TUGAS AKHIR
40040219650082
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TUGAS AKHIR
40040219650082
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN TUGAS PROYEK AKHIR
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
iv
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 40040219650082
15 KG/MENIT
TIM PENGUJI
Pembimbing : Sri Utami Handayani, S.T., M.T. ( )
Penguji I : Dr. Seno Darmanto, S.T., M.T. ( )
Penguji II : Drs. Ireng Sigit Atmanto, M.Kes ( )
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal :
Yang Menyatakan,
NIM. 40040219650082
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Moto:
“ Memulai dengan baik penting, mengakhiri dengan baik jauh lebih penting.
Ingatlah, seberapapun indahnya hidupmu di dunia kampus, dunia nyata di luar
kampus itu jauh lebih indah”
(Afrianto Daud)
Persembahan:
Dengan rasa syukur dan rida Allah SWT saya persembahkan Tugas Akhir ini untuk:
1. Umi dan Ayah tercinta, tersayang dan kasihnya yang berlimpah yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan semangat ketika laporan ini masih harus
direvisi.
2. Keluarga yang setiap saat memberikan dukungan, doa dan semangat.
3. Diri sendiri dengan kaki yang tak henti melangkah, jiwa yang tak bosan
berjuang, dan semangat yang terus membara.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan
segala rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan untuk
junjungan alam Nabi Muhammad SAW atas cinta dan kasihnya untuk umatnya.
1. Bapak Prof Dr. Ir.Budiyono, M. Si. Selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro.
2. Ibu Sri Utami Handayani, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Diploma-IV
Rekayasa Perancangan Mekanik Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro dan
Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
3. Bapak Sutrisno, S.T., M.T. selaku Dosen wali.
4. Bapak/Ibu Dosen serta staf Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik atas
dukungan dan ilmu yang diberikan.
5. Umi dan Ayah yang selalu memberikan rida, semangat, materil dan doa yang
tidak terhingga.
6. Bapak Dandan Kusnandar dan Ibu Dewi Gunawati yang telah membantu
dukungan doa dan materil.
7. Teman-teman kelas Demak angkatan 2019
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan laporan Tugas
Akhir ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan dari semua pihak menjadi ladang amal
ibadah serta berkah dan dilipat gandakan oleh Allah SWT.
Penyusun menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini tidak sempurna, untuk itu
saran dan kritik yang membangun akan penyusun terima demi penyempurnaan
penyusunan laporan berikutnya.
viii
ix
Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Penyusun,
Muhammad Faqih M
ix
ABSTRAK
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk jenis tumbuhan semusim (annual) dan
berasal dari daerah tropis. Jagung merupakan salah satu sumber pangan strategis
yang bernilai ekonomi karena menjadi salah satu sumber karbohidrat. Setiap
tahunnya permintaan terhadap jagung terus meningkat namun hal ini tidak
dibarengi dengan jumlah produksi jagung yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh
kesalahan pasca panen produksi jagung mencapai 12-15% dari total produksi. Oleh
karena itu, dibutuhkan mesin untuk mengatasi kesalahan pasca panen. Mesin screw
feeder sebagai mesin pengumpan dapat menangani kesalahan pasca panen pada
proses produksi jagung. Proses perencanaan mesin screw feeder dimulai dari studi
literatur, observasi, perencanaan, pembuatan, pengujian, analisa, dan pembahasan.
Mesin screw feeder direncanakan memiliki kapasitas produksi 15 kg/menit. Metode
pengujian mesin screw feeder meliputi pengujian kapasitas, pengukuran getaran
(vibration), dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian mesin screw feeder diperoleh
bahwa mesin ini memiliki kapasitas produksi maksimal 19.4 kg/menit pada
kecepatan putaran 238 rpm. Untuk mencapai kapasitas produksi yang direncanakan
15 kg/menit didapatkan pada kecepatan putaran 195 rpm. Hasil pengukuran getaran
menggunakan vibration meter dilakukan pada dua titik yakni motor penggerak dan
rangka. Berdasarkan ISO 10816 didapatkan kesimpulan bahwa getaran yang
dihasilkan pada mesin ini berada pada kondisi unsatisfactory yang berarti getaran
yang dihasilkan dalam batas toleransi dan hanya dapat dioperasikan dalam waktu
terbatas. Hasil pengujian hipotesis menggunakan metode Anova-One Way dengan
hipotesis kecepatan mempengaruhi getaran yang dihasilkan didapatkan hasil bahwa
F hitung > F tabel sehingga hipotesis diterima atau kecepatan putaran
mempengaruhi getaran yang dihasilkan.
Kata kunci: Screw feeder, jagung, rancang bangun, pengujian getaran.
x
ABSTRACT
Corn (Zea mays L.) is an annual plant species originating from the tropics. Corn is
a strategic food source that has economic value because it is a source of
carbohydrates. Every year, the demand for corn continues to increase, but this is not
accompanied by the amount of corn production produced. This is caused by post-
harvest errors in corn production, reaching 12–15% of total production. Therefore,
a machine is needed to overcome post-harvest errors. The screw feeder machine, as
a feeder machine, can handle post-harvest errors in the corn production process.
The screw feeder machine planning process starts with literature study, observation,
planning, manufacture, testing, analysis, and discussion. The screw feeder machine
is planned to have a production capacity of 15 kg per minute. Test methods for
screw feeder machines include capacity testing, vibration measurements, and
hypothesis testing. The results of testing the screw feeder machine show that this
machine has a maximum production capacity of 19.4 kg per minute at a rotational
speed of 238 rpm. To achieve the planned production capacity of 15 kg/minute
obtained at a rotational speed of 195 rpm. The results of vibration measurements
using a vibration meter are carried out at two points, namely the driving motor and
the frame. Based on ISO 10816, it can be concluded that the vibrations generated
on this machine are in an unsatisfactory condition, which means that the vibrations
generated are within tolerance limits and can only be operated for a limited time.
