Anda di halaman 1dari 8

 Konsili Vatikan II tentang: IMAN – WAHYU Manusia menyerahkan Diri (kepada) Allah

(yang) menyatakan Diri dalam Sejarah Y.B. Prasetyantha, MSF


 2. Konsili Vatikan II tentang Iman • Dei Verbum art. 5: – Kepada Allah yang menyampaikan
wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom 16:26; lih. Rom 1:5; 2Kor 10:5-6).
Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan
mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang
mewahyukan” [Konsili Vatikan I, Konstitusi dogmatis tentang iman katolik, bab 3 tentang iman:
Denz. 1789 (3008)], dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang
dikaruniakan oleh- Nya.
 3. – Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului dan
menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya
kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam
menyetujui dan menpercayai kebenaran” [Konsili Orange II, kanon 7, Denz. 180 (377); Konsili
Vatikan I, dalam konstitusi itu juga; Denz. 1791 (3010)]. Supaya semakin mendalamlah
pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-
kurnia-Nya.”
 4. • Konsili Vatikan II bicara tentang Paham Iman dengan istilah “Ketaatan iman”: – “Dengan
bebas [manusia] menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah” → lebih biblis dan personalistis dan
bukan kesetujuan intelektual semata – “Kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya
kepada Allah yang mewahyukan” → KV I unsur intelektual dari iman – “Dengan secara sukarela
menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya” → “formula magis technica”
(rumusan yang lebih teknis) → iman secara hakiki berarti kesetujuan (assensus) dengan ajaran
→ unsur kebebasan dalam iman
 5. • Konsili Vatikan II bicara tentang rahmat sebagai syarat untuk iman: – Satu peristiwa iman
dengan tiga unsur: • Akal budi (bukan suatu gerakan jiwa yang buta) • Kehendak (bukan
kesimpulan matematis tetapi suatu kesetujuan pribadi yang bebas) • Rahmat (anugerah dan
bantuan Allah)
 6. BERIMAN Perjumpaan Dinamis Opsi Fundamental Praksis Hidup Moral
 7. • Beriman adalah Perjumpaan Dinamis – Pengalaman perjumpaan yang menantang orang
menyerahkan hidup seluruhnya (ultimate concern) kepada Allah yang memanggil untuk berbagi
Hidup – Keterlibatan dinamik dari segenap kemampuan dan seluruh kemerdekaan manusia yang
aktif-hidup (R. Haight) – Hubungan eksistensial-aktual pribadi (disebut “wahyu” kalau dilihat
dari sudut Allah, diberi nama “iman” jika dilihat dari sudut manusia)
 8. • Beriman adalah Opsi Fundamental – Pengalaman Iman sepantasnya dibedakan dari
“pengalaman religius” (kerinduan terdalam manusia akan Yang Mutlak yang mengerakkannya
untuk melampaui pengalaman yang aktual dan yang mengarahkan diri pada yang tak terjangkau)
– Iman adalah pilihan mendasar untuk menjawab sapaan Allah yang menyapa manusia untuk
berbagi hidup – Dengan berpengalaman religius, kita membenahi kemampuan kita sendiri, tidak
lebih, tetapi Hidup kita menjadi lain, saat Allah berbagi Hidup  Hidup menggetarkan Hidup
 9. Lima ciri Pilihan Dasar: Otonom: bebas dari dan bebas untuk Menyelamatkan: mendukung
penghargaan untuk manusia Suci: tidak konformistis tetapi transformatif Mutlak: berupa
permohonan untuk menghargai hidup Kristiani: mengikuti Kristus lebih sungguh
 10. • Beriman adalah Praksis Hidup Moral – Beriman nyata kalau orang memperjuangkan
