Oleh
Benyamin O. Baba
1303052087
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan pendapat yang
ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini serta sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di perguruam
tinggi ini.
Benyamin O. Baba
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing, menjaga, dan menolong dalam
Almamater tercinta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa
Kakak Yohanes A. Baba, Estyn E. Baba, Tutyn C. Baba, dan adik Alexander Baba
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang berlimpah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan penyertaan-Nya yang diberikan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul : Konstruksi
Kesetaraan Gender Dalam Film Empu “Sugar On The Weaver’s Chair ”
Karya Harvan Agustriansyah (Sebuah Analisis Framing Menurut Model
Robert Entman). ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan hasil penelitian ini
adalah untuk mempelajari cara pembuatan skripsi pada Universitas Nusa Cendana
dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi.
Penulis menyadari betapa besarnya dukungan dari sesama yang membimbing
dan membantu penulis selama penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan limpah terima kasih yang setulus-tulusnya dan rasa
hormat yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor universitas Nusa Cendana
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana
3. Ibu Dr. Mas’amah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
4. Bapak Dr. Yermia Djefri Manafe, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing I dan
Bapak Yohanes K. N. Liliweri, S.Sn, M.Sn selaku Pembimbing II, yang
telah memberikan banyak sekali masukan yang sangat berharga dan
kesabaran dalam membimbing saya.
5. Ibu Ferly Tanggu Hana, S.Si, M.Comn selaku dosen wali yang telah
memberikan motivasi, nasihat, dorongan, semangat, serta arahan sejak
awal hingga akhir perkuliahan.
6. Almarhum Bapak Drs. Umrah Kamahi, M.Si selaku Mantan Ketua Prodi
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah
memberikan pengetahuan, nasihat, semangat dan dorongan kepada
penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan.
vii
7. Segenap staf Dosen baik jurusan Ilmu Komunikasi dan antar Jurusan
juga Fakultas lainnya yang dengan sabar telah membagi ilmu, mendidik,
dan membantu penulis hingga sampai pada saat ini.
8. Kepada Bapak dan Almarhumah Mama yang sudah membesarkan dan
menyekolahkan penulis hingga sampai dengan saat ini.
9. Kepada ke 4 saudara/i penulis yang terus mendukung penulis sampai
dengan saat ini.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan JIKOM ROCK 2013 yang tak
dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan cinta, dorongan,
semangat serta sumbangsih dalam bertukar pikiran saat menyelesaikan
tulisan penelitian ini.
11. Kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam membantu penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Atas bantuan dan
kerjasama yang baik dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih .
Benyamin O. Baba
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
Benyamin O. Baba. 1303052087 The construction of gender equality in
the film Empu "Sugar in the chair of the weaver" by Harvan Agustriyansyah
Counselor: Dr. Yermia Djefri Manafe,S.Sos, M.Si, and Yohanes K. N. Liliweri,
S.Sn, M.Sn. It consists of 78 pages of contents, 23 reference books, 3 scientific
papers and 7 internet sites.
The purpose of this study is to identify and describe the construction of gender
equality contained in the Empu film "Sugar on the Chair of Weaver's Chair". This
type of research is descriptive-qualitative. This film is a film based on a true story
of women's empowerment without shifting men's position in social life. There are
three (3) main characters in this film, namely: Sutringah in Banyumas, Yati in
Claten, and Maria in Kefamenanu. This film was analyzed using the framework
analysis method according to Robert N. Entman to see the gender equality
construction contained in the film. Using the 4 Entman Define Problems framework
sets, Empu's film comes from traditions that continue to apply in the community's
social environment. When the causes of diagnosis arise from the attitudes and
attitudes of men and parents to those who are not sensitive to women's abilities and
positions. Make the moral judgment so that women themselves have to make
decisions to maximize acceptance and opportunities from the environment, the
Therapy Recommendation by building effective communication and, on the other
hand, the opportunity to prove themselves. themselves. The results showed that in
the film Empu "Sugar on Weaver's chair, there were gender equality issues
highlighted in some parts of reality, based on the results of Framing Entman's
analysis examining the scenes selected by the researchers.
x
DAFTAR ISI
xi
4.1.2. Filmografi Harvan Agustria ............................................ 35
4.1.3. Deskripsi Produksi Film Empu ....................................... 37
4.1.4. Sinopsis Film Empu ........................................................ 42
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................ 44
4.2.1. Temuan Data Dan Deskripsi Hasil Penelitian ............... 44
4.3. Analisis Framing Tentang Konstruksi Kesetaraan
Gender Pada film Empu ............................................................ 70
4.3.1. Konstruksi Kesetaraan Gender Pada Film
Empu – Cerita Sutringah ............................................... 70
4.3.1.1. Define Problems .................................................. 71
4.3.1.2. Diagnose Causes ................................................. 73
4.3.1.3. Make Moral Judgment ........................................ 73
4.3.1.4. Treatment Recommendation ............................... 74
4.3.2. Konstruksi Kesetaraan Gender Pada Film
Empu – Cerita Maria ..................................................... 75
4.3.2.1. Define Problem ................................................... 76
4.3.2.2. Diagnose Causes ................................................. 78
4.3.2.3. Make Moral Judgement ....................................... 78
4.3.2.4. Treatment Recommendation ............................... 79
4.3.3. Konstruksi Kesetaraan Gender Pada Film
Empu – Cerita Yati ........................................................ 80
4.3.3.1. Define Problem ................................................... 81
4.3.3.2. Diagnose Causes ................................................. 85
4.3.3.3.Make Moral Judfment .......................................... 85
4.3.3.4. Treatment Recommendation ............................... 86
4.4. Konstruksi Kesetaraan Gender Pada Film Empu ..................... 87
xii
DAFTAR TABEL
xiii
TABEL 26 ANALISIS FRAMING DATA SCENE 45 .............................. 63
TABEL 27 DATA SCENE 50 ....................................................................... 64
TABEL 28 ANALISIS FRAMING DATA SCENE 50 .............................. 65
TABEL 29 DATA SCECE 55 ....................................................................... 66
TABEL 30 ANALISIS FRAMING DATA SCENE 55 .............................. 67
TABEL 31 DATA SCENE 56 ....................................................................... 68
TABEL 32 ANALISIS FRAMING DATA SCENE 56 .............................. 69
TABEL 33 FRAME CERITA SUTRINGAH DARI DESA CILONGOK-
BAYUMAS ............................................................................... 70
TABEL 34 FRAME CERITA MARIA DARI DESA PANTAE – TTU .. 75
TABEL 35 FRAME CERITA YATI DARI KLATEN – JAWA TENGAH
.................................................................................................... 80
TABEL 36 HASIL GABUNGAN DATA TIAP CERITA DALAM FILM
EMPU ........................................................................................ 88
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Film merupakan salah satu media hiburan yang paling diminati oleh
banyak cerita, mulai cerita anak – anak sampai cerita yang khusus dikonsumsi
oleh orang dewasa. Film juga adalah sebagai salah satu media massa, dimana
sifatnya yang audio visual. Dalam film juga terkandung fungsi informatif,
edukatif dan persuasif. Fungsi-fungsi ini akan berjalan dengan baik, karena
hiburan dan hobi, film juga merupakan saluran berbagai macam gagasan, ide,
Komunikasi yang tercipta melalui media film hanya berjalan satu arah kepada
dibutuhkan media. Oleh karena itu dalam bahasa film, terdapat tiga (3) faktor
waktu. Oleh karena itu, pesan yang disiarkan melalui film harus lebih dahulu
disusun dengan struktur logika, bahasa visual dan verbal yang sederhana,
sehingga mudah dicerna ketika pesan itu diterima oleh penonton. Ini berarti
bahwa kemasan dan alur cerita yang menarik dari sebuah film adalah hal
1
penting yang harus dipersiapkan secara matang, sehingga dapat menimbulkan
Gambar.1
Poster Resmi Film Empu
serius pun tetap masih menjadi materi cerita yang menarik untuk difilmkan,
seperti isu gender. Gender sendiri adalah perbedaan antara laki – laki dan
2
perempuan secara sosial. Karena perbedaan yang kadang dianggap
kehidupan sosial. Ada tiga (3) tokoh utama dalam film ini yaitu: Sutringah di
suaminya, penderes nira kelapa, lumpuh setelah jatuh dari atas pohon kelapa.
