Anda di halaman 1dari 18

Dosen Pembimbing Tugas Kelompok 1

Dr. Nurjanah., M.Si Dasar-Dasar Logika

EDUKASI
KONVERSI DAN OBVERSI

Disusun Oleh:

Tifanny Yolanda (1901110821)

Vioza Nurul Zulfia (1901110800)

Indah Suryani Fajari (1901110799)

Juniarti Maula (1901110458)

Suci Ramadhani Syafitri (1901110401)

Reni Hartika (1901110713)

Yusmi Safriani (1901110211)

Kelas A Semester II

Usaha Perjalanan Pariwisata / Administrasi

Universitas Riau

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, Inayah, taufik dan hinayahnya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami edukasi tentang
konversi dan obversi.
Kami mengakui masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2

2.1 Pengertian Konversi...................................................................2


2.2 Pengertian Obversi....................................................................3
2.3 Contoh dari Masing-Masing Faktor Konversi dan Obversi..........4
BAB III PENUTUP................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan..............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh
para ahli, yang secara umum memiliki banyak persamaan. Ada yang mengatakan
bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-
prinsip dan hukum- hukum penalaran yang tepat. Logika merupakan ilmu
pengetahuan, kecakapan atau keterampilan untuk berpikir secara lurus, tepat dan
teratur. Logika bahasa adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun
menggembangkan dan membahasa asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-
prosedur, kriteria penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran dan
tanggung jawab secara rasional.
Dalam makalah ini membahas tentang penyampaian langsung meliputi
yakni (konversi dan obversi). Konversi merupakan sebuah bentuk penyimpulan
langsung di mana subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar atau di balik
tempatnya sehingga yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket
menjadi subjek, tanpa mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di
dalamnya. Sedangkan obversi merupakan sebuah proses penyimpulan langsung di
mana sebuah proposisi penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana Pengertian Konversi?
2. Bagaimana Pengertian Obversi?
3. Bagaimana Contoh dari Masing-Masing Faktor Konversi dan Obversi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian Konversi.
2. Mengetahui Pengertian Obversi.
3. Mengetahui Contoh dari Masing-Masing Faktor Konversi dan Obversi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konversi


Menurut (Rapar, Jan Hendrik, 1996:41), mengatakan bahwa konversi
adalah jenis penarikan konklusi secara langsung dengan membalikkan atau
mempertukarkan term predikat menjadi menjadi term subjek, dan term subjek
menjadi term predikat. Kuantitas term subjek dan predikat harus sama dan tetap
sama sebelum dan sesudah dikonversi: kedua- duanya berdistribusi atau kedua-
duanya tidak berdistribusi. Term subjek dan term predikat yang sama- sama
berdistribusi terdapat pada proposisi E dan proposisi I. Demikian pula, kualitas
konverted (proposisi yang hendak dikonversi) dan Konverse ( proposisi yang telah
dikonversi) harus tetap sama. Jadi, jika konverted afirmatif, konversenya pun
harus alfirmatif, dan jika konvertend negatif, maka konversenya pun harus
negatif.

Menurut Sumaryono. E, (1999: 83), mengatakan bahwa konversi adalah


sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana subjek dan prediket sebuah
proposisi ditukar/ di balik tempatnya sehingga yang semula subjek menjadi
prediket dan semula prediket menjadi subjek, tanpa mengubah kualitas dan
kebenaran yang terkandung di dalamnya. Proposisi yang asli disebut konvertend
dan proposisi kesimpulanya disebut konverse.

Misalnya, konversi dari “Semua kuda adalah hewan” adalah “Beberapa


hewan adalah kuda” . Konversi dari “Tidak ada anjing adalah kucing” adalah
“Tidak ada kucing adalah anjing” . Konversi dari “Beberapa ular adalah binatang
berbisa” adalah “Beberapa binatang berbisa adalah ular”.

Jenis-Jenis Konversi :

1. Konversi Simple (Konversi Seluruhnya) adalah kualitas term subjek dan


term predikat yang diubah posisinya tidak berubah. Hanya proposisi E dan I
yang dapat dikonversikan secara simple.