hidupnya, kalau orang setia pada cita-cita hidupnya, kalau orang tidak mengkhianati orang lain –
Beriman nyata kalau orang mengusahakan kesejahteraan dan kebahagiaan sesama (bertindak-
bertanggungjawab demi kepentingan bersama) – Beriman nyata kalau orang BERBUAT
MORAL
 11. Penghayatan Iman: – Ungkapan iman: tindakan orang beriman untuk menampakkan
imannya lebih eksplisit (segi kelihatan) – Perwujudan iman: tindakan orang beriman untuk
menyatakan imannya lebih sungguh (segi pembatinan)
 12. – Dibedakan dengan ungkapan iman (tindakan keagamaan yang membuat iman kentara),
perbuatan moral menjadi perwujudan iman – Dalam perbuatan keagamaan, arah hubungan
manusia dengan Allah biasanya terungkap dengan lebih eksplisit; sedangkan dalam perbuatan
moral, relasi manusia dengan Allah biasanya dihayati dengan lebih sungguh – Iman menjadi
fides formata dalam perbuatan kasih dan harapan (sekular)
 13. – Perbuatan moral adalah perbuatan bebas dan sadar demi kepentingan keseluruhan hidup
manusia, menurut suara hati (GS 16) berupa pertimbangan/ pengakuan nilai dan keputusan untuk
bertindak • bagaimanapun, supaya dapat bermoral, tidak perlu orang beriman (bdk. pengalaman
religius) • tetapi dengan berbuat sesuai dengan suara hati, orang beriman mewujudkan imannya •
dengan transendensi diri/taat pada hukum suara hati, orang kristiani berjumpa dengan Allah
 14. – Bagi orang beriman kristiani, iman menjadi motivasi moral : • Kalau orang beriman
“mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10), orang tertantang
untuk berjerih payah agar kelimpahan hidup sampai pada semakin banyak orang (bdk. Mat 5:13-
16) • Motivasi utama Moral kristiani: Cinta Allah yang tanpa syarat (aku mencinta tanpa syarat
karena aku telah dicinta tanpa syarat): Indikatif keselamatan mengerakkan imperatif moral →
moral menjadi ibadah sejati (Rom 12:1-2) • Bersama-sama, ungkapan iman (doa) dan
perwujudan iman (moral) merupakan keutuhan hidup ber-iman
 15. “Katakan cinta dengan bunga, nyatakan cinta dengan setia. Ungkapkan iman dalam doa,
wujudkan iman dalam perbuatan baik terhadap sesama.”
 16. Konsili Vatikan II tentang Wahyu • Hakekat Wahyu (DV 2) “Dalam kebaikan dan
kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklum-kan rahasia kehendak-
Nya (lih. Ef 1:9); berkat rahasia itu manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus Sabda yang
menjadi daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat ilahi (lih. Ef 2:18; 2Ptr 1:4).
Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan
cinta kasih- Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya (lih. Kel 33:11; Yoh 15:14-15),
dan bergaul dengan mereka (lih. Bar 3:38), untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan
dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya.
 17. – Tata pewahyuan itu terlaksana melalui perbuatan dan perkataan yang amat erat terjalin,
sehingga karya, yang dilaksanakan oleh Allah dalam sejarah keselamatan, memperlihatkan dan
meneguhkan ajaran serta kenyataan-kenyataan yang diungkap- kan dengan kata-kata, sedangkan
kata-kata menyiarkan karya-karya dan menerangkan rahasia yang tercantum di dalamnya. Tetapi
melalui wahyu itu kebenaran yang sedalam-dalamnya tentang Allah dan keselamatan manusia
nampak bagi kita dalam Kristus, yang sekaligus menjadi pengantara dan kepenuhan seluruh
wahyu.”
