Bintan Najihan
bintannajihan@gmail.com
ABSTRAK
Remaja sering terjebak dengan pola makan yang tidak sehat, bahkan sampai
gangguan pola makan yaitu dapat menyebabkan gastritis. Penyakit gastritis atau
lebih di kenal dengan sebutan maag terjadi pada orang-orang yang memiliki pola
makan tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang produksi asam
lambung.penyakit gastritis merupakan inflamasi pada daerah lambung tepatnya di
mukosa. Terdapat 2 jenis gastritis diantaranya akut dan kronik dengan penyebab
bersifat multifaktor. Gastritis kornis ada kaitannya dengan infeksi, yaitu bakteri
Helicobacteri Pylori,. menurut WHO adalah 40,8% (Mustakim & Rimbawati, 2021).
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. .
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan
kejadian gastritis pada remaja.
Jenis penelitian : Dalam penelitian yang akan dilakukan, desain yang digunakan
yaitu literature review dengan mengumpulkan 15 jurnal, Hasil: Berdasarkan hasil
literature review yang telah dilakukan maka diketahui bahwa ada Hubungan Pola
makan dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja, Manfaat: Manfaat penelitian
sebagai pengembangan pengetahuan untuk menambah wawasan dan informasi
dibidang kesehatan secara inti tentang hubungan pola makan dengan Kejadian
Gastritis Pada Remaja
ABSTRACT
Teenagers are often stuck with unhealthy eating patterns, even eating disorders that
can cause gastritis. Gastritis or better known as an ulcer occurs in people who have
irregular eating patterns and eat foods that trigger stomach acid production. There
are 2 types of gastritis including acute and chronic with multifactorial causes.
Chronic gastritis has something to do with infection, namely the bacterium
Helicobacteri Pylori. according to WHO it is 40.8% (Mustakim & Rimbawati, 2021).
The incidence of gastritis in several regions in Indonesia is quite high with a
prevalence of 274,396 cases out of 238,452,952 inhabitants. . Purpose: this study
aims to determine the relationship between diet and the incidence of gastritis in
adolescents. Type of research: In the research that will be conducted, the design
used is literature review by collecting 15 journals. Results: Based on the results of
the literature review that has been carried out, it is known that there is a relationship
between diet and the incidence of gastritis in adolescents. Benefits: The benefits of
research as the development of knowledge for add insight and information in the
health sector in essence about the relationship between diet and the incidence of
gastritis in adolescents
PENDAHULUAN
Pola makan yang baik pada remaja seharusnya adalah dengan makan sesuai
waktunya, makan dengan nutrisi yang cukup dan seimbang, mengkonsumsi buah dan
sayuran yang sehat dan bergizi, memilih makanan yang direbus bukan digoreng,
mengurangi makanan cepat saji atau makanan instan dan menghindari minuman
bersoda. Remaja sering terjebak dengan pola makan yang tidak sehat, bahkan sampai
gangguan pola makan yaitu dapat menyebabkan gastritis. Gastritis adalah radang
lambung yang disebabkan oleh tingginya kadar asam lambung yang disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri patogen yang masuk ke saluran pencernaan (Hery
Soeryoko, 2013).. Gastritis biasa disebut oleh masyarakat sebagai penyakit maag dan
dapat hadir dengan gejala seperti nyeri terutama pada perut, dan seringkali mual,
muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Angka kejadian gastritis di dunia saat ini
relatif cukup tinggi.
menurut WHO adalah 40,8% (Mustakim & Rimbawati, 2021). Angka kejadian
gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396
kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk (Handayani & Thomy, 2018). Prevalensi
gastritis di Jawa Timur mencapai 31,2% yaitu dengan jumlah 30.154 kejadian
(Mustakim & Rimbawati, 2021). Sedangkan, di Probolinggo insiden gastritis
mencapai 11.438 kasus (Profil Kesehatan Probolinggo Malang, 2014). Berdasarkan
studi pendahuluan di Rumah Sakit Wonolangan Probolinggo terjadi pengingkatan
dari 150 kasus gastritis menjadi 160 kasus pada tahun 2020.Pola makan merupakan
cara seseorang berpikir, berpengetanuan, dan berpandangan tentang makanan. Apa
yang ada dalam perasaan dan pandangan dinyatakan dalam bentuk tindakan makan
dan memilih makanan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,
budaya dan sosial (Mohammad Webhi, 2016).