The results of testing the hypothesis using the Anova-One-Way method with the
hypothesis that speed affects the resulting vibrations show that F count > F table,
so that the hypothesis is accepted or the rotational speed affects the resulting
vibrations.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
ABSTRAK ...............................................................................................................x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
xii
xiii
2.5.1.7 Poros.....................................................................................................31
xiii
xiv
3.4.3 Bantalan......................................................................................................52
xiv
xv
xv
xvi
LAMPIRAN ...........................................................................................................95
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jagung..................................................................................................8
Gambar 2. 2 Belt Conveyor ...................................................................................10
Gambar 2. 3 Roller Chain Conveyor......................................................................11
Gambar 2. 4 Pneumatic Conveyor .........................................................................11
Gambar 2. 5 Screw Conveyor ................................................................................12
Gambar 2. 6 Konveyor Berbelok ...........................................................................13
Gambar 2. 7 Prinsip Kerja Screw Conveyor ..........................................................14
Gambar 2. 8 Horizontal Screw Conveyor ..............................................................15
Gambar 2. 9 Inclined Screw Conveyor ..................................................................16
Gambar 2. 10 Shaftless Screw Conveyor ...............................................................16
Gambar 2. 11 Vertical Screw Conveyor ................................................................17
Gambar 2. 12 Screw Feeder ...................................................................................18
Gambar 2. 13 Sectional Flight ...............................................................................20
Gambar 2. 14 Helicoid Flight.................................................................................20
Gambar 2. 15 Cast Iron Flight................................................................................21
Gambar 2. 16 Ribbon Flight ..................................................................................21
Gambar 2. 17 Cut Flight ........................................................................................22
Gambar 2. 18 Sket Screw Feeder ...........................................................................22
Gambar 2. 19 Motor Penggerak .............................................................................25
Gambar 2. 20 Puli Tunggal ....................................................................................26
Gambar 2. 21 Puli Bebas ........................................................................................27
Gambar 2. 22 Puli Majemuk ..................................................................................27
Gambar 2. 23 V-Belt ..............................................................................................28
Gambar 2. 24 Spindel .............................................................................................31
Gambar 2. 25 Gandar .............................................................................................32
Gambar 2. 26 Pasak................................................................................................34
Gambar 2. 27 Pasak Datar Segiempat ....................................................................34
Gambar 2. 28 Pasak Bintang Lurus .......................................................................35
Gambar 2. 29 Pasak Berkepala ..............................................................................35
Gambar 2. 30 Rantai Dan Sproket .........................................................................37
xvii
xviii
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Sudut (Β) ...............................................................................................24
Tabel 3. 1 Alat ........................................................................................................55
Tabel 3. 2 Bahan ....................................................................................................56
Tabel 4. 1 Dimensi V-Belt .....................................................................................68
Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Kapasitas .....................................................................83
Tabel 4. 3 Hasil Pengukuran Getaran ....................................................................86
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Pengujian Kapasitas .............................................................................84
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Data Kapasitas .........................................................................95
Lampiran 2 Diameter Factor .................................................................................95
Lampiran 3 Flight Factor ......................................................................................95
Lampiran 4 Bearing Factor ...................................................................................96
Lampiran 5 Paddle Factor .....................................................................................96
Lampiran 6 Material Factor ..................................................................................97
Lampiran 7 Overload Factor .................................................................................98
Lampiran 8 Efisiensi .............................................................................................98
Lampiran 9 Pemilihan Diameter Sabuk ................................................................99
Lampiran 10 Dimensi Dan Bahan Untuk Sabuk ...................................................99
Lampiran 11 Tipe Dan Dimensi Dari Sabuk ......................................................100
Lampiran 12 Faktor Koreksi Rantai ....................................................................101
Lampiran 13 Faktor Koreksi Poros .....................................................................102
Lampiran 14 Ukuran Pasak .................................................................................102
Lampiran 15 Fabrikasi Mesin .............................................................................102
Lampiran 16 Fabrikasi Mesin .............................................................................102
Lampiran 17 Pengujian Kapasitas .......................................................................104
Lampiran 18 Pengujian Kapasitas .......................................................................104
Lampiran 19 Pengukuran Getaran ......................................................................105
xxi
DAFTAR NOTASI
xxii
xxiii
𝑛1 = Putaran (rpm)
T = Torsi
X = Jumlah puli
τ𝛼 = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2 )
Kt = Faktor koreksi momen puntir
T = Momen puntir (kg.mm)
xxiii
xxiv
P = Daya (N)
p = Pitch (mm)
xxiv
xxv
V = Faktor putaran
fh = Faktor umur
a1 = Faktor keandalan
a2 = Faktor bahan
a3 = Faktor kerja
xxv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk jenis tumbuhan semusim (annual).
Susunan tubuh jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Jagung
merupakan salah satu pangan strategis yang bernilai ekonomi karena menjadi salah
satu sumber karbohidrat. Selain karbohidrat jagung merupakan tanaman pangan
yang mengandung protein, vitamin, dan lemak yang tinggi. Tanaman jagung berasal
dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar daerah
tersebut. Pertumbuhan jagung sangat membutuhkan sinar matahari, dan
membutuhkan tanah yang gembur, subur, dan kaya humus. Di Indonesia jagung
dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang
memiliki ketinggian antara 1000-1800 MDPL. Daerah dengan ketinggian optimum
antara 0-600 MDPL merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman
jagung (Kementerian Perdagangan, 2014).
1
2
Dewasa ini telah banyak digunakan mesin pemindah material jagung yaitu
mesin screw feeder. Screw feeder merupakan salah satu jenis konveyor berbentuk
sekrup (screw) yang berfungsi untuk memindahkan, mengumpan, dan
mencampurkan suatu material di dalam U-Through. Screw feeder terdiri dari
hopper, screw, mesin penggerak, poros penggerak, dan bantalan. Kapasitas
produksi pada screw feeder dapat disesuaikan dengan kebutuhan dengan cara
merubah ukuran hopper dan screw. Screw feeder cocok untuk mengangkut atau
memindahkan bahan padat berbentuk halus atau bubur (Jading, 2019).
Pada industri pertanian terutama jagung, screw feeder digunakan sebagai mesin
bantu proses produksi, mesin ini berfungsi sebagai pengumpan dan memindahkan
jagung dari satu tempat ke tempat lainnya. Penggunaan screw feeder ini efektif
membantu proses produksi menjadi lebih optimal karena selain menghemat waktu
juga tidak memerlukan tenaga manusia. Selain itu, sifat screw feeder yang bebas
celah membuat biji jagung yang dipindahkan tidak akan jatuh sehingga hasil proses
produksi tidak akan mengalami penyusutan atau degradasi.
1. Rancang bangun mesin screw feeder untuk pengumpan jagung dengan kapasitas
15 kg/menit.
2. Mengetahui kesesuaian antara kapasitas desain dan kapasitas riil hasil pengujian
kinerja.
3. Mengetahui getaran yang dihasilkan pada motor listrik dan rangka mesin screw
feeder.
1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah diuraikan di atas, manfaat dari
Tugas Akhir ini adalah:
2. Rancang bangun ini dapat menjadi referensi bagi industri atau pengusaha yang
akan menggunakan mesin screw feeder.
3. Sebagai bahan pembelajaran yang dapat berguna dikemudian hari.
1.5 Luaran
(Imanda et al., 2015) meneliti tentang pembuat mesin screw conveyor sebagai
mesin pemindah bahan biji-bijian dan kacang-kacangan (jagung, kedelai, dan
kacang hijau). Mengetahui sudut ulir (α) terhadap kinerja alat screw conveyor untuk
kecepatan 40 dan 54 rpm. Tiga perlakuan pada penelitian ini yaitu sudut ulir untuk
masing-masing komoditas, yakni sudut 30°, 45°, dan 60°. Kemudian ketiga
perlakuan ini dilakukan tiga kali pengulangan dan pada dua kecepatan putaran
(rpm) yang berbeda yaitu pada 40 rpm dan 54 rpm. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kapasitas kerja dari screw conveyor terbaik
pada variasi sudut ulir dan komoditas untuk masing-masing kecepatan putaran
(rpm) yaitu untuk kecepatan 40 rpm pada komoditas kedelai dengan sudut ulir 30º
sebesar 178,6 g/s, sedangkan untuk kecepatan 54 rpm pada komoditas kacang hijau
dengan sudut ulir 30º sebesar 238 g/s. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas dan
sudut ulir sangat berpengaruh terhadap kapasitas kerja screw conveyor.
5
6
serta motor listrik dengan kapasitas penangkapan sampah sebesar 0,368 m³/s. Hasil
validasi desain menunjukkan kecepatan aliran air saat melewati geometri desain
tidak berkurang secara signifikan serta mampu menahan kombinasi beban self-load
dan beban tekanan akibat aliran air. Website monitoring telah mampu menampilkan
data yang diakuisisi sensor secara real-time.
N. Pada keadaan sudut kemiringan 10°: Total deformasi maksimal: Max 8,244e-5
m, Equivalent stress maksimal: Max 9,2774e-7 Pa, Equivalent elastic strain
maksimal: Max 0,0004701 m/m. Hasil ini merupakan dari simulasi yang dilakukan
pada rangka dengan diberi pembebanan sebesar 11545 N. Pada keadaan sudut
kemiringan 20°: Total deformasi maksimal : Max 1,6278e-5 m, Equivalent stress
maksimal Max 7,2122e7 Pa, Equivalent elastic strain maksimal: Max 0,0003674
m/m. hasil ini merupakan dari simulasi yang dilakukan pada rangka dengan diberi
pembebanan sebesar 9391 N.