sendiri. Sementara itu, Maria (Putry Moruk) yang bersama kumpulan janda
cara yang sederhana tanpa harus merendahkan pihak lain, Sutringah, Yati dan
3
Tiga kisah perempuan yang dikisahkan dalam film ini, sangat banyak
berdasarkan temuan GEF (Global Environment Facility) dan SGP (The GEF
(https://ayobandung.com/read/2019/09/30/65304/empu-kisah-perempuan-
tanpa-harus-menggeser-posisi-laki-laki).
sebagai objek kajian peneliti dan perempuan sebagai sasarannya. Dan untuk
film dapat juga dijadikan objek penelitian, baik kisah nyata maupun filmnya
melalui kajian script atau aspek visual dan teknis produksinya, termasuk
4
oleh beberapa tokoh didalamnya, peneliti tertarik membahas Konstruksi
Robert Entman).
1.3 Tujuan
Empu?
5
1.4 Manfaat
acuan kajian studi ilmu komunikasi khusunya yang terkait dengan analisis
sistematis sehingga penjabaran yang ada dapat dipahami dengan baik, maka
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan penjelasan yang bersifat umum, seperti latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
telaah pustaka, dan lain-lain.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang pengertian komunikasi, pengertian film,
Kesetaraan gender, konstruksi realitas sosial, dan analisis framing Robert
N. Entman.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan, sumber
data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian objek penelitian, seperti sinopsis film “Empu
- Sugar on The Weaver’s Chair” dan temuan data tentang Konstruksi
gender. Termasuk isi pokok skripsi, yang berisi tentang analisis framing
konstruksi kesetaraan gender yang terdapat dalam film “Empu - Sugar on
The Weaver’s Chair”
BAB V : PENUTUP
Bab yang paling akhir dari pembahasan skripsi ini yang beris kesimpulan
sebagai jawaban dalam pokok permasalahan dan saran-saran.
6
BAB II
penelitian tersebut digunakan untuk menjadi referensi dasar penelitian ini dan
berikut:
1. Shindy Ayu Nur S, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
dianggap berbeda dari sosok aslinya oleh masyarakat, dan Penelitian ini
7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Shindy Ayu Nur S. terletak
pada objek penelitian yaitu media yang akan dianalisis, dimana penelitian
dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana, Tahun 2017 dengan judul
terletak pada objek penelitian yaitu media yang akan dianalisis, diamana
Weaver’s Chair.
8
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Penulis
Peneliti Metode
No Judul Hasil Analisis Perbedaan Kontribusi
(Tahun) Analisis
1 Shindy Konstruksi Analisis Sosok Soekarno Objek penelitian Sebagai rujukan
Ayu Nur Dramaturgi Tokoh Kualitatif dikonstruksikan sebagai sebelumnya penelitian
S Soekarno Dalam Framing manusia biasa, bukanlah menggunakan karena
Film (Analisis Gamson dan dewa. Sosoknya sebagai film “Soekarno“, memiliki
Framing pada Film Modigliani. kolaborator hanyalah sedangkan kesamaan
Soekarno Karya sebuah strategi yang penelitian ini dalam pemilihan
Hanung Bramantyo) dipilihnya untuk meraih menggunakan metode analisis
kemerdekaan Indonesia. Ia film Empu -
juga merupakan pemimpin Sugar on The
yang dicintai rakyat, Weaver’s Chair.
walaupun ia termasuk
laki– laki yang lemah
terhadap wanita.
2 Astrid R. Kesetaraan Analisis Kesetaraan gender Objek penelitian Sebagai
John Gender dalam Semiotik Jhon direpresentasikan oleh sebelumnya referensi
Messakh, Karya Audio Fiske penampilan, lingkungan, menggunakan penulis dalam
Visual ( Analisis perilaku dan teknis film Certain mencari literatur
Semiotika pada produksi film. Women, mengenai
Film Certain sedangkan objek kesetaraan
Woman, Karya penelitian ini gender.
Kelly Reichardth). menggunakan
film Empu -
Sugar on The
Weaver’s Chair.
3 Benyamin Konstruksi Analisis Konstruksi gender Objek penelitian -
O. Baba Kesetaraan Framing dikonstruksikan dalam ini menggunakan
9
Gender Dalam Robert Entman realitas tertentu dalam flm film Empu -
Film Empu “Sugar Empu, dengan Sugar on The
On The Weaver’s pendefinisian masalah Weaver’s Chair.
Chair ” Karya utama berasal dari tradisi
Harvan yang masih berlaku dalam
Agustriansyah lingkungan sosial
(Sebuah Analisis masyarakat; dimana
Framing Menurut sumber masalah muncul
Model Robert dari pola pikir dan sikap
Entman) laki-laki dan orang tua
sebagai pihak yang tidak
peka terhadap kemampuan
dan posisi perempuan.
Sehingga Keputusan harus
dibuat oleh perempuan itu
sendiri untuk
memaksimalkan
penerimaan dan
kesempatan dari
lingkungan, dengan
Menekankan Penyelesaian
pada upaya membangun
komunikasi yang efektif
dan, di lain sisi diberikan
kesempatan untuk
membuktikan diri.
10
2.2 Kajian Konseptual
Menurut Dr. Phil. Astrid S. Susanto, esensi film adalah gerakan atau
lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu
dikenal istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan
unsur pemberi “hidup” kepada suatu gambar (1982:58). Jadi film adalah
gambar yang bergerak atau lebih tepatnya kumpulan dari beberapa gambar
adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang
Perfilman.
1) Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
video, dan atau atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam
11
pertunjukan, dan/atau penayangan film. (UU no 8 tahun 1992 tentang
film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa dialog atau
realitas hidup tidak lagi jelas (Van Zoest, 1993:112). Selain itu,
Dari segi durasi waktu, film dibagi menjadi dua yaitu Film Pendek,
biasanya di bawah 60 menit, dan Film Panjang dengan durasi lebih dari 60
dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film
12
cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan
iklan tertentu.
Film cerita atau fiksi dan non-fiksi berbeda dalam segi perspektif
namun tetap mempunyai tujuan. Adapun film dibagi sesuai genre atau
aliran. Genre atau aliran merupakan kategori film dari segi cerita. Dalam
antar genre sehingga menghasilkan film dengan tema baru atau campuran
1) Film Horror
Film jenis ini biasanya bercerita tentang hal – hal mistis, supranatural,
berhubungan dengan kematian, atau hal – hal di luar nalar yang lain.
2) Film Drama
Macam – macam film drama bisa kita kategorikan sesuai dengan tema
13
3) Film Romantis
Film ini umumnya memiliki kisah yang cukup ringan, ide cerita dan
5) Film Kolosal
Kolosal sendiri berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya
film kolosal hampir selalu bertema sejarah atau zaman kuno yang
6) Film Thriller
Tak sedikit yang mengkategorikan film thriller sebagai film horror, hal
ciri khas film horror. Film thriller sendiri dapat diartikan sebagai film
7) Film Fantasi
14
Tema atau konflik dari film jenis ini tak terlalu berbeda dengan jenis
film yang lain. Yang paling membedakan film fantasi dengan film lain
adalah setting atau latar belakang serta karakter tokoh unik, yang tidak
ada di dunia nyata. Setting waktu film fantasi biasanya masa lampau
atau masa depan, tapi ada juga yang bersetting masa sekarang.