Berdasarkan data-data diatas, diperoIeh bahwa resiko penyakit gastritis masih
sangat tinggi, dan yang terjadi di masyarakat Iuas ternyata masih banyak yang tidak
terIaIu memperhatikan kesehatan dan menjaga kesehatan lambung seperti gaya hidup
yang tidak sehat terutama dari apa yang dikonsumsi, penggunaan obat-obatan, stres,
infeksi bakteri, serta poIa makan dan minum yang kurang baik sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infIamasi pada Iambung atau gastritis. usia produktif
disebut usia yang sangat rentan terserang gejala gastritis karena tingkat kesibukan
serta gaya hidup yang kurang serta tingkat kesadaran pada masyarakat Indonesia
masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal
penyakit gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik
bagi remaja maupun orang dewasa. Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa
sembuh total, gastritis adalah penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak
makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan
atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat. Tetapi gastritis dapat di
cegah, yaitu dengan cara menerapkan pola makan yang sehat, makan teratur, makan
secukupnya, cuci tangan sebelum makan. Jadwal makan yang tidak teratur akan
membuat lambung sulit beradaptasi (Sarasvati, 2010).
Salah satu cara untuk mecegah terjadinya gastritis yaitu biasakan makan dengan
teratur,kunyah makanan dengan baik, jangan makan terlalu banyak, jangan berbaring
setelah makan, kurangi makan yang pedas dan asam, kurangi menyantap makanan
yang menimbulkan gas, jangan makan makanan yang telalu dingin dan panas,
mengurangi makanan yang digoreng, kurangi konsumsi cokelat. Selain itu kurangi
stres dan hindari makanan yang memicu timbulnya gastritis (Ratu & Adwan, 2013).
Dampak dari gastritis biasa mengalami komplikasi seperti perdarahan saluran cerna
bagian atas, hematemesis dan melena (anemia), ulkus peptikum perforasi
(Pradnyanita, 2019). Bahaya penyakit gastritis yang jika dibiarkan terus menerus
akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker
lambung hingga menyebabkan kematian (Bella et al 2020).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena pada masyarakat penuIis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Remaja Usia Produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang
menjadi Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Usia
Produktif.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode literature review. yang
metode pencariannya menggunakan situs elektronik atau fasilitas database online
melalui halaman google scholar. Jurnal penelitian yang dipilih antara tahun 2020
sampai dengan tahun 2022. Kata kunci yang digunakan untuk mengidentifikasi
artikel yang diterbitkan, yaitu: pola makan, remaja, gastritis. Setelah dilakukan
pencarian dari masing-masing database peneliti menemukan 15 jurnal yang berkaitan
dengan judul dalam penelitian.
memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Sebab pada saat perut
harus di isi, tapi dibiarkan kosong atau ditunda pengisiannya maka asam lambung akan
mencerna lapisan mukosa lambung,sehingga timbul rasa nyeri. Pola makan tidak teratur
akan membuat lambung sulit beradaptasi. Jika hal tersebut berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebih sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa lambung. Selain
keluarnya asam lambung, kontraksi lapar juga akan menghasilkan gerakan kontraksi yang
kuat. Kontraksi ini sering terjadi bila lambung dalam kondisi kosong dalam waktu yang
lama. Kontraksi ini biasanya merupakan kontraksi peristaltic ritmik yang mungkin
merupakan gelombang sehat dan akan bertambah kuat pada keadaaan kadar gula darah
rendah (Eka Novitayanti 2020)(Guyton & Hall, 2016). Menurut Baliwati (2014) masa
remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh
teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja, termasuk pemilihan
bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja takut merasa gemuk sehingga remaja
menghindarii sarapan dan makan siang atau hanya makan satu hari satu kali. Asumsi peneliti
kebiasaan pola makan yang tidak teratur mengakibatkan terjadinya peningkatan asam pada
lambung sehingga mukosa pada lambung akan terkikis dan mengakibatkan sakit, pola makan
yang baik akan terhindar dari penyakit gastritis.
KESIMPULAN
Dari lima belas artikel penelitian yang membahas tentang pola makan dan hubungannya
dengan gastritis, penerapan pola makan yang sehat pada remaja dapat menurunkan angka
kejadian gastritis. Semakin teratur kebiasaan makan sehat yang dikembangkan oleh remaja,
semakin rendah kejadian gastritis. Salah satu faktor yang meningkatkan risiko gastritis di
Indonesia adalah kebiasaan makan yang tidak sehat, menurut hasil tinjauan sistematis
pengaruh pola makan terhadap risiko gastritis pada remaja. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan di kalangan remaja tentang pola makan yang baik dan sehat. Namun
demikian, remaja yang umumnya mendapat informasi dan pendidikan yang cukup cenderung
lebih mampu memberikan asupan gizi yang baik dan memadai bagi tubuhnya, sehingga
mengurangi risiko terjadinya gastritis.
Eka Novitayanti. 2020. “Identifikasi Kejadian Gastritis Pada Siswa Smu Muhammadyah 3
Masaran.” Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan 10(1):18–
22. doi: 10.47701/infokes.v10i1.843.