Disusun Oleh:
ABIYYU RIFQI BUKARYO
16/400592/SV/11096
Disusun Oleh:
ABIYYU RIFQI BUKARYO
16/400592/SV/11096
i
NOMOR PERSOALAN
SKRIPSI
Disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan
Departemen Teknik Mesin
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
NIM : 16/400592/SV/11096
Berat
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya mendukung baik moril mau
pun materil serta memberikan doa dan semangat, sehingga saya dapat men
yelesaikan kuliah di Departemen Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat
Berat Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
2. Kedua adikku Rafi Ramadhana Bukaryo dan Naraya Cantika Bukaryo yan
g telah memberikan doa dan dukungannya yang membuatku semangat dal
am menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Singgih Komarul Hadi yang membantu dan memfasilitasi dalam penyelesa
ian skripsi ini.
4. Seluruh rekan-rekan teknik alat berat yang membanggakan khususnya ang
katan 2016 atas kerjasama dan bantuannya yang telah diberikan kepada sa
ya dalam segala hal.
5. Almamaterku Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
v
KATA PENGANTAR
vi
7. PT. PP Presisi LOT 6 yang telah memberi kesempatan dan keperca
yaan untuk mengerjakan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh keluarga dan teman-teman, yang telah memberi dukungan
dan bantuan.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupu
n tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dap
at kami sebutkan satu per satu.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa laporan in
i masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran ata
upun kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penu
lis dan pembaca sekalian.
vii
ABSTRACT
viii
INTISARI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
NOMOR PERSOALAN..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
ABSTRACT.........................................................................................................viii
INTISARI...............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
x
2.2.1. Perawatan Pencegahan (preventive maintenance).............................8
xi
3.2. Alat dan Bahan Penelitian.......................................................................28
4. 1 Hasil Penelitian........................................................................................33
4. 2 Pengolahan Data......................................................................................34
4.2.4 Pengujian Goodness Of Fit Test Distribusi Normal pada Data TTF .Ko
mponen Fuel Filter.........................................................................................41
4.2.5 Perhitungan Parameter dan Mean Time To Failure (MTTF) pada Kom
ponen Fuel Main Filter.......................................................................42
BAB V PENUTUP.................................................................................................58
5.1 Kesimpulan..............................................................................................58
5.2 Saran........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................60
LAMPIRAN...........................................................................................................61
xii
DAFTAR GAMBAR
160 LC....................................................................................................................35
Gambar 4.2 Diagram Pareto frekuensi kerusakan komponen pada engine system3
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Reliability Sebelum dan Sesudah Preventi
ve Maintenance......................................................................................................56
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Data Frekuensi Kerusakan Pada Sistem Alat Berat Excavator Komatsu
Tabel 4.6 Data Distribusi Normal Berdasarkan Waktu Kerusakan Komponen Fuel
Failure....................................................................................................................42
ilter.........................................................................................................................45
Tabel 4.9 Tingkat Reliability Sebelum dan Sesudah Preventive Maintenance Pada
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
menimbulkan kerugian pada pihak perusahaan mulai dari target pencapian
pembangunan dan biaya operasional.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk meniliti dan menentukan interval prevent
ive maintenance pada setiap komponen kritis excavator milik PT PP Presisi LOT
6 di proyek JLS Trenggalek yang bertujuan meningkatkan keandalan dan meneka
n kerusakan setiap excavator dengan merencanakan penjadwalan pada komponen
kritis secara optimal sehingga bisa meminimalkan biaya pemeliharannya. Pada pe
nelitian ini, penulis menerapkan metode age replacement yang bertujuan untuk m
engetahui interval preventive maintenance pada komponen kritis setiap excavator.
Untuk itu, penulis membatasi objek penilitian pada unit excavator dengan mengad
akan penelitian yang berjudul: “Penerapan Metode Age Replacement Dalam M
enentukan Interval Waktu Preventive Maintenance Komponen Kritis Pada Al
at Berat Excavator”.
Bedasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan komponen kritis pada excavator ?
2. Bagaimana menentukan interval waktu preventive maintenance
yang tepat pada komponen kritis alat berat excavator ?
3. Bagaimana menentukan availability pada komponen kritis setelah
dilakukan tindakan preventive maintenance sesuai interval yang
ditentukan ?
4. Bagaimana pengaruh setelah dilakukan preventive maintenance pa
da unit alat berat excavator sesuai dengan interval yang ditentukan ?
2
2. Menentukan interval waktu preventive maintenance komponen
kritis pada excavator.
3. Mengetahui availability pada komponen kritis setelah dilkakukan p
reventive maintenance.
4. Mengetahui nilai reability pada komponen kritis sebelum dan setel
ah dilkakukan preventive maintenance.
Adapun yang meliputi batasan masalah pada penelitian adalah sebegai berikut:
1. Data hanya berdasarkan pada data historis kerusakan mulai bulan
juli 2019 sampai bulan juni 2020.