Tanaman jagung dikenal nama latinnya Zea mays L, merupakan tanaman yang
pertama kali ditemukan dari daerah Meksiko bagian selatan (Amerika Tengah).
Jagung merupakan komoditas tanaman pangan dunia yang terpenting setelah
gandum dan padi, memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi membuat jagung
menjadi sumber alternatif pangan. Komoditas jagung mempunya fungsi multiguna
(4F) yaitu untuk pangan (food), pakan (feed), bahan bakar (fuel), dan bahan baku
industri (fiber) (Panikkai, 2017).
8
Gambar 2. 1 Jagung
Tanaman jagung terdiri dari bagian utama yaitu akar, daun, batang, bunga, dan
buah (tengkol). Semua bagian pada jagung dapat dimanfaatkan, namun umumnya
hasil tanaman jagung yang paling utama dimanfaatkan adalah biji jagung. Jagung
memiliki massa jenis 721 kg/m³ dan terdiri dari 70% karbohidrat, 2,3% serat, 10%
protein, biji jagung merupakan sumber dari vitamin A dan E. Pertumbuhan tanaman
jagung meliputi tiga fase yaitu:
Jagung dapat tumbuh pada lingkungan dengan iklim sedang hingga beriklim
subtropis dengan curah hujan sedang, dalam masa pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan sinar matahari. Indonesia dengan iklim tropis dan curah hujan cukup
tinggi sangat cocok untuk jagung dapat tumbuh dan ditanam. Oleh karena itu
jagung merupakan komoditas pangan kedua yang banyak dibudidayakan petani di
Indonesia setelah padi, pada tahun 2021 produksi jagung mencapai 23,04 juta
9
Setiap tahunnya permintaan akan jagung sebagai bahan baku pakan ternak
mengalami kenaikan sejalan dengan perkembangan industri pakan ternak.
Kenaikan permintaan ini tidak lepas karena harga jagung relatif murah, memiliki
manfaat yang tinggi dan lengkap. Faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung
adalah luas lahan, modal, kualitas benih, tenaga kerja dan alat bantu produksi
(Remedy, 2015).
2.3 Conveyor
Secara bahasa conveyor berasal dari kata “convoy” yang berarti beriringan.
Sedangkan secara umum konveyor adalah mesin pemindah bahan atau material
yang umumnya dipakai dalam industri perakitan maupun industri proses untuk
mengangkat, memindahkan, atau mengantarkan bahan atau material dari satu
bagian ke bagian yang lain (Arijaya, 2019). Di industri terutama yang bergerak di
bidang distribusi atau pemindahan barang, konveyor digunakan sebagai mesin
pemindah. Konveyor memiliki kehandalan dalam distribusi barang yang lebih
banyak karena kapasitasnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat bekerja
secara full time jika dibutuhkan. Konveyor juga dapat memobilisasi barang dalam
jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke tempat lain (Ahmad, 2018).
Pada mesin konveyor ada dua jenis material yang dapat dipindahkan yaitu
muatan curah (bulk load) dan muatan satuan (unit load). Menurut Sudjatmiko
dalam (Ahmad, 2018) muatan curah adalah muatan yang terdiri dari suatu muatan
yang tidak dikemas yang dikapalkan sekaligus dalam jumlah besar sedangkan
muatan satuan adalah satu kesatuan dari satu barang atau beberapa unit yang
dibatasi sehingga dapat ditangani sebagai satu unit kesatuan.
2.3.1 Jenis-jenis konveyor
1. Belt conveyor
Secara umum belt conveyor merupakan mesin konveyor yang cukup sederhana
terdiri dari sabuk yang berfungsi membawa material yang diangkut oleh mesin
penggerak, idler sebagai penyangga, drive unit sebagai tenaga gerak belt yang
diputar oleh motor, feeder berguna untuk pemuatan material, motor penggerak
untuk menjalankan konveyor belt dan frame sebagai penyangga seluruh komponen
belt conveyor. Belt conveyor dipakai untuk muatan jenis satuan (unit load) dan
muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus atau sudut inklinasi terbatas. Secara
luas belt conveyor hampir digunakan di setiap lini industri, kapasitas angkut sekitar
500 hingga 5000 m³/jam bahkan bisa lebih, kemampuan angkut dalam jarak yang
jauh dari jarak terpendek hingga terpanjang sekitar 1000 m. Perencanaan mesin,
pengoperasian, pemeliharaan yang relatif sederhana menjadikan belt conveyor
banyak digunakan sebagai pengangkut dan pemindah material.
3. Pneumatic conveyor
Pneumatic conveyor merupakan mesin pemindah bahan, bahan yang dapat
dipindah hanya bahan-bahan curah di dalam aliran udara yang bergerak melalui
pipa. Material tersebut seperti semen, serbuk batu bara, padi, dan sejenisnya.
Industri yang menggunakan pneumatic conveyor seperti industri makanan, kimia,
kontruksi, tambang dan sejenisnya. Prinsip kerja dari konveyor jenis ini dengan
menghembuskan udara bertekanan ke dalam saluran pipa oleh blower atau
kompresor, sehingga material akan terdorong dengan kecepatan yang tinggi hingga
ke tempat penampungan (reservoir).
4. Screw conveyor
Screw conveyor adalah salah satu jenis konveyor pemindah dengan
mengandalkan sekrup (screw) sebagai pemindah material. Keistimewaan konveyor
jenis ini pada komponen dan prinsip kerja yang sederhana. Prinsip kerjanya adalah
material diisikan pada hopper kemudian screw yang melilit sepanjang poros akan
12
1. Kapasitas material
2. Jarak pemindahan material
3. Arah pengangkutan (horizontal, vertikal, atau inklinasi)
4. Ukuran (size) dan bentuk (shape).
5. Material (properties)
6. Karakteristik proses produksi
Mesin konveyor yang akan digunakan harus dilakukan perencanaan terlebih
dahulu. Penentuan jenis konveyor yang akan digunakan ini akan berpengaruh pada
efektifitas kerja konveyor, pemilihan jenis konveyor yang tepat akan membantu
produksi berjalan lebih efektif, efisien dan fungsional. Namun sebaliknya, jika salah
dalam pemilihan konveyor akan menyebabkan produksi yang terhambat.
Contohnya dalam industri batubara maka membutuhkan konveyor jenis belt untuk
mendistribusi batu bara yang dikirimkan, pada industri makanan maka yang paling
tepat menggunakan roller chain conveyor dan pada industri pertanian
menggunakan screw conveyor.
suatu ukuran tertentu. Spesifikasi ini juga harus melihat kondisi lingkungan karena
berpengaruh pada arah lintasan konveyor. Kemudian menentukan arah
pengangkutan pada konveyor, arah pengangkutan dapat horizontal, vertikal
ataupun inklinasi. Tahapan selanjutnya menentukan ukuran dan bentuk konveyor
yang akan digunakan, ukuran konveyor berhubungan dengan jarak pemindahan
material yang dibutuhkan, ketika jarak pemindahan material sudah ditentukan maka
ukuran konveyor menyesuaikan dengan jarak pemindahan material tersebut. Untuk
bentuk dari konveyor disesuaikan dengan kebutuhan, bentuk ini tidak harus hanya
lurus saja tapi dapat juga berbelok seperti pada gambar 2.5. Dan tahapan terakhir
adalah menentukan material yang akan digunakan, material konveyor ini
berdasarkan material yang diangkut oleh konveyor. Jika material yang diangkut
adalah material dengan beban besar maka menggunakan material yang tahan beban
besar, material ini meliputi material pada rangka (frame), jenis belt jika
menggunakan belt, poros dan screw jika menggunakan screw konveyor.