 18. • Dei Verbum bicara mengenai wahyu yang berawal dari Allah, “Dalam kebaikan dan
kebijaksanaan-Nya …” (bdk. KV I yang bicara tentang wahyu berawal dari pengetahuan
manusia akan Allah) → Subyek wahyu adalah Allah sendiri → wahyu adalah gerak hidup ilahi. •
Demikian juga obyek wahyu adalah Pribadi Allah sendiri dan rahasia kehendak-Nya → misteri
(Y. mysterion = L. sacramentum) kehendak Allah: semua manusia “punya jalan masuk” pada
Allah dan ambil bagian dalam Hidup- Nya • Pewahyuan diri Allah terjadi dalam Kristus oleh
Roh Kudus → triniter (suatu dinamika kehidupan yang tidak bisa tidak melibatkan semua)
 19. • Wahyu adalah peristiwa perjumpaan aktual yang melibatkan hidup aktual kita dengan
hidup Allah yang tak kelihatan; kita bertemu dengan Allah Yang Serba Lain (transen- den) yang
senyatanya menyapa, bergaul, dan mengundang manusia masuk dalam persekutuan → wahyu
menciptakan keterpaduan dalam ke- merdekaan
 20. • Wahyu terlaksana dalam karya dan sabda yang terjalin mendalam: → Suatu karya hidup,
yakni peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia sungguh- nyata-manusiawi (bukan wahyu
yang infoteoretik atau kejadian yang dikomando oleh perintah) → Sabda mengungkapkan
misteri realitas yang mendalam yang terkandung dalam peristiwa (peristiwa menjadi simbol
Allah)
 21. • DV → menggemakan pembaharuan wacana teologi (40 tahun) sebelumnya antara: –
Mereka yang mengerti perjumpaan Allah dan manusia sebagai “sejarah keselamatan” (O.
Cullmann & W. Pannenberg) dan – Mereka yang menekankan pokok perjumpaan adalah “Sabda
Allah yang menegur manusia” (K. Barth & G. Ebeling) • Wahyu triniter itu berpusat pada
Kristus → Pengantara di mana Allah dan manusia seluruhnya berjumpa → Kepenuhan dalam
mana perjumpaan antara Allah dan manusia menjadi penuh, sehingga selanjutnya dapat
berkembang dalam seluruh kekayaan sejarah manusia
 22. • Kristus adalah jaminan bahwa peristiwa wahyu bukan semacam ilham dari atas yang di
bawah terik matahari menguap entah ke mana, tetapi sesuatu yang nyata → dalam Kristus
perjumpaan Allah dan manusia menjadi hidup
 23. Rene Latourelle (The Theology of Revelation) menyebut 4 aspek/sifat hakiki dari wahyu:
• Tindakan Allah yang transen- den Misteri • Peristiwa sejarah Historis • Kesaksian, pewartaan
& ajaran Pengetahuan • Pertemu -an pribadi antara Allah dan manusia Personal
 24. • Kristus Kepenuhan Wahyu → Sabda Allah + Simbol Allah (DV 4): – “Setelah berulang
kali dan dengan berbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para Nabi, “akhirnya pada
zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” (Ibr1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-
Nya, yakni sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal ditengah umat manusia dan
menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh1:1-18). Maka Yesus Kristus,
Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai “manusia kepada manusia”, “menyampaikan sabda
Allah” (Yoh3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-
Nya (lih. Yoh5:36 ; Yoh17:4).
 25. – Oleh karena itu Dia – barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lih. Yoh14:9) –
dengan segenap kehadiran dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya-Nya, dengan
tanda-tanda serta mukjizat-mukjizatnya, namun terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya
penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran, menyelesaikan wahyu
dengan memenuhinya, dan meneguhkan dengan kesaksian ilahi, bahwa Allah menyertai kita,
untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa serta maut, dan untuk membangkitkan kita bagi
hidup kekal. – Adapun tata keselamatan kristiani, sebagai perjanjian baru dan tetap, tidak pernah
akan lampau; dan sama sekali tidak boleh dinantikan lagi wahyu umum yang baru, sebelum
Tuhan kita Yesus Kristus menampakkan Diri dalam kemuliaan-Nya (lih. 1Tim6:14 dan
Tit2:13).”