2. Penelitian dilakukan dengan mengambil data pada unit kritis
excavator Komatsu PC 160-8 LC.
3. Pengambilan data dilakukan pada komponen yang sering downtime
atau kritis.
4. Komponen kritis sendiri merupakaan komponen yang memiliki fre
kuensi breakdown terbanyak.
Adapun manfaat penelitian yang penulis buat dalam Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahan
Perusahaan dapat menajadikan penelitian ini sebagai acuan dalam
merancang atau merencanakan penjadwalan interval waktu preventive mai
ntenance secara optimal sehingga bisa meminimalisir kerugian dalam pera
watan excavator Komatsu PC 160-8 LC.
2. Bagi Penulis
Hasil dari penilitian ini menjadi tambahan wawasan bagi penulis
dalam menentukan interval waktu yang optimum dalam hal penggantian
3
komponen kritis dan juga salah satu bentuk pengaplikasian ilmu
menejemen perawatan pada perusahaan.
1. Observasi Lapangan
2. Wawancara
3. Studi Literatur
4
1.7. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode
pengumpulan data sistematika dalam penulisan Tugas Akhir.
Pada bab ini berisikan penjelasan atau definisi yang diambil dari sumber
atau literatur berupa buku, jurnal atau skripsi serta terdapat beberapa
penjelasan dari literature review yang berhubungan penelitian atau Tugas
Akhir.
Pada bab ini terdapat penjelasan tentang excavator Komatsu PC 160-8 LC.
Serta terdapat langkah-langkah dalam mengolah data penelitian dan
menyusun laporan penilitian atau Tugas Akhir.
5
5. BAB V PENUTUPAN
Pada bab ini berisikan penjelasan atau uraian mengenai kesimpulan yang
diperoleh dari hasil perhitungan penilitian serta saran yang penulis ajukan
terhadap hasil penilitian.
6
BAB II
TINJAUAN UMUM
Alat berat Excavator merupakan salah satu alat yang sangat penting dan
sering digunakan diberbagai pekerjaan berskala besar. Tentunya, harus dilakukan
perawatan yang optimal agar dapat mengurangi angka kerusakan dan downtime.
Menurut Gasperz (1992) perawatan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan
pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi
sehingga dari sistem itu diharapkan menghasilkan output sesuai yang dihendaki.
Menurut Stephens (2004) perawatan berarti suatu kombinasi dari setiap
tindakan yang dilakukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan
agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti dalam kondisi sebelumnya.
Menurut Ansori dan Mustajib (2013) di dalam buku “Sistem Perawatan
Terpadu” perawatan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil
yang mampu mengembalikan item atau memepertahankannya pada kondisi yang
selalu dapat berfungsi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan
merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan karena manfaat dari
kegiatan perawatan pada alat berat yaitu membuat komponen-komponen alat berat
tetap terjaga sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan efisien
sesuai dengan target dan program yang telah direncanakan.
7
ini terdiri dari perawatan pencegahan (preventive maintenance) dan perawatan
korektif (corrective maintenance).
2.2.1. Perawatan Pencegahan (preventive maintenance)
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi (Iswanto, 2008). Menurut Assauri (2004), dalam prakteknya
preventive maintenance yang dilakukan pada suatu alat berat dapat
dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance. Routine
maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara rutin, misalnya setiap hari. Sedangkan periodic maintenance adalah
kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodic atau
dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan periodic maintenance jauh lebih
berat dari routine maintenance.
8
2.2.2. Perawatan Korektif (corrective maintenance)
Menurut Prawirosentono (2000), perawatan korektif (corrective
maintenance) adalah perawatan yang dilaksanakan karena adanya hasil
produk yang tidak sesuai rencana. Jika dihubungkan dengan alat berat,
perawatan korektif adalah perawatan yang dilakukan pada alat bearat saat
kondisi alat berat tersebut tidak mencapai standar yang diterima. Kegiatan
tersebut dilakukan supaya kondisi alat berat tersebut mencapai standar yang
diterima sehingga produktivitasnya kembali optimal.
9
Perawatan
(Maintenance)
Pemeriksaan Penggantian
termasuk komponen Reparasi minor Overhaul
penyetelan dan minor, yaitu yang tidak terencana
pelumasan pekerjaan yang ditemukan
timbul langsung waktu
dari pemeriksaan pemeriksaan
Lihat,
dengar,
rasakan
Pemeliharaan
Pemeliharaan
waktu
waktu
berhenti
berjalan
10
2.3. Tujuan Perawatan
Menurut Cordy (1992), tujuan utama dari perawatan yang dilakukan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja, bangunan dan isinya).
2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of
investment) maksimun yang mungkin.
3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam kegiatan darurat setiap waktu, misalnya unit
cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyemangat, dan
sebagainya.
4. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Menurut Ahyari dan Agus (2002), fungsi perawatan scara umum ialah
memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta
mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan
optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Tindakan perawatan
yang baik optimal dapat memberikan dampak baik terhadap mesin, yaitu sebagai
berikut:
1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu
Panjang.
2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan berjalan dengan lancer.
3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin
dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan.
11
4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,
maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan
dengan baik pula.
5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan
peralatan produksi yang digunakan.
6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka
penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.
7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan
produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan
peralatan produksi yang ada semakin baik.
12
c) Operating Time
Operating Time adalah waktu dimana kondisi mesin atau peralatan
beroperasi dengan baik dan optimal.
Operating Time<Up Time
d) Standby Time
Standby Time adalah waktu dimana kondisi mesin atau peralatan
baik akan tetapi mesin/peralatan tersebut tidak beroperasi.
Up Time = Operating Time + Standby Time
e) Maintenance Time
Maintenance Time adalah waktu dimana dilakukan perawatan dan
perbaikan pada mesin atau peralatan, termasuk delay yang terjadi
selama pelaksanan dilakukan.
f) Active Maintenance Time
Active Maintenance Time adalah waktu dimana aktivitas kegiatan
maintenance dilakukan, tanpa adanya delay.
g) Logistic Time
Logistic Time adalah mesin atau peralatan dalam waktu downtime,
dimana kegiatan maintenance belum bisa dilakukan karena alasan
logistik.
h) Administrative Time
Aministartive Time adalah mesin atau peralatan dalam waktu
downtime, dimana kegiatan maintenance belum bisa dilaksanakan
karena alasan administrasi.
i) Corrective Maintenance Time
Corrective Maintenance Time adalah waktu kegiatan corrective
maintenance dilakukan saat mesin atau peralatan dalam waktu
active maintenance time.
j) Preventive Maintenance Time
Preventive Maintenance Time adalah waktu kegiatan preventive
maintenance dilakukan saat mesin atau peralatan dalam waktu
active maintenance time.
13
2.5.2. Konsep Downtime dan Breakdown
Menurut Patton (1995) breakdown adalah suatu kondisi mesin atau
peralatan berhenti pada saat produksi yang melibatkan engineering dalam
perbaikan. Hal ini terjadi saat mesin atau peralatan tidak dapat berfungsi
secara baik, maka mesin/peralatan tersebut dapat dikatan mengalami
kerusakan atau breakdown. Breakdown terjadi apabila performa mesin atau
peralatan menurun yang disebabkan oleh rusaknya suatu komponen pada
mesin atau peralatan.
Downtime pada mesin atau peralatan merupakan panjang waktu
dimana mesin atau peralatan tidak dapat dioperasikan sesuai dengan
fungsinya. Hal ini terjadi saat mesin atau peralatan mengalami kerusakan
yang dapat menurunkan produktivitas dimana membutuhkan waktu dalam
melakukan proses perbaikannya sampai mesin atau peralatan tersebut dapat
dioperasikan kembali dengan keadaan baik dan optimal. Beberapa unsur
dalam downtime yaitu:
1. Maintenance Delay
Maintenance delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menunggu ketersediaan sumber daya maintenance dalam
melakukan proses perbaikan. Sumber daya maintenance dapat
berupa teknisi, peralatan khusus atau bantu, alat uji dan komponen
pengganti.
2. Supply Delay
Supply Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh personel
maintenance dalam mendapatkan komponen yang diperlukan saat
proses prebaikan. Supply delay terdiri dari lead time administrative,
lead time product, dan waktu pengiriman komponen ke lokasi
perbaikan.
3. Acces Time
14
Acces Time adalah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
akses ke komponen yang mengalami kerusakan.
4. Diagnoses Time
Diagnoses Time adalah waktu yang diperlukan mulai dari
menganalisa kerusakan pada mesin atau perlatan sampai
melakukan langkah-langkah dalam melakukan perbaikan pada
kerusakan.
5. Repair atau Replacement Time
Repair atau Replacement Time adalah waktu yang dibutuhkan
dalam memulihkan kondisi mesin atau peralatan setelah
mengetahui permasalahan dan akses dalam mendapatkan
komponen dapat dicapai.
6. Verification and Aligment
Verification and Aligment adalah waktu untuk memastikan kondisi
dan fungsi mesin atau peralatan sudah kembali seperti semula.
15
merupakan poporsi waktu teoritis yang ada untuk komponen dalam suatu
sistem agar dapat berfungsi dengan optimal.
hillon (200
16
resiko kerusakan pada mesin berada pada tingkat yang menurun.