Screw conveyor merupakan salah satu jenis konveyor yang dapat berfungsi
untuk sebagai mesin pemindah, pengantar dan pengumpan material. Mesin ini
secara khusus digunakan untuk bahan-bahan curah (bulk load) seperti batu bara,
pupuk, pasir, kerikil, tembaga, dan biji-bijian. Selain sebagai pemindah material,
screw conveyor juga dapat difungsikan untuk mencampurkan dan memampatkan
material dengan catatan merubah tipe screw yang digunakan. Kapasitas yang
dimiliki sebuah mesin screw conveyor dapat disesuaikan tergantung kebutuhan,
semakin besar kapasitas penyimpanan material maka harus disesuaikan pula daya
motor penggerak yang digunakan. Screw conveyor terbilang mudah dalam hal
perencanaan, pengoperasian, perawatan, dimensi yang relatif kecil, dan dapat
mengeluarkan material di beberapa titik yang diinginkan.
Sesuai dengan namanya, mesin ini berbentuk seperti sekrup dengan pisau yang
melilit poros dan memiliki ulir. Mesin ini berputar searah jarum jam dan berputar
di dalam saluran berbentuk U-through, setiap screw yang melilit poros mempunyai
ukuran dan jarak yang sama satu dengan yang lain. Mayoritas screw conveyor
digunakan untuk membawa material secara horizontal. Namun bila diperlukan
dapat dibuat dengan elevasi tertentu dengan mengalami penurunan kapasitas 15-
45% dari kapasitas horizontal-nya. Screw conveyor memiliki beberapa tipe, setiap
tipe memiliki fungsi dan keunggulan masing-masing. Pemilihan tipe pada screw
conveyor berdasarkan pada:
5. Screw Feeder
Dirancang untuk mengumpan material curah dan terletak pada awal sebuah
proses, kecepatan putaran pengumpan dapat dikontrol secara akurat, screw feeder
dapat dimodifikasi ukuran, panjang, konfigurasi, dan bahan konstruksinya sesuai
dengan kebutuhan. Desain screw feeder biasanya dipasang langsung dengan hopper
yang berbentuk persegi atau persegi panjang dengan dasar berbentuk miring dan
kapasitas yang dapat disesuaikan. Prinsip kerja screw feeder adalah material masuk
ke tempat penyimpanan (hopper) kemudian screw yang digerakkan oleh motor
penggerak akan mengumpan material tersebut dengan putaran screw searah jarum
jam hingga material keluar. Screw feeder efektif digunakan untuk material curah
dan biji-bijian seperti jagung, gandum, batu-bara, dan sejenisnya.
18
Screw feeder telah digunakan secara umum pada satu abad yang lalu untuk
memindahkan material industri. Pada saat ini, screw feeder merupakan mesin
dengan metode pemindahan material secara massal paling efisien dan efektif.
Material industri yang diangkut adalah bahan padat yang berbentuk halus dan
idealnya material yang non abrasive. Screw feeder tidak memiliki ruang yang besar
dan spesifikasi screw feeder dikhususkan untuk material non abrasive.
Mesin ini terdiri dari baja yang di dalamnya terdapat spiral yang tertancap pada
shaft dan berputar dalam saluran berbentuk U (through) tanpa menyentuhnya
dengan jarak sedekat mungkin sehingga spiral mendorong material ke through.
Prinsip kerja dari screw feeder cukup sederhana dimulai dari material dimasukkan
ke bagian hopper kemudian screw akan berputar searah jarum jam yang digerakkan
oleh motor listrik dan putaran screw tersebut mendorong material hingga keluar.
Kecepatan pada motor listrik dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan begitu pula
kapasitas hopper-nya, semakin besar kapasitas hopper maka akan membuat
semakin besar pula ukuran screw yang digunakan. Prinsip kerja yang sederhana ini
menjadikan salah satu kelebihan dari screw feeder yang membuat screw feeder
19
pisau dengan paku keling sehingga akhirnya akan membentuk sebuah pilinan yang
panjang.
2. Helicoid flight
Bentuknya helicoid seperti pita panjang yang berpilin mengelilingi suatu poros.
Untuk membentuk suatu konveyor, flight-flight itu disatukan dengan cara dilas tepat
pada poros yang bersesuaian dengan pilinan berikutnya.
3. Special flight
Special flight terbagi atas cast iron flight, ribbon flight dan cut flight. Flight-
flight ini disusun hingga membentuk sebuah konveyor. Untuk bahan yang lengket,
digunakan ribbon flight. Cut flight digunakan untuk mengaduk material. Flight
pengaduk ini dibuat dari flight biasa, dengan cara memotong flight kemudian
membelokkan potongannya ke arah yang diinginkan. Penjelasan mengenai jenis-
jenis pada special flight sebagai berikut:
1) Cast Iron Flight
Terbuat dari material besi cor yang tahan terhadap suhu dan tingkat
kerusakan yang tinggi sehingga fungsinya khusus terhadap penggunaan
suhu dan tingkat kerusakan yang tinggi.
21
2) Ribbon Flight
Berfungsi untuk mengangkut atau membawa bahan yang memiliki sifat
lengket, permen, zat yang kental, atau material yang memiliki sifat melekat
pada poros conveyor
3) Cut Flight
Jenis konveyor ini difungsikan untuk memindahkan bahan atau material
ringan, halus, butiran ataupun material serpihan. Cut flight juga dapat
digunakan untuk mengaduk material yang berbeda saat dibawa atau untuk
mengeliminasi pasir atau kotoran dari biji yang terbawa saat proses
pengangkutan berlangsung.
22
Dimana:
Dimana:
𝜋 . 𝐷² (2. 3)
Q = 60 𝑆 .𝑛 .ψ .γ .C
4
Dimana:
Q = Kapasitas screw conveyr (ton/jam)
V = Kapasitas material yang dipindahkan (m3 /jam)
D = Diameter screw conveyor (m)
S = Pitch screw conveyor (m)
N = Putaran screw (rpm)
γ = Massa jenis material yang dipindahkan (ton/m3)
ψ = efisiensi daerah vertical screw conveyor
С = Faktor kemiringan
β = Sudut kemiringan screw conveyor (0 )
Faktor kemiringan (C) dipengaruhi sudut kemiringan dari screw conveyor, dan
intermediate bearing, pada rumus diatas harga (C) dipengaruhi sudut (β) sepperti
pada tabel berikut ini:
Tabel 2. 1 Sudut (β)
3 4 .Q (2. 4)
=√
60 . π . S . n . i . γ . 𝐶
Daya yang dibutuhkan adalah daya total dari gesekan screw (HPf) dan daya
untuk memindahkan material pada ukuran tertentu (HPm) dikalikan dengan faktor
beban lebih (FO) dan dibagi efisiensi penggerak total (e) (ANSI/CEMA, 2008).
Ls . N . Fd . Fb (2. 5)
HPf =
100000
Dimana:
L = Panjang screw dalam ft
N = Kecepatan screw feeder dalam rpm
Fd = Diameter factor
Fb = Hanger bearing factor
C . Ls . W. Ff . Fm . Fp (2. 6)
HPm
100000
Dimana:
C = Kapasitas screw feeder dalam ft³/jam
W = Berat jenis material dalam lbs/ft³
Ff = Flight factor
Fm = Material factor
Fp = Paddle factor
(HPf + HPm)Fo (2. 7)
HP =
e
Dimana:
Fo = Overload factor
26
2. Puli bebas
Berbeda dengan puli tunggal, posisi puli bebas dapat berubah dan tidak
dipasang pada suatu tempat tertentu. Puli bebas umumnya ditempatkan di atas tali
yang kedudukannya dapat berubah, puli bebas digunakan untuk memudahkan
dalam mengangkat dan memindahkan beban. Puli jenis ini banyak digunakan di
industri pelabuhan untuk mengangkut peti kemas.