8) Film Komedi
Sama seperti film fantasi, inti film komedi bisa sama dengan jenis film
lain. Yang berbeda adalah adanya unsur komedi atau kelucuan yang
9) Film Misteri
Film misteri adalah film yang mengandung unsur teka – teki. Film jenis
ini cukup banyak peminatnya karena alur film yang tidak mudah
secara jelas. Sci-Fi sendiri adalah salah satu genre dari cerita fiksi
15
berkaitan erat dan mempunyai kemungkinan untuk dijelaskan
integral film yang memiliki ciri dan bentuk khusus. Film kartun dalam
sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan
yaitu sub genre dan hybrid genre. Sub – genre yang dikenal antara lain
(salah satu cabang film crime/gangster); guy film (film yang ‘macho’);
dan atau action); supernatural; thriller/ suspense dan zombie film yang
16
2.2.3 Film Sebagai Konstruksi Realitas
Dunia sosial itu dimaksud sebagai yang disebut oleh George Simmel dalam
Bungin (2006: 201), bahwa realitas dunia sosial itu berdiri sendiri di luar
individu, yang menurut kesan kita bahwa realitas itu “ada” dalam diri
sesuatu yang terjadi begitu saja tanpa melalui proses. Konstruksi sosial atas
yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Film sebagai media yang
maupun realitas dalam arti sebenarnya. Media berperan besar sebagai alat
konstruksi pesan. Begitu pula, dengan film yang termasuk dalam media
ideologi dari kebudayaan sang pembuat film. Dan semua itu konstruksi dari
(Siagian, 2006:17).
17
Melvin DeFleur (1970, dalam Mulyana, 2004: 108) mengatakan
bahwa pada dasarnya media massa (dalam hal ini film) lewat sajiannya yang
norma dan perilaku yang ada seperti yang ingin dikonstruksikan sang
produser film.
b) Long shot adalah teknik pengambilan gambar dengan batasan latar atau
18
atau penonton diajak untuk sekedar mengenal obyek dengan
f) Low Angle adalah dimana kamera ditempatkan lebih rendah dari objek
pernah sebagai produk akhir, tetapi tetap sebagai proses yang sedang
19
terbentuk. Manusia sebagai individu sosial pun tidak pernah stagnan selama
dalam dunia luar, baik kegiatan mental maupun fisik. Momen itu bersifat
ingin menemukan dirinya dalam suatu dunia, dalam suatu komunitas. Dan,
fisik maupun nonfisik, sampai ia remaja, dewasa, tua, dan mati. Artinya,
dirinya dalam dunia. Sifat belum selesai itu dilakukan terus-menerus dalam
1993:227).
20
objektif film bisa menentukan bagaimana film menjadi karya seni dengan
pesan apa yang disampaikan oleh penghasilnya. Secara tidak sadar ia telah
didikte oleh film yang diciptakannya sendiri. Realitas objektif itu berbeda
struktur sosial atau dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang
cara) untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya yang mewarnai struktur
secara ilmu, juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya, realitas itu
realitas berpotensi berwajah ganda, plural dan dinamis. Setiap orang bisa
21
mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang
Dalam hal ini konstruksi realitas sosial yang akan peneliti analisis
konstruksi sosial tentang perempuan menjadi salah satu realitas yang juga
tertuju pada pesan tersebut. Maka, dengan framing ini, peristiwa yang sama
22
bisa menghasilkan berita dan presepsi yang berbeda. Framing umumnya
sangat berpengaruh pada emosi dan motivasi yang dituju oleh pembuat film.
Berger dan Thomas Luckman yaitu manusia dan masyarakat adalah produk
yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia yang bebas yang
melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu
23
pemihakannya. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut
memilih realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil. Media
Informasi yang ada di media sangat ditentukan oleh tujuan dari pihak-
lepas dari subjektifitas. Media bukanlah saluran yang bebas tempat semua
hanya dimiliki oleh sekelompok dominan seperti pemilik media atau elit
posisi kelompok yang tidak dominan (Eriyanto. 2001). Untuk itu dalam
bagaimana realitas itu hadir dihadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang
24
realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan
yang sama dapat menghasilkan suatu berita yang secara radikal berbeda
membantu kita untuk mengetahui bagaimana realitas peritiwa yang sama itu
perangkat framing dari Robert N. Entman. Entman adalah salah seorang ahli
yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media.
seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang dibangun oleh
25
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-
dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Pembahasan utama
framing dari Entman adalah soal penyeleksian isu dan penonjolan isu.
Selain itu, framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana teks
penting oleh pembuat teks. Dengan bentuk seperti itu, sebuah gagasan atau
26
Tabel 3. Perangkat Framing Entman.
Define Problems Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat
(Pendefinisan masalah) Sebagai apa? Atau sebagai
Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh
(Memperkirakan masalah atau apa? Apa yang dianggap sebagai
sumber) penyebab dari suatu masalah? Siapa
aktor yang dianggap sebagai
penyebab?
Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk
(Membuat keputusan) menjelaskan masalah? Nilai moral apa
yang dipakai untuk melegitimasi suatu
tindakan
Treatment Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan
(Menekankan penyelesaian) untuk mengatasi masalah/isu? Jalan
apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi masalah
itu?
Sumber: Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, ideology dan Politik
Media. (Yogyakarta: LKIS) hlm. 221
dari suatu peristiwa, penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa
27
c) Make moral judgment (membuat keputusan moral) adalah elemen
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa
bahwa analisis framing model Robert Entman lebih ringkas dan relevan
fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai
sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat
perbedaan kodrati antara perempuan dan laki – laki, namun perbedaan ini
dengan laki – laki. Perbedaan kodrati antara laki – laki dan perempuan
28
seharusnya tidak dijadikan sebuah alasan agar perempuan diberikan tempat
yang berbeda dan laki – laki dijadikan sebagai makhluk serba bisa. Karena
perempuan dan laki – laki, maka dari itu muncul lagi yang dinamakan
kesetaraan gender.
berjuang untuk menyetarakan hak – hak mereka agar dapat berkarya seperti
permits women and men equal enjoyment of human rights, socially valued
karena gerakan ini tidak hanya memperhatikan salah satu gender saja tetapi
orang yang masih belum memahami lebih dalam tentang ide gerakan ini
29
Dalam penelitian ini, kerangka pikir diperoleh atas pengalaman dan
Indonesia.
Analisis akan dibagi menjadi tiga bagian menurut isi film yang
menceritakan tiga (3) perempuan dari latar belakang budaya yang berbeda.
Yang dijadikan fokus penelitian adalah dialog dan adegan yang dibangun
dalam masalah yang dialami oleh karakter utama dalam film. Kemudian dari
dialog dan adegan dalam film tersebut, peneliti akan menganalisis film
pembingkaian yang dilakukan oleh film Empu dengan satu isu pokok yaitu
Film Empu
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan secara holisitik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
bagaimana sebuah isu atau peristiwa sosial difahami dan dibingkai oleh media.
Analisis framing cocok digunakan untuk melihat konteks sosial budaya suatu
wacana khususnya antara berita dan ideologi, yaitu proses atau mekanisme
mana yang diuntungkan dan pihak mana yang dirugikan, siapa yang menindas
dan siapa yang tertindas, kebijakan yang didukung atau kebijakan yang tidak
31
Model analisis framing Robert N Entman menggunakan empat (4)
Objek dari penelitian ini adalah beberapa scene dari tiga (3) cerita dalam
film Empu, yang disertai dengan dialog dan adegan lain yang mengandung
1. Data Primer
2. Data Sekunder
32
rekaman film Empu. Setelah data dokumentasi terkumpul, kemudian dilakukan
ditinjau dari kajian teoritik dan konsep sebagai pedoman serta lembar
media. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan
penajaman terhadap dimensi tertentu dari fakta yang diberitakan media, dalam
bingkai dari setiap konstruksi kesetaraan gender oleh Harvan dalam Film
Empu maka metode analisis yang digunakan ialah framing dari Robert N
(menekankan penyelesaian).
33
Lalu setelah ditemukan maka langkah kedua ialah menjelaskan empat
Tabel 3
Hasil Akhir Analisis framing model Robert N Entman
problem indentification Peristiwa dilihat sebagai sesuatu yang
mana positif dan yang mana negatif
causal interpretation Siapa atau apa yang dianggap
penyebab masalah
moral evaluation Penilaian atas penyebab masalah
treatment recommendation Menawarkan suatu cara penanganan
masalah dan kadang kala
memprediksikan hasilnya
Sumber: Data Sekunder Peneliti, Desember 2019.
temuan penting dalam penelitian ini. Setelah itu, peneliti juga akan
34
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
dalam kehidupan sosial. Ada tiga (3) tokoh utama dalam film ini yaitu :
Penyutradaraan.
terpilih menjadi Film Pendek Fiksi Terbaik di Ganesha Film Festival ITB
35
(2009), 12th Shanghai International Film Festival, dan 8th Beijing Film
horor yang berjudul Hi5teria untuk segmen berjudul Loket. Lalu Pada 2016
(The Silent of Mob), yang bercerita tentang seorang sopir yang datang ke
keluarga dan sopir lain membawanya pada sebuah transaksi sengit kelas
pada tahun 2017 di 4th Chennai International Short Film Festival (Chennai,
India), Shared Sight International Short Film Festival (Rumania), dan Asia
Awards (2016) dan Apresiasi Film Indonesia tahun (2016). Selain produksi
film, Harvan juga menjadi juri pada Barcelona Asian Film Festival (2018)
36
Tabel 5:
Filmografi Harvan Agustriansyah
cerita yang dirangkum dalam film Empu - Sugar on The Weaver’s Chair,
37
(https://ayobandung.com/read/2019/09/30/65304/empu-kisah-perempuan-
tanpa-harus-menggeser-posisi-laki-laki).
Karakter utama dalam film ini diperankan oleh tiga perempuan yaitu :
1) Annisa Hertami
(Gambar 4)
pertama kali dikenal lewat film Soegija (2012) dan terlibat dalam
2) Putry Moruk
(Gambar 5)
Putry adalah aktris lokal (NTT) yang pernah terlibat dalam produksi
38
film bioskop seperti Aisyah -Biarkan Kami Bersaudara (2016).
aturan sosial dan hukum yang tidak berpihak kepada pada mereka.
3) Tiara Arianggi
(Gambar 6)
Selain tiga karakter utama, dalam film ini ada beberapa pemain
pendukung:
39
Tabel 6:
Data Nama Tokoh Pemain Pendukung Dan Karakter Pemain
Pendukung
NO TOKOH KARAKTER
1 Adi Marsono sebagai Dalam film Empu,
Suryadi Suryadi berperan sebagai
suami Sutringah yang
menolak akan adanya
kesetaraaan antara laki-
laki dan perempuan.
40
5 Ninda F Putry sebagai Dalam Film Empu,
Ningsih Ningsih berperan sebagai
seorang yang akan
membantu Yati pada
bengkel lurik mereka dari
Yati yang diminta oleh
Suyonto (Bapak Yati).
6 Try Sudarsono sebagai Dalam Film Empu,
Suyonto Suyonto berperan sebagai
bapak dari Yati.
41
11 Eleonora Saijo sebagai Ana Dalam Film Empu, Rossa
berperan sebagai seorang
janda temannya Maria.
42
Film ini menceritakan tentang tiga wanita di tiga daerah di Indonesia
(filmfreeway.com/SugaronTheWeaversChair).
43
4.2. HASIL PENELITIAN
dialog tentang konstruksi gender yang dibangun dalam film Empu, yaitu:
DATA 1
Konstruksi kesetaraan gender tentang penolakan kesetaraan posisi laki-laki
dan perempuan sebagai suami-istri dalam sebuah rumah tangga.
Tabel 7:
Data Scene 2
TIME CODE
00:00:00-00:01:06
ADEGAN
Suara seseorang berbicara tentang gender mengantarkan kita ke sebuah
seminar yang di penuhi oleh puluhan petani dan pengolah gula, mereka
kebanyakan pasangan suami dan istri. Di antara mereka ada Suryadi (36th)
dan Sutringah (29th). Suryadi dengan ekspresi tidak suka berdiri pergi dari
seminar itu, padahal seminar belum usai. Sutringah mengikutinya yang
berjalan keluar tidak peduli.
VISUAL
DIALOG
Pembicara :
44
Ini adalah bentuk kesetaraan gender, maksudnya adalah suami dan istri setara
dalam berkerja sama. Selama ini, kaum istri bekerja lebih banyak daripada
para suami. Sehabis laki-laki pulang dari bertani lalu malah nongkrong atau
ngopi-ngopi, membiarkan istri dengan segudang pekerjaan. Ya, ngolah nira,
ngurus anak, ngurus rumah, nyiapin bapak makan. Ini yang maksudnya harus
ada perubahan. Keharmonisan kerjasama mempengaruhi produk yang bapak
dan ibu hasilkan.
Suryadi :
Ngomong apa sih, nga jelas.
CAST
Cast: Suryadi, Sutringah, Pembicara, extras petani dan pengolah gula.
Lokasi : Bayumas
Tabel 8
Analisis Framing Data Scene 2
45
mereka.
DATA 2
Konstruksi kesetaraan gender tentang penolakan kesetaraan posisi laki-laki
dan perempuan sebagai suami-istri dalam sebuah rumah tangga.
Tabel 9:
Data Scene 3
TIME CODE
00:01:07-00:01:36
ADEGAN
Suryadi berjalan sambil melinting rokok. Sutringah berjalan mengikutinya.
Mereka berjarak agak jauh. Suryadi seperti berbicara sendiri, tapi sebenarnya
ingin di dengar istrinya.
VISUAL
DIALOG
Suryadi : (ngegrerutu)
Apa itu, setara…setara. Laki-laki perempuan. Ndak ada itu.
Suryadi cont’d:
Suami tetep mimpin keluarga, cari nafkah, istri bantu di dapur, ngurus
rumah, ngurus anak, istri ya tetep nurut sama suami.
46
CAST
Cast : Suryadi, Sutringah
Lokasi : Bayumas
Tabel 10:
Analisis Framing Data Scene 3
47
DATA 3
Konstruksi kesetaraan gender tentang bias pemahaman kekuatan laki-laki
dan perempuan dalam kehidupan sosial
Tabel 11:
Data Scene 8
TIME CODE
00:04:49-00:05:26
ADEGAN
Di dalam bis, Maria ekspresinya masih memendam kesal. Terdengar di
belakang, Ana sedang berbicara dengan kenek bus mengenai bayaran
yang kurang. Maria mendengarkan percakapan dua orang dengan
ekspresi muka Maria yang datar. Perdebatan kenek dan Ana diakhiri
dengan ekspresi kekecewaan dari si kenek.
VISUAL
DIALOG
Kenek :
Ibu dong berapa orang
Ana :ini, ini, ini, ini, deng saya
Kenek :Hae, ini kurang e ibu
Ana :Hae, itu su pas tu konjak, sedikit lagi kami su turun ju.
Kenek :Hae, masa ibu dong enam orang masa hanya bayar empat sa ini,
48
Ana :Hae u jang begitu deng kami yang janda-janda dong ini. Kami ini
sementara berjuang
Kenek :saya ju sementara berjuang e ibu, untuk sa pu anak istri di rumah
Ana :Ho sudah, cukup su tidak uang lagi
CAST
Cast : Maria, Ana, Kenek, dan Extras
Lokasi : Desa Pantae, Kabupaten TTU
49
DATA 4
Konstruksi kesetaraan gender tentang tradisi dan posisi anak perempuan
dalam mengemukakan ide dan gagasan.
Tabel 13:
Data Scene 16
TIME CODE
00:12:48-00:13:56
ADEGAN
Sambil menjemur benang,bapak dan yati sedang berdiskusi
VISUAL
DIALOG
Yati :Pak, aku pingin usaha kita maju pak, tidak begini terus, aku mau
mencoba mencampur warna warna terang ke kain kita itu loh pak.
Bapak :iya, bapak tahu yati, tapi tidak seperti itu caranya, kamu kan tahu
usaha ini warisan ayah nya bapak, jadi untuk urusan warna,kita harus tetap
setia pada warna warna dasar pakem kain lurik.
Yati :tapi pak untuk,
Bapak :Pelanggan kita kan banyak, Harusnya kita bersyukur atas kelimpahan
rejeki ini.
Yati :(Ekspresi Kecewa)
Bapak :Heh, Ningsi gimana pekerjaannya?
50
Yati :Bagus banget pak. Sampai aku ga punya pekerjaan untuk dilakukan.
CAST
Cast : Yati & Bapak
Lokasi : Rumah Lurik, Klaten
51
DATA 5
Konstruksi kesetaraan gender tentang hubungan orang tua dan anak,
khususnya anak perempuan dalam hal kesempatan untuk mengambil
keputusan dalam berpendapat dan berkarya.
Tabel 15:
Data Scene 25
TIME CODE
00:24:23-00:00:25:56
ADEGAN
Yati keluar dari dalam kamar dengan bersemangat, dia mengenakan
seragam baru warna putih-hitam khas seragam pabrik. Yati lalu
menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Bapaknya kemudian melepas
kepergian Yati dengan suasana hati yang campur aduk.
VISUAL
DIALOG
Yati : Pak,
Bapak : iya ndu
Yati : Aku keterima kerja di pabrik, aku pengen kerja di luar pak
Bapak: Sudah kamu pikir masak-masak?
Yati : Sudah pak, aku ingin melihat dunia luar, aku tidak ingin
seperti paman bujo, bibi sumi, apalagi seperti kakek joyo yang
52
sampai tua bekerja di sini, aku pengen berguna pak!
Bapak : Jadi, selama ini kamu merasa tidak berguna?
Yati : (Yati menggeleng lalu hendak beranjak pergi)
Bapak : Yati, apakah kamu sudah mantap dan yakin? Kamu kan
belum pernah kerja dengan orang lain. Apalagi di pabrik. ya sudah
kalau memang itu pilihanmu, bapak tidak bisa menolak
CAST
Cast : Yati & Bapak
Lokasi : Rumah Lurik, Klaten
Tabel 16:
Analisis Framing Data Scene 25
53
DATA 6
Konstruksi kesetaraan gender tentang posisi perempuan dan kaum difabel
dalam lingkungan kerja
Tabel 17:
Data Scene 27
TIME CODE
00:26:12-00:00:27:42
ADEGAN
Yati menemui Pak Wahyudi, seorang supervisor pabrik yang
menerimanya. Pak Wahyudi memperlihatkan segala isi pabrik dan
tempat yang akan di isi oleh Yati untuk bekerja. Namun yati sempat
menolak karena posisi yang diberikan untuknya tidak sesuai dengan
posisi yang dilamar oleh Yati.
VISUAL
DIALOG
Wahyudi :Saya akan menunjukan beberapa bagian dari pabrik ini, ini
bagian trimming, bagian trimming itu bagian membersihkan sisa sisa
yang habis di jahit yang benang benangnya lebih, biasanya di gunting,
atau di bersihkan, paham ya?
Yati : Ya pak.
Wahyudi :ini bagian menjahit, jahitnya dari pola yang di satukan
menjadi pakaian, jadi nanti drawing nya ada bagian per bagian, mulai
dari atas bawah, kan sendiri sendiri. Nah ini bagian tempat kerjamu,
54
kamu saya tempatkan di bagian pemintalan benang.
Yati : Tapi, maaf pak apa tidak salah? Saya kan melamar sebagai pola
dan desain, kok jadi bagian benang ya pak?
Wahyudi :Jadi gini yah yati, semua yang mau kerja disini harus mau
di tempatkan dimana saja, kalau hasil kerjamu bagus yah bisa naik. Ya
sudah ya saya banyak kerjaan, saya tinggal dulu.
CAST
Cast : Yati & Pak Wahyudi
Lokasi : Pabrik Konveksi, Klaten
Tabel 18:
Analisis Framing Data Scene 27
55
DATA 7
Konstruksi kesetaraan gender, tentang posisi istri sebagai pencari nafkah
dalam sebuah rumah tangga.
Tabel 19:
Data Scene 30
TIME CODE
00:28:44-00:31:01
ADEGAN
Sutringah pulang dari pabrik untuk melamar kerja. Setibanya di rumah
terjadi percakapan dengan suaminya, yang menolak sutringah untuk
menjadi buruh pabrik dengan alasan, tidak ingin mereka menjadi babu
orang.
VISUAL
DIALOG
Suryadi: Dari mana kamu
Sutringah: Dari pabrik
Suryadi: Mau jadi babu orang kamu? Aku masih sanggup hidupin kalian!
Ngapain ngemis, kerja sama mereka.
Sutringah: Aku ndak diterima, katanya aku disuruh nunggu sebulan. Aku
bilang nggak bisa, aku butuh cepet.
Suryadi: Sudah lama aku jadi babu orang, aku nggak mau kamu jadi babu
orang lain juga. Kamu tetep ngaduk gula. Jangan bantah aku.
Sutringah: Mas, aku itu sudah berhutang kemana-mana! Sudah ditagih
terus. Sri itu sebentar lagi ujian. Aku harus cari uang dari mana lagi mas.
Mas, Biarlah aku cari uang ya.
56
Suryadi: Kamu jadi makin membuat aku tambah nggak berguna
CAST
Cast : Sutringah & Suryadi
Lokasi : Rumah Sutringah, Banyumas
Tabel 20:
Analisis Framing Data Scene 30
57
DATA 8
Konstruksi kesetaraan gender, tentang posisi perempuan dalam lingkungan
sosial yang turut ditentukan oleh pandangan sosial terhadap jenis pekerjaan
yang layak dilakukan oleh seorang perempuan atau laki-laki. Khususnya
bagi seorang perempuan yang berstatus istri.
Tabel 21:
Data Scene 41
TIME CODE
00:38:44-00:41:02
ADEGAN
Sutringah dan Rani pulang dari menimbang gula. Dalam perjalanan pulang
terjadi percakapan diantara mereka berdua tentang Rani yang tidak lagi bisa
menolong Sutringah, dan Sutringah yang mencoba menanyakan pada Rani
kalua dia menjadi pengiris nira.
VISUAL
DIALOG
Rani: Oh tri, ini bagian kamu a tri.
Sutringah: Ran, ran, kamu kok diam saja to?
Rani: KAmu jagan marah aku ya tri, kayaknya aku udah nggak bisa bantu
kamu lagi ya tri. Penghasilan aku sama suami aku itu udah pas-pasan ya tri.
Jadi aku ya, kalua harus bayar kamu buat ngaduk gula, terus tengan susah
tri. Kondisiku juga berat.
Sutringah: Iya, ndak apa-apa ran
Sutringah: Menurutmu piye kalau aku mengirs nira?
Rani: Heh, ngawur! Apa pantas seorang perempuan panjat kelapa!? Aneh-
58
aneh saja kamu tri. Kamu mau apa jadi omongan tetangga. Tidak pantas.
Sutringah: Trus aku harus buat apa?
Rani: Aduh, aku harus pulang ya tri. Aju harus masak dulu buat suamiku.
Aku duluan ya.
CAST
Cast : Sutringah, Rani, extras pemanjat kelapa
Lokasi : Jalan pulang, Kebun Kelapa- Banyumas
Tabel 22:
Analisis Framing Data Scene 41
59
DATA 9
Konstruksi kesetaraan gender tentang kekuatan perempuan untuk
mengambilan keputusan sekaligus mempertahankannya dalam kehidupan
sosial.
Tabel 23:
Data Scene 42
TIME CODE
00:41:02-00:43:16
ADEGAN
Maria pergi seorang diri mengikuti kemana Pak Guru Manuel berjalan. Pak
Guru Manuel berjarak 10-meter di depan Maria, kadang menoleh karena risih
di ikuti. Maria semakin dekat dengan Pak Guru Manuel. Sehingga membuat
Pak Guru Manuel risih. Maria terus mengikutinya. Manuel menghentikan
langkahnya. Sedikit ngos ngosan. Maria menatap tajam Pak Guru Manuel. Pak
Guru Manuel meneruskan jalannya. Maria berjalan, Manuel lalu berhenti lagi,
Maria terdiam, menunduk mengingat masalahnya. Manuel terdiam. Dia sedih
juga kelihatannya.
VISUAL
DIALOG
Pak Manuel : Ibu tidak bisa melakukan ini pada saya.
Maria : Saya bisa lakukan apa yang saya mau Pak. Kalo bapak tidak mau
berjanji, saya akan terus ikuti bapak kemana bapak pergi.
Pak Manuel : Lalu kenapa harus saya, kenapa harus di sekolah saya?
Maria : Maafkan saya Pak Guru. Saat ini saya khawatir tidak akan bisa lagi
melihat rumah Biboki. Bangunan yang telah saya dan teman teman kelompok
penenun bangun dengan susah payah sabagai simbol keberadaan tradisi tenun
desa ini pak.
60
Pak Manuel : Kenapa?
Maria : Bangunan tersebut ada di atas tanah yang menjadi sengketa di
pengadilan.
Pak Manuel : Saya pernah dengar tentang Rumah Biboki itu. Ibukah
pendirinya?
Maria : Iya. Kami sedang terancam kehilangan Rumah Biboki karena mereka
semua tidak peduli dengan tradisi tenun ini. Seandainya mereka memiliki
kepedulian, pasti ini tidak akan terjadi. Karena itu saya melihat kepedulian ini
harus ditanamkan kembali, lewat generasi muda yang Pak Guru pimpin. Dan
memulainya dari desa saya. Hanya itu keinginan saya. Tidak yang lain Pak
Guru.
Pak Manuel : Ya sudah, sekarang ibu pulang.
Maria : Terima kasih.
CAST
Cast : Maria dan Pak Guru Manuel
Lokasi : Desa Pantae, Kabupaten TTU
Tabel 24:
Analisis Framing Data Scene 42
61
DATA 10
Konstruksi kesetaraan gender tentang posisi perempuan di tempat kerja,
dalam hal ini berhubungan dengan penilaian terhadap kemampuan
perempuan dan kesempatan untuk menempati posisi tertentu.
Tabel 25:
Data Scene 45
TIME CODE
00:45:01-00:47:33
ADEGAN
Yati yang sedang berusaha menunjukan desain yang telah dia buat,namun
pak wahyudi menolak, sehingga terjadi pertikaian antara Yati dan Pak
Wahyudi, datanglah fajar untuk menenangkan Yati namun usaha dari fajar
tidak di hiraukan oleh Yati. Pada akhirnya Yati meminta untuk berhenti
bekerja pada pabrik koveksi.
VISUAL
DIALOG
Yati : Pak Wahyudi, saya ingin menunjukan sesuatu.
Pak Wahyudi : Dari mana saja kamu? Kamu tahu kan jam kerja di sini itu
ketat. Jadi walaupun kondisimu seperti ini, tidak ada alasan untuk
terlambat.
Yati : Maaf ya pak, tadi saya dari tempat kain rijek, saya ingin
menunjujkan ini pak (sambil memberikan bukunya ke pak wahyudi).
Bagaimana pak, apakah saya sudah boleh pindah ke bagian desain pak?
Pak Wahyudi : Bagi kami, kamu belum pantas bergabung di bagian
desain.
Yati : Ah pak, tapi saya bisa kok mengerjakan lebih dari ini kok pak,
pak...pak...
Pak Wahyudi : Kamu bisa pindah kalau kamu sudah ahli dalam suatu
62
bidang.
Yati : Berapa lama sampai saya di katakan ahli pak?
Pak Wahyudi : Hey yati, asal kamu tahu ya, saya bisa jadi supervisior
setelah 10 tahun. sama seperti kamu, saya juga kerja dari bawah.
Yati : Jangan samakan saya seperti bapak dong pak! mungkin bapak butuh
10 tahun, tapi saya yakin saya bisa lebih baik pak.
Fajar : Yat...yati...yati...
Yati : kenapa fajar? saya cuman menanyakan hak saya kok.
Fajar : Yati....
Yati : Bapak anggap saya boneka disini, bapak anggap saya hanya
pelengkap karyawan difabel disini, sehingga saya tidak dapat menempati
pekerjaan yang lain, begitu? Bapak pikir saya tidak bisa? saya cuman
membutuhkan kesempatan pak.
Pak Wahyudi : Kamu kerja disini saja itu merupakan suatu kesempatan.
Yati : Baikl kalau itu maunya bapak, terimakasih atas kesempatannya pak,
saya tahu sekarang, saya jauh lebih berharga dari pada jadi karyawan
difabel di pabrik ini, dan saya tahu dimana harus saya berada sekarang.
Permisi pak.
CAST
Cast : Yati, Pak Wahyudi, Fajar
Lokasi : Pabrik Konveksi, Klaten
Tabel 26:
Analisis Framing Data Scene 45
63
lalu
menyadari
bahwa dia
lebih dianggap
berguna di
rumah tempat
usaha lurik
keluarganya.
DATA 11
Konstruksi kesetaraan gender tentang perempuan mendukung perempuan
dan melestarikan tradisi.
Tabel 27:
Data Scene 50
TIME CODE
00:50:51-00:52:17
ADEGAN
Maria memberi contoh langsung dengan alat tenunnya kepada anak-
anak SD yang datang ke rumah Maria Bersama pak Guru Manuel.
VISUAL
DIALOG
Pak Manuel: Anak anak. Saat bapak kecil, ayah dan ibu bapak menghidupi
bahkan mampu membiayai bapak sekolah menjadi guru karena kain tenun
yang dibuat mereka.
Pak Manuel (Cont’d): Apa yang kalian lihat sekarang adalah milik kalian.
Kalian harus jaga, lindungi cintai dan berkarya dengan tenun tradisi kalian
ini.
Pak Manuel (Cont’d):Ibu Maria, sementara ini yang bisa saya bantu, kita
belajar di luar dari mata pelajaran wajib. Namun ini juga ada penilaian
untuk nilai tambah anak anak. Sambil dalam proses mengajukan ke pihak
pusat.