Kerusakan yang terjadi pada umumnya dikarenakan kurangnya
dalam pengoperasian sehingga tidak mampu mengendalikan hasil
produksi, pengecekan yang kurang teliti, material yang digunakan
dibawah standard dan kesalahan dalam penggunaan.
b. Region 2 (Useful life period)
Pada fase ini disebut masa berguna yang artinya area dimana
kerusakan pada alat konstan atau constant hazard rate. Pada area
ini kerusakan yang terjadi pada mesin cenderung kecil. Kerusakan
yang terjadi disebabkan karena faktor lingkungan dan penggunaan
yang kurang aman.
c. Region 3 (Wear-out period)
Pada fase ini disebut masa aus dimana pada fase ini resiko
terjadinya kerusakan semakin tinggi karena pada fase ini kerusakan
yang akan terjadi disebabkan oleh perawatan yang tidak konsisten
sehingga menyebabakan beberapa komponen berkarat, kesalahan
dalam proses perbaikan overhaul, dan perencanaan yang salah
dalam maintenance.
17
2.7.1. Distribusi Weibull
Distribusi Weibull merupakan distribusi yang paling sering
digunakan dalam melakukan perhitungan kerusakan pada mesin karena
dapat memenuhi bebrapa periode kerusakan yang terjadi pada periode awal,
periode tengah, dan periode pengausan. Parameter dari distribusi wibull
ialah parameter β (shape) dan θ (scale) (Ebelling,1997).
( θt )
β
18
Menurut Ebelling (1997), fungsi reliability yang terdapat dalam
distribusi normal dapat dihitung melalui persamaan 2.2
R ( t )=1−Ф ( 1
ln
t
s t med ) (2.3)
19
Menurut Ebelling (1997) fungsi reliability yang terdapat pada
distribusi eksponensial dapat dihitung melalui persamaan 2.4
− λt
R ( t )=e (2.4)
Mean time to failure adalah rata-rata jarak waktu kerusakan dari suatu
distribusi kerusakan. Adapun perhitung MTTF yang digunakan di setiap distribusi
kerusakan, berikut rumus-rumusnya:
1. Distribusi Weibull
2. Distribusi Normal
MTTF=μ (2.6)
3. Distribusi Lognormal
2
s
MTTF=t med . e 2 (2.7)
4. Distribusi Eksponensial
1
MTTF= (2.8)
λ
Meant time to repair adalah rata-rata jarak waktu perbaikan dalam suatu
20
pengujian data waktu perbaikan adalah sama seperti rumus MTTF, khususnya
21
komponen atau mesin. Dapat dikatakan bahwa dengan melakukan pencegahan
perawatan dapat mengembalikan kondisi awal (Ebelling, 1997). R(t) merupakan
keandalan komponen tanpa adanya perawatan. T adalah interval waktu antara
perawatan pencegahan. Rm(t) merupakan keandalan komponen komulatif setelah
dilakukan pencegahan. Dari keterangan tersebut, maka:
Rm ( t )=R(t) (2.9)
Untuk 0 ≤ t ≤ T
n
Rm ( t )=R ( T ) . R (t−T ) (2.10)
Untuk T ≤ t < 2T
n
Rm ( t )=R ( T ) xR ¿) (2.11)
Dengan keterangan:
22
Dalam perhitungan yang digunakan di setiap distribusi memiliki karakteristik
masing-masing,
[ ( )] [ ( )]
β β
T t−nT
R ( t )=exp −n exp − (2.12)
θ θ
R ( t )=1−Ф
( 1
ln
t
s t med ) (2.14)
23
2.12. Metode Age Replacement
Sumber: Ja
rdine, 1993
24
kerusakan sebelum jadwal penggantian yang sudah direncanakan.
Pada akhir dari siklus ini dilakukan penggantian kerusakan.
Sumber: Ja
rdine, 1993
Dalam menentukan interval waktu pada suatu komponen dengan
menggunakan metode age replacement dapat dilihat dari nilai C(tp) terkecil dari
periode waktu yang telah ditentukan. Jika pada selang waktu C(tp) tidak terjadi
kerusakan, maka proses penggantian tetap dilaksanakan sebagai upaya
pencegahan. Jika pada selang waktu C(tp) terjadi kerusakan, maka dilakukan
tindakan perbaikan dan penggantian. Selanjutnya proses penggantian selanjutnya
dilakukan sesuai C(tp) yang mana terhitung mulai waktu dilakukannya
penggantian perbaikan.
Menurut Jardine (1993) dalam mencari nilai C(tp) dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan 2.16
( T p × R(tp) ) + (T f × [1−R(tp) ])
D(tp )=
( [ t p +T p ] × R(tp) )+ ([ M (tp) +T f ] × [ 1−R(tp) ] )
(2.16)
Dengan keterangan:
25
tp = Interval penggantian pencegahan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini yaitu komponen kritis dari unit Excavator
Komatsu PC 160-8 LC dengan nomor perusahaan HE-1638 milik PT. PP Presisi
LOT 6 di proyek pembangunan jalan jalur lintas selatan di Prigi, Trenggalek.
Engine Diesel
27
Hydraulic Pump Maximum Flow 312 ltr/min
Sumber: Komatsu
3.3.Alur Penelitian
28
1. Persiapan Penelitian.
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
29
a. Mengidentifikasi komponen kritis dengan menggunakan
diagram pareto.
perbaikan.
Data yang telah diolah akan dibahas sehingga dapat menentukan int
aan
30
nilai reliability-nya dan melakukan analisa pada perbandingan terse
31
3.4 Diagram Alur
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Lapangan
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Waktu Kerusakan
Data Waktu Perbaikan
Data Perusahaan (Tambahan)
Ya
Pengolahan Data
Analisa Data
Memberikan Rekomendasi
Selesai
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1Hasil Penelitian
Keterangan Jumlah
Selain data pada Tabel 4.1, terdapat data informasi tentang breakdown dan
downtime komponen Excavator Komatsu PC 160 LC. Data tersebut merupakan da
ta sekunder yang diambil dari service report perusahaan mulai tanggal 1 Juli 2018
sampai 1 Juni 2020.
33
4. 2Pengolahan Data
Pemilihan komponen kritis ini menggunakan prinsip pareto yaitu 80/20. Pemil
ihan komponen kritis ini dilakukan dengan melihat frekuensi breakdown dari setia
p sistem dan komponen dari sistem itu sendiri. Kita bisa melihat data sistem pada
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Data Frekuensi Kerusakan Pada Sistem Alat Berat Excavator Komatsu
PC 160 LC dari Juli 2019 s/d Juni 2020
Powertrain Syst
19 18,63 72,55
em
Electrical Syste
15 14,71 87,25
m
34
Gambar 4.7 Diagram Pareto Bagian-bagian Sistem Pada Excavator
Komatsu PC 160 LC
Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 data diatas, dikatahui bahwa sistem yang
memiliki frekuensi komponen kerusakan terpilih adalah pada bagian Engine Syst
em. Karena 80% dari frekuensi breakdown kumulatif, 53,92% merupakan bagian
engine system. Selanjutnya, mencari komponen kritis pada engine system sendiri d
engan menggunakan prinsip pareto juga, yaitu 80/20. Data frekuensi kerusakan ko
mponen pada engine system bisa dilihat pada Tabel 4.3
Frekuensi
Nama Kompone Frekuensi B Frekuensi Breakd Breakdown
n reakdown own (%) Kumulatif
(%)
Fuel Filter 25 45,45 41,82
Engine Oil Filter 19 34,55 80,00
Air Filter 6 10,91 90,91
Gasket 3 5,45 96,36
V-Belt 1 1,82 98,18
Thermostat 1 1,82 100,00
Total 55 100
35
Gambar 4.8 Diagram Pareto frekuensi kerusakan komponen pada
engine system
Setelah mengetahui hasil dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 diatas, maka kom
ponen kritis pada unit Excavator Komatsu PC 160-8 LC adalah Fuel Filter karena
80% dari frekuensi breakdown kumulatif pada engine system, 45,45% adalah fuel
filter yang mana sudah melebihi 20%. Pada komponen kritis tersebut diketahui me
miliki waktu mulai kerusakan dan waktu selesai perbaikan. Data waktu mulai keru
sakan dan waktu selesai perbaikan pada Fuel Filter bisa dilihat pada Tabel 4.4
36
11 09/12/2019 08.40 09.10
12 23/12/2019 15.45 16.15
13 07/01/2020 08.00 08.30
14 17/01/2020 14.40 15.10
15 02/02/2020 08.45 09.15
16 20/02/2020 16.55 17.25
17 12/03/2020 14.15 15.45
18 31/03/2020 16.45 17.15
19 15/04/2020 09.00 09.30
20 23/04/2020 10.10 10.40
21 13/04/2020 16.55 17.15
22 02/05/2020 13.35 14.05
23 22/05/2020 09.20 09.50
24 09/06/2020 11.45 12.15
25 30/06/2020 07.35 08.05
Time to failure (TTF) merupakan jarak waktu antar kerusakan yang dihitung
mulai dari awal terjadinya kerusakan hingga terjadi kerusakan berikutnya. Dengan
memperhatikan faktor waktu kerusakan, faktor waktu perbaikan, faktor TTR dan j
umlah hari antar kerusakan kemudian dilakukan perhitungan TTF. Data tersebut b
isa dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.6 TTF Komponen Fuel Main Filter
Fuel Filter
37
8 27/10/2019 08.50 09.20 0,5 2,58 1,83 132 136,42
9 12/11/2019 07.45 08.15 0,5 8,67 0,75 180 189,42
10 29/11/2019 11.35 12.05 0,5 9,75 4,58 192 206,33
11 09/12/2019 08.40 09.10 0,5 5,92 1,67 108 115,58
12 23/12/2019 15.45 16.15 0,5 8,17 8,75 156 172,92
13 07/01/2020 08.00 08.30 0,5 1,75 1,00 168 170,75
14 17/01/2020 14.40 15.10 0,5 9,50 7,67 108 125,17
15 02/02/2020 08.45 09.15 0,5 2,83 1,75 180 184,58
16 20/02/2020 16.55 17.25 0,5 8,75 9,92 204 222,67
17 12/03/2020 14.15 15.45 0,5 0,58 7,25 228 235,83
18 31/03/2020 16.45 17.15 0,5 2,25 9,75 216 228,00
19 15/04/2020 09.00 09.30 0,5 0,75 2,00 168 170,75
20 23/04/2020 10.10 10.40 0,5 8,50 3,17 84 95,67
21 02/05/2020 16.55 17.15 0,5 9,33 9,92 96 115,25
38
09 Juli 2019, 10.30 WIB – 18.00 WIB = 1.5 Jam
Jam kerja mulai – Waktu mulai rusak
39
Berdasarkan hasil perhitungan TTF pada komponen Fuel Main Filter di at
as, maka dilakukan pengujian identifikasi distribusi atau index of fit yang mana pa
da proses pengujian tersebut menggunakan software Minitab 17. Identifikasi distri
busi atau index of fit sendiri memiliki kegunaan tersendiri yang mana dapat menge
tahui distribusi kerusakan sementara.
