Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN SESI 3: MENCEGAH


PERILAKU KEKERASAN DENGAN CARA INTERAKSI SOSIAL
ASERTIF ( CARA VERBAL )

Kelompok 1

NAMA :

Adolvianus Dango
Agatha Katrin Guido
Anggun Angelina
Amanda Wulandari
Anastasya Dina Febriana
Ania Evita Yasmine
Aryl Tandean

Dosen Pembimbing :
Ns. Imelda Feneranda S. Tambi, M. Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

2021
a. Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri,orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat
perilaku kekerasan. Adapun beberapa definisi lain mengenai perilaku
kekerasan yaitu: Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan
ditujukan pada diri sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan
pada lingkungan. (DepkesRI, 2006) Perilaku kekerasan suatu keadaan
dimensi seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan, secara
fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain (Iyus yosep, 146:2007).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang, yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan
baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun
nonverbal bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Berkowitz,2000).Kemarahan adalah perasaan jengkel yang
timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman
(Keliat, 1996). Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah
wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah
tidak diperbolehkan.Perilaku kekerasan dapat disimpulkan yaitu suatu
keadaan emosi secara mendalam dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik pada diri sendiri maupun orang lain
dan merusak lingkungan.

b. Tujuan Umum dan Khusus


Tujuan umum
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah ( tanda dan
gejala marah)
3. Klien dapat menyebabkan reaksi yang dilakukan saat marah ( perilaku
kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
Tujuan khusus :
1. Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Sosial
Asertif ( Cara Verbal )

a. Seleksi Pasien dan Keluarga


1. Mengumpulkan data klien
2. Menganalisis data klien
3. Observasi diruangan klien
4. Menentukan klien
5. Data klien

b. Jadwal Kegiatan
1. Tempat : Aula RSJ.Atma Husada Samarinda
2. Lama : 20 menit
3. Waktu : 09.00 WITA- selesai
Hari : Kamis
Tanggal : 25 November 2021
Pukul : 09.00

c. Metode Pelaksanaan
1. Diskusi

d. Media dan Alat


1. Kertas
2. Alat Tulis

e. Pengorganisasian
1. Leader
Bertugas untuk:
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
c) Menyampaikan materi sesuai tujuan terapi aktivitas kelompok
d) Memimpin diskusi
2. Co-leader
Bertugas untuk:
1) Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Mengganti leader jika berhalangan tugas.
3. Fasilitator
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c) Memfasilitasi dan membimbing anggota kelompok selama
permainan diskusi..
d) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
e) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
4. Observer
a) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal
sampai akhir
b) Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
c) Mengobservasi perilaku pasien

f. Settiing Tempat
OBSERVER

LEADER CO LEADER

KLIEN 2 FASILITATOR 1

FASILITATOR 2 KLIEN 1

KLIEN 3

Keterangan :

Leader : Anastasya Dina Febriana

CO Leader : Agatha Katrin Guido

Observer : Aryl Tandean

Fasilitator :
- Adolvianus Danggo
- Anggun Angelina

Klien :
- Amanda Wulandari
- Anisa Evita Yasmine
- Hendrika Lema Belen
g. Program Antisipasi Masalah
a. Penangan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan kegiatan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan kegiatan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada pasien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
2) Katakan pada pasien lain bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada kegiatan tersebut.
h. Langkah-langkah Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Proses
a. Orientasi
1. Salam Terapeutik ( Mengucapkan salam, memperkenalkan diri )
2. Salam dari terapis kepada klien ( Menanyakan kabar )
3. Klien dan trapis memakai papan nama

b. evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan yang dilakukan klien sebelum TAK saat ini
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan

c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah
perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 20 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai Tahap
kerja
3. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain
4. Menuliskan cara-cara yng disampaikan klien
5. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
“ saya perlu / ingin / minta…., yang akan saya gunakan untuk …”.
6. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin
7. Ulangi poin
8. sampai semua klien mencoba
9. Memberikan pujian pada peran serta klien
10. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu “ Saya tidak dapat melakukan…” atau “ Saya
tidak dapat menerima jika dikatakan….”atau “ Saya kesal dikatakan
seperti ….”.
11. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin
12. Ulangi h sampai semua klien mencoba
13. Memberikan pujian terkait peran serta klien
d. Terminasi
1. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah TAK
b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari
c) Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar
2. Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara verbal ), jika stimulus penyebab perilaku
kekerasan terjadi
b) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif ( cara verbal ) secara teratur
c) Memasukan interaksi sosial yang asertif ( cara verbal ) pada jadwal
kegiatan harian
3. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah
b) Menyepakati wakyu dan tempat TAK berikutnya
i. Proses Evaluasi
Sesi 3 : TAK Stimulus Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah [erilaku kekerasan cara interaksi sosial
asertif ( cara verbal )

Lembar Evaluasi Pasien

NO KEMAMPUAN NAMA PASIEN


1 Memperagakan cara meminta Ny.
2 Memperagakan cara menolak Ny.
yang baik
3 Memperagakan cara Ny.
mengungkapkan marah yang
baik

Petunjuk :
1. Beri tanda check untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai
NASKAH ROLEPLAY TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK/
TAK STIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN

Leader : “ Selamat Pagi semuanya..”

Pasien ( M,Y,H ) : “ Selamat pagi sus...”

Leader : “ Saya perawat Anastasya yang akan memimpin jalannya TAK pada pagi
ini. Dengan sesi ke-3 membahas tentang pencegahan perilaku kekerasan secara
verbal. Disini saya tidak sendiri.. saya ditemani oleh perawat-perawat lainya yang
akan membantu dalam TAK hari ini, kenalan dulu yuk teman-teman dari perawat
yang disini.. “

(Semua Perawat di ruangan memperkenalkan nama)

Co Leader : “ Hallo semuanya.. perkenalkan saya Perawat Agatha..”

Observer : “ Hallo semuanya... saya Perawat Aryl..”

Fasilitator 1 ( D ) : “ Hallo.. perkenalkan saya Perawat Adol..”

Fasilitator 2 ( A ) : “ Hallo semuanya.. saya Perawat Anggun..”

( Giliran Pasien yang memperkenalkan diri )

Leader : “ Baik.. kita semua sudah mengenal rekan-rekan perawat yang ada disini
bukan...Nah sekarang giliran teman-teman disini yg akan memperkenalkan diri
masing-masing kepada kami agar kita saling mengenal... dan silakan teman-
teman menuliskan nama panggilan kesukaan kalian menggunakan kertas dan dan
alat tulis yang sudah disediakan oleh Fasilitator... Sudah siap? Yuk dimulai dari
sini.”

Pasien 1 ( M ) : “ Nama saya Amanda Wulandari, bisa di panggil Manda..”

Pasien 2 ( Y ) : “ Nama saya Anisa Evita Yasmin, saya sangat senang di panggil
Yasmin”

Pasien 3( H ) : “ Nama saya Hendrika Lema Belen, panggil saja saya Hendrika..”
Leader : “ Baik...saya ingin bertanya kepada teman-teman semua.. bagaimana
perasaannya hari ini ? “ Pasien 1,2,3 ( serentak ) : “ Baik sus...”

Leader : “ Apakah teman-teman disini masih ada yang mempunyai rasa kesal dan
jengkel yang masih terpendam serta masih merasa ingin mengamuk ?

Pasien 2 ( Y ) : “ Saya kadang-kadang sus... “

Pasien 1 ( M ) : “ Kalau saya sering suster...”

