BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis memiliki tingkatan yaitu secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. (Andi megawati,2014). Gastritis
akut suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan
sembuh sempurna (Suratun, 2010). Gastritis kronik merupakan peradangan
1
bagian mukosa lambung yang menahun (Misnadiarly, 2009).Kondisi ini
diklasifikasikan berdasarkan waktu perjalanan (baik akut maupun
kronik).Tingkat keparahan gastritis bisa dilihat dari klasifikasi gastritis
terebut.
Gastritis disebabkan oleh pola makan yang tidak baik didasarkan oleh
ketidak teraturan responden untuk makan yang di pengaruhi oleh beberapa
faktor.(Laurensius Fua uwa,dkk.2019). Santoso & Rani (2010) Menyatakan
bahwa kebiasaan makan individu,keluarga, dan masyarakat di pengaruhi
oleh : Gen,psikologi,perkembangan, kesehatan, psikis, keluarga, aktifitas dan
pendapatan keluarga. Dan menurut Fista Juliani,dkk (2018) Jenis kelamin juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara Pola Makan dengan kejadian gastritis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Pola Makan dengan
kejadian gastritis.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat kekambuhan gastritis.
2. Untuk mengetahui gambaran Pola Makan Mahasiswa angakatan 2018
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
3. Untuk mengetahui hubungan antara Pola Makan dengan kejadian
gastritis pada Mahasiswa angakatan 2018 Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk menerapkan metode atau ilmu yang diperoleh selama perkuliahan
dan melatih untuk menganalisis permasalahan yang ada serta mencari cara
penyelesaiannya.
2. Bagi pembaca
Menambah informasi dan pengetahuan tentang Pola Makan yang
berhubungan dengan kejadian kekambuhan gastritis dan bahayanya supaya
kekambuhan dapat dilakukan pencegahan.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan
penyakit maag merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak atau sakit perut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan karena adanya inflamasi dari mukosa
lambung (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylory dan
pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi
akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik (Irfan irianto, 2019).
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut,kronik,difus dan lokl yang disebabkan oleh makanan,obat-
obatan,zat kimia,stress dan bakteri (Nuari.2015)
3. Klasifikasi Gastritis
Berdasarkan Andi Megawati (2014) pada umumnya klasifikasi
gastritis diklasifikasikan menjadi akut dan kronik Gastritis akut
merupakan kelainan klinis akut yang jelas khas, biasanya ditemukan
inflamasi akut yang jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan
klinik yang bervariasi. Gastritis Kronis berkaitan erat dengan infeksi
Helicobacteri pylori.
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan,biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna.Gastritis akut terjadi akibatrespon
mukosa lambungterhadap berbagai iritan lokal.Inflamasi akut mukosa
pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
Sedangkan Gastritis Kronik didefenisikan sebagai peningkatan jumlah
limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung.Derajat yang paling
ringan Gastritis Kronis adalah gastritis superfisial kronis,yang
mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung.
( Waspaji.dkk.2010 )
5. Penatalaksanaan Gastritis
Penatalaksanaan pada pasien gastritis akut lakukan : instruksikan
pasien untuk menghindari alcohol,bila perdarahan terjadi, lakukan
penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastromfestinal. Sedangkan
penatalaksanaan pada pasien gastritis kronik dapat diatasi dengan
memofisikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih
sering ( Wisnu Dwi Darmawan.2014 )
Penatalaksaan juga bisa dilakukan dengan menjaga pola makan dan
menghindari makan-makanan yang dapat merangsang asam lambung,
(Nurarif dan Kusuma' 2015)
6. Pengobatan Gatritis
Obat-obatan ditunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa antagonis reseptor H2 inhibiton pompa proton, dan antasida
juga ditunjukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan
prostaglandin ( Suyono,. 2001) Obat-obat yang di gunakan :
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) antasida. Cara kerja Antasida yaitu menetralisisr asam lambung.
Efek samping dari Antasida yaitu diare dan konstipasi. (Jones dan
Cash. 2010).
1
3) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambungdan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin
yang menyebabkan iritasi.
( Ikatan Apoteker Indonesia, 2010).
7. Pencegahan Gastritis
Walaupun gastritis masih sering mengalami kekambuhan, tetapi
timbulnya gastritis bisa dicegah. Upaya untuk meminimalkan bahaya
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kesadaran masyarakat
tentang hal- hal yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, misalnya
makan makanan pedas dan asam, stres, mengkonsumsi alkohol dan
kopi berlebihan, merokok, mengkonsumsi obat penghilang nyeri dalam
jangka panjang (Suryono, 2016).
Menurut (Hardi & Huda Amin, 2015) agar kita terhindari dari
penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua Faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan
pencegahan seperti dibawah ini:
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi.
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding
lambungsehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan
tukak/ulkus. Rokok dapat meningkatkan asam lambung dan
memperlambat penyembuhan luka.
c. Atasi stress sebaik mungkin.
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari
sayur dan buah yang bersipat asam.
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung.
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercapat aliran
makanan melalui usus.
1
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk
sementara waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti
pisang,kacang-kacangan, dan kentang.
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rileks.