Maria:Terima kasih Pak Guru.
64
CAST
Cast: Maria, Pak Guru Manuel, Ana, Rosa, dan Murid
Lokasi: Desa Pantae, Kabupaten TTU
Tabel 28:
Analisis Framing Data Scene 50
65
DATA 12
Konstruksi kesetaraan gender tentang kesempatan yang di berikan kepada
perempuan dalam berkarya.
Tabel 29:
Data Scene 55
TIME CODE
00:55:50-00:56:13
ADEGAN
Terlihat kesibukan di dalam bengkel tenun, dimana yati telah sukses
mengembangkan usaha keluarganya, dan banyak pengunjung yang
sedang menawar hasil tenun lurik.
VISUAL
DIALOG
-
CAST
Cast : Yati, Bapak, Pengunjung.
Lokasi : Bengkel Lurik, Klaten
66
Tabel 30:
Analisis Framing Data Scene 55
67
DATA 13
Konstruksi kesetaraan gender dalam lingkungan sosial, dalam hal ini
kesempatan peerempuan untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya
dinilai hanya bisa dilakukan oleh laki-laki.
Tabel 31:
Data Scene 56
TIME CODE
00:56:13-00:57:11
ADEGAN
Expresi wajah para pengolah nira melihat sesuatu yang tidak seperti
biasa mereka lihat sehari-hari.
Laki-laki dan perempuan mengelilingi Sutringah.
Sutringah melihat ke atas pohon yang tinggi sekali. Di badannya
sudah banyak atribut memanen nira.
Amrin berempati, mulai mendekati Sutringah. Lalu ia mengulurkan
tangan, membantu dan mengajari caranya naik pohon.
Sutringah memanjat pohon kelapa untuk memanen nira.
VISUAL
DIALOG
CAST
Cast : Sutringah, Rani, Amrin, dan extras bapak-bapak dan ibu-ibu
pengolah nira
Lokasi : Perkebunan kelapa, Banyumas
68
Tabel 32:
Analisis Framing Data Scene 56
69
4.3. Analisis Framing Tentang Konstruksi Kesetaraan Gender Pada Film
Empu
film yang ada dalam film Empu akhirnya peneliti menemukan data berupa
pemilihan shot, adegan, dialog dan keterangan yang terkait dengan masalah
sebelumnya kemudian dibagi menjadi tiga (3) frame analisis, sebab film
Empu dibangun berdasarkan (3) tiga karakter utama dengan alur cerita yang
Recommendation.
Sutringah
Tabel 33:
Frame Cerita Sutringah dari Desa Cilongok, Bayumas
70
2 Suryadi, Situasi One Take Penyuluh
Sutringah, Penyuluhan Suryadi
Pembicara,
extras petani
dan pengolah
gula
3 Suryadi, Perjalanan Long Shot Suryadi
Sutringah, Pulang dari Medium
tempat Shot
Penyuluhan Track In
Sutringah
30 Sutringah, Suryadi Full Shot Sutringah,
Suryadi terbaring Medium Suryadi
di tempat Shot
tidur Medium
Sutringah Close Up
pulang Close Up
melamar
kerja Low &
Terjadi High
perdebata Angle
n soal
Sutringah
yang
hendak
bekerja
mengganti
kan
Suryadi
41 Sutringah, Perjalanan Full Shot Sutringah,
Rani, extras pulang dari Medium Rani,
pemanjat tempat Shot
kelapa timbang Medium
gula Close Up
(Koperasi Close Up
Nira) Low &
Rani High
berujar Angle
untuk tidak
lagi bisa
membantu
sutringah
mengaduk
gula milik
mereka.
56 Sutringah, Sutringah Full shot -
Rani, Amrin, memulai Medium
dan extras pekerjaann Shot
bapak-bapak ya sebagai Close Up
71
dan ibu-ibu pemanjat/ High
pengolah pengiris Angle
nira nira kelapa
yang berbunyi:
“Sudah lama aku jadi babu orang, aku nggak mau kamu
jadi babu orang lain juga. Kamu tetep ngaduk gula. Jangan
bantah aku”.
72
Selanjutnya pada Scene 41, ide Sutringah untuk bekerja
pengiris nira kelapa dengan dibantu oleh warga laki-laki lain yang
peristiwa, penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga
kecelakaan dan hampir pasti sudah tidak lagi bisa untuk memanjat
73
Make moral judgment adalah elemen framing yang dipakai
74
Sutringah. Hasilnya, perempuan mampu melakukan hal-hal yang
dapat dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert N. Entman,
yakni mengenai seleksi isu dan penonjolan aspek realitas tertentu. Pada
dimensi seleksi isu, Harvan memilih kehidupan rumah tangga sebagai dasar
Tabel 34:
Frame Cerita Maria dari Desa Pantae – TTU
75
High
Angle
dimengerti. Hal ini Nampak pada adegan dalam bis, ketika kenek
hendak menagih biaya bis pada Ana (rekan Maria). Terdapat teks dialog
Ana
Hae u jang begitu deng kami yang janda-janda dong ini. Kami ini
sementara berjuang
Kenek
76
saya ju sementara berjuang e ibu, untuk sa pu anak istri di
rumah
Ana
Ho sudah, cukup su tidak uang lagi
alami.
ketika Maria ngotot mengejar pak guru Manuel untuk berbicara tentang
Pak Manuel:
Ibu tidak bisa melakukan ini pada saya.
Maria:
Saya bisa lakukan apa yang saya mau Pak. Kalo bapak tidak mau
berjanji, saya akan terus ikuti bapak kemana bapak pergi.
panjang lebar, Manuel hanya menjawab “Ya sudah, sekarang ibu pulang”,
77
persoalan yang menjadi sebab tindakan tersebut. Namun Maria
perempuan yang sejak dulu sudah dapat bekerja sama, seperti pada
Pak Manuel:
Anak anak. Saat bapak kecil, ayah dan ibu bapak menghidupi bahkan
mampu membiayai bapak sekolah menjadi guru karena kain tenun
yang dibuat mereka.
sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa
(what), tetapi bisa juga siapa (who), dan yang muncul dalam Cerita
78
Maria adalah what, yaitu berhubungan dengan posisi tawar mereka
ini, keputusan moral Pak Manuel adalah tindakan nyata positif yang
sebagai penenun, saat itu rawan kehilangan tempat usaha mereka karena
ini, Maria dihadapkan pada situasi yang cukup rumit, Maria sebagai
79
tempat usaha yanag ia miliki bersama teman-teman perempuan penenun
manuel) untuk meminta Tradisi tenun menjadi salah satu materi yang
Cerita ini dapat dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert
kompleks.
Tabel 35:
Frame Cerita Yati dari Klaten – Jawa Tengah
Scene Cast Adegan Shot Dialog
16 Yati & Percakapan Full Shot Yati
80
Bapak Yati dan Medium Bapak
Bapak Shot
Low &
High
Angle
25 Yati & Percakapan Medium Yati
Bapak Yati dan Shot Bapak
Bapak Medium
Close Up
81
Define Problems (Pendefinisan masalah) adalah elemen pertama
baru (cerah) para kain lurik yang mereka produksi. Hal ini nampak pada
Yati:
Pak, aku pingin usaha kita maju pak, tidak begini terus, aku mau
mencoba mencampur warna warna terang ke kain kita itu loh pak.
Bapak:
iya, bapak tahu yati, tapi tidak seperti itu caranya, kamu kan tahu
usaha ini warisan ayah nya bapak, jadi untuk urusan warna, kita
harus tetap setia pada warna warna dasar pakem kain lurik.
Yati:
tapi pak untuk,
Bapak:
Pelanggan kita kan banyak, Harusnya kita bersyukur atas kelimpahan
rejeki ini.
komunikasi ini terjadi diantara Orang Tua dan Anak. Yati yang kecewa
karena idenya untuk menciptakan hal baru dari bisnis keluarganya yang
ada perubahan. Hal ini nampak pada adegan di Scene 25 ketika terjadi
82
Yati:
Aku keterima kerja di pabrik, aku pengen kerja di luar pak
Bapak:
Sudah kamu pikir masak-masak?
Yati:
Sudah pak, aku ingin melihat dunia luar, aku tidak ingin seperti
paman bujo, bibi sumi, apalagi seperti kakek joyo yang sampai tua
bekerja di sini, aku pengen berguna pak!
Bapak:
Jadi, selama ini kamu merasa tidak berguna? (Yati menggeleng lalu
hendak beranjak pergi)
Bapak:
Yati, apakah kamu sudah mantap dan yakin? kamu kan belum pernah
kerja dengan orang lain. apalagi di pabrik. ya sudah kalau memang
itu pilihanmu, bapak tidak bisa menolak.
posisi tawar yati sebagai perempuan dan juga sekaligus anak yang tidak
bisa membantah orang tuanya pada saat itu, karena alasan tradisi.
Yati:
Tapi, maaf pak apa tidak salah? saya kan melamar sebagai pola dan
desain, kok jadi bagian benang ya pak?
Wahyudi:
Jadi gini yah yati, semua yang mau kerja disini harus mau di
tempatkan dimana saja, kalau hasil kerjamu bagus yah bisa naik. ya
sudah ya saya banyak kerjaan, saya tinggal dulu.
berlansung pada awal adegan pada Scene 45, ketika Yati masih yakin
Yati:
83
Pak Wahyudi, saya ingin menunjukan sesuatu.
Pak Wahyudi:
Dari mana saja kamu? Kamu tahu kan jam kerja di sini itu ketat. Jadi
walaupun kondisimu seperti ini, tidak ada alasan untuk terlambat.
Yati:
Maaf ya pak, tadi saya dari tempat kain rijek, saya ingin menunjujkan
ini pak (sambil memberikan bukunya ke pak wahyudi). bagaimana
pak, apakah saya sudah boleh pindah ke bagian desain pak?
Pak Wahyudi:
Bagi kami, kamu belum pantas bergabung di bagian desain.
Yati:
Ah pak, tapi saya bisa kok mengerjakan lebih dari ini kok pak,
pak...pak...
Pak Wahyudi:
Kamu bisa pindah kalau kamu sudah ahli dalam suatu bidang.
Yati:
Berapa lama sampai saya di katakan ahli pak?
Pak Wahyudi:
Hey yati, asal kamu tahu ya, saya bisa jadi supervisior setelah 10
tahun. sama seperti kamu, saya juga kerja dari bawah.
Yati:
Jangan samakan saya seperti bapak dong pak! mungkin bapak butuh
10 tahun, tapi saya yakin saya bisa lebih baik pak.
Fajar:
Yat...yati...yati...
Yati:
kenapa fajar? saya cuman menanyakan hak saya kok.
Fajar:
Yati....
Yati:
Bapak anggap saya boneka disini, bapak anggap saya hanya
pelengkap karyawan difabel disini, sehingga saya tidak dapat
menempati pekerjaan yang lain, begitu? Bapak pikir saya tidak bisa?
saya cuman membutuhkan kesempatan pak.
Pak Wahyudi:
Kamu kerja disini saja itu merupakan suatu kesempatan.
Yati :
Baikl kalau itu maunya bapak, terimakasih atas kesempatannya pak,
saya tahu sekarang, saya jauh lebih berharga dari pada jadi
karyawan difabel di pabrik ini, dan saya tahu dimana harus saya
berada sekarang. Permisi pak.
84
pernyataan wahyudi “Kamu kerja disini saja itu merupakan suatu
bidang desain dan pola adalah hal yang tidak terlalu diperhitungkan oleh
Wahyudi dan perusahaan. Situasi ini juga akhirnya menjelaskan adanya pola
difabel.
kembali pada usaha keluarganya, yang juga didukung oleh sang ayah
inovasi baru dalam produksi kain lurik mereka. Walau demikian hal ini
sebagai actor dari suatu peristiwa, penyebab disini bisa berarti apa
(what), tetapi bisa juga siapa (who) dan pada konteks cerita Yati,
nampak pada ide baru Yati yang belum bisa diterima ayahnya sebab
85
sekali tidak merepresentasikan Yati sebagai pekerja profesional,
dan difabel.
dalam cerita Yati, tradisi cenderung menjadi nilai yang sulit untuk
pihak atau orang tua yang telah lama hidup dengan tradisi tersebut.
ini dipakai untuk menilai, jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan
Sehingga dalam Cerita Yati, ada scene positif bahwa Yati sebetulnya
86
Yati akhirnya mengalami sendiri situasi yang tidak menguntungkan
pabrik turut membuat Yati menyadari bahwa mandiri adalah tetap butuh
Cerita Yati ini dapat dipandang pula dari dua dimensi besar framing
87
Penelitian ini menunjukan bagaimana sebuah isu kesetaraan gender
dengan tiga cerita kasus yang berbeda-beda. Sutringah dengan masalah sikap
dan pola pikir suami serta kondisi ekonomi keluarganya, Maria dengan
masalah hukum yang membelit usaha melestarikan tradisi tenun, dan Yati
yang belum bisa berinovasi karena terjebak dalam tradisi warisan keluarga.
posisi perempuan dalam menghadapi situasi sosial, ekonomi dan hukum yang
ternyata bisa setara, jika perempuan itu mau untuk bersikap dan berpendapat,
itu, melalui adegan-adegan dan dialog tertentu dalam setiap cerita yang
digambarkan film Empu, ada upaya ingin memberikan efek berupa influence
atau pengaruh serta contoh kasus sebuah tindakan yang dinilai baik dan
buruk.
Tabel 36.
Hasil Gabungan Data Tiap Cerita dalam Film Empu
88
1 Problem Masalah Masalah Masalah
Identification Tradisi Tradisi Tradisi
2 Causal Suami yang Tradisi tenun Tidak ada
Interpretation tidak mau yang tidak kesempatan
menerima ide diajarkan untuk anak
tentang kepada anak dan
kesetaraan dan pendapat perempuan
gender perempuan
yang masih
sulit
didengarkan
89
diri.
90
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dari Sutringah dengan masalah sikap dan pola pikir suami serta kondisi
usaha melestarikan tradisi tenun, dan Yati yang belum bisa berinovasi
2. Adanya efek berupa influence atau pengaruh dari tindakan yang dinilai
baik dan buruk pada Film Empu, Hal tersebut terlihat dari adanya proses
tanggung jawab, serta adanya perubahan serta inovasi yang terjadi dalam
91
5.2. Saran
The Weaver’s Chair, maka ada beberapa saran yang dapat menjadi masukan untuk
semiotika.
1. Bagi calon peneliti yang ingin meneliti tentang film agar memilih
film yang tidak hanya kuat dari aspek teknis tetapi juga plot serta
pada film bisa mencoba mencari tahu tentang semiotika teater dan
92
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
INTERNET
1. https://ayobandung.com/read/2019/09/30/65304/empu-kisah-perempuan-tanpa-
harus-menggeser-posisi-laki-laki
2. http://id.wikipedia.org/read/2019/12/07/68904/wiki/Harvan-Agustriansyah
3. http://imdb.Filmography.com/Read/2019/12/07/87904/imdb/Harvan-
Agustriansyah
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pada Tahun 2013 penulis menjadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana Kupang dengan Berkonsentrasi
Jurnalistik.