Pasien 3 ( H ) : “ Hemm kadang kadang memang masih ada sus... “

Leader : “ Baiklah teman-teman jadi terapi aktivitas kelompok yang akan kita
laksanakan ini, yang pertama bertujuan untuk mengetahui tanda –tanda yang
muncul ketika marah, apa saja hal yang menyebabkan teman-teman marah. Lama
kegiatannya kurang lebih 15 menit dan jika nanti teman-teman mau meninggalkan
ruangan diharapkan teman-teman meminta ijin terlebih dahulu ya, di sini ada
perawat fasilitator, nanti kalian bisa bilang ke perawatnya ya, serta teman-teman
diharapkan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Oke sekarang bagaimana?
Apakah teman-teman bersedia ? “

Pasien 1,2,3 : “ Bersedia sus... “

Co Leader : “Baiklah bagaimana kalau kita akan berbincang-bincang sekarang


tentang perasaan marah teman-teman...”

Pasien 1 ( M ) : “ Oke sus.... “

Co Leader : “Nah teman-teman sebelumnya saya ingin bertanya dulu, biasanya


tanda-tanda apa saja yang muncul ketika teman-teman mau marah atau sedang
marah? “

Pasien 1 ( M ) : “ Saya merasa dada saya berdebar debar sus..”

Pasien 2 ( Y ) : “ Kalau saya bisanya tangan saya mengepal sus... muka saya
terasa panas.”

Pasien 3 ( H ) : “ Kalau saya sus, mata saya melotot, mulut saya ingin sekali
berkata kasar. “
Co Leader : “ Iya benar sekali, tanda – tanda marah itu seperti yang sudah teman-
teman sebutkan tadi, wajah terasa panas, tangan mengepal, mata melotot, dan juga
dada berdebar-debar, jadi teman-teman sekalian sudah dapat mengenali dan
mengetahui tanda-tandanya bukan?

Pasien 2 ( Y ) : “ Iya sus... sudah bisa“

Co Leader : “Baik, kita masuk ketujuan kedua ya, kami ingin mengetahui
penyebab kemarahan temanteman yang mengarah ke perilaku kekerasan, Kalau
boleh tau apa yang menyebabkan teman-teman marah?

Pasien 3 ( H ) : “ Saya tidak suka dengan semua perilaku orang sekitar saya yang
hanya bisa mem-bully karena dahulu saya gagal menikah dan calon saya
melarikan diri begitu saja.. apakah itu pantas dijadikan sebagain ejekan untuk
saya???!!!”

Pasien 1 ( M ): “ Betul tuh.. saya juga tidak suka kalau dipaksa-paksa dan saya
sangat kesal karena saya terlalu dituntut.”

Pasien 2 ( Y ) : “ Kalau saya sus karena ada yang hilang dalam hidup baru saya
sus.. saya tidak suka dengan hidup saya yang sekarang”

Co Leader : “Apakah sebelumnya teman-teman pernah marah? Apakah


penyebabnya sama dengan sekarang? Terus apa yang teman-teman lakukan ketika
mengalami marah tersebut? “

Pasien 2 ( Y ) : “ Saya sangat sering marah sus, iya penyebabnya karena tunangan
saya yang sangat saya cintai meninggalkan saya untuk selamanya jadi saya
melihat semua ini tidak adil mengapa orang lain bahagia sedangkan saya tidak.”

Pasien 1 ( M ) : “ Kalau saya tentu saja pernah bahkan sering. Suster tau? Saya
sekarang melihat suami saya seakan-akan menuntut saya terus menerus, jadi saya
sering hilang kontrol dalam perkataan saya, Saya sering mengeluarkan kata-kata
yang kasar dan dengan nada yang tinggi sus dalam keluarga saya, tidak hanya
pada suami bahkan pada anak saya juga ketika amarah saya melunjak. Saya
muak.”
Pasien 3 ( H ) : “ Saya juga sus,entah kenapa saya selalu merasa kesal terhadap
orang lain karena saya ingat dengan orang-orang sekitar saya yang dahulu selalu
membully saya, jadi saya teriaki mereka dan memakimaki mereka sus.”
Leader : “ Apakah ada hal yang lain yang ingin disampaikan lagi ?

(semuanya menggeleng)

Fasilitator 1 ( D ) : “ Coba sekarang ada yang bisa contohkan bagaimana teman-


teman memaki orang ketika sedang marah ?”