B. Pola Makan
1. Definisi Pola Makan
Pola Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan informasi gambaran dengan
meliputi,mempertahankan kesehatan,status nutrisi,mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit.(Depkes RI.2012.)
Sedangkan menurut Bagas (2016) Pola mkan merupakan cara yang di
tempuh seseorangatau kelompok dalam memilih,menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan dalam setiap hari yang meliputi :
Frekuensi makanan,Porsi makan, dan jenis makan yang didasarkan faktor-
faktor sosial budaya dimana mereka hidup.
Pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat pencernaan
kita. Makanan sering kali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama
kesehatan pencernaan misalnya, waktu makan yang tidak teratur bisa
menyebabkan gangguan pada lambung, menu makanan yang tidak
seimbang dapat mempengaruhi buang air besar (Chasana Risdiyani.2010)
B. Jenis Makanan
Makan yang teratur juga dilihat dari jenis makanan yang
dikonsumsi. Mengkonsumsi makanan yang pedas atau asam dan
bumbu-bumbu yang merangsang meningkatkan asam lambung,
misalnya cabe, merica, dan cuka (Ratu & Adwan, 2013), Menurut
Putra (2013) ada tujuh jenis makanan yang dapat menyebabkan
asam lambung yaitu,
coklat yang mengandung kakao dan kafein yang dapat
menyebabkan kadar asam di lambung meningkat.
Minuman bersoda yang membuat perut jadi kembung.
Makanan yang tinggi lemak dapat menyebabkan nyeri yang
terdapat di ulu hati.
Minuman beralkohol, konsumsi bir, minuman keras dan
anggur dapat meningkatkan asam lambung.
Produk olahan susu yang tinggi lemak.
Daging yang berlemak mempunyai kadar lemak membutuhkan
waktu yang cukup lama diproses dalam pencernaan.
Kafein, kebiasaan minum kopi yang berlebihan dapat
berkonstribusi terhadap gangguan lambung
C. Porsi Makanan
Jenis makanan juga dilihat dari porsi makanan yang dikonsumsi.
Makan yang tidak teratur serta terlalu banyak mengkonsumsi
1
makanan yang pedas dan asam merupakan faktor risiko terjadinya
gastritis (Zilmawati, 2007).
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan
yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan
haruslah seimbang dengan kebutuhan remaja/dewasa yang di
sesuaikan dengan umur.Porsi yang telah di standarkan oleh Depkes
dimana anjuran makan satu hari untuk rata-rata remaja/dewasa
secara umum orang Indonesia dengan energy 2550 kkl dan protein
60 bagi laki-laki dan bagi perempuan energy 1900 dan proteinnya
50. Jumlah ini bagi yang berumur 19-29 tahun. (Depkes.2009)
A.Faktor genetik
B.Faktor lingkungan
C.Faktor psikologi
E.Faktor Perkembangan
F.Faktor Psikis
G.Faktor keluarga
H.Faktor Aktifitas
4. Pengetahuan Makan
5. Susu
6. Lain-lain
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan penyakit maag
merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau
sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan karena adanya
inflamasi dari mukosa lambung Gastritis terdiri 2 tingkatan tergantung tingkat
keparahannya yaitu Gastritis akut dan Gastritis kronik. Gastritis akut terjadi akibat
respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.Inflamasi akut mukosa pada
sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan. Sedangkan Gastritis Kronik
didefenisikan sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa
lambung.Derajat yang paling ringan Gastritis Kronis adalah gastritis superfisial
kronis,yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung.
(Sudoyo.dkk.2009 ).
Pola Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi : mempertahankan kesehatan,
status nutrisi,mencegah atau membantu kesembuhan. Pola makan merupakan cara
yang di tempuh seseorang atau kelompok dalam memilih,menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan dalam setiap hari yang meliputi : Frekuensi
makanan, Porsi makan, dan jenis makan yang didasarkan faktor-faktor sosial budaya
dimana mereka hidup. Pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat
pencernaan kita. Makanan sering kali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama
kesehatan pencernaan misalnya, waktu makan yang tidak teratur bisa menyebabkan
gangguan pada lambung, menu makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi
buang air besar (Chasana Risdiyani.2010)
Pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat pencernaan kita. Makanan
sering kali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama kesehatan pencernaan.
Menurut fitri (2013) gastritis terjadi akibat makan tidak teratur atau tidak makan
apapun dalam waktu relative lama, akibatnya kadar asam lambung meningkat
sehingga permukaan lambung terkikis hingga menimbulkan semacam tukak. Jika
pengikisan sudah terjadi, gastritis pun akan semakin bereziko. Makanan atau minuman
yang dikonsumsi dan masuk kedalam lambung berfungsi mengurangi kepekatan asam
42
lambung sehingga tidak sampai menggerogoti lambung. Perubahan pola makan
meliputi tidak teraturnya waktu makan, frekuensi makan, jenis makanan dan porsi
makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis.
1.Faktor genetik
2.Faktor lingkungan Pola Makan :
3.Faktor Psikologi 1.Frekuensi Makan
4.Faktor Kesehatan 2.Jenis Makanan
5.Faktor Perkembangan 3.Porsi Makan
6.Faktor Psikis
7.Faktor Keluarga
8.Faktