𝑋 (𝜎 𝑓𝑎𝑡 ) ………………..(2. 19)
𝑚𝑎𝑥

(Dobrovolsky 1985)
Keterangan :

H = Umur belt (jam)

Nbase = Basis dan fatique test, yaitu 107 cycle

𝜎 fat = Fatique limit atau endurance limit yang berhubungan dengan Nbase

dapat dicari dari “fatique curve”

37
𝜎 max = Tegangan maksimum yang timbul

u = Jumlah putaran perdetik atau sama dengan v/L (v= kecepatan, m/s

dan L = v/L

X = Jumlah pulley yang berputar

Nilai 𝜎fat dan m ditentukan berdasarkan bahan dan tipe dari belt :

1. Untuk belt data m = 5 dan untuk V-belt m = 8 (bahan terbuat dari karet dan

catton)

2. Nbase = 107 cycle maka harga 𝜎 fat adalah

3. Untuk beban datar : 𝜎 fat = 60 kg/cm2 (bahan karet)

4. Untuk belt datar : 𝜎 fat = 30kg/cm2 (bahan catton)

5. Untuk V-Belt : 𝜎 fat = 90kg/cm2

Menghitung jumlah putaran Belt per detik (U)

𝑣
𝑈=
𝐿

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin

10th Edition 1991)

Keterangan :

v = Kecepatan (m/s)

L = Panjang belt (m)

Daya dan Momen Perencanaan dihitung dengan mengalihkan daya yang akan

diteruskan dengan faktor koreksi

𝑃𝐷 = 𝑃. 𝑓𝑐

38
(Sularso and Kiyokatsu, Dasar Pemilihan dan Penelitian Elemen Mesin Hal

166 1985)

Keterangan :

Pd = Daya rencana (kW)

P = Daya (kW)

𝑓𝑐 = Faktor koreksi

Hubungan antara daya dan torsi dapat dilihat melalio rumus-rumus berikut ini

dengan persamaan :

a. Torsi mempunyai satuan adalah lbf.in dan daya satuan HP

𝑃
𝑇 = 63,025
𝑛

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan

Elemen Mesin 10th Edition 1991)

Keterangan :

T = Torsi (lbf.in)

P = Daya (HP)

n = Putaran poros (rpm)

b. Torsi satuan kg.cm dan daya satuan HP

𝑃
𝑇 = 71,620
𝑛

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan

Elemen Mesin 10th Edition 1991)

39
Keterangan :

T = Torsi (kg.cm)

P = Daya (HP)

n = Putaran poros (rpm)

c. Torsi satuan kgf.mm dan daya satuan kW

𝑃
𝑇 = 9,74. 105
𝑛

(Sularso, Dasar perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin Hal 7 1997)

Keterangan :

T = Torsi (kgf.mm)

P = Daya (kW)

n = Putaran poros (rpm0

d. Torsi satuan N.m & daya satuan HP

𝑃
𝑇 = 9549
𝑛

Persamaan diatas menjelaskan bahwa hubungan antara torsi dan daya dengan

berbagai satuan. Selanjutnya menentukan sudut kontak (𝛼) dapat dirumuskan

sebagai berikut ini :

𝑑2 − 𝑑1
∝= 180° − × 60°
𝐶

40
Gambar 2.23 Sudut kontak
Keterangan :

𝛼 = Sudut kontak (0)

d = Diameter pulley yang digerakan (mm)

d1 = Diameter pulley penggerak (mm)

C = Jarak antar poros (mm)

2.5.7 Mur dan Baut

Komponen ini memiliki fungsi sebagai mekanisme penghubung. Sambungan

dengan menggunakan mur dan baut adalah sambungan yang tidak tetap, artinya mur

dan baut dapat dilepas sewaktu-waktu. Hal ini memudahkan untuk dilakukannya

perawatan atau perbaikan ketika terjadi masalah pada sistem alat ini. Mur dan baut

dibuat menggunakan beraneka macam bahan, seperti baja murni, paduan,

alumunium, dan lain-lain. Mur dan baut juga memiliki berbagai macam diameter

dan panjang. Pemilihan diameter dan panjang baut disesuaikan dengan fungsi dan

kebutuhannya.

41
2.5.8 Pembubuk Biji Kopi

Komponen ini difungsikan sebagai komponen utama dalam pembubukan biji

kopi. Fungsinya adalah untuk menghancurkan biji kopi yang sudah siap untuk

digiling menjadi bubuk.

Gambar 2.24 Mata pisau


Rumus untuk kecepatan pisau dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝜋.2.𝑟.𝑛1
𝑣= …………….(2. 20)
60.100

(Dobrovolsky 1985)
Keterangan :

R = Jarak antara sumbu poros dengan benda yang akan dikupas (cm)

N1 = putaran poros, direncanakan 85 rpm

Setelah gaya pengupas (F), kecepatan dari pisau (v) telah diketahui maka

untuk menghitung besarnya daya untuk mengupas biji kopi

𝑃1 = 𝑓. 𝑣. 𝑧………………….(2. 21)
(Dobrovolsky 1985)
Keterangan :

F = Gaya pengupasan (N)

v = Kecepatan pengupasan (m/s)

z = jumlah mata pisau

42
Daya momen inersia setelah torsi dan putaran rpm diketahui maka daya

karena momen inersia sebagai berikut :

𝑃2 = 𝑇. 𝜔

𝑃2 = 𝐼. 𝛼. 𝜔

(Sularso, Suga and Kiyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin

10th Edition 1991)

Keterangan :

𝜔 = Kecepatan sudut (rad/s)

𝛼 = Percepatan sudut (rad/s2)

I = Momen inersia (kg.m2)

T = Torsi (Nm)

2.5.9 Hopper

Hopper merupakan sebuah komponen penampung disisi inlet, dan memiliki

bentuk seperti corong (mengkerucut). Fungsinya adalah sebagai sisi masuk dari

bahan baku sebelum dilakukan proses pembubukan pada alat yang dirancang.

Didesain mengkerucut gunanya agar bahan baku bisa mengalir turun atau jatuh ke

ruang pembubukan saat ingin dilakukan pembubukan.

2.5.10 Ruang Pembubukan

Ruang pembubukan merupakan ruangan yang digunakan sebagai mengolah

biji kopi menjadi bubuk. Di dalam ruang pembubukan terdapat mata pisau yang

berputar akibat daya yang diberikan oleh motor bensin.

43
2.5.11 Saringan Bubuk Kopi

Saringan bubuk kopi merupakan tempat akhir dari proses pembubukan kopi

ditempat ini kopi diarahkan kebawah tabung untuk bisa dapat diambil hasilnya

dengan demikian saringan ini adalah proses akhir dari pembubukan dari biji kopi

menjadi bubuk kopi.

2.5.12 Perencanaan Pasak

Pasak adalah bagian dari elemen mesin yang berfungsi sebagai menyambung

dan juga untuk menjaga hubungan antara putara relatif antara poros dengan

peralatan mesin yang lainnya.

Gambar 2.25 Dimensi pasak

Distribusi tegangan dapat diketahui sehingga dalam perhitungan tegangan

disarankan menggunakan faktor keamanan sebagai berikut :

a. sf = 1 untuk torsi yang tetap atau konstan

b. sf = 2,5 untuk beban kejut kecil atau rendah

c. sf = 4,5 untuk beban kejut yang besar terutama dengan bolak balik/

44
Gambar 2.26 Kedudukan pasak terhadap poros

Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 25% s/d 30% dari

diameter poros dan panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan

diameter poros yaitu antara 0m75 s/d 1,5 kali diamternya pasak mempunyai

standarisasi yang sesuai dengan desain yang dibutuhkan

Gambar 2.27 Poros, pasak dan hub

45
Gambar 2.28 Jenis pasak dan pemasangannya pada poros

46
BAB 3
METODOLOGI DAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
BAB ini memuat langkah-langkah dalam kegiatan rancang bangun alat

pembubuk biji kopi dengan kapasitas 30 kg/jam.

3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir

MULAI

Studi Literatur

Desain Grinder Kopi


kapasitas 30kg/jam

Pembuatan
Alat

Tidak
Pengujian Alat Grinder
Kopi Kapsitas 30kg/jam

Alat Berfungsi
Sesuai Kapasitas

Ya
Pencatatan Data

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir

47
Gambar 3.1 di atas merupakan diagram alir pada proyek akhir ini. Diagram

ini disususn guna membantu setiap tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam

tugas akhir ini. Proyek ini berfokuskan pada rancang bangun alat grinder kopi.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dibutuhkan beberapa data-data sebagai

sumber media informasi khususnya dalam perancangan alat pembubuk kopi ini.

Adapun beberapa metode pengumpulan data yang digunakan antara lain:

3.2.1 Observasi Lapangan

Melakukan survei lapangan mengenai contoh alat-alat grinder kopi sebagai

sumber refrensi dalam perancangan proyek akhir ini. Mulai dari desain hingga

dimensi dan spesifikasi dari komponen-komponen yang dibutuhkan.

3.2.2 Studi Literatur

Melakukan berbagai kajian literatur melalui beberapa sumber seperti jurnal,

artikel, website, dan media online lainnya. Studi ini dilakukan sebagai salah satu

metode dalam mengumpulkan berbagai data yang tidak bisa didapatkan di

lapangan.

3.2.3 Wawancara

Wawancara dilakukan guna memperoleh data-data di lapangan yang lebih

lengkap mengenai obyek dari proyek akhir.

3.3 Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mendapatkan beberapa aspek seperti dimensi,

spesifikasi, desain, dan lain-lain. Analisa data ini sangat berguna sebagai sebuah

metode dalam menentukan dan menciptakan sebuah alat sesuai dengan kapasitas

48
yang dirancang. Dalam perancangan ini, alat pembubuk kopi harus memiliki

kapasitas 30kg/jam. Maka dari itu dibutuhkan analisa data guna membantu desain

perancangan agar dapat memenuhi kapasitas 30 kg/jam.

3.4 Tahapan Penelitian Tugas Akhir

Pada tahapan ini jelaskan beberapa tahapan-tahapan dalam melaksanakan

tugas akhir ini. Karena ini termasuk dalam kegiatan eksperimental, maka pada

penelitian ini dibagi menjadi lima tahapan berbeda yaitu:

1. Tahap persiapan dan desain perancangan alat

2. Tahap perencanaan komponen dan perhitungan kekuatan.

3. Tahap fabrikasi.

4. Tahap uji coba alat.

5. Tahap pengolahan data.

3.5 Tahap Persiapan dan Desain Perancangan Alat

Berikut merupkan desain perancangan yang telah dibuat menggunakan

aplikasi solidworks 2020. Desain ini dibuat sebagai tahapan persiapan dalam tugas

akhir ini. Desain berfungsi sebagai gambaran terkait alat yang akan dirancang pada

tugas akhir ini.

3.5.1 Desain Alat

Alat pembubuk biji kopi yang dirancang ini tentu tersusun dari beberapa

komponen-komponen yang saling terhubung sehingga dapat membuat alat bekerja.

Adapun komponen-komponen yang didesain dalam tahapan ini adalah:

1. Rangka atau Frame

2. Daya Motor

49
3. Pulley kecil dan besar

4. Pasak

5. Poros

6. Bearing

7. V-Belt

8. Gigi Pembubuk Bergerak

9. Gigi Giling tak Bergerak

10. Saringan

11. Hopper sisi Inlet

12. Saluran Outlet

Dari komponen-komponen di atas terbentuklah sebuah desain perancangan

mengenai alat pembubuk biji kopi sebagai berikut.

Gambar 3.2 Desain alat pembubuk biji kopi

50
3.5.2 Plotting Alat dan Komponen Penyusun

Plotting digunakan sebagai media bahasa atau sebagai gambaran yang dapat

memuat segala informasi teknis dari alat yang sudah dirancang. Di bawah ini akan

diberikan dua plotting dari alat pembubuk biji kopi yang sudah dirancang, seperti:

1. Plotting explode view

2. Plotting assembly

Gambar 3.3 Plotting explode view

Gambar 3.3 merupakan gambar plotting dari alat pembubuk biji kopi beserta

komponen penyusunnya, dimana pada gambar ini alat pembubuk biji kopi diplot

dengan metode explode view agar semua komponen penyusun terlihat. Sedangkan

untuk gambar 3.4 adalah sebuah plotting alat ketika dibuka dan ditutup.

51
Gambar 3.4 Plotting assembly

Prinsip kerja dari alat ini adalah dimulai ketika biji kopi siap giling

dimasukkan ke dalam hopper sisi inlet yang kemudian biji kopi siap giling jatuh

masuk ke dalam ruang pembubukan. Biji kopi yang masuk ke dalam ruang

pembubukan akan tertumbuk dengan gigi pembubuk bergerak yang berputar

dengan gigi pembubuk yang tak bergerak. Dengan jarak yang sangat kecil, biji kopi

tersebut tertumbuk sesuai dengan kecepatan poros utama yang digerakkan olah

sistem transmisi pulley dan belt dan diberikan daya oleh motor. Sehingga dari

proses tumbukan itu biji kopi akan hancur tertumbuk secara halus sesuai dengan

saringan yang digunakan pada ruang pembubukan. Jika biji kopi belum sehalus

permintaan, biji kopi akan terus tertumbuk hingga dapat melewati saringan sebagai

tolak ukut kehalusan biji kopi.

52
3.6 Tahap Perencanaan Komponen dan Perhitungan Kekuatan

Pada Rancang Bangun Pembubuk Biji kopi ini unntuk memenuhi kapasitas

30 kg/jam. Alat pembubuk biji kopi ini dirancang menggunakan komponen-

komponen yang dapat menopang kapasitas tersebut. Dalam perencanaan alat ini,

perhitungan dibagi menjadi dua bagian. Dimana bagian pertama merupakan

perencanaan perhitungan komponen yang bergerak (komponen dinamis) dan

perencanaan perhitungan komponen staits. Adapun perhitungan yang direncanakan

adalah sebagai berikut:

3.6.1 Perencanaan Komponen Dinamis Alat Pembubuk Biji Kopi

Perencanaan ini dilakukan untuk membantu dalam memilih spesifikasi dari

tiap-tiap komponen penyusun alat pembubuk biji kopi dalam mencapai target

kapasitas yang telah ditentukan. Komponen-komponen dinamis yang direncanakan

merupakan komponen elemen mesin yang digunakan dalam alat pembubuk ini.

3.6.1.1 Perencanaan Daya yang Dibutuhkan

Daya yang dibutuhkan dalam proses pembubukan biji kopi menjadi bubuk

kopi dipengaruhi oleh besarnya gaya pembubukan, kecepatan putaran dan beban

kopi itu sendiri. Maka dari itu, besar daya yang dibutuhkan dapat dicari melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung Gaya Pembubuk

Untuk menghitung gaya pembubuk hal-hal yang dilakukan adalah mencari

data menggunakan neraca pegas untuk mengetahui besar massa yang dibutuhkan

untuk memutar pembubuk. Neraca pegas ditarik searah dengan jari-jari dan

53
dibebankan oleh biji kopi untuk mengetahui besar massa untuk memutar pembubuk

kopi. Adapun rumus gaya pembubuk adalah

𝐹 =𝑚𝑥𝑔

Dimana :
F = Gaya (N)
m = Massa (Kg)
g = Gravitasi (m/𝑠 2 )

Dalam menentukan massa, Dilakukan metode trial and error sebanyak tiga

kali dengan menggunakan beban biji kopi sebanyak 200 gram. Adapun hasil

percobaan yang didapatkan:

Tabel 3.1 Tabel mencari lengan gaya

No Percobaan Beban Kopi Hasil Uji Neraca Pegas

1 Percobaan 1 200 gram 10 Kg

2 Percobaan 2 200 gram 11 Kg

3 Percobaan 3 200 gram 10 Kg

Rata-Rata 200 gram 10,3 Kg

Maka,
𝐹 =𝑚𝑥𝑔
𝑚
𝐹 = 10,3 𝐾𝑔 𝑥 9,81
𝑠2
𝑚
𝐹 = 101,043 𝐾𝑔. 𝑎𝑡𝑎𝑢 101,043 𝑁
𝑠2
2. Menghitung Torsi
𝑇=𝐹𝑥𝑟

Dimana :
T = Torsi (Nm)
F = Gaya (N)
r = Lengan Gaya (m)

54
Maka,

𝑇=𝐹𝑥𝑟
𝑇 = 101,043 𝑁 𝑥 0,03 𝑚
𝑇 = 3,03 𝑁𝑚
3. Mencari Putaran Minimal Pembubuk

Putaran minimal untuk menghancurkan biji kopi diambil dari pengujian

terdahulu yang sudah pernah dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu dan Mesin

Pertanian dengan menggunakan kecepatan poros utama 5900-6700 rpm

(Deptan,2004). Pengujian ulang direncanakan menggunakan kecepatan putaran

sebesar 6700 rpm dikarenakan biji kopi yang digunakan memiliki ukuran kecil

sehingga memiliki volume biji kopi yang banyak.

4. Menentukan Daya yang Dibutuhkan


2 .π . 𝑛 .𝑇
𝑃=
60000
2 . 3,14 . 6700 𝑟𝑝𝑚 . 3,03 𝑁𝑚
𝑃=
60000
𝑃 = 2,12 𝑘𝑊 𝑎𝑡𝑎𝑢 2,84 𝐻𝑝

Daya yang dibutuhkan sebesar 2,84 Hp untuk mengoperasikan alat pembubuk biji

kopi yang akan dirancang. Maka dari itu, dipilihlah motor bensin type Cx 160

dengan kapasitas mesin sebesar 5,5 Hp. Hal ini dikarenakan motor dengan kapasitas

5.5 Hp adalah motor dengan kapasitas paling kecil.

55
3.6.1.2 Perencanaan Putaran pada Motor Bensin
Maka, putaran motor bensin adalah:
Driven Pulley
Dim = 60 mm
𝑛1. 𝑑1 = 𝑛2. 𝑑2
𝑛1. 𝑑1
𝑛2 =
𝑑2
6700 𝑟𝑝𝑚. 6 𝑐𝑚
Motor Bensin 𝑛2 =
Driver Pulley 15 𝑐𝑚
5,5 Hp Dim = 150 mm
𝑛2 = 2680 𝑅𝑝𝑚 (𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛)

3.6.1.3 Perencanaan Poros

Perencanaan poros dilakukan dengan menghitung momen puntir poros (T),

Tegangan geser poros (τ𝛼 ) , dan diameter poros itu sendiri.

1. Momen Puntir (T)


Rumus yang digunakan untuk menentukan momen puntir adalah:

𝑃𝑑
𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥
𝑛1
Dimana , diketahui:
T = Momen Puntir = -
Pd = Daya yang direncanakan (kW) = 2,12 kW
n = Putaran = 6700 Rpm

Maka,
2,12
𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥
6700
𝑇 = 308,19 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
Direncanakan menggunakan poros yang memiliki spesifikasi S30C

(konstruksi mesin) dengan nilai tegangan ijin bahan (τ𝑏 ) = 48 kg/mm2 . Nilai angka

keamanan diketahui: 𝑆𝑓1 = 6 dan 𝑆𝑓2 = 2. Dimana 𝑆𝑓1 merupakan angka kekuatan

yang dijamin, dan 𝑆𝑓2 merupakan faktor pengaruh seperti poros akan diberi alur

pasak atau dibuat bertangga (Sularso dan Kyokatsu Suga).

56
2. Tegangan Geser Poros yang Diizinkan (τ𝛼 )

𝐾𝑔
48 2
τ𝛼 = 6 𝑚𝑚
𝑥2
𝐾𝑔
τ𝛼 = 4 𝑚𝑚 2

3. Diameter Poros

1
5,1 3
𝐷=[ 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑇]
𝜏𝛼
Dimana , diketahui:
D = Diameter Poros (mm) = -
𝜏𝛼 = Tegangan Geser Poros yang = 4 𝐾𝑔
𝑚𝑚2
Diizinkan (𝐾𝑔/𝑚𝑚2 )
𝐾𝑡 = Faktor Koreksi = 2 (Karena terjadi tumbukan besar)
𝐶𝑏 = Faktor Pemakaian = 1 (Karena diperkirakan tidak akan
terjadi pembebanan lentur)
T = Momen Puntir (Kg.mm) = 308,19 Kg.mm

Maka diameter yang direncanakan,


1
5,1 3
𝐷=[ 𝑥 2𝑥 1 𝑥 308,19]
4
𝐷 = 9,2 𝑚𝑚
Berdasarkan perhitungan perencanaan poros, didapatkan nilai untuk diameter

poros sebesar 9,2 mm. Sehingga akan direncanakan poros dengan diameter 14 mm

untuk alat pembubuk biji kopi ini. Poros yang direncanakan terbilang aman karena

memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai perhitungan. Poros yang

digunakan juga merupakan poros bertingkat, sehingga diameter di tengah poros

cenderung lebih besar dibandingkan bagian pinggir poros. Diameter bagian tengah

pada poros ini berdiameter sebesar 17mm.

57
3.6.1.4 Perencanaan Pulley

Pulley direncanakan dengan beberapa ketentuan:

• Pulley menggunakan type A


• Direncanakan putaran minimal pembubukan sebesar = 6700 Rpm
• Diameter pulley driven = 60 mm
• Putaran motor bensin yang direncanakan = 2680 Rpm

Sehingga untuk pulley driver dapat ditentukan menggunakan persamaan sebagai


berikut:

𝑛1 . 𝑑1 = 𝑛2 . 𝑑2

𝑛1 . 𝑑1
𝑑2 =
𝑛2

6700 𝑟𝑝𝑚. 60 𝑚𝑚
𝑑2 =
2680 𝑟𝑝𝑚

𝑑2 = 150 𝑚𝑚

Torsi pulley :

𝑃
𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥 ( )
𝑛

2,84 𝐻𝑝
𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥 ( )
2680 𝑟𝑝𝑚

𝑇 = 1032,14 𝑘𝑔. 𝑓

3.6.1.5 Perencanaan Belt

Belt direncanakan sesuai dengan kebutuhan, direncanakan belt tipe A, tipe ini

sering digunakan untuk industri pertanian dan perkebunan. Adapun data lainnya

yang diketahui adalah:

Diameter Pulley Penggerak (𝑑𝐴 ) = 150 mm


Diameter Pulley yang digerakkan (𝑑𝐵 ) = 60 mm
Jarak Centre (C) = 280 mm

58
Belt ditentukan melalui beberapa tahapan perhitungan perencanaan, adapun

beberapa tahapan yang dihitung adalah:

1. Kecepatan sabuk pada motor bensin

Kecepatan sabuk pada motor bensin dapat dicari menggunakan rumus di

bawah:

π . 𝑑𝐴 . 𝑛
𝑉=
60.100

π . 150.2680
𝑉=
60.100

𝑉 = 21,03 𝑚/𝑠

2. Panjang sabuk

π 1
𝐿 = 2𝐶 + . (𝑑𝐴 + 𝑑𝐵 ) + (𝑑𝐵 − 𝑑𝐴 )2
2 4𝑐

3,14 1
𝐿 = 2.280 + . (150 + 60) + (60 − 150)2
2 4.280

𝐿 = 896,9 𝑚𝑚

Panjang sabuk hasil perencanaan perhitungan adalah 896,9 mm, maka

dipilihlah sabuk dengan type A34 dengan spesifikasi panjang mendekati yaitu 863,6

mm.

3. Jarak antara sumbu poros

𝑏 = 2𝐿 − π (𝑑𝐴 + 𝑑𝐵 )

𝑏 = 2 (896,9) − 3,14 (150 + 60)

𝑏 = 1134,4 𝑚𝑚

Maka, jaraknya:

𝑏 + √𝑏 2 − 8 (𝑑𝐴+ 𝑑𝐵 )2
𝐶=
8

59
1134,4 + √(1134,4)2 − 8 (150 + 60)2
𝐶=
8

𝐶 = 262,6 𝑚𝑚

4. Sudut kontak antara pulley dan belt

57. (𝑑𝐵 − 𝑑𝐴 )
𝜃 = 180𝑜 −
𝐶
57. (60 − 150)
𝜃 = 180𝑜 −
262,6
𝜃 = 180𝑜 + 19,5
199,5
𝜃= 𝑥 3,14
180𝑜
𝜃 = 3,48 𝑟𝑎𝑑

Faktor koreksi dari sudut kontak (𝐾0 ) = 0,95 (Sularso dan Kiyokatsu Suga)

𝑃0 = 𝑃 + 0,95

𝑃0 = 2,12 + 0,95

𝑃0 = 3,07

5. Jumlah sabuk yang direncanakan

Jumlah sabuk efektif dapat dicari menggunakan rumus berikut:

𝑃
𝑁=
𝑃0 + 𝐾0

2,12
𝑁=
3,07 + 0,95

𝑁 = 0,52

Maka, karena nilai N atau jumlah sabuk yang efektif sebesar 0,52. Berarti sabuk

yang digunakan hanya satu.

60
3.6.1.6 Perencanaan Pasak

Pasak merupakan suatu elemen mesin yang digunakan untuk menetapkan

bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling, dan lain-lain pada

poros. Dalam perencanaan pembubuk kali ini, direncanakan sebuah pasak untuk

mengunci poros dengan cakram gigi pembubuk yang berputar.

Terdapat jenis-jenis pasak untuk menghubungkan ke poros diantaranya pasak

pelana, rata, benam, dan singgung. Pada perencaan kali ini akan menggunakan

pasak benam sebagai penghubung terhadap poros dengan mengacu pada tabel

standard pasak.

Gambar 3.5 Perencanaan Ukuran Pasak


(Sumber: Sularso dan Kyokatsu Suga)
Jika dilihat dari gambar di atas, perencanaan pasak untuk poros diameter

14mm akan didapatkan beberapa data. Adapun beberapa data yang bisa diperoleh

sebagai berikut:

61
Ukuran minimal pasak (b x h) : 5x5
Kedalaman alur pasak pada poros (t1) : 3
Kedalaman alur pasak pada poros (t2) : 2,3
Bahan pasak yang direncanakan : S30C
Sf1 , Sf2 : 6,2

Maka dapat diketahui untuk mendapatkan hasil dari gaya tengensial poros

sebagai berikut:

𝑇
𝐹=
𝑑𝑝
2

Dimana :

F : Gaya Tangensial (Kg)


T : Momen Rencana Poros (Kg.mm)
𝐷𝑝 : Diameter Poros (mm)

Sehingga,

𝑇
𝐹=
𝑑𝑝
2

308,19
= = 44,02 𝐾𝑔
14
2

Tegangan geser ijin pada pasak sebesar :

𝜎𝑏
𝜏𝑘𝑎 =
𝑆𝑓𝑘1 × 𝑆𝑓𝑘2

48
𝜏𝑘𝑎 =
6×2

𝑘𝑔
𝜏𝑘𝑎 = 4
𝑚𝑚2

62
Dari tegangan geser ijin (𝜏𝑘𝑎 ), panjang pasak yang dibutuhkan dapat

diperoleh menggunakan rumus,

𝑓
𝑙1 =
𝑏 × 𝜏𝑘𝑎

44,02
𝑙1 = = 2,2 [𝑚𝑚]
5×4

Jadi, diasumsikan bahwa poros ini termasuk kecil,maka tekanan permukaan

ijin poros Pa senilai = 8 [kg/mm2] (Sularso dan Kyokatsu Suga). Maka panajang

pasak dapat dihitung menggunakan rumus:

𝐹
𝑃𝑎 =
𝑡2 𝑥 𝑙1

𝐹
𝑙1 =
𝑡2 𝑥 𝑃

44,02 𝐾𝑔
𝑙1 = = 2,4 𝑚𝑚
2,3 𝑥 8

Maka didapati hasil ukuran pasak yang dipakai 5 × 5 dengan panjang pasak aktif

sebesar 2,4 mm

3.6.1.7 Perencanaan Bantalan

Bantalan yang direncanakan menggunakan bantalan type 6203 RS. Dimana

terdapat beberapa data pendukung lainnya, seperti:

Type bantalan = 6203 RS


Dim dalam bantalan = 17 mm
Dim luar bantalan = 40 mm
Tebal bantalan = 12 mm
Putaran poros = 6700 rpm

63
Dim poros = 17 mm
C = 750 Kg
𝐹𝑟 (Beban Radial) = 4 Kg
𝐹𝑎 (Beban Aksial) = 0 Kg
b = 3 (Bantalan gelinding)
V = 1
𝑆𝑓 (Safety factor) = 1 (Steady)

Perencanaan bantalan dihitung melalui beberapa perhitungan, seperti:

1. Menentukan nilai X,Y

Nilai X,Y didapatkan dari hasil,

𝐹𝑎
≤𝑒
𝑉. 𝐹𝑟
0
≤𝑒
1.4
0≤𝑒
Sehingga, dilihat dari tabel faktor radial dan aksial, nilai X dan Y adalah:

X = 1 dan Y = 0

2. Menghitung beban equivalent

𝑃 = 𝑋. 𝑉. 𝐹𝑟 + 𝑌. 𝐹𝑎

Dimana,

P (Beban Equivalent) = -
X (Faktor Radial) = 1
V (Faktor Perputaran) = 1
Y (Faktor Aksial) = 0
𝐹𝑟 (Beban Radial) = 4 Kg ≈ 8,8 𝑙𝑏
𝐹𝑎 (Beban Aksial) = 0 Kg

Sehingga,

𝑃 = 1.1.8,8 𝑙𝑏 + 0

64
𝑃 = 8,8 𝑙𝑏

3. Menghitung umur bantalan

Bantalan dapat diperkirakan menggunakan rumus sebagai berikut,

106 . 𝐶 3
𝐿=
60. 𝑛. 𝑃3

(sumber:Design of machine elements, 6th Ed. BY m.f. Spotts)

106 . 1653,473 𝑙𝑏
𝐿=
60.6700 𝑟𝑝𝑚. 8,8 3 𝑙𝑏

4.520.525.869.236.923
𝐿=
273.951.744

𝐿 = 16.501.175,7 𝐽𝑎𝑚

Didapatkan kesimpulan bearing kode 6203 menumpu beban ekuivalen

sebesar 8,8 lb dan dapat berputar selama 16.501.175,7 𝐽𝑎𝑚 dengan keandalan

90%.

3.6.1.8 Perencanaan Mata Disc (Pembubuk)

Ukuran mata disc atau piringan pembubuk dapat dihitung berdasarkan

kapasitas dari pembubukan. Untuk menghitung diameter dari gerinda dapat

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: (eprints.polsri.ac.id)

𝐶 𝑥 𝑡 𝑥 𝐷𝑝2
𝐷=
4 𝑥 ρ x j x 𝑉𝑝

Dimana , diketahui:
D = Diameter Piringan Disc Mill = -
(mm)
𝐶 = Kapasitas Penggilingan = 30 Kg/jam
𝑡 = Waktu yang dibutuhkan untuk = 0,75 , ditargetkan penggilingan
penggilingan (jam) sebanyak 30 Kg/jam selesai
dalam waktu 45 menit
ρ = Massa jenis umpan = 561 Kg/mm3
𝐷𝑝 = Diameter partikel = 0,00085 (nilai diperkirakan)

65
j = Jarak antara piringan diam dan = 0,001
bergerak
𝑉𝑝 = Volume Partikel = 5x10−5

Maka, diameter gerinda yang direncanakan adalah:

𝐶 𝑥 𝑡 𝑥 𝐷𝑝2
𝐷=
4 𝑥 ρ x j x 𝑉𝑝

30𝑥 0,75 𝑥 0,000852


𝐷=
4 𝑥 561x 0,001 x 5.10−5

𝐷 = 0,1448 𝑚 ≈ 14,48 cm

Untuk memenuhi kapasitas alat pembubuk biji kopi dengan kapasitas 30

kg/jam, dibutuhkan piringan disc pembubuk dengan diameter 14,48 cm. Diameter

dipilih menggunakan piringan disc pembubuk ukuran 14 cm dengan menyesuaikan

piringan yang tersedia dipasaran.

3.6.2 Perencanaan Komponen Statis Alat Pembubuk Biji Kopi

Perencanaan ini dilakukan untuk membantu dalam memilih spesifikasi dari

tiap-tiap komponen penyusun alat pembubuk biji kopi dalam mencapai target

kapasitas yang telah ditentukan. Komponen-komponen statis yang direncanakan

merupakan komponen yang memiliki sifat statis yang digunakan dalam alat

pembubuk ini. Adapun perencanaan yang dilakukan adalah:

3.6.2.1. Perencanaan Hopper

Hopper merupakan sebuah komponen pendukung yang memiliki fungsi

untuk menampung bahan uji sebelum dilakukan pembubukan. Dimensi hopper

direncanakan guna membantu proses pembubukan. Hopper ini direncanakan dapat

menampung ≥ 5 liter. Maka dari itu dirancanglah sebuah hopper dengan tiga bagian

potongan.

66
Gambar 3.6 Desain hopper
1. Tabung Besar

Volume tabung disamping dihitung menggunakan

rumus volume tabung, yaitu

𝑉 = π. 𝑟 2 . 𝑡

Dimana, direncanakan:
Diameter (d) = 28 cm
Tinggi (t) = 10 cm
Sehingga,

𝑉 = 3,14 𝑥 142 𝑥 10

𝑉 = 6154,4 𝑐𝑚3

2. Kerucut Terpacung

Volume ruang disamping dapat dihitung

menggunakan rumus volume kerucut terpancung,

dimana rumusnya adalah,

1
𝑉 = . π . t . (𝑟𝐴 . 𝑟𝐵 + 𝑟𝐴 2 + 𝑟𝐵 2 )
3

Dimana, direncanakan:
Diameter atas (𝑟𝐴 ) = 28 cm

67
Diameter bawah (𝑟𝐵 ) = 7 cm
Tinggi (t) = 8 cm

Sehingga,

1
𝑉= . 3,14 .8 . (14 . 3,5 + 142 + 3,52 )
3

𝑉 = 2154,04 𝑐𝑚3

3. Tabung Kecil

Volume tabung kecil disamping dapat dihitung

menggunakan rumus volume tabung seperti

perencanaan tabung besar di atas, yaitu

𝑉 = π. 𝑟 2 . 𝑡

Dimana, direncanakan:
Diameter (d) = 7 cm
Tinggi (t) = 6 cm
Sehingga,

𝑉 = 3,14 𝑥 3,52 𝑥 6

𝑉 = 230,79 𝑐𝑚3

4. Volume Total

𝑉𝑇𝑜𝑡 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3

𝑉𝑇𝑜𝑡 = 6154,4 + 2154,04 + 230,79

𝑉𝑇𝑜𝑡 = 8539,23 𝑐𝑚3

8539,23 𝑐𝑚3
𝑉𝑇𝑜𝑡 =
1000

𝑉𝑇𝑜𝑡 = 8,5 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟

68
5. Volume Kopi

Kapasitas : 30 Kg/Jam
Diameter rata-rata kopi : 9 mm (b) = 4,5 mm
Panjang kopi rata-rata : 13 mm (a) = 6,5 mm
Tinggi kopi rata-rata : 5 mm
Berat biji kopi : 6 gram, sehingga 30000 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 75000 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖
0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚

Gambar 3.7 Elipsoid


(sumber: byjus.com/volume-of-an-ellipsoid-formula/)
Karena biji kopi memiliki bentuk elips maka volume kopi dapat ditentukan

menggunakan rumus ½ elipsoid.

4
𝑉𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = 𝑥πxaxbxc
3

(sumber: wikipedia/elipsoid)

4
𝑥πxaxbxc
𝑉1𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = 3
2 2

Maka,

4
𝑥 3,14 x 6,5 x 4,5 x 5
𝑉1𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = 3
2 2

𝑉1𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = 306,15 𝑚𝑚3


2

Karena 1 biji kopi memiliki volume sebesar 306,15 𝑚𝑚3, maka volume biji kopi

30 kg/jam adalah:

69
𝑉𝐾 30 𝐾𝑔 = 306,15 𝑚𝑚3 𝑥 75000 𝑏𝑖𝑗𝑖

𝑉𝐾 30 𝐾𝑔 = 22961250 𝑚𝑚3 ≈ 22,96 Liter

Karena hopper tidak dapat diisi secara maksimal, maka dalam sekali penuangan

hopper diisi biji kopi hanya sebanyak 20% dari volume total hopper. Sehingga

volume biji kopi dalam sekali penuangan adalah,

20
𝑉𝐾𝑜𝑝𝑖 1𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 8,5 𝐿 − ( 𝑥 8,5)
100

𝑉𝐾𝑜𝑝𝑖 1𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 6,8 𝐿

Maka untuk memenuhi kapasitas sebesar 30 Kg/jam dilakukan penuangan biji kopi

sebanyak 4 kali.

3.6.2.2. Perencanaan Kekuatan Frame

Gambar 3.8 Desain frame


Penentuan material yang tepat untuk kegunaan dalam rancang bangun alat

adalah hal yang sangat penting dengan mempertimbangkan berbagai aspek dari

70
material tersebut elemen-elemen yang terdapat pada mesin pembubuk biji kopi

harus dapat tahan dari berbagai jenis kerusakan-kerusakan dengan begitu pemilihan

material akan menjadi salah satu pemilihan yang krusial untuk menjaga kualitas

dari mesin pembubuk biji kopi ini.

Frame atau kerangka menggunakan material baja siku dengan ketebalan 2cm

memiliki properties bahan sebagai berikut :

Model Type : Linear Elastic Isotropic

Units : SI – N/mm^2 (mPa)

Category : Steel

Name : ASTM 36 Stell

Default failure criterion : Max von missses Stress

Tabel 3.2 Nilai Properti ASTM A36 Stell

Property Value Units

Elastic Modulus 200000 N/mm^2

Poisson’s ratio 0,26 N/A

Shear Modulus 79300 N/mm^2

Mass Density 7850 Kg/m^3

Tensile Strengh 400 N/mm^2

Yield Strengh 250 N/mm^2

(sumber: Solidworks)

Dengan pertimbangan menggunakan material baja siku jenis bahan ini dapat

dengan mudah untuk dilakukan pengelasan penyambungan untuk menambah

kekuatan dari rangka mesin pembubuk biji kopi. Pertimbangan-pertimbangan

pemilihan bahan meliputi diantarnya adalah :

71
1. Kekerasan.

2. Kekuatan.

3. Keuletan.

4. Daya tahan terhadap korosi.

5. Daya tahan terhadap panas.

6. Berat jenis.

7. Ketersediaan barang.

8. Harga bahan .

9. Waktu pengerjaan.

Langkah selanjutnya ialah menguji frame menggunakan simulasi software

pada aplikasi Solidworks guna untuk menguji ketahanan material yang akan

digunakan. Indikasi ketahanan pada material berupa warna yang ditunjukan biru

hingga merah. Adapun semakin ke atas, berarti memiliki arti semakin besar juga

tegangan yang terjadi.

Pada gambar 3.9 di bawah dapat terlihat bahwa frame yang direncanakan

menghasilkan tegangan minimal sebesar 1,759e+03 dan tegangan maksimal

sebesar 1,481e+08. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan ASTM A36

Stell aman untuk menahan alat pembubuk biji kopi yang direncanakan. Hal ini bisa

dilihat dari nilai tegangan maksimum < tegangan bahan atau yield strength. Dimana

nilai yield strength untuk ASTM A36 Stell adalah 2,500e+08.

72
Gambar 3.9 Hasil Pembebanan Frame
3.7 Tahap Fabrikasi

Pada proses fabrikasi ini, alat yang sudah di desain sebelumnya akan

dilakukan fabrikasi untuk memenuhi luaran dari proyek akhir ini. Adapun persiapan

yang dilakukan sebelum dilakukan fabrikasi adalah mendesain alat pembubuk biji

kopi, dan melakukan perhitungan kekuatan dan komponen yang akan digunakan.

Alat ini akan difabrikasi di bengkel Boyong Jaya, Kec.Temanggung, Jawa Tengah.

3.8 Pengujian Alat

Pengujian alat pembubuk kopi dengan kapasitas 30 kg/jam diatur dalam

beberapa langkah-langkah. Adapun langkah-langkah dalam pengujian alat

pembubuk biji kopi ini adalah:

1. Pastikan alat pembubuk sudah selesai dilakukan perancangan dan fabrikasi

sehingga siap untuk dilakukan uji coba.

2. Cek kondisi dari setiap komponen alat pembubuk biji kopi.

3. Siapkan bahan bakar untuk mesin bensin.

4. Isi bensin pada mesin bensin yang digunakan.

5. Perhatikan pelumas pada mesin bensin dan pelumas pada poros gigi pembubuk.

73
6. Tarik tuas pada motor bensin untuk menghidupkan mesin bensin sehingga alat

dapat bekerja.

7. Siapkan biji kopi yang sudah siap untuk digiling. Takar biji kopi per satu kilo

untuk dilakukan pembubukan.

8. Atur stopwatch atau timer untuk menghitung waktu dalam proses pembubukan

biji kopi.

9. Catat hasil proses pembubukan setiap percobaan yang dilakukan

10. Jika sudah selesai, matikan alat pembubuk kopi.

11. Bersihkan dan rapihkan kembali alat pembubuk kopi.

3.9 Tahap Pengolahan Data

Setelah dilakukan tahap pengujian, maka dilanjutkan dengan melakukan

pengolahan data. Dalam tahapan ini data yang diolah adalah banyaknya kopi yang

berhasil dilakukan pembubukan selama satu jam serta hasil kehalusan dari proses

pembubukan biji kopi. Hal ini dilakukan sebagai parameter unjuk kerja dari hasil

mesin pembubuk kopi yang sudah

3.10 Penyusunan Laporan

Laporan Tugas Akhir akan disusun dengan merujuk pada buku Panduan

Penulisan Tugas Akhir dan Proposal Tugas Akhir dari Rancang Bangun Pembubuk

Biji Kopi Tipe Disc Mill Kapasitas 30kg/jam.

74
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Rancangan Alat

Berikut merupakan hasil dari rancang bangun yang sudah dilakukan. Di

bawah gambar 4.1 akan dijelaskan prinsip kerja dari alat pembubuk biji kopi dari

mulai kopi berbentuk biji hingga tertumbuk menjadi bubuk kopi.

Gambar 4.1 Hasil rancang bangun


Cara kerja alat pembubuk ini dimulai ketika biji kopi siap giling dimasukkan

ke dalam hopper sisi inlet yang kemudian biji kopi siap giling jatuh masuk ke dalam

ruang pembubukan. Biji kopi yang masuk ke dalam ruang pembubukan akan

terkena gaya sentrifugal akibat putaran gigi penepung yang sangat tinggi, hai ini

membuat biji kopi terpental ke sisi luar pembubuk dan akan tertumbuk dengan gigi

pembubuk yang tak bergerak. Dengan jarak yang sangat kecil, biji kopi tersebut

75
tertumbuk sesuai dengan kecepatan poros utama yang digerakkan olah sistem

transmisi pulley dan belt dan diberikan daya oleh motor. Sehingga dari proses

tumbukan itu biji kopi akan hancur tertumbuk secara halus sesuai dengan saringan

yang digunakan pada ruang pembubukan. Jika biji kopi belum sehalus permintaan,

biji kopi akan terus tertumbuk hingga dapat melewati saringan sebagai tolak ukur

kehalusan biji kopi. Berikut merupakan gambar dan komponen alat penepung biji

kopi yang sudah dilakukan rancang bangun.

Hopper

Sistem
Transmi Ruang
si Pulley pembubukan
dan Belt

Motor
Bensin
Frame

Gambar 4.2 Bagian-bagian umum alat pembubuk


Terdapat modifikasi pada gigi pembubuk biji kopi yang bergerak, yaitu

jumlah gigi pembubuk dapat dilepas pasang. Gigi pembubuk yang berputar bisa

berjumlah tiga dan enam. Hal ini dilakukan untuk mencari jumlah mana yang lebih

efektif dalam proses pembubukan.

76
Gambar 4.3 Modifikasi pin pada gigi pembubuk
Di dalam ruang pembubukan terdapat dua gigi pembubuk, yaitu gigi

pembubuk berputar dan gigi pembubuk yang tidak berputar. Selain gigi pembubuk,

di dalam ruang pembubukan juga terdapat poros sebagai komponen transmisi untuk

memutar gigi, terdapat juga saringan kehalusan dari bubuk kopi. Gambar di bawah

merupakan gambaran di dalam ruang pembubukan.

Gigi Pembubuk
Gigi Pembubuk
Bergerak
Tak Bergerak

Gambar 4.4 Komponen pembubuk

77
4.2 K3 dalam Perencanaan Alat Pembubuk Biji Kopi

Dalam merancang alat pembubuk biji kopi ini, tentu aspek K3 dalam

pengoperasian juga diperhatikan. Hal ini sebagai salah satu tolak ukur dalam

mewujudkan alat pembubuk biji kopi yang ramah dan mudah untuk dioperasikan.

Maka dari itu ada beberapa poin-poin safety dalam alat pembubuk biji kopi ini,

seperti:

Tabel 4.1 Tabel k3 pada alat pembubuk

No Nama Gambar Keterangan

1 Pengunci Pintu Part ini dibuat agar alat

Ruang Penggilingan dapat bekerja dengan

optimal. Dan juga

berfungsi sebagai

pengaman ketika alat

sedang beroperasi.

2 Pengunci Bagian inlet Part ini dibuat sebagai

biji kopi pengaman agar biji kopi

tidak jatuh secara

bersamaan ketika ingin

digiling. Karena jika

beban terlalu berat, alat

tidak dapat beroperasi

(mati keberatan beban).

78
3 Manual Book Manual Book dibuat

untuk membantu

operator alat dalam

mengoperasikan alat

pembubuk ini. Di dalam

buku ini terdapat

prosedur pengoperasian

dan pemeliharaan alat.

4.3 Spesifikasi Mesin Alat Pembubuk Biji Kopi

Adapun spesifikasi alat pembubuk bii kopi yang digunakan adalah:


Tabel 4.2 Spesifikasi alat pembubuk

Part / Bagian Komponen Satuan Spesifikasi


Motor Bensin Motor Bensin Cx 160
Pulley Driver Type A 150 mm
Sistem Transmisi Pulley Driven Type A 60 mm
V-Belt Belt A-34
Poros Utama SC30
Hopper Aluminium
Komponen Statis Siku Galvanil 2mm
Frame Rangka
Plat Galvanil 2mm
Rumah Penggilingan Besi Tuang
Ruang Gigi Pembubuk Bergerak Besi Tuang
Penggilingan Gigi Pembubuk Tidak
Bergerak Besi Tuang

79
Tabel 4.3 Tabel spesifikasi material yang digunakan

Nama bagian Material Jumlah

Besi Siku Tebal 2,5 mm 1

Bagian Atas (Horizontal) Besi Siku U 40 cm 2

Besi Siku U (L) 9,5 cm 3

Besi siku U 9,5cm 4


Bagian Kaki Penyangga
Besi siku (P) 13,5cm 2
(Vertikal)
Besi siku (L) 8,5cm 2

Tebal 4cm 1
Bagian Dudukan
Penyangga (O) ⌀12 cm 1

Tebal 2,5mm 1

Bagian Dudukan Motor Besi siku 30cm 4


Bensin
Besi siku 22,5cm 2

Besi cor (T) 2cm 1


Rumah Pembubuk
L 37cm 1

(T) 13cm 1
Pintu Rumah Pembubuk
⌀20 cm 1

(T) 11,5mm 1
Ring Pengunci
(P) 46,5cm 1

Gigi Pembubuk Tak Besi Cor Tebal 8 mm 16

Bergerak

Baja M12 4
Mur dan Baut
Baja M14 8

80
4.4 Pengujian Alat Pembubuk Biji Kopi

Pengujian dilakukan menggunakan objek langsung untuk mengetahui kinerja

dari alat pembubuk biji kopi yang sudah dilakukan rancang bangun. Tolak ukur

berhasilnya dari rancang bangun ini adalah kapasitas 30 Kg/jam. Adapun tahapan

yang dilakukan dalam pengujian alat pembubuk biji kopi yaitu:

A. Persiapan alat dan bahan

Tabel 4.4 Peralatan dan bahan yang digunakan

No Alat dan Gambar Fungsi Penggunaan

bahan

1 Timbangan Timbangan digital digunakan

digital untuk menimbang objek uji

sebelum dilakukan pengujian.

Selain itu, alat ini juga

digunakan untuk menghitung

berat bubuk kopi hasil uji.

2 Digital Alat ini digunakan untuk

Tachometer membantu menyesuaikan

putaran yang digunakan untuk

melakukan pengujian.

81
3 Stopwatch Stopwatch digunakan untuk

menghitung berapa lama

waktu pembubukan

dilakukan.

4 Bahan bakar Bahan bakar ini digunakan

bensin untuk menggerakan motor

bensin yang digunakan.

5 Biji kopi Biji kopi merupakan objek

dari pengujian alat pembubuk

ini. Kopi yang digunakan

merupakan kopi robusta.

82
6 Plastik Plastik ini difungsikan sebagai

wadah penampung biji dan

bubuk kopi sebelum dan

sesudah dilakukan pengujian.

Tujuannya agar biji atau

bubuk kopi tidak berantakan.

B. Langkah-langkah pengujian

Pengujian alat pembubuk kopi dengan kapasitas 30 kg/jam diatur dalam

beberapa langkah-langkah. Adapun langkah-langkah dalam pengujian alat

pembubuk biji kopi ini adalah:

1. Pastikan alat pembubuk sudah selesai dilakukan perancangan dan fabrikasi

sehingga siap untuk dilakukan uji coba.

2. Cek kondisi dari setiap komponen alat pembubuk biji kopi.

3. Kencangkan baut-baut yang mengikat.

4. Siapkan bahan bakar untuk mesin bensin.

5. Isi bensin pada mesin bensin yang digunakan.

6. Perhatikan pelumas pada mesin bensin dan pelumas pada poros gigi pembubuk.

7. Tarik tuas pada motor bensin untuk menghidupkan mesin bensin sehingga alat

dapat bekerja.

8. Siapkan biji kopi yang sudah siap untuk digiling. Takar biji kopi per lima ratus

gram untuk dilakukan pembubukan.

83
9. Tuangkan biji kopi ke dalam hopper yang masih di tutup sehingga biji kopi tidak

turun ke ruang penggiling.

10. Atur putaran motor bensin sesuai dengan putaran yang akan diuji.

11. Atur stopwatch atau timer untuk menghitung waktu dalam proses pembubukan

biji kopi.

12. Buka penutup hopper sehingga biji kopi dapat turun ke ruang pemggilingan,

Biarkan biji kopi habis hingga tergiling menjadi bubuk kopi.

13. Catat hasil proses pembubukan setiap percobaan yang dilakukan

14. Jika sudah selesai, matikan alat pembubuk kopi.

15. Bersihkan dan rapihkan kembali alat pembubuk kopi.

4.5 Hasil Pengujian Alat Pembubuk Biji Kopi

Pengujian dilakukan lima kali dalam setiap aspek pengujiannya. Aspek

pengujian dilihat dari pin pada gigi pembubuk yang jumlahnya dibedakan yaitu

dengan menggunakan tiga dan enam pin. Berikut merupakan hasil dari pengujian

yang sudah dilakukan.

Tabel 4.5 Tabel hasil pengujian

Pengujian Tiga Pin

Percobaan Massa Putaran Hasil Gram Kapasitas Kopi yang


Obyek Uji Motor Waktu bubuk dihasilkan dalam 1 Jam
(gram) Bensin Pengujian Kopi yang (Kg/jam)
(rpm) (detik) Dihasilkan
(gram)

1 500 g 2600 rpm 126 detik 474 gram 14,28 Kg/Jam

2 500 g 2650 rpm 104 detik 479 gram 17,3 Kg/Jam

3 500 g 2700 rpm 83 detik 483 gram 21,68 Kg/Jam

84
4 500 g 2800 rpm 58 detik 497 gram 31 Kg/Jam

5 500 g 2900 rpm 46 detik 498 gram 39 Kg/Jam

Percobaan Enam Pin

Percobaan Massa Putaran Hasil Gram Kapasitas Kopi yang


Obyek Uji Motor Waktu bubuk dihasilkan dalam 1 Jam
(gram) Bensin Pengujian Kopi yang (Kg/jam)
(rpm) (detik) Dihasilkan
(gram)

1 500 g 2600 rpm 134 detik 470 gram 13,43 Kg/Jam

2 500 g 2650 rpm 110 detik 476 gram 16,36 Kg/Jam

3 500 g 2700 rpm 86 detik 491 gram 20,9 Kg/Jam

4 500 g 2800 rpm 60 detik 493 gram 30 Kg/Jam

5 500 g 2900 rpm 50 detik 494 gram 36 Kg/Jam

Dalam tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa kapasitas aktual dari alat

pembubuk biji kopi ini < 30 Kg/Jam jika menggunakan putaran motor bensin yang

optimal (3600 rpm). Gambar 4.5 di bawah merupakan hasil dari proses pengujian

yang telah dilakukan.

85
(a) (b)

Gambar 4.5 Bubuk kopi hasil pengujian (a) 3 pin (b) 6 pin

Dalam pengujian kali ini akan terlihat tiga grafik, yaitu grafik hubungan

antara putaran motor bensin dengan kapasitas yang dihasilkan dalam satu jam,

hubungan antara putaran motor bensin dengan gramase bubuk kopi yang dihasilkan

per 500 gram dan hubungan antara putaran motor bensin dengan waktu yang

dibutuhkan dalam pembubukan.

86
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA
PUTARAN MOTOR BENSIN -
KAPASITAS YANG DIHASILKAN
DALAM SATU JAM
Menggunakan 3 Pin Menggunakan 6 Pin
KAPASITAS YANG DIHASILKAN (KG/JAM)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2550 2600 2650 2700 2750 2800 2850 2900 2950

PUTARAN MOTOR BENSIN (RPM)

Gambar 4.6 Grafik hubungan putaran motor bensin dengan kapasitas


pembubukan

Grafik di atas menunjukkan hasil dari kerja alat pembubuk biji kopi yang

sudah dilakukan rancang bangun. Dapat disimpulkan bahwa semakin cepat putaran

pada motor bensin yang digunakan akan berbanding lurus dengan kapasitas yang

dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dri grafik di atas. Grafik pada dua aspek pengujian

cenderung membentuk garis lurus ke atas dengan menunjukkan pertambahan nilai

dari kapasitas yang dihasilkan dalam satu jam.

Dan dapat disimpulkan juga bahwa penggunaan metode tiga pin pada gigi

pembubuk dinilai lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan metode enam

pin. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas biji kopi yang dihasilkan dalam waktu satu

jam penggilingan. Hal ini disebabkan oleh jumlah gigi luar pada pembubuk

berputar berjumlah tiga buah juga, sehingga penggunaan tiga pin akan membuat

gigi pembubuk lebih stabil ketika berputar.

87
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA
PUTARAN MOTOR BENSIN - GRAM
BUBUK KOPI YANG DIHASILKAN
Menggunakan 3 Pin Menggunakan 6 Pin

500
GRAMASE BUBUK YANG DIHASILKAN PER 500 GRAM

495

490

485

480

475

470

465
2550 2600 2650 2700 2750 2800 2850 2900 2950
PUTARAN MOTOR BENSIN (RPM)

Gambar 4.7 Grafik hubungan putaran motor bensin dengan gramase bubuk kopi
Grafik di atas menunjukkan hasil hubungan antara putaran motor bensin

dengan gramase bubuk kopi yang dihasilkan dari percobaan. Gramase sendiri

merupakan masa bubuk kopi hasil dari proses pembubukan yang sudah dilakukan.

Dalam sepuluh kali percobaan pembubukan, terdapat penurunan massa biji kopi

(500 gram) menjadi kurang dari 500 gram. Hal ini disebabkan akibat tersangkutnya

bubuk kopi di dalam ruang pembubukan.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi putaran yang digunakan pada motor

bensin akan berbanding lurus dengan gramase bubuk kopi yang dihasilkan. Hal ini

disebabkan oleh semakin tinggi putaran yang digunakan maka akan menimbulkan

udara yang tinggi juga, sehingga putaran yang tinggi akan membantu mengeluarkan

88
bubuk kopi yang tersangkut di dalam ruang penggilingan menggunakan udara yang

dihasilkan putaran.

Dapat disimpulkan juga bahwa penggunaan tiga pin cenderung lebih efisien

dari pada penggunaan enam pin. Namun pada putaran 2700 rpm, penggunaan enam

pin menghasilkan gramase bubuk yang lebih banyak dibandingkan dengan

penggunaan tiga pin. Namun pada putaran pengujian lainnya, penggunaan tiga pin

lebih banyak menghasilkan bubuk kopi dibandingkan dengan menggunakan enam

pin. Hal ini disebabkan seperti yang sudah dijelaskan pada grafik hubungan

sebelumnya.

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA


PUTARAN MOTOR BENSIN - WAKTU
PEMBUBUKAN
Menggunakan 3 Pin Menggunakan 6 Pin

160
140
120
WAKTU (DETIK)

100
80
60
40
20
0
2550 2600 2650 2700 2750 2800 2850 2900 2950

PUTARAN MOTOR BENSIN (RPM)

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara putaran motor bensin dengan waktu
pembubukan
Grafik di atas menunjukkan hasil dari hubungan antara putaran motor bensin

dengan waktu yang digunakan saat proses pembubukan dilakukan. Dari grafik di

atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar putaran motor bensin yang digunakan

akan berbanding terbalik dengan waktu yang dibutuhkan (semakin sedikit atau

89
semakin cepat). Sehingga grafik yang dihasilkan cenderung membentuk trend

menurun dari putaran 2600 hingga 2900 rpm. Putaran gigi pembubuk yang semakin

cepat tentu menjadi faktor utama, karena semakin tinggi putaran pada gigi

pembubuk maka akan semakin banyak tumbukan yang terjadi antara gigi

pembubuk berputar dengan gigi pembubuk yang tidak berputar.Penggunaan tiga

pin juga bisa dinilai lebih efisien dalam segi waktu, karena waktu yang dihasilkan

setelah percobaan menunjukkan dengan menggunakan tiga pin sedikit lebih cepat

dibandingkan dengan menggunakan enam pin.

90
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil proses perancangan hingga pengujian terdapat beberapa hal yang

dapat disimpulkan, seperti:

• Kapasitas aktual > 30 Kg/Jam jika menggunakan putaran motor bensin

maksimal. Untuk memenuhi kapasitas 30 Kg/jam putaran motor yang

digunakan adalah 2800 rpm.

• Daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat pembubuk biji kopi ini

adalah sebesar 2,12 𝑘𝑊 𝑎𝑡𝑎𝑢 2,84 𝐻𝑝, sehingga digunakan motor bensin

metrix Cx 160 dengan kapasitas daya sebesar 5.5 Hp.

• Besarnya putaran motor bensin akan berbanding lurus dengan jumlah

kapasitas biji kopi dan gramase hasil dari proses pembubukan. Artinya

semakin besar putaran motor bensin yang digunakan maka kapasitas

pembubukan dan gramase bubuk kopi yang dihasilkan juga semakin besar.

• Besarmya putaran motor bensin akan berbanding terbalik dengan waktu

pembubukan. Semakin besar putaran yang digunakan maka akan semakin

kecil waktu yang dibutuhkan untuk proses pembubukan.

• Penggunaan tiga pin cenderung lebih efisien dibandingkan penggunaan

enam pin pada putaran 2600-2900 rpm, hal ini disebabkan oleh pemasangan

tiga pin membuat putaran gigi pembubuk lebih stabil.

91
5.2 Saran

Diharapkan untuk kedepannya alat pembubuk ini bisa lebih disempurnakan

lagi. Maka dari itu penulis memiliki beberapa saran agar kedepannya alat dapat

lebih baik. Adapun saran yang diberikan sebagai berikut:

• Sebelum mengoperasikan alat dianjurkan untuk menunggu panas mesin

yang baru dinyalakan.

• Ketika memasukkan objek dari hopper ke ruang pembubuk katup bukaan

dibuka secara perlahan, sehingga beban pembubuk tidak terlalu besar.

• Perlu ditambahkan modifikasi berupa roda untuk membantu memindahkan

alat pembubuk biji kopi.

• Diperlukan peredam untuk meredam getaran yang cukup besar sehingga

dapat mengganggu saat proses pengoperasian.

• Diperlukan percobaan selanjutnya untuk mengetahui kinerja pin pembubuk

pada putaran tinggi.

92
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Muhammad Riyadh. 2021. "Rancang Bangun Mesin Grinder Kopi


Kapasitas Daya 125 Watt Skala Rumahan." Tugas Akhir 7-32.
Annur, Cindy Mutia. 2022. "Databooks." Katadata Media Network. Maret 9.
Accessed November 22, 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/09/produksi-kopi-
indonesia-naik-jadi-77460-ribu-ton-pada-2021.
Arif, Muhammad. 2016. Bahan Ajar Rancangan Teknik Industri. Yogyakarta:
Deepublish.
Dobrovolsky. 1985. "Machine Elements A Textbook Pages 217." In Machine
Elements A Textbook Pages 217.
Hibbeler, R C. 2016. Engineering Mechanic Static. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
Ikram, Muhammad. 2020. "Perbandingan Performa Mesin Grinder Kopi Tipe 600n
Latina, Coffemill, dan Matrix Terhadap Kualitas Hasil Gilingan Biji Kopi
Robusta Level Roasting Medium." Tugas Akhir 2.
Jupriyanto, Muhammad. 2021. "Rancang Bangun Mesin Pembubuk dan Pembubuk
Biji Kopi." Tugas Akhir 11.
Majid, Abdul, and Muhammad Nur Kholis. 2017. "Rancang Bangun Mesin
Pengupas Biji Kopi Kapasitas 60 kg/jam." 14-16.
Mott, Robert L, Edward M Vavrek, and Jyhwen Wang. 1994. Machine Element in
Mechanical Design. New York.
Novita, Elida, I B Suryaningrat, Idah Adriyani, and Sukrisno Widyotomo. 2012.
"Analisis Keberlanjutan Kawasan Usaha Perkebunan Kopi (kupk)." Jurnal
Agritech Vol 32.
Pressman, Roger S. 2010. Software Engineering a Practitioner's approach 7th .
New York: The McGraw-Hill Companies .
PT.DRI. n.d. Materi Training Coffee POD Technology. PT.DRI.
Rozak, Dyson, Muhammad Hasan B, Amalia Herlina, and Fuad Hasan. 2021.
"Perancangan Mesin Greinder Coffer Brewer Berbasis Photovoltaic."
Journal.
Sularso. 1997. "Dasar perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin Hal 7." 7.
Sularso, and Kiyokatsu. 1985. "Dasar Pemilihan dan Penelitian Elemen Mesin Hal
166." 166.

93
Sularso, Suga, and Kiyokatsu. 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin 10th Edition. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Tyas, Nining Listiyaning. 2019. "Pengaruh Lama Waktu Penyangraian Terhadap
Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Kopi Bubuk Arabika Yang Tumbuh di
Daerah Wonosobo (Coffea Arabica)." Skripsi 15.
Udarno, M Laba, and Rudi.T Setiyono. 2014. "Penampilan kopi excelsa hasil
eksplorasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau." 543-547.
Wijayanti, Fitri, and Dadan Irwan. 2014. "Analisis Pengaruh Bentuk Permukaan
Piston Terhadap Kinerja Motor Bensin." Jurnal Ilmiah 34-42.
Wildan, M Rifky, Titis Pury P, Eka Widodo, and Tohari. 2021. "Kegiatan Pabrikasi
Mesin Giling Kopi Kering Merek BEJE Tipe GLK 20 di PT Bahagia Jaya
Sejahtera." Agroekoteknologi dan Agribisnis Vol 5 No 1.

94
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel standar spesifikasi poros

Lampiran 2. Tabel nilai Sf1 dan Sf2 untuk poros

Lampiran 3. Tabel nilai sudut kontak dan Faktor koreksi pada puli

95
Lampiran 4. Tabel nilai X dan Y untuk bantalan

Lampiran 5. Tabel nilai dari pasak

96
Lampiran RAB.

No Belanja Jumlah Biaya (Rp)


1 Objek Pengujian (Kopi) 5 (kg) Rp. 900.000.-
2 Biaya Tak Terduga - Rp. 850.000.-
3 Daya Motor 1 (buah) Rp. 1.750.000.-
4 Plat Galvanil 1 Rp. 700.000.-
5 Besi Siku 1 Rp. 750.000.-
6 Poros 2 Rp. 1.000.000.-
7 Pulley Alumunium 1 Rp. 250.000.-
8 Katrol Roda Poros Baja 1 Rp. 450.000.-
9 Bantalan Poros 2 Rp. 250.000.-
10 Mur dan Baut 30 Rp. 150.000.-
11 V-Belt 1 Rp. 185.000.-
Jumlah Rp. 7.235.000.-

Lampiran 6. Rincian biaya pengadaan alat

NO Belanja Jumlah Satuan Total


1 Proposal Tugas Akhir 2 40 Rp 80.000.-
2 Laporan Tugas Akhir 2 70 Rp 205.000.-
TOTAL Rp 285.000.-

Lampiran 7. Rincian biaya pembuatan proposal dan laporan

NO Belanja Total Biaya Tugas Akhir


1 Rencana Biaya alat dan Bahan Tugas Akhir Rp 7.235.000.-
2 Rencana Biaya pembuatan proposal dan Rp 285.000.-
laporan tugas akhir
TOTAL Rp 7.520.000.-

Lampiran 8. Rincian biaya total tugas akhir

97
Lampiran Pengujian Alat

Lampiran 9. Gramase obyek pengujian

Lampiran 10. Pengujian Alat

98
Lampiran 11. Menentukan putaran menggunakan digital tachometer

99

Anda mungkin juga menyukai