Pasien 3 ( H ) : “ Saya! “

Fasilitator 2 ( A ) : “Coba ibu tunjukkan pada kita..”

Pasien 3 ( H ) : “ Kalian ini ya selalu saja nuntut aku, hidup aku sudah cukup
susah jangan dibuat tambah susah emang kalian ya kerjanya cuma bisa nuntut
aja!!KALIAN FIKIR SAYA MALAIKAT ?? (sambil berteriak kencang)”

Observer : “ Ayo coba ada yang bisa contohkan lagi ?

Pasien 1 ( M ) : “ Saya Suster.. “

Observer : “ Yuk coba tunjukkan pada kita semua disini..”

Pasien 1 ( M ) : “Biasanya saya berkata kasar sus, membentak suami dan anak
saya...”

Fasilitator 1 ( D ): “ Seperti apa kata-kata yang terlontar itu? Bisa dicontohkan?.”

Pasien 1( M ) : “ Seperti ini.. DASAR KAMU LAKI-LAKI GAK TAU DI


UNTUNG!, BISANYA MENUNTUT ORANG SAJA,!”

Fasilitator 1 ( D ) : “ Apa yang suami anda tuntut...”

Pasien 1 ( M ) : “ Suami saya selalu menuntut saya untuk menjadi istri yang baik,
sedangkan saya sendiri lelah sus dengan perilaku suami saya setiap hari pulang
larut malam dan sering mabuk. Saya merasa dunia terbalik hingga saya menjadi
sangat stress.”

Fasilitator 1 ( D ) : “ Oooooooooo seperti itu....”


Fasilitator 2 ( A ) : “ Nah sekarang apa yang teman-teman rasakan setelah
memaki-maki dan berkata dengan nada tinggi seperti tadi? “

Pasien 3 ( H ) : “ Saya merasa tidak nyaman , tenggorokan saya sakit Karena


teriak-teriak.”

Pasien 1 ( M ) : “ Saya lelah sus.. rasanya berbicara dengan nada yang tinggi
membuat tenaga saya terkuras dan tidak tenang .”

(Setelah selesai melakukan stimulasi perilaku kekerasan perawat pun


melakukan evaluasi kepada klien.)

Leader : “ Nah hal-hal yang teman-teman rasakan tadi merupakan dampak yang
ditimbulkan karena perasaan marah yang tak terkendali tersebut, dari
Sdri.Hendrika karena teriak-teriak bisa kehilangan suara , Sdri. Manda karena
marah-marah membuat tenaganya terkuras, apakah teman-teman sekalian merasa
rugi?

Pasien 1,2,3 : “ Iya sus...”

Leader : “Nah jadi jangan diulangi lagi ya, sekarang bagaimana temen-temen
setelah melakukan simulasi perilaku kekerasaan tadi ?

Pasien 3 ( H ): “ Rada sedikit legaan sus... “

Pasien 1 ( M ) : “ Merasa sedikit lebih nyaman sus. “

Leader : “ Nah ini jadi contoh ya buat teman-teman bahwa masalah akan dapat
bisa diatasi tanpa melakukan kekerasan. Saya ingin bertanya, apa saja tadi tanda-
tanda yang ditimbulkan ketika marah, apakah temanteman masih ingat?

Pasien 1 ( M ) : “ Ingat sus..”

Leader : “ Bisa disebutkan apa saja tadi ? Ayo dari Sdri. Manda.”

Pasien 1 ( M ) : “ Dada berdebar debar sus..”

Pasien 2 ( Y ) : “ Mengepalkan tangan sus... muka terasa panas.”


Pasien 3 ( H ) : “ Mata saya melotot, mulut ingin sekali berkata kasar. “

(pasien menjawabnya satu-satu)~~~~~

Co Leader : “ Nah teman-teman-kan sudah mengatahui tanda gejala serta akibat


dari perilaku teman-teman tadi, saya ingin sedikit menambahkan dari Sdri.
Hendrika berteriak tadi tidak hanya menyakiti diri sendiri tapi bagi orang lain
juga berdampak misalnya istirahat orang lain terganggu dan Sdri. Hendrika
semakin di jauhi orang lain, dan Sdri. Manda juga pasti merasa rugi selain untuk
diri sendiri, tenaga dan suara pun ikut terkuras bukan? . Teman-teman sudah
bagus, bisa menyampaikan penyebab marah tanda dan gejala marah dan sudah
dapat mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dan sering teman-teman
lakukan. “

Leader : “ Baiklah teman-teman semua.. Sekarang kita akan melakukan kegiatan


TAK lagi dengan topic yang berbeda ya...”

Pasien 2 : “ Topiknya apa suster? “

Leader : “ Yaitu teman-teman belajar cara mencegah perilaku kekerasan secara


verbal. Waktunya tidak lama kok.. selama kurang lebih 5-10 menit...Apakah
teman-teman masih semangat?

Pasien 1,2,3 : “ Masih suster... ( serentak ) “

Leader : “ Baiklah teman-teman, selanjutnya disini kami akan mengajarkan


kepada teman-teman cara untuk mencegah perilaku kekerasan secara verbal.”

Co leader : “ Begini saya akan mengajarkan beberapa cara untuk mengatasi emosi
dan perilaku kekerasan yang teman-teman alami, yang pertama begini, kalau
tanda-tanda marah tadi sudah dirasakan maka temanteman berdiri, lalu tarik napas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Kita coba ya.”

Pasien 2 ( Y ): “ Iya sus... “

Fasilitator 2 ( A ) : “ Silakan Sdri. Yasmin... teman-teman yg lain sambil


mengikuti yaaaaaaa..”
Co Leader : “ Baik, selanjutnya kita akan mempelajari cara meminta sesuatu tanpa
paksaan, yaitu dengan menggunakan seperti: saya perlu / ingin / minta… yang
akan saya gunakan untuk…dst...contohnya ‘ Saya minta untuk tolong berhenti
membully saya, karena saya kelak pasti bisa mendapatkan yang lebih baik.’
Silakan teman-teman mencoba....Ayoo dimulai dari Sdri. Yasmin.”

Pasien 2 ( Y ) : “ Saya perlu waktu untuk dapat memulai segalanya dari awal.. “

Co Leader : “ Bagus Sdri. Yasmin.. selanjutnya Sdri. Manda.”

Pasien 1 ( M ) : “ Saya ingin suami saya dapat lebih mengerti dan merubah pola
hidupnya dan saya harap semuanya kembali seperti semula. “

Co Leader : “ Baguss sekali Sdri. Manda.. selanjutnya, kami akan mengajarkan


cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain yang baik dan
sopan yaitu dengan menggunakan kata-kata seperti: ‘Saya tidak dapat
melakukan…’ atau ‘ Saya tidak dapat menerima jika dikatakan….’ atau ‘Saya
kesal dikatakan seperti ….’ Nah bagaimana.. ada yang bisa mencoba?”

Pasien 3 ( H ) : “ Saya suster... “

Leader : “ Wah.. baik, silakan Sdri. Hendrika.”

Pasien 3 ( H ) : “ Saya kesal dikatakan seperti nada orang bully-an.. saya harap
perkataan kalian bisa sedikit lebih empati,terima kasih.”

Co Leader : “ Bagusss sekali Sdri. Hendrika, saya senang sekali teman-teman


semua dapat memahami dan mengerti apa yang kami sampaikan..”

( Lalu pasien mencobanya dan fasilitator serta observer mengobservasi terapi


yang sedang dijalani pasien )

Co leader : “ Wah teman-teman bagus sekali, teman-teman sudah bisa


melakukannya dengan baik bersama perawat-perawat yang lain, nah bagaimana
perasaan teman-teman setelah diajarkan tekhnik ini ?

