Anda di halaman 1dari 2

Nama : WINDA WIDIASARI

NIM : 2108200018

Kelas/Prodi : 1B/Pendidikan Bahasa Indonesia

NILAI-NILAI FILOSOFIS KAGALUHAN DALAM BIDANG BUDAYA

Berbicara mengenai kebudayaan yang dapat dinikmati melalaui kesenian, di Kabupaten Ciamis
terdapat beberapa kesenian buhun/ tua seperti Ronggeng Gunung dan Gondang Buhun. Kedua kesenian
ini merupakan warisan nenek moyang dari zaman kerajaan Galuh karena masyarakat Galuh dikenal
sebagai masyarakat agraris yang selalu bertani/ berladang di kebun. Untuk melepas lelah maka
masyarakat Galuh menciptakan suatu hiburan yang tidak jauh dari kebiasaannya bertani seperti
menumbuk padi serta tari-tarian. Selain bertujuan untuk hiburan, Ronggeng dan Gondang merupakan
simbol rasa syukur terhadap panen yang melimpah.

1. Ronggeng Gunung
Kesenian ronggeng gunung memiliki nilai-nilai filosofis bagi kehidupan, diantaranya
memiliki nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik dan nilai agama. Peneliti lain
mengemukakan bahwa ronggeng gunungg ini terdapat nilai filosofis yang memberikan nasehat
dalam menjalankan kehidupan, intinya harus mempunyai sikap sabar, tawakal, tekad serta
teguh pendirian. Nilai-nilai filosofis ronggeng gunung diantaranya :
 Nilai ekonomi, baik untuk individualis maupun pemerintahan daerah
 Nilai estetika, ronggeng gunung sendiri merupakan kesenian yang mencerminkan
kepribadian masyarakat sebagai sarana hiburan
 Nilai sosial, melibatkan banyak orang dalam tariannya
 NIlai politik, dalam sejarahnya tarian ini diciptakan oleh Dewi Siti Samboja dalam
menaklukan musuhnya
 Nilai agama, ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan panen
 Nilai kesabaran, dalam sejarahnya Dewi Siti Samboja sabar dalam menjalankan siasat
perang untuk melawan musuh-musuhnya. Dia juga dapat menahan emosinya
 Nilai tawakal, dalam sejarahnya Dewi Siti Samboja yakin dan bertekad untuk
mengalahkan musuhnya
 Nilai tekad/perjuangan, menggambarkan perjuangan Dewi Siti Samboja ketika
mmenghadapi musuhnya dia membentuk gerakan tari dan juga music
 Nilai pendirian yang kuat, hal ini muncul karena gerakan tarian ronggeng berupa silat
(membela diri)

2. Gondang Buhun
 Nilai religi, merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas panen yang
melimpah dan telah memberikan kesuburan kemakmuran
 Nilai sosial, saling membantu atau gotong royong, hidup sederhana dan bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengayomi dan merengkuh satu sama lain
dalam kebaikan
 NIlai etika, bertekad yakin dan teguh dalam menjalani hidup, ikhlas, semangat dan
pemberani, dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, kehidupan itu
bertahap dari bawah dan perlu kerja keras
 Nilai pendidikan dan pengetahuan, mendidik anak agar tumbuh baik sesuai harapan
 Nilai estetika, untuk menghibur masyarakat melepas penat dan mendatangkan
kegembiraan

3. Upacara Adat Ngikis


Upacara Adat Ngikis merupakan upacara adat yang diciptakan berdasarkan
pertimbangan keindahan, seni, emosi (perasaan) dan akhlak serta adat istiadat masyarakat
Karangkamulyan. Masyarakat Tatar Galuh (Karangkamulyan) meyakini bahwa siapa pun yang
telah meninggal, rohnya akan selalu ada di sekitar masyarakat (Aip, wawancara 19 Maret 2018).
Ini merupakan kepercayan asli (animisme dinamisme) yang sampai sekarang masih tertanam
dan diyakini oleh masyarakat Karangkamulyan. Ngikis adalah bagian dari penghormatan kepada
leluhur yang telah meninggal dunia, terutama leluhur Galuh yang tersebar di Tatar Galuh
khususnya Situs Karangkamulyan. Istilah “Pasaduan” dalam Upacara Adat Ngikis merupakan
permohonan maaf dan izin kepada Tuhan dan para leluhur Galuh.

Anda mungkin juga menyukai