27
3. Puli majemuk
Puli majemuk merupakan gabungan dua jenis puli yaitu puli tunggal dan puli
bebas, kedua puli ini dihubungkan dengan tali. Beban dikaitkan pada puli bebas dan
salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang puli tunggal, jika ujung tali yang
lainnya ditarik maka beban akan terangkat beserta bergeraknya puli bebas.
Belt atau sabuk merupakan elemen mesin yang terbuat dari bahan karet khusus
dicampur dengan serat nilon sehingga memiliki sifat elastis dan fleksibel yang dapat
digunakan untuk mentransmisikan torsi dan gerakan berputar dari suatu komponen
ke komponen lain. Cara kerja dari belt adalah dengan melilit pada puli, bagian belt
yang melilit ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalam akan
bertambah besar, pada proses tersebut terjadi gaya gesekan yang menghasilkan
transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Terdapat dua jenis
sabuk yaitu sabuk datar (flat belt) dan v-belt. Sebagian transmisi yang
menggunakan sabuk dominan menggunakan jenis v-belt karena penanganannya
lebih mudah dan lebih murah.
28
Gambar 2. 23 V-Belt
1. Perbandingan kecepatan
Perbandingan antara kecepatan puli penggerak dan puli yang digerakkan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Khurmi & Gupta, 2005):
N₂ D₁ (2. 8)
=
N₁ D₂
Dimana:
𝑛1 = Putaran (rpm)
Dimana:
30
T = Torsi
Dimana:
H = Umur sabuk (jam)
𝑁𝑏𝑎𝑠𝑒 = Basis dari fatigue test
u = Jumlah putaran sabuk
m = Untuk sabuk datar, m= 5
Untuk v-belt, m = 8
𝜎𝑓𝑎𝑡𝑖𝑞𝑢𝑒 = Tegangan yang timbul pada sabuk (kg/cm²)
𝜎𝑚𝑎𝑥 = Batasan kelelahan (kg/cm²)
𝑘𝑔
Untuk sabuk datar 𝜎𝑓𝑎𝑡 = 60 𝑐𝑚²
𝑘𝑔
Untuk v-belt 𝜎𝑓𝑎𝑡 = 90 𝑐𝑚²
X = Jumlah puli
31
2.5.1.7 Poros
Poros merupakan elemen mesin dengan bentuk silindris memanjang dengan
penampang berbentuk lingkaran yang berfungsi menyalurkan daya melalui putaran
sehingga poros berputar. Sebagai elemen yang meneruskan daya dan putaran, poros
merupakan elemen utama, dilihat dari fungsinya tersebut. Sebagian besar
mekanisme yang mentransmisikan daya dilakukan melalui putaran dan hanya poros
yang dapat melakukan mekanisme tersebut (Putra, 2015).
Menurut (Sularso, 2004) dalam bukunya yang berjudul Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin menjelaskan bahwa poros yang digunakan untuk
meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:
1. Poros transmisi
Poros ini berfungsi untuk meneruskan daya ke poros ini harus menggunakan
kopling, roda gigi, atau sproket, poros jenis ini mendapat beban puntir dan lentur.
Pada penggunaannya poros transmisi banyak digunakan di kendaraan bermotor
khususnya mobil. Sistem transmisi ini berfungsi menyalurkan daya mesin ke roda
penggerak
2. Spindel
Poros yang bentuknya relatif kecil sehingga dapat digunakan secara efektif
apabila deformasinya kecil dan ukurannya harus teliti. Poros spindel menerima
beban puntir dan beban lentur, penggunaan poros spindelnya misalnya pada mesin
perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.
Gambar 2. 24 Spindel
3. Gandar
Berbeda dengan dua jenis poros sebelumnya, poros gandar tidak dapat
menerima beban puntir dan hanya dapat menerima beban lentur. Kecuali jika
32
digerakkan oleh penggerak mula yang mengalami beban puntir. Penggunaan poros
gandar untuk menghubungkan roda yang berputar seperti roda kereta dan as truk.
Gambar 2. 25 Gandar
Dalam perencanaan poros, beberapa hal harus diamati agar penggunaan poros
dapat efektif. Hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Sebuah poros akan mendapatkan beban puntir atau lentur bisa saja keduanya.
Beberapa jenis poros bahkan menerima beban tarik atau tekan seperti pada poros
baling-baling kapal atau turbin, sebuah poros harus direncanakan agar kuat
menahan beban yang akan diterima.
2. Kekakuan poros
Sebesar apapun kekuatan pada poros untuk menerima beban tetapi jika
defleksinya terlalu besar tetap akan menyebabkan ketidaktelitian. Selain kekuatan
poros, harus direncanakan pula kekakuan dengan menyesuaikan pada mesin yang
akan digunakan pada poros tersebut.
3. Putaran kritis
Putaran kritis adalah bila suatu mesin diputarkan dan putarannya dinaikkan
pada suatu kecepatan tertentu dan terjadi getaran pada saat proses tersebut.
Perencanaan putaran kritis direncanakan sedemikian rupa karena jika tidak akan
menyebabkan kerusakan pada poros dan bagian lainnya.
33
4. Korosi
Material poros yang penggunaannya terjadi kontak dengan fluida korosif dapat
dilakukan perlindungan korosi, juga pada poros yang terancam kavitasi dan poros
mesin yang berhenti lama.
5. Bahan poros
Kebanyakan poros terbuat dari baja batang, baja karbon dengan perlakuan
sedemikian rupa hingga terbentuk sebuah poros. Untuk meneruskan putaran tinggi,
umumnya menggunakan bahan dari baja paduan dengan dilakukan pengerasan agar
tahan terhadap keausan. Contohnya baja krom, nikel dan sebagainya (Sularso,
2004).
2.5.1.8 Perhitungan menentukan poros
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk poros menggunakan
persamaan sebagai berikut (Sularso, 2004):
1. Jika momen puntir adalah T (kg.mm) maka:
T n (2. 19)
(2π 60)
Pd = 1000
102
2. Sehingga momen puntir
𝑃𝑑 (2. 20)
T = 9,74 . 105 ( )
𝑛1
3. Diameter poros yang dibutuhkan
5,1 1 (2. 21)
D=( 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑇)3
τ𝛼
Dimana:
τ𝛼 = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2 )
Kt = Faktor koreksi momen puntir
T = Momen puntir (kg.mm)
2.5.1.9 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen
diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros.
34
Gambar 2. 26 Pasak
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 25% s/d 30% dari
diameter poros, dan panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan
diameter poros, yaitu antara 0,75 s/d 1,5 kali diameternya. Pasak mempunyai
standarisasi yang sesuai dengan desain yang dibutuhkan.
Pasak datar segi empat biasanya digunakan untuk daya yang relatif lebih kecil
dibandingkan penggunaan pasak yang lain. Oleh karena itu dimensi yang
digunakan pun sederhana dengan lebar (W), dan tinggi (H) yang besarnya sama,
kurang lebih seperempat dari diameter poros.
Pasak Bintang Lurus (Splines Key) Pada pasak bintang lurus seringkali
digunakan karena pasak ini banyak pemakaiannya dan bentuknya relatif sederhana,
sehingga perhitungannya menjadi lebih mudah. Berdasarkan diameter luar poros
(D) atau diameter dalam poros (d) maka dimensi pasak bintang lurus dapat dicari,
sedangkan jumlah bintangnya bisa dipilih kemudian yang akan dihitung adalah
panjang (L) dan bahan.
35
Pasak ini digunakan biasanya untuk poros berputar bolak balik sehingga
tegangan yang dihasilkan menjadi cukup besar.
Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm), maka gaya tangensial F (kg)
pada permukaan poros adalah:
𝑇 (2. 22)
F=
𝑑𝑠
2
Dimana:
Dimana:
Dimana:
3. Tekanan permukaan
𝐹 (2. 25)
𝑝 = 𝑙 𝑥 (𝑡
1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡2 )
Dimana:
𝐹 (2. 26)
𝑝𝑎 =
𝑙 𝑥 (𝑡1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡2 )
Dimana:
Rantai jenis ini hanya dapat digunakan dengan kecepatan rendah sekitar 0.25
m/s. Penggunaan rantai ini dapat menggunakan sambungan dengan oval atau
sambungan rantai dengan rantai.
2. Rantai conveyor
3. Rantai transmisi
Fungsi rantai transmisi untuk mereduksi putaran dan juga dapat digunakan
sebagai penghubung suatu poros dengan poros lainnya yang memiliki jarak
berjauhan. Terdapat tiga model pada rantai ini yaitu:
a. Bush chain
b. Bush roller chain
c. Silent chain
Untuk merencanakan rantai dan sproket dibutuhkan data awal sebagai acuan
untuk perhitungan. Data awal yang diperlukan untuk perencanaan rantai dan
sproket (Ummami, 2018):
Dimana:
P = Daya (N)
2. Diameter sproket
39
p (2. 28)
D1 =
180
sin(
Nt1 )
Dimana:
p = Pitch (mm)
3. Kecepatan rantai
n = Putaran (rpm)
p = pitch (mm)
4. Panjang rantai
Jarak sumbu poros (C) sama dengan 300 mm. Panjang rantai yang diperlukan
dapat dihitung berdasarkan jumlah pitcch (L/p), dapat dicari menggunakan
persamaan:
40
2.5.1.13 Hopper
Hopper atau bak penampung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
material dan juga pengumpan menuju ulir. Ukuran hopper menentukan kapasitas
tampung dari hopper tersebut, biasanya hopper menggunakan material besi plat
atau stainless steel.
Gambar 2. 31 Hopper
2. Perhitungan volume
a. Bagian atas
1 (2. 33)
VB = LA x xt
3
41
b. Bagian bawah
1 (2. 34)
Vk = x LA x t
3
Dimana:
VB = Volume atas (m³)
Vk = Volume bawah(m³)
𝐿𝐴 = Luas alas hopper (mm)
t = Tinggi hopper (mm)
3. Perhitungan kapasitas
Q = Vtotal x ρ (2. 35)
Dimana:
Q = Kapasitas (Kg)
3. Beban
4. Perawatan
Menurut (Sularso, 2004) bantalan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur
Bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan, gesekan ini
terjadi karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan.
Mekanisme pada bantalan ini menggunakan mekanisme sliding, dimana dua
permukaan komponen saling bergerak, diantara permukaan tersebut diberi
pelumas untuk mengurangi gesekan yang terjadi.
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bantalan aksial
Bantalan ini disebut thrust bearing yaitu arah beban yang ditumpu bantalan
tegak lurus dengan sumbu poros
b. Bantalan radial
Arah bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
dengan sumbu poros.
Gambar 2. 32 Bearing
43
Dimana:
V = Faktor putaran
Dimana:
fh = Faktor umur
Dimana:
a1 = Faktor keandalan
a2 = Faktor bahan
a3 = Faktor kerja
2.5.1.17 Casing
Casing ini berfungsi sebagai penutup atau cover dari seluruh komponen mesin
screw feeder agar lebih aman karena beberapa komponen jika terbuka secara
langsung cukup membahayakan seperti screw dan mesin penggerak. Casing pada
mesin screw feeder umumnya terbuat dari material stainless steel.
2.5.1.18 Frame
Frame atau rangka pada mesin screw feeder berfungsi sebagai penopang dan
dudukan seluruh komponen yang ada pada mesin screw feeder. Frame ini
umumnya terbuat dari bahan baja, pemilihan bahan baja karena memiliki daya
tahan terhadap beban yang tinggi sehingga kuat untuk menopang seluruh komponen
mesin screw feeder.
2.5.1.19 Perhitungan frame
Perhitungan pada frame atau rangka menggunakan ilmu statika. Statika
merupakan ilmu yang mempelajari suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban
yang ada pada bahan tersebut.
1. Momen lentur
Dimana:
M = Momen (N.mm)
F = Gaya (N)
S = Jarak (mm)
2.6 Metode pengujian
Untuk mengetahui efektifitas mesin screw feeder yang telah dibuat nantinya,
diperlukan pengujian untuk mengetahui hal tersebut. Dilakukan dua metode
pengujian pada mesin screw feeder, pengujian tersebut sebagai berikut:
2.6.1 Pengujian kapasitas
Selain menguji kapasitas desain dengan kapasitas riil, pengujian kapasitas juga
bertujuan untuk mengetahui kapasitas lainnya pada mesin screw feeder ini jika
dilakukan variasi kecepatan putaran.
2.6.2 Pengujian getaran
Getaran atau vibration merupakan pergerakan pada suatu komponen mesin dari
keadaan diam atau netral. Getaran juga dapat diartikan dengan gerakan bolak-balik
atau gerak periodik disekitar titik tertentu secara periodik. Suatu metode getaran
yang merupakan salah satu metode untuk mengetahui apakah suatu alat maupun
mesin masih layak berfungsi secara ideal tanpa mengalami perubahan yang cukup
46
signifikan.
Untuk mengukur getaran digunakan alat ukur getaran atau vibration meter.
Vibration meter adalah instrumen khusus yang diciptakan untuk mengukur getaran.
Dengan mendekatkan atau menempelkan vibration meter pada benda tertentu,
sensornya akan mengenali getaran dan memberi informasi mengenai kekuatan
getaran tersebut. Untuk standar acuan getaran digunakan standar ISO 10816 yang
dapat dilihat pada Gambar 2. 34
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan rancang bangun mesin screw feeder
sebagai pengumpan jagung dengan kapasitas 15 kg/menit. Fase-fase proses
penelitian tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:
48
49
Mulai
Pengumpulan data:
1. Kajian literatur
2. Observasi
3. Diskusi
Perancangan mesin
Pembuatan mesin
Pengujian
Tidak
Evaluasi
Ya
Penyusunan
laporan
Selesai
50
3.3 Desain
Keterangan gambar:
1. Hopper
2. Bantalan
3. Poros screw
4. Inverter
5. Cover rangka
6. Motor penggerak
7. Gearbox
8. Puli dan sabuk
9. Sproket dan rantai
10. Rangka
Untuk menunjang pembuatan mesin screw feeder, terdapat alat dan bahan yang
digunakan. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin
screw feeder:
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan mesin screw feeder dapat dilihat
pada Tabel 3. 1
Tabel 3. 1 Alat
No Alat Keterangan
Untuk memotong plat stainless
1 Gerinda potong
steel dan besi hollow
3 Mesin bor Untuk membuat lubang
Sebagai alat penyambung cover
4 Handriveter
rangka
Untuk menyambungkan material
5 Las listrik
rangka dan screw
Untuk membantu pembuatan
6 Perkakas tangan
mesin screw feeder
56
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin screw feeder dapat
dilihat pada Tabel 3. 2
Tabel 3. 2 Bahan
Pengujian kinerja mesin screw feeder meliputi dua pengujian yaitu pengujian
kapasitas dan pengujian getaran pada bagian motor dan rangka. Untuk prosedur
pengujian kinerja mesin screw feeder sebagai berikut:
3.7.1 Pengujian kapasitas
dengan 3 posisi pengukuran, aksial, radial horizontal, dan radial vertikal seperti
ditunjukkan pada gambar. Acuan standar yang digunakan adalah Vibration Severity
ISO 10816.
bawah, pada bagian atas digunakan untuk tempat hopper dan pada bagian bawah
digunakan tempat motor listrik.