Pasien 1 ( M ): “ Saya merasa lebih tenang sus, daripada saya berkata kasar... “
(Dan yang lain pun mengungkapkan perasaanya)
Co Leader : “ Bagus kalau begitu nanti bisa coba melakukan sendiri ya, selain
terapi teknik pernafasan, teman-teman juga bisa memperagakan cara meminta,
memperagakan cara menolak yang baik, dan memperagakan cara mengungkapkan
marah yang baik.”

Pasien1,2,3,: “ Iya suster...”

Leader : “ Untuk teman-teman yang masih sering merasa kesal bila dituntut..
teman-teman bisa meminta orang yang menuntut untuk bicara lebih santai, minta
untuk dengarkan dahulu penjelasan kita, lalu sampaikan secara santai keinginan
hati yang paling dalam itu apa.. hindari kata-kata yang mengandung unsur kasar,
karena semakin kita memaki orang tsb, maka mereka semakin menganggap remeh
dan menuntut pada kita. Dan lagi jika tuntutan itu bisa dan sanggup kalian
lakukan,kerjakan saja selagi itu baik untuk kita dan orang tsb tetapi jika kalian
merasa sepertinya saya tidak bisa, maka katakanlah pada mereka dengan di awali
ucapan, maaf. Maaf saya tidak bisa, maaf saya tidak mampu, dst.. “

Pasien 1 ( M ) : “ Baik suster...”

Pasien 2 : “ Lalu bagaimana dengan saya suster? Saya sulit sekali melihat orang
lain bahagia dengan pasangannya didepan mata saya.”

Leader : “ Sdri.Yasmin.. itu hanyalah soal waktu,cepat atau lambat Yasmin akan
kembali menemukan orang yang tepat.. Kuncinya adalah sabar.. segala sesuatu
tidak harus selalu menggunakan cara kekerasan. Jika ada orang lain yang sedang
bahagia, jauhkan dulu hal-hal yang membuat Sdri.Yasmin kesal, dan ingatlah
masamasa bahagia Yasmin yang pernah Yasmin alami, seperti liburan keluar kota,
hangout bersama temanteman.. dll..”

Pasien 2 : “ Baik suster.. akan saya coba.. “

( setelah kurang lebih 20 menit , kegiatan selesai, dan perawat melakukan


evaluasi secara keseluruhan )
Co leader : “ Nah kita sudah selesai melakukan TAK hari ini, bagaimana perasaan
teman-teman setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok ini ?”

Pasien 1 ( M ) : “ Saya merasa lebih baik dan bisa lebih mengendalikan rasa
marah saya agar lebih terarah..”
Pasien 3 ( H ) : “ Begitu juga dengan saya, saya merasa lebih tenang dan mulai
mengerti apa yang harus saya lakukan..”
Co leader : “ Nah teman-teman setelah mengikuti kegiatan ini, bila ada perasaaan
ingin marah atau rasa kesal maka teman-teman bisa melakukan cara pencegahan
perilaku kekerasan yang sudah kita lakukan tadi dan sebaiknya melakukan
kegiatan tadi secara teratur tidak hanya pada saat marah atau kesal saja.Setelah itu
masukkan kedalam jadwal harian kalian masing-masing. “

Pasien 1,2,3 : “ Baik sus....”

Leader : Baiklah, kita sudah kurang lebih 20 menit melakukan TAK pada hari ini.
Nanti kita akan melakukan kegiatan TAK lagi dengan topic yang berbeda yaitu
teman-teman belajar cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasaan.
Kegiatannya akan kita mulai pukul 09.00 WITA diruangan ini lagi selama kurang
lebih 30 menit. Baiklah karena waktunya sudah habis. Terimakasih atas kerja
sama teman-teman sekalian, mohon maaf jika kami ada salah baik dalam tutur
kata dan tingkah laku kami, sekarang kita tutup kegiatan ini dan teman-teman bisa
melanjutkan kegiatan yang lain. Selamat pagi.”

Pasien 1,2,3 : “ Selamat pagi suster... “

Anda mungkin juga menyukai