Selanjutnya, tahap yang yang dilakukan yaitu index of fit yang mana pada tah
ap ini perhitungan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi sementar
a yang digunakan pada data time to failure atau TTF. Dalam mencari nilai index o
f fit, terdapat empat jenis distribusi yang digunakan yaitu disribusi weibull, lognor
mal, normal dan eksponensial. Setelah distribusi sementara sudah didapat, maka d
ilakukan proses pemilihan dsitribusi dengan menggunakan uji goodness of fit. Has
il perhitungan index of fit pada komponen fuel main filter dapat dilihat pada Gamb
ar 4.3
4.2.4 Pengujian Goodness Of Fit Test Distribusi Normal pada Data TTF
40
s of fit test atau uji kesusain. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dat
a yang ada membentuk suatu distribusi tertentu dengan membandingkan hipotesa
nol (H0) dan hipotesa alternatif (H1) yang mana H0 menyatakan bahwa data terseb
ut mengikuti distribusi terpilih sedangkan H1 menyatakan bahwa data tersebut tida
k mengikuti distribusi terpilih. Di dalam pengujian ini dilakukan dengan menggun
akan software Minitab 17.
Berdasarkan hasil perhitungan goodeness of fit pada distribusi normal den
gan menggunakan software Minitab 17 didapatkan nilai Pvalue = 0,469. Hasil terseb
ut dapat dilihat pada Gambar 4.4
41
4.2.5 Perhitungan Parameter dan Mean Time To Failure (MTTF) pada
42
16 235,83 235,83 0,643 0,37 87,257 55615,79 0,137
17 228,00 228,00 0,684 0,48 109,440 51984,00 0,230
18 170,75 170,75 0,725 0,59 100,743 29155,56 0,348
19 95,67 95,67 0,766 0,73 69,839 9152,75 0,533
20 115,25 115,25 0,807 0,87 100,268 13282,56 0,757
21 151,33 151,33 0,848 1,03 155,870 22900,77 1,061
22 186,25 186,25 0,889 1,22 227,225 34689,06 1,488
23 144,92 144,92 0,930 1,47 213,032 21001,81 2,161
24 210,33 210,33 0,971 1,89 397,524 44238,71 3,572
Σ 4234,09 4234,09 12,00 0 -167,046 798208,88 20,77
xi = 249,00
(i−0,03)
F(ti) =
(n+0,4)
(1−0,03)
F(ti) =
(24+ 0,4)
= 0,029
yi =Ф
−1
[ F (t i )]
yi = Ф−1 ( 0,029 )
= -1,89
Mencari a dan b menggunakan rumus berikut:
Mencari nilai b:
n n n
n ∑ xi y i−(∑ x i ∑ y i )
i=1 i=1 i=1 24 (−167,046 )− ( 4234,09 ) ( 0 )
b= =
( )
n n 2 2
24 (798208,88 )−( 4234,09 )
n ∑ xi − ∑ xi
2
i=1 i=1
43
b=−0,003 26
44
Mencari nilai a:
n n
∑ yi ∑ xi 0 4234,09
i=1 i=1
a= −b = −(−0,00326)
n n 24 24
a=0,575
Setelah mengeteahui nilai a dan b, maka dilakukan perhitungan µ. Berikut perhitu
ngannya:
Mencari nilai µ:
−a −0,575
μ=
b
= (−0,00326)
μ=176,420
Setelah mengetahu nilai dari parameter distribusi normal pada data tersebu
t, maka dilakukan perhitungan untuk mencari nilai MTTF atau Mean Time To Fai
lure. Pada langakah perhitungan parameter, ditemukan bahwa nilai µ = 176,420. S
etelah mengetahui nilai parameternya, maka dilakukan perhtiungan MTTF distrib
usi normal dengan rumus seperti berikut:
MTTF=μ
MTTF=176,420 Jam
Berdasarkan perhitungan diatas, nilai MTTF = 176,420 Jam atau dapat kita
bulatkan menjadi 176 Jam. Berarti rata-rata kerusakan yang dialami pada kompon
en Fuel Filter setiap 176 Jam.
45
sian. Jika sudah sampai masa akhir usia pakai akan tetapi pada komponen tersebut
tidak terjadi kerusakan, maka komponen tersebut tetap harus melakukan pergantia
n. Namun, bila terjadi kerusakan pada komponen sebelum masa akhir usia pakai
maka komponen tersebut diganti dengan komponen pengganti dan komponen pen
gganti tetap akan diganti sampai usia pakainya habis. Jadi, dapat disimpulkan bah
wa jika komponen tersebut dalam kondisi baik maupun sudah rusak harus diganti
sebagai upaya tindakan preventive maintenance.
Dalam melakukan pencarian interval, interval (tp) yang dipilih adalah saat
D(tp) yang memiliki nilai minimum. Hasil perhitungan interval waktu penggantian
pencegahan pada komponen Fuel Filter dapat dilihat pada Tabel 4.7.
46
165 0,404399 0,595601 436,2518 0,001817
170 0,445898 0,554102 395,6510 0,001844
175 0,487998 0,512002 361,5176 0,001876
180 0,530233 0,469767 332,7216 0,001912
185 0,572130 0,427870 308,3565 0,001953
190 0,613228 0,386772 287,6905 0,001997
195 0,653094 0,346906 270,1295 0,002044
200 0,691333 0,308667 255,1883 0,002095
205 0,727602 0,272398 242,4679 0,002148
210 0,761619 0,238381 231,6382 0,002203
215 0,793168 0,206832 222,4245 0,002258
220 0,822102 0,177898 214,5961 0,002314
225 0,848343 0,151657 207,9584 0,002369
230 0,871874 0,128126 202,3457 0,002423
235 0,892741 0,107259 197,6161 0,002474
240 0,911039 0,088961 193,6470 0,002522
245 0,926906 0,073094 190,3322 0,002566
250 0,940510 0,059490 187,5791 0,002607
47
Pada perhitungan Tabel 4.7 nilai Standart Devisiasi (σ), nilai Maximum da
n nilai Minimum sudah diolah pada software Minitab 17. Nilai tersebut dapat dilih
at pada Gambar 4.5
48
Menghitung M(Tp):
49
akan sebagai peluang pada komponen atau sistem yang berkerja sesuai dengan fun
gsi yang dibutuhkan pada waktu tertentu dalam kondisi normal.
Perhitungan availability pencagahan:
A ( tp )=1−D ( tp ) min
A ( 135 )=1−0,001747
A ( 135 )=0,998253
Pada perhitungan availability pencegahan diatas nilai availability pencega
han (A(tp)) pada interval waktu pencegahan 135 jam yaitu 0,998253, artinya pelu
ang pada komponen fuel filter agar dapat digunakan untuk berkerja sesuai dengan
fungsi yang dibutuhkan pada waktu tertentu dalam kondisi normal yaitu 0,998253
atau 99,8%.
50
1
μ=
0,0013889
μ=719,994 Jam
51
4. Menghitung frekuensi pemeriksaan optimal
n=
√ k .i
μ
n=
√ 2,083 . 2707,09
719,994
n=2,7988
52
Interval waktu pemeriksaan pada komponen fuel filter yaitu 128,63 jam at
au dapat dibulatkan menjadi 129 jam dengan nilai availability yaitu 0,9986. Artin
ya, komponen fuel filter selalu diperiksa pada saat mencapai 129 jam yang mana p
robabilitas pemeriksaan komponen fuel filter senilai 99,86%. Pada pemeriksaan te
rsebut bisa dilakukan pengecekan dengan melakukan engine running test. Apabila
jika sebelum dilakukan pemeriksaan sudah mengalami kerusakan pada komponen
fuel filter maka segera dilakukan perbaikan.
Keterangan Jumlah
Availability jika dilakukan penggantian pencenggahan 0,998253
Availability jika dilakukan pemeriksaan 0,998597
Availability Total 0,996852
53
y pada komponen tersebut. Kehandalan merupakan probabilitas pada suatu kompo
nen atau sistem yang akan berfungsi hingga waktu tertentu (t). Model kehandalan
berikut ini mengasumsikan sistem kembali pada kondisi semula setelah melakuka
n tindakan preventive maintenance. Nilai kehandalan (reliability) dapat dihitung d
engan menggunakan nilai mean time to failure (MTTF) dan interval waktu pengga
ntian pencegahan pada komponen fuel filter.