 26. • Konsili Vatikan II, dengan mengutip Ibrani 1:1- 2, menegaskan bahwa pernyataan Diri
Allah dalam sejarah menjadi penuh dalam pribadi Kristus → peristiwa Kristus bukan pewahyuan
baru melainkan langkah pewahyuan definitif: – Yesus Kristus adalah Sabda Allah yakni
pernyataan Allah kepada manusia dan – Simbol Allah yakni tanda kehadiran Allah beserta kita •
pernyataan dan kehadiran Kristus, sabda dan karya-Nya, wafat dan kebangkitan-Nya, adalah
kepenuhan dan peneguhan wahyu Allah bagi keselamatan manusia
 27. • “Adapun tata keselamatan kristiani, sebagai perjanjian baru dan tetap, tidak pernah akan
lampau; dan sama sekali tidak boleh dinantikan lagi wahyu umum yang baru, sebelum Tuhan
kita Yesus Kristus menampakkan Diri dalam kemuliaan.” → Wahyu dalam Kristus, menurut
Konsili, di satu sisi, punya arti mendasar -- tak tergantikan -- bagi hubungan kita dengan Allah
(sejarah keselamatan) dan, di sisi lain, sejarah keselamatan itu tetap terbuka serta terarah ke masa
depan, yakni pada penampakan kemuliaan Allah dalam kedatangan Kristus kembali → Dari
inkarnasi sampai parousia, terbentang peristiwa pewahyuan Allah, yang oleh manusia dialami
sebagai saat pengharapan
 28. • Dalam Teologi Katolik: – Wahyu dijelaskan sebagai komunikasi Diri Allah ke dalam
hidup manusia dan komunikasi itu menggugah dan menggugat ciri hakiki manusia untuk
melampaui diri (transendensi) (K. Rahner; H.U. von Balthasar): → Manusia adalah ‘mampu dan
terarah untuk mendengarkan’ dan ia menemukan dan mewujudkan hidupnya kalau ia
menanggapi wahyu → Wahyu dan iman bersama-sama merupakan satu peristiwa hidup, unik
pada setiap hidup
 29. • “Adalah wahyu, bahwa Allah ternyata ‘hadir’ pada kedalaman hidup manusia, dan
wahyu menjadi nyata dan berlaku, setiap kali manusia menjangkau hidupnya dalam mencari dan
menemukan arti bagi hidupnya, dan terutama setiap kali manusia mewujudkan hidupnya, dengan
setia dan bertanggung jawab” (Kieser)
 30. • Bagaimana Anda menjelaskan, dengan pasti dan sungguh, pemberian diri Allah dalam
Yesus Kristus untuk zaman kini yang senyatanya ditandai oleh kemiskinan, sekularisasi,
pluralitas budaya dan iman?

 . Manusia menanggapi penyataan diri Allah (wahyu Allah) Bahan Kuliah 2b


 2. D.V. 2: wahyu PERSAHABATAN ~ KESELAMATAN D.V. 5: Iman VERUM BONUM
PULCHRUM INTELEKTUAL MORAL SPIRITUAL ALKITAB
 3. Dei Verbum art.5 “Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan
‘ketaatan iman’ (Rom 16:26; lih. Rom 1:5; 2 Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas
menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan ‘kepatuhan akalbudi serta
kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan’, dan dengan secara sukarela
menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan olehNya.”
 4. “Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta
menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya
kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan ‘pada semua orang rasa manis dalam
menyetujui dan mempercayai kebenaran.’ Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu,
Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurniaNya.”
 5. Iman itu Relasional • Allah menyapa – manusia menanggapi • Allah mewahyukan diri –
manusia menerima dengan ketaatan dan kemerdekaan • Iman itu berciri relasi inter-personal
 6. TIGA DIMENSI IMAN Verum Bonum Pulchrum
 7. Ciri-ciri paradoksal Iman 1. Wajib tapi Bebas 2. Anugerah/rahmat tapi juga Upaya
Manusia 3. Terang tetapi sekaligus juga kabur 4. Dapat dipertanggungjawab dengan akal sehat,
tetapi sekaligus melampaui akal budi manusia. 5. Tindakan aktual sekaligus proses 6. Personal
sekaligus eklesial/komuniter
 8. Tugas: Carilah pengalaman iman Anda. Dan lihat ciri-ciri paradoksal dalam pengalaman
iman Anda! Lihat juga, pengalaman itu mengenal pada dimensi dominan yang mana? (3 dimensi:
intelektual, moral, spiritual)
 9. Sumber-sumber: Konsili Vatikan II: Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi dalam
Dokumen Konsili Vatikan II, terjemahan R. Hardawiryana, SJ, Jakarta: Obor, 1993 KWI, Iman
Katolik, Jakarta: Obor & Kanisius, 1996 Dra. Afra Siauwarjaya & Th. Huber SJ, Mengenal Iman
Katolik, Jakarta: Obor, 1987.
 10. Sumber-sumber: Konsili Vatikan II: Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi dalam
Dokumen Konsili Vatikan II, terjemahan R. Hardawiryana, SJ, Jakarta: Obor, 1993 KWI, Iman
Katolik, Jakarta: Obor & Kanisius, 1996 Dra. Afra Siauwarjaya & Th. Huber SJ, Mengenal Iman
Katolik, Jakarta: Obor, 1987.

 2.  Iman perlu dipahami sebagai perjalanan dinamis hidup manusia dalam relasinya dengan
Allah  Iman itu persahabatan dengan Allah  Dalam arti itu, iman tidak pernah statis dalam
dirinya  Distingsi: fides qua (arti subjektif/penghayatan) dan fides quae (arti
objektif/dogma/syahadat/simbol iman)
 3.  Melalui orangtua/orang terdekat  Melihat contoh orang lain  Mengalami cinta dan
“trust”  Belajar berdoa  Mengenal ajaran dasar iman
 4.  Kebutuhan pengakuan kelompok  Kebutuhan afiliasi  Kebutuhan penerimaan  Ada
rasa kagum dan penghargaan atas pengalaman imannya  Mengidentifikasi pengalaman pribadi
dengan pengalaman kelompok
 5.  Mencari pemahaman yang lebih  Tahap krisis iman karena mempertanyakan banyak hal
yang berkaitan dengan iman  Ada ketidakpuasan terhadap hal-hal yang rutin dan klise 
Kebutuhan untuk mencari alternatif
 6. • Ada komitmen personal • Ada pergulatan dan perjuangan pribadi dalam hidup sehari-hari
• Bantuan orang lain diperlukan untuk meneguhkan keyakinan • Keraguan dan pertanyaan tetap
ada, namun demikian tetap bertahan dan nyaman di dalamnya. • Memahami iman sebagai
pengalaman paradoksal merupakan tahap kedewasaan iman.
 7.  A story we enter  A community we belong to  A language we speak  A way we pray 
A work we do  A face of God we see and show

 . Teologi: pengetahuan kritis, ilmiah tentang relasi manusia dengan Tuhan Bahan Kuliah 2a
 2. Etimologi: -Revelation - Ltn.: re-velare= “menyingkap selubung, membuat dikenal” -
VELUM= selubung, tirai -Yun.: (1) apo-kalypto (2) phaino, phaneroo (Lih. “wahyu” dalam
XavierLeon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogykarta: Kanisius, 1990, hlm. 583.)
 3. “PERNYATAAN ALLAH YANG TAK KELIHATAN, MISTERIUS, YANG TAK
MUNGKIN DIHAMPIRI MANUSIA DENGAN KEMAMPUANNYA SENDIRI; DALAM
PERNYATAAN ITU ALLAH MEMPERKENALKAN DIRINYA DAN MEMBERIKAN
DIRINYA UNTUK DIKASIHI.” (XAVIER LEON-DUFOUR:1990, hlm.583)
 4.  D.V. (Dei Verbum) 2: “Dalam kebaikan dan kebijaksanaanNya Allah berkenan
mewahyukan diriNya dan memaklumkan rahasia kehendakNya (lih. Ef 1:9); berkat rahasia
itumanusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus Sabda yang menjadi daging, dalam roh
Kudus, dan ikut serta dalam kodrat ilahi (…)”
 5. “Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari kelimpahan cinta kasihNya
menyapa manusia sebagai sahabat-sahabatNya dan bergaul dengan mereka untuk mengundang
mereka ke dalam persekutuan dengan diriNya dan menyambut mereka di dalamnya.” D.V. 2
 6. “Tata perwahyuan itu terlaksana melalui perbuatan dan perkataan yang amat erat terjalin,
sehingga karya, yang dilaksanakan oleh Allah dalam sejarah keselamatan, memperlihatkan dan
meneguhkan ajaran serta kenyataan-kenyataan yang diungkapkan dengan kata-kata, sedangkan
kata-kata menyiarkan karya-karya dan menerangkan rahasia yang tercantum di dalamnya.”
KATA-PERBUATAN-PRIBADI KRISTUS
 7. “Tetapi melalui wahyu itu kebenaran yang sedalam-dalamnya tentang Allah dan
keselamatan manusia nampak bagi kita dalam Kristus, yang sekaligus menjadi pengantara dan
kepenuhan seluruh wahyu.”
 8. DALAM KRISTUS NYATALAH ALLAH YANG BAIK ITU. LEWAT KATA, KARYA
DAN PRIBADINYA, KRISTUS MENGHADIRKAN KASIH.
 9. KRISTUS SEBAGAI JAMINAN BAGI KITA UNTUK MENGENAL ALLAH SEBAGAI
BAPA YANG BAIK YANG MENGASIHI KITA. DENGAN KATA LAIN, DALAM
KRISTUS KITA TIDAK AKAN TERSESAT DALAM MENGENAL ALLAH. DALAM
KRISTUS ADA KEPENUHAN GAMBARAN ALLAH YANG ADALAH KASIH.
 10. • JADI, KRISTUS ADALAH JAMINAN KESELAMATAN. • OLEH KARENA ITU,
MENGENAL KRISTUS DAN PERCAYA KEPADANYA MEMBUAT KITA LEBIH
TERBUKA. • DALAM KRISTUS, DITAWARKAN KESELAMATAN UNTUK SEMUA
ORANG. • DALAM KRISTUS, KITA MENGAKUI KARYA KESELAMATAN YANG
MELAMPAUI GEREJA KATOLIK SENDIRI. • GEREJA DIPANGGIL MENJADI
SAKSINYA
 11. SABDA PERBUATAN PRIBADI DALAM PROSES (SEJARAH KESELAMATAN)
 12. Wahyu Ilahi Verum Bonum Pulchrum
 13. Dalam bahasa lain, ketiga dimensi itu menunjuk pada:  CIPTA – Daya pikir untuk
mengetahui  KARSA– Kekuatan bertindak  RASA – Menangkap Yang indah (Lih.Komisi
Teologi KWI, Dialog antara Iman dan Budaya,Yogyakarta: Komisi Teologi KWI & Yayasan
Pustaka Nusatama, 2006, hal.28-29).
 14. 1.Menurut Dei Verbum no.2, apakah artinya wahyu ilahi? 2.Apakah isi dari wahyu ilahi
itu? 3. Ditujukan untuk siapakah wahyu ilahi itu? 4.Apakah artinya keselamatan? 5.Keselamatan
itu untuk siapa? Untuk orang Katolik saja? 6.Bagaimanakah wahyu ilahi itu disampaikan kepada
kita? 7.Apa artinya Kristus sebagai satu-satunya Penyelamat bagi kita?

1. 1. Apakah moral itu? • Etimologis “mos-moris” : segala sesuatu yang berkaitan dengan
hidup (Latin), hidup yang bergerak ini. * Moral: segala sesuatu yang berkaitan dengan
baik dan buruknya tindakan manusia.
2. 2. Apa yang dipelajari dalam Moral? • Moral membahas “baik dan buruknya suatu
tindakan manusia dalam relasinya dengan Allah, sesama dan diri sendiri.” • Etimologis:
“mos-moris”: Latin—”segala sesuatu yang berkaitan dengan hidup” • Jadi moral dalam
pengertian kristiani membahas bagaimana orang kristiani hidup baik, apa ukuran baik-
buruk hidup sebagai orang kristiani.
3. 3. MORAL KRISTIANI • Moral kristiani berarti membahas baik buruknya tindakan
manusia dalam perspektif relasi manusia dengan Allah dalam diri Yesus Kristus. • Etika:
filsafat tentang nilai baik dan buruk dalam tindakan/hidup manusia. • Moral bersumber
pada Kitab Suci dan Iman.
4. 4. DASAR MORAL KRISTIANI • Konsep kunci: Prinsip Moral Dasar, Norma dan
Suara Hati • Prinsip moral dasar: “bonum vivendum, malum evitandum”- yg baik
lakukanlah, yg jahat hindarilah. • Norma: ukuran; norma moral: ukuran untuk menilai
baik buruknya tindakan manusia sebagai citra Allah. • Suara hati: suara moral
fundamental yang selalu menuntun orang untuk memilih yang baik.
5. 5. ETIKA Pendekatan filosofis Dasar: Antropologis filosofis Hakekat manusia Sebagai
makhluk sosial, Sebagai yang berakal budi, Hidup dalam simbol-simbol Martabat
Manusia: “apa yang sepantasnya manusia menjadi:” MORAL Pendekatan teologis Dasar:
Antropologis biblis Kej. 1, Mzm 8: Hakekat manusia sbg Yang diciptakan serupa dg
Allah Gambaran Manusia: “citra Allah” PRINSIP DAN DASAR: BONUM Martabat
Manusia Sbg Citra Allah
6. 6. CITRA ALLAH Kej 1: 26-27 “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar allah
diciptakanNya dia;”
7. 7. CITRA ALLAH • MZM 8: “Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan
bintang-bintang yang Kautempatkan; apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah
membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan
hormat.” (ay.4-6)
8. 8. CITRA ALLAH Dalam Perjanjian Baru, citra Allah mendapatkan kepenuhan dalam
KRISTUS. KRISTUS---- model par excellence dari Citra Allah itu. Kolose 2:9 “Sebab
dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan,dan kamu telah
dipenuhi di dalam Dia.” 1 Pt 2:1-10 Kristus sebagai batu penjuru
9. 9. MORAL INDIVIDUAL Membahas baik buruknya tindakan manusia dalam relasinya
dengan Allah dan diri sendiri sebagai ciptaanNya. Baik-buruk dalam rangka memilih atau
menolak Allah. Dosa itu buruk karena menolak Allah, mengingkari kasih Allah.
10. 10. TIGA GAMBARAN DOSA • Dosa dibedakan dari “salah” • Dosa: secara subjektif
menentang nurani • Salah: secara objektif menentang norma • Gambaran dosa: 1)
Penyakit 2) Spiral 3) Obat bius (addiction)
11. 11. 2 Pt 2: 22 “ANJING KEMBALI LAGI KE MUNTAHANNYA, DAN BABI YANG
MANDI KEMBALI LAGI KE KUBANGANNYA.”
12. 12. DASAR MORAL KRISTIANI 1. Dasar Antropologi Biblis: Kej. 1; Mzm 8;
“manusia sbg citra Allah” Dalam Perjanjian Baru, citra Allah itu mendapatkan kepenuhan
dalam Kristus. 2. Dasar Antropologi filosofis: Manusia sbg makhluk berakal budi,
mahkluk sosial, tumbuh dan berkembang bersama yang lain. 3. Sintesis: Martabat
manusia sebagai citra Allah menjadi pegangan dasar dalam menilai baik dan buruknya
tindakan manusia.
13. 13. NORMA MORAL 1) Norma berarti ukuran 2) Norma moral berarti ukuran yang
dipakai untuk menilai baik dan buruknya tindakan manusia 3) Sumber norma moral:
keluarga, masyarakat, budaya, dan agama. 4) Ciri norma: objektif, publik, berlaku dalam
konteks. 5) Norma moral cirinya: universal karena berlaku untuk semua manusia.
14. 14. SUARA HATI 1) Suara hati adalah suara moral fundamental yang selalu menuntun
orang untuk memilih yang baik. 2) Suara hati terbentuk oleh norma, pendidikan, budaya,
pengalaman, relasi manusia dengan Allah. 3) Suara hati diyakini sebagai suara Allah,
karena Allah adalah Yang Baik.
15. 15. PRINSIP MORAL DASAR “YANG BAIK HIDUPILAH, YANG JAHAT
HINDARKANLAH”
16. 16. DUA BIDANG MORAL • MORAL INDIVIDUAL: membahas baik buruknya
tindakan manusia dalam relasinya dengan Allah dan diri sendiri.  FOKUS: DOSA •
MORAL SOSIAL: membahas baik buruknya tindakan manusia dalam relasinya dengan
Allah dan sesama. FOKUS: KEADILAN

Anda mungkin juga menyukai