2
2. Konversi Aksidental (Konversi Sebagian) adalah term subjek dan term
predikat yang dikonversikan mengalami perubahan kuantitas ini terjadi
ketika A dikonversikan menjadi I dan E di konversikan menjadi O.

2.2 Pengertian Obversi


Obversi menurut (Rapar, Jan Hendrik: 1996: 42), adalah penalaran
langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas proposisi kendatipun
maknanya tetap dan tidak boleh berubah. Adapun kuantitas obvertend (proposisi
yang menjadi premis) dan obverse (proposisi yang menjadi konklusi) juga harus
tetap sama.

Sedangkan obversi menurut Sumaryono. E, (1999: 86), adalah sebuah


proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi penyimpula alfirmatif
dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya proposisi negatif dinyatakan secara
alfirmatif.

Obversi merupakan sejenis penarikan konklusi secara langsung yang


menyebabkan terjadinya perubahan kualitas sedangkan artinya tetap sama.
Dengan perkataan lain, obversi memberikan persamaan dalam bentuk negatif bagi
proposisi afirmatif atau persamaan dalam bentuk afirmatif bagi proposisi negatif.
Tujuan pola pikir obversi adalah: menegaskan proposisi yang asli dengan
menambah proposisi lainya yang setara (ekuivalen) dan menjadi proposisi yang
kedua tersebut mempunyai makna persis sebagaimana yang dimaksud pada
proposisi yang pertama. Jika proposisi yang pertama sudah dinyatakan, maka
proposisi yang kedua tidak mungkin diingkari sebab kedua proposisi tersebut
sebenarnya identik satu sama lain walaupun berbeda bentuknya.

3
2.3 Contoh dari Masing-Masing Faktor Konversi dan Obversi
I. Konversi
Agar konklusi benar, ketentuan berikut ini harus diperhatikan.
 Jika proposisi A dikonversikan, maka hasilnya ialah proposisi I.
 Jika proposis E dikonversikan, maka hasilnya tetap proposisi E.
 Jika proposisi I dikonversikan, maka hasilnya tetap proposisi I
 Proposisi O Tidak dapat dikonversikan.

1. Konversi Proposisi A

Premis : Semua filsafat adalah manusia. (A)

Konklusi : Sebagian manusia adalah filsuf. (I)

2. Konversi proposisi E

Premis : Tak seorang pun filsuf adalah kera. (E)

Konklusi : Tak satu pun kera adalah filsuf. (E)

3. Konversi Proposisi I
Premis : Beberapa anggota ABRI adalah sarjanah. (I)
Konklusi : Beberapa sarjanah adalah anggota ABRI. (I)

4. Konversi Proposisi O
Tidak dapat dikonversikan.

Contoh:
Konverted : Tidak ada kura- kura yang disebut kucing
Konverse : Tidak ada kucing yang disebut kura- kura

Konvertend : Tidak ada anjing yang disebut kucing.


Konverse : Tidak ada kucing yang disebut anjing.

4
Konversi atau pembalikan dibedakan atas dua macam, yaitu pembalikan
sederhana dan aksidental. Pembalikan sederhana ialah pembalikan dimana subjek
dan predikat ditukar tempatnya tanpa mengurangi ataupun mengubah kuantitas
masing – masing.

1. Jenis- jenis pembalikan


Membalikkan adalah mengganti subjek dan predikat, sehingga yang
dulunya subjek, sekarang menjadi predikat dan begitu pula kebalikannya tanpa
mengurangi kebenaran keputusan itu. Hal ini dumungkinkan oleh kesamaan
antara subjek dan predikat. Tetapi sering kali keduanya tidak bias dibalikkan
begitu saja. Sebab/ luas predikat dan luas subjek sering kali tidak sama.
Ada dua macam pembalikan, yaitu pembalikan sederhana atau
seluruhnya dan pembalikan aksidental atau sebagian. Pembalikan sederhana atau
seluruhnya adalah pembalikan di mana subjek dan prediket ditukar tempatnya
tanpa menggurangi ataupun menggubah kuantitas masing- masing. Pembalikan ini
terjadi pada keputusan E yang menjadi keputusan E dan keputusan I menjadi
keputusan I.

Contoh:

E : Maha siswa bukan siswa SMU → E: Siswa SMU bukan Mahasiswa.


I : Ada orang yang bisu- tuli → I: Ada bisu- tuli yang disebut orang
Pembalikan Aksidental, disebut juga pembalikan sebagian, pembalikan
tidak sempurna, atau pembalikan terbatas. Pembalikan semacam ini adalah
pembalikan di mana subjek dan predikatnya mengalami tukar tempat, namun
kuantitas salah stunya mengalami penggurangan. Pembalikan semacam ini dapat
terjadi pada proposisi A→I atau E→O

Contoh:

A : Semua advokat adalah penegak hukum


I : Ada penegak hukum yang disebut advokat.
E : Semua pria tidak feminim.

5
O : Beberapa yang feminim bukan pria.
2. Hukum- Hukum pembalikan
1. Keputusan A hanya boleh dibalik menjadi keputusan I. Sebab dalam
keputusan afirmatif, predikat particular sedangkan subjek universal.
Luas predikat lebih besar daripada luas subjek.

Contoh: “Semua kera adalah binatang” hanya bisa dibalik menjadi


“Beberapa binatang adalah kera”, dan bukan “Semua
binatang adalah kera”.

2. Keputusan E selalu boleh dibalik. Sebab, dalam keputusan negative


seluruh luas subjek tidak dimasukkan dalam luas predikat. Karena itu,
keputusan E bisa dibalik menjadi keputusan E, tetapi juga menjadi
keputusan O.

Contoh: “Semua ayam bukan tikus” bisa dibalik menjadi “Semua


tikus bukan ayam” atau “Beberapa tikus bukan ayam”.

3. Keputusan I hanya bisa dibalik menjadi keputusan I lagi.

Contoh: “Beberapa orang itu sakit” dapat dibalik lagi “Beberapa yang
sakit itu orang (manusia)”.

4. Keputusan O tidak dapat dibalik.

Contoh: “Ada manusia yang bukan dokter” tidak dapat dibalik


menjadi “Ada dokter yang bukan manusia”.

Ada beberapa jenis konversi lain, diantaranya adalah Konversi Satuan


Ukuran Berat, Panjang, Luas dan Isi. Berikut ini adalah satuan ukuran secara
umum yang dapat dikonversi untuk berbagai keperluan sehari-hari yang disusun
berdasarkan urutan dari yang terbesar hingga yang terkecil :

km = Kilo Meter

hm = Hekto Meter

6
dam = Deka Meter

m = Meter

dm = Desi Meter

cm = Centi Meter

mm = Mili Meter

a. Konversi Satuan Ukuran Panjang

Untuk satuan ukuran panjang konversi dari suatu tingkat menjadi satu
tingkat di bawahnya adalah dikalikan dengan 10 sedangkan untuk konversi satu
tingkat di atasnya dibagi dengan angka 10.

Contoh : - 1 km sama dengan 10 hm

- 1 km sama dengan 1.000 m

- 1 km sama dengan 100.000 cm

- 1 km sama dengan 1.000.000 mm

- 1 m sama dengan 0,1 dam

- 1 m sama dengan 0,001 km

- 1 m sama dengan 10 dm

- 1 m sama dengan 1.000 mm

b. Konversi Satuan Ukuran Berat atau Massa

Untuk satuan ukuran berat konversinya mirip dengan ukuran panjang


namun satuan meter diganti menjadi gram. Untuk satuan berat tidak memiliki
turunan gram persegi maupun gram kubik.

7
Contoh : - 1 kg sama dengan 10 hg

- 1 kg sama dengan 1.000 g

- 1 kg sama dengan 100.000 cg

- 1 kg sama dengan 1.000.000 mg

- 1 g sama dengan 0,1 dag

- 1 g sama dengan 0,001 kg

- 1 g sama dengan 10 dg

- 1 g sama dengan 1.000 mg

c. Konversi Satuan Ukuran Luas

Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang. Untuk mejadi satu
tingkat di bawah dikalikan dengan 100. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat
di atasnya dibagi dengan angka 100. Satuan ukuran luas tidak lagi meter, tetapi
meter persegi (m2 = m pangkat 2).

Contoh : - 1 km2 sama dengan 100 hm2

- 1 km2 sama dengan 1.000.000 m2

- 1 km2 sama dengan 10.000.000.000 cm2

- 1 km2 sama dengan 1.000.000.000.000 mm2

- 1 m2 sama dengan 0,01 dam2

- 1 m2 sama dengan 0,000001 km2

- 1 m2 sama dengan 100 dm2

- 1 m2 sama dengan 1.000.000 mm2

8
d. Konversi Satuan Ukuran Isi atau Volume

Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang namun untuk mejadi
satu tingkat di bawah dikalikan dengan 1000. Begitu pula dengan kenaikan satu
tingkat di atasnya dibagi dengan angka 1000. Satuan ukuran luas tidak lagi meter,
akan tetapi meter kubik (m3 = m pangkat 3).

Contoh : - 1 km3 sama dengan 1.000 hm3

- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000 m3

- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000.000.000 cm3

- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000.000.000.000 mm3

- 1 m3 sama dengan 0,001 dam3

- 1 m3 sama dengan 0,000000001 km3

- 1 m3 sama dengan 1.000 dm3

- 1 m3 sama dengan 1.000.000.000 mm3

Cara Menghitung :

Misalkan kita akan mengkonversi satuan panjang 12 km menjadi ukuran


cm. Maka untuk merubah km ke cm turun 5 tingkat atau dikalikan dengan
100.000. Jadi hasilnya adalah 12 km sama dengan 1.200.000 cm. Begitu pula
dengan satuan ukuran lainnya. Intinya adalah kita harus melihat tingkatan ukuran
serta nilai pengali atau pembaginya yang berubah setiap naik atau turun
tingkat/level.

9
3. Satuan Ukuran Lain :
a) Satuan Ukuran Panjang

- 1 inch / inchi / inc / inci = 25,4 mm

- 1 feet / ft / kaki = 12 inch = 0,3048 m

- 1 mile / mil = 5.280 feet = 1,6093 m

- 1 mil laut = 6.080 feet = 1,852 km

- 1 mikron = 0,000001 m

- 1 elo lama = 0,687 m

- 1 pal jawa = 1.506,943 m

- 1 pal sumatera = 1.851,85 m

- 1 acre = 4.840 yards2

- 1 cicero = 12 punt

- 1 cicero = 4,8108 mm

- 1 hektar = 2,471 acres

- 1 inchi = 2,45 cm

b) Satuan Ukuran Luas

- 1 hektar / ha / hekto are = 10.000 m2

- 1 are = 1 dm2

- 1 km2 = 100 hektar

c) Satuan Ukuran Volume / Isi


- 1 liter / litre = 1 dm3 = 0,001 m3

10
d) Satuan Ukuran Berat / Massa

- 1 kuintal / kwintal = 100 kg

- 1 ton = 1.000 kg

- 1 kg = 10 ons

- 1 kg = 2 pounds

4. Hukum-Hukum Konversi

1. Ubah posisi subjek dari proposisi asal sehingga menjadi predikat konversi
dan ubah proposisi predikat dari proposisi asal sehingga menjadi sybjek
konversi.

2. Pertahankan kualitas proposisi asal. Jika proposisi asalnya dalah afirmatif,


konversinya tetap afirmatif. Jika proposisi asalnya negative, konversinya
tetap negative.

3. Jangan memperluas suatu term. Hendaknya tidak ada term yang


didistribusikan dalam konversi kecuali term itu didistributif dalam
proposisi asal. Jika suatu term dipakai hanya sebagai term particular
dalam proposisi asal, hendaknya term itu tidak dipakai sebagai term
universal dalam konversi.Hukum-Hukum Konversi

II. Obversi

Proses yang ditempuh untuk melakukan obversi adalah sebagai berikut:

1. Jika proposisi premis afirmatif, ubahlah menjadi negatif, dan jika


proposisi premis negatif, ubahlah menjadi afirmatif.
2. Negasikanlah term predikatnya.

11
Oleh karena proses yang ditempuh melalui dua kali negasi, prinsip
penarikan konklusi ini disebut prinsip negasi ganda (double negation). Oleh
karena itu proposisi alfirmatif diubah menjadi negatif, dan proposisi negatif
menjadi afirmatif, maka:

 Jika proposisi A diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi E


 Jika proposisi E diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi A
 Jika proposisi I diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi O
 Jika proposisi diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi I

Contoh- contoh:

1. Obversi Proposisi A

Premis : Semua presiden adalah manusia. (A)

Konklusi : Semua presiden bukan manusia. (E)

2. Obversi Proposisi E

Premis : Semua srigala bukan manusia. (E)

Konklusi : Semua srigala adalah bukan manusia. (A)

3. Obversi Proposisi I

Premis : Sebagian manusia adalah pemikir. (I)

Konklusi : Sebagian manusia bukan pemikir. (O)

4. Obversi Proposisi O

Premis : Sebagian manusia bukan pelawak. (O)

Konklusi : Sebagianmanusia adalah bukan pelawak. (I)

12
Contoh 1:

A : Semua proses berjalan sebagaimana direncanakan. (Alfarmatif)

E : Tidak ada proses yang tidak berjalan sebagaimana direncanakan.(Negatif)

Contoh 2:

A : Ini semua dapat terjadi. (Alfirmatif)

E : ini semua tidak mustahil.( Negatif)

Ada beberapa aturan dalam pikir obversi sebagai berikut:

1. Subjek pada proposisi asli (yang menggandung gagasan pokok) tidak boleh
mengalami perubahan.
2. Kualitas proposisi asli diubah dari nafirmatif menjadi negatif atau
sebaliknya dari negatif menjadi alfirmatif
3. Kualitas pada proposisi asli tidak boleh berubah: artinya, jika proposisi
tersebut adalah partikular/ universal, maka obversinya juga partikular/
universal.
4. Prediket pada kedua proposisi harus dijadikan kontradiktif artinya,
jadikanlah negatif jika prediket itu afirmatif.

Hukum – Hukum Obversi

1. S obverted sama dengan S obverse.


2. P obverse adalah kontradiktori P obvertend.
3. Kualitas obverse kebalikan dari kualitas obvertend
4. Kuantitas obverse sama dengan kuantitas obvertend.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konversi merupakan sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana
subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar atau di balik tempatnya sehingga
yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket menjadi subjek, tanpa
mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Obversi adalah sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah
proposisi penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya
proposisi negatif dinyatakan secara alfirmatif. Tujuan pola pikir obversi adalah
menegaskan proposisi yang asli dengan menambah proposisi lainya yang setara
(ekuivalen) dan menjadi proposisi yang kedua tersebut mempunyai makna persis
sebagaimana yang dimaksud pada proposisi yang pertama. Jika proposisi yang
pertama sudah dinyatakan, maka proposisi yang kedua tidak mungkin diingkari
sebab kedua proposisi tersebut sebenarnya identik satu sama lain walaupun
berbeda bentuknya. Sedangkan obversi penalaran langsung yang konklusinya
menunjukkan perubahan kualitas proposisi kendatipun maknanya tetap dan tidak
boleh berubah. Adapun kuantitas obvertend (proposisi yang menjadi premis) dan
obverse (proposisi yang menjadi konklusi) juga harus tetap sama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rapar, Jan Hendrik 1996: Pengantar Logika asas- asas penalaran sistematis.
Yogyakarta: Kasinus (Anggota IKAPI).
Sumaryono, Eugenius 1999: Dasar- dasar Logika. Yogyakarta: Kasinus (Anggota
IKIP).
Hidanul Ichwan Harun, Logika Keilmuan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014),
hlm. 63.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://annekeputrikarya.blogspot.com/2013/0
3/dasar-dasar logika.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwjUlOiajpnoAhWbWX0KHe9ABo8QFjAFegQIBBA
B&usg=AOvVaw1jr5-4DsjOTk1WXz42x6ML

15

Anda mungkin juga menyukai