Setelah mengetahui nilai reliability sebelum preventive maintenance (R(t))
dan nilai reliability sesudah preventive maintenance (Rm(t)), kedua nilai tersebut d
apat dilakukan perbandingan yang bertujuan untuk mengetahui dampak setelah dil
akukan proses preventive maintenance. Perhitungan reliability komponen fuel filt
er sebelum dan sesudah dilakukan preventive maintenance dapat dilihat pada Tab
el 4.9.
54
160 0,636050 1 0,8099 0,999333 0,809390
165 0,595601 1 0,8099 0,999040 0,809153
170 0,554102 1 0,8099 0,998635 0,808824
175 0,512002 1 0,8099 0,998077 0,808373
180 0,469767 1 0,8099 0,997321 0,807760
185 0,427870 1 0,8099 0,996304 0,806937
190 0,386772 1 0,8099 0,994955 0,805844
195 0,346906 1 0,8099 0,993184 0,804409
200 0,308667 1 0,8099 0,990884 0,802546
205 0,272398 1 0,8099 0,987930 0,800155
210 0,238381 1 0,8099 0,984181 0,797118
215 0,206832 1 0,8099 0,979475 0,793306
220 0,177898 1 0,8099 0,973632 0,788574
225 0,151657 1 0,8099 0,966460 0,782765
230 0,128126 1 0,8099 0,957753 0,775713
235 0,107259 1 0,8099 0,947303 0,767249
240 0,088961 1 0,8099 0,934899 0,757203
245 0,073094 1 0,8099 0,920339 0,745411
250 0,059490 1 0,8099 0,903442 0,731725
1. Menghitung R(t):
R(t) = Reliability sebelum dilakukan preventive maintenance
t = 135 Jam
σ = 47,1948
µ = 176,420
55
R ( t )=1−Ф ( t−μσ )
R ( 135 )=1−Ф (
47,1948 )
135−176,420
2. Menghitung R(T)n:
R(T)n = Probabilitas nilai keandalan pada n interval tindakan prev
entive maintenance
T = 135 Jam
n =1
[ ( )]
n
n T −μ
R ( T ) = 1−Ф
σ
[ ( )]
1
1 135−176,420
R ( 135 ) = 1−Ф
47,1948
1
R ( 135 ) =[ 1−Ф (−0,878 ) ]
1
R ( 135 )1=0,809930
3. Menghitung R(t-nT):
R(t-nT) = Probabilitas nilai keandalan selama t-nT setelah tindakan
perawatan pencegahan yang terakkhir
56
4. Menghitung Rm(t):
Rm ( t )=R ( T )n × R ( t−nT )
1.000000
0.800000
0.600000
0.400000
0.200000
0.000000
95 10
5
11
5
12
5
13
5
14
5
15
5
16
5
17
5
18
5
19
5
20
5
21
5
22
5
23
5
24
5
R(t) Rm(t)
57
Pada Gambar 4.6, terlihat bahwa nilai keandalan sebelum tindakan prevent
ive maintenance (R(t)) mengalami penurunan yang tinggi daripada nilai keandalan
sesudah tindakan preventive maintenance (Rm(t)). Untuk mengetahui angka rata-ra
ta penurunan pada nilai keandalan sebelum dan sesudah tindakan preventive main
tenance dari 135 jam – 250 jam seperti berikut:
1. Penurunan R(t) dari 135 jam s/d 250 jam:
R ( 135 )−R ( 245 )
Penurunan R ( t )=
24
0,809930−0,059490
Penurunan R ( t )=
24
Penurunan R ( t )=0,031268
Dari perhitungan diatas, bahwa keandalan komponen fuel filter akan menu
run 3,13% setiap 5 jam jika tidak dilakukan tindakan preventive maintenance. Jik
a komponen fuel filter dilakukan tindakan preventive maintenance, maka penurun
nilai keandalan akan berkurang menjadi 0,33% setiap 5 jam. Artinya, tindakan pr
eventive maintenance sangat berperan penting terhadap tingkat keandalan pada su
atu komponen atau sistem.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
3. Nilai availability atau kesiapan pada komponen fuel filter jika dilakuk
an tindakan penggantian pencegahan dan pemeriksaan sesuai dengan i
nterval yang terpilih adalah 0,996852 atau 99,69%.
59
5.2 Saran
Dari hasil penilitian yang dilakukan, terdapat beberapa point yang bisa dijadik
an saran untuk perusahaan yaitu:
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPIRAN
62
LAMPIRAN A
Hasil Pengolahan Index Of Fit Test (Software Minitab 17)
Goodness-of-Fit
Anderson-Darling Correlation
Distribution (adj) Coefficient
Weibull 0,884 0,981
Lognormal 0,864 0,980
Exponential 11,674 *
Normal 0,795 0,984
Table of MTTF
Descriptive Statistics
Distribution AD P
Normal 0,340 0.469
Exponential 5,952 <0.003
Weibull 0,364 >0.250
Lognormal 0,406 0.325
LAMPIRAN C
Hasil Perhintungan Interval Waktu Penggantian Pencegahan Fuel Filter