3.8.2 Pembuatan screw
Bahan yang digunakan untuk bagian poros dan screw adalah stainless steel.
Ketebalan untuk daun screw 2 mm, jarak antar daun screw 50 mm dengan 9 daun
screw, panjang poros screw 465 mm dan diameter poros 20mm.
3.8.3 Pembuatan hopper
Bahan yang digunakan adalah stainless steel, panjang setiap sisinya berukuran
230 mm dengan tinggi total 298 mm. Hopper ini terbagi pada bagian atas dan
bawah, bagian atas berbentuk balok dengan tinggi 198 mm dan bagian bawah
berbentuk trapesium.
3.8.4 Pembuatan casing rangka
Casing rangka dibuat untuk menutupi seluruh bagian mesin ini, hal ini
dilakukan agar mesin memiliki keamanan yang baik saat digunakan. Bahan yang
digunakan adalah stainless steel dan metode yang digunakan menggunakan paku
rivet.
3.8.5 Proses perakitan mesin
2. Memasang poros screw pada bagian hopper kemudian hopper dipasang pada
bagian atas rangka.
Berat screw = 3 kg
60
61
31
N=
0,251
N = 127 rpm
3. Perhitungan kapasitas screw
Untuk mencari kapasitas pada screw dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
𝜋 . 𝐷²
Q = 60 𝑆 .𝑛 .ψ .γ .C
4
Dimana:
101 + 20
D= = 60,5 mm
2
S = 50 mm
n = 175 rpm
62
ψ = 0,2
C = 0,7
Maka:
𝜋 (0,0605)2
Q = 60 0,05 . 175 . 0,2 . 721 . 0,7
4
= 152 Kg/Jam
152
= = 2.5 Kg/menit
60
Menentukan sudut kemiringan screw
p
tgα =
π . Dt
p p
tg α = = D+d
π .Dt π.( )
2
50
x= 101 + 20
3,14 ( )
2
50
tan α = = 0,263
189.97
α = 14.7°
4. Diameter screw
Untuk menentukan diameter screw dirumuskan dengan:
3 4.Q
=√
60 . π . S . n . i . γ . 𝐶
Dimana:
S = 0,05 m
C = Faktor koreksi karena inklinasi
= (0,9 0,8 0,7 0,65)
= (5° 10° 15° 20° )
= Dipilih 0,7 sesuai dengan sudut kemiringan screw yakni 14.7°
n = 312,5 rpm
γ = Densitas stainless steel = 7500 kg/m³
Maka:
3 4 . 900
= √60 . π . 0,05 . 312.5 .0,2 .7500 .0,7
= 0,102 m
= 3.9 inch
63
Dengan diameter yang didapat sebesar 0,095 atau 3,9 inch maka dipilih ukuran
screw yakni 4 inch.
4.1.2 Perencanaan daya yang dibutuhkan
Daya screw feeder yang dibutuhkan harus mampu mengatasi beban akibat:
- Daya untuk memutar screw
- Daya untuk mendorong jagung
Maka untuk perencanaan daya yang dibutuhkan sebagai berikut:
Ls . N . Fd . Fb
HPf =
1000000
1,5 . 127 . 12 . 1
HPf =
1000000
= 0,0022
C . Ls . W. Ff . Fm . Fp
HPm =
1000000
44 . 1,5 . 45 . 1 . 4 . 1
HPm =
1000000
= 0,011
(HPf + HPm)Fo
HP =
e
(0,0022 + 0,011)3
HP =
0,88
Diperoleh data:
Diameter pendorong (d) = 101 mm (4 inch)
Beban pendorong (m) = 3 kg
64
F = P . A𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑦𝑜𝑟
𝜋
= 0,000374 𝑥 (101² − 20²)
4
= 2,87 kg
P
Tgα =
π .D
50
=
3,14 . 101
= 0,157
𝛼 = 8.9°
D
T = F . tg (α . φ)
2
101
= 2,87 . tg 8.9° .
2
= 22,696 kg. mm
= 0,0226 kg. m
d. Daya pendorong
2π . 127 . T
P =
60
2π . 127 . 0,0226
=
60
= 0,300 Hp
= 223 watt
Faktor koreksi untuk daya maksimum yang dibutuhkan fc = 1,2
Jadi daya yang dibutuhkan
65
Ptot = pd + pd
= 40.2 + 267.6
= 307.8 watt
Pemilihan motor didasarkan pada daya yang dibutuhkan dan kapasitas
motor yang tersedia di pasaran: 500 watt
Maka, motor yang dipilih adalah motor listrik dengan daya 500 watt, 1
phase, 220 v, 3000 rpm.
4.1.3 Perencanaan sistem transmisi
Untuk memutar screw diperlukan transmisi yang menyalurkan daya dari motor
penggerak. Transmisi mesin screw feeder direncanakan menggunakan puli dan
sabuk untuk mentransmisikan daya dari motor menuju gearbox reduksi dan sproket
dan rantai untuk mentransmisikan daya yang telah direduksi oleh gearbox menuju
poros screw. Skema transmisi mesin screw feeder dapat dilihat pada Gambar 4. 1
sin α = 0,075
𝛼 = 4,3°
d. Sudut kontak
π
θ = (180 − 2 α) rad
180
π
= (180 − 2(4,3) rad
180
= 3,0 rad
e. Panjang sabuk
(r1 − r2 )²
L1 = π(r1 + r2 ) + 2X1 +
x
(75 − 60)²
= π(75 + 60) + 2(200) +
200
= 825,025 mm
Lalu mencari nilai panjang sabuk (L) yang sesuai dengan dimensi v-belt yang
tertera dalam Tabel 4. 1
68
1. Lebar = 13 mm
2. Tebal = 8 mm
3. Berat = 1,06 N/m
69
PD
T = 716200
n1
0,5 kw
= 716200 𝑥 3000
= 119,36 kg. mm
h. Gaya keliling pada sabuk
T
Fe =
r1
119,36
=
60
= 1,9 kgf
i. Tegangan maksimum sabuk
Diketahui: Lampiran 10
𝜎0 = Tegangan awal v-belt (12 kg/cm²)
γ = 0,75 kg/dm²
Berat bahan belt Solid woven cotton
Eb = Modulus elastisitas 300-600 kg/cm²
A = 0,8
F = 3,97
d = 120
h = 0,8
F γ . v² h
σmax = σ0 + + + Eb
2A 10. g d
1,9 0,75. (1,96)² 0,8
σmax = 12 + + + 300
2(0,8) 10. (9.81) 120
= 15,2 kg/cm²
70
1. Daya desain
Pd = fc 𝑃
= 1,3 . 0,5 Kw
= 0,65 Kw
2. Diameter sproket
Dipilih rantai No 60 dengan pitch 19,05 mm. Untuk mengetahui diameter
sproket berdasarkan pitch dan jumlah gigi, dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut:
p
D1 =
180
sin ( Nt )
1
71
19,05
D1 =
180
sin ( )
15
= 91.62 mm
= 0.091 m
3. Kecepatan rantai
Kecepatan rantai pada sproket menggunakan persamaan berikut:
π D1 n
V1 =
60
π . 0,091 . 312,5
=
60
= 1.488 m/s
4. Panjang rantai
2C Nt Nt
L=p + +
p 2 4π2 C
p
2 (300) 15 15
= 19.05( + + )
19.05 2 4π2 300
19.05
= 743 mm
4.1.4 Perencanaan poros
Diketahui:
Pd (Daya yang direncanakan) = 500 watt
Nreducer = 312.5 rpm
Maka perhitungannya adalah:
Pd
T = 9,74 x 105
N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟
0,5 Kw
T = 9,74 x 105
312.5
= 1558 kg. mm
Diketahui:
Bahan poros diambil dari baja karbon S45C (Sularso, 2004)
τb = 53 kg/mm²
sf1 =6
72
sf2 =3
Maka perhitungannya adalah:
τb
τα =
sf1 sf2
53
=
6 .3
= 2,94 kg/mm²
3. Diameter poros
Diketahui:
Kt = Faktor koreksi = 2.0 Lampiran 13
Cb = 1.0, karena tidak terjadi pembebanan lentur
Maka perhitungannya adalah:
5,1 1
D=( x Kt x Cb x T)3
τα
5,1 1
D=( x 2 x 1 x 1558)3
2,94
= 17.5 mm
Kemudian pemilihan diameter poros berdasarkan kebutuhan dan yang
tersedia di pasaran adalah: 20 mm.
4.1.5 Perencanaan pasak
Diameter poros 20 mm, maka ukuran pasak yang digunakan: Lampiran 14
Lebar (b) = 5 mm
Panjang (l) = 32 mm
Tebal (h) = 5 mm
Kedalaman alur pasak pada poros (t1 ) = 2,5 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t 2 ) = 2,5 mm
Bahan pasak dari S30C dengan kekuatan tarik (σt ) = 48 N/mm, dan faktor
keamanan (Sf) = 6
Sehingga tegangan tarik izin (σt ) dan tegangan geser ijin (σg ) adalah:
1. Tegangan tarik ijin (σt ):
(σt )
σt =
Sf
48
=
6
73
= 8 N/mm²
2. Tegangan geser ijin (σg ):
0,5 . (σg )
σt =
Sf
0,5 . 8
=
6
= 0,7 N/mm²
T
F=
ds
2
1558
=
20
2
= 173.1 kg. mm = 1697 N
2 .T
Ft =
d
2 . 1697
=
20
= 169.7 N
169.7
=
32 . 2,5
74
= 2,65 N/mm²
1. Bagian atas
Bagian atas hopper berbentuk balok, untuk menghitung volume hopper bagian
atas menggunakan persamaan:
= 𝑝𝑥𝑙
= 0,23 𝑥 0,23
= 0,5296 m²
b. Volume balok
= La x t
= 0,0529 x 0,13
= 0,006877 m³
2. Bagian bawah
1
= (ab + cd) + t
2
1
= (0,23 + 0,07) 𝑥 0,12
2
= 0,018 m²
b. Volume bawah
= La x t
= 0,018 x 0,12
= 0,00216 m³
3. Volume total
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑏 + 𝑉𝐾
= 0,006877 − 0,002916
= 0,009037 m³
4. Kapasitas hopper
Diketahui:
Q = Vtotal x ρ
= 0,009 𝑥 721s
77
= 6.5 kg
Diameter dalam = 20 mm
Maka,
Lh = 500 x (fh )3
= 500 𝑥 (1.049)3
= 577160 jam
78
2. Memotong material dengan gerinda potong sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
3. Mengelas material yang telah dipotong untuk membentuk rangka sesuai desain
yang direncanakan.
material jagung dimasukkan ke dalam hopper. Material yang telah masuk ke dalam
screw akan terdorong hingga bagian ujung (outlet). Berikut merupakan hasil
fabrikasi mesin screw feeder:
1. Rangka
3. Hopper
6. Perakitan mesin
Pengujian Kapasitas
25.00
18.70 19.40
20.00 17.60
Kapasitas (Kg/menit)
15.80 16.60
14.90
15.00 13.60 14.40
11.70 12.40
10.00
5.00
0.00
160 170 180 190 195 200 210 220 230 238
Kecepatan putaran (Rpm)
Uji normalitas data bertujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah variabel.
Untuk dilakukan pengujian anova one way, data harus berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa nilai sig 0.970 > 0.05.
Berdasarkan pengambilan keputusan uji normalitas data, maka data pengukuran
getaran berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian
berikutnya yakni uji homogenitas.
2. Uji homogenitas
Hasil data uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai sig 0.117 > 0.05 yang
berarti nilai sig lebih besar dibandingkan 0.05. Maka, data sampel mempunyai
varians yang homogen.
89
Anova one way merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu
variabel (dependen) dengan satu atau lebih variabel independen. Variabel yang
diuji harus memenuhi persyaratan yakni data berdistribusi normal dan homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas, data pengukuran getaran
memiliki data berdistribusi normal dan homogen sehingga memenuhi syarat untuk
dilakukan uji anova one way. Hipotesis pada pengujian kali ini adalah:
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Kecepatan
putaran (rpm) 7.070667 9 0.78563 6.083864 9.9E-06 2.073351
Within Groups 6.456667 50 0.129133
Total 13.52733 59
Hasil pengujian Anova menunjukkan F hitung > F tabel yang berarti kecepatan
putaran mempengaruhi getaran yang dihasilkan atau H0 diterima.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mesin screw feeder yang telah dibuat sesuai dengan perencanaan perhitungan
komponen yang telah dilakukan.
2. Pada pengujian kapasitas mesin screw feeder, kapasitas yang direncanakan
adalah 15 kg/menit. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa untuk
mencapai kapasitas 15 kg/menit, kecepatan putaran screw adalah 195 rpm dan
frekuensi pada inverter 41 Hz. Kapasitas maksimal pada mesin screw feeder
untuk pengumpan jagung ini pada kapasitas 19.4 kg/menit dengan kecepatan
putaran maksimal 238 rpm.
3. Pengujian getaran atau vibrasi dilakukan pada bagian motor dan rangka mesin
screw feeder. Kedua bagian komponen diukur getaran menggunakan Vibration
meter pada tiga posisi; aksial, radial horizontal, dan radial vertikal. Berdasarkan
ISO 10816, batas toleransi dan aman atau kondisi satisfactory getaran pada 1.80
mm/s. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan hasil pengukuran getaran pada
motor penggerak dan rangka berada pada kondisi unsatisfactory atau berada
dalam ambang batas aman dan hanya dapat dioperasionalkan dalam waktu yang
terbatas.
4. Pengujian hipotesis menggunakan metode anova one way dengan hipotesis
kecepatan putaran mempengaruhi getaran yang dihasilkan. Setelah dilakukan
pengujian anova nilai hasil f hitung menunjukkan angka yang lebih besar
dibandingkan dengan f tabel ( f hitung > f tabel ) sehingga hipotesis diterima
atau kecepatan putaran mempengaruhi getaran yang dihasilkan.
90
91
5.2 Saran
1. Jika membutuhkan mesin screw feeder dengan kapasitas yang lebih besar dapat
dilakukan dengan cara memperbesar ukuran hopper dan poros screw yang akan
digunakan.
2. Getaran yang dihasilkan oleh motor penggerak pada mesin screw feeder ini
cukup besar sehingga diperlukan bantalan untuk mereduksi getaran pada bagian
ujung rangka agar mesin ini tidak berpindah tempat atau bergeser yang
diakibatkan oleh getaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Imanda, J., Waluyo, S., & Novita, D. D. (2015). Pengaruh Sudut Ulir Dan
Komoditas Terhadap Kinerja Alat Screw Conveyor Pada Dua Variasi
Kecepatan Putar. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 4(3), 209–218.
92
93
Minglani, D., Sharma, A., Pandey, H., Dayal, R., Joshi, J. B., & Subramaniam, S.
(2020). A review of granular flow in screw feeders and conveyors. Powder
Technology, 366, 369–381. https://doi.org/10.1016/j.powtec.2020.02.066
Rahman, A. (2017). Prototype Screw Conveyor Mesin Pendaur Ulang Pasir Cetak
10 Ton/Jam. Screw Conveyor, November, 1–2.
Lampiran 8 Efisiensi
Lampiran 9 Pemilihan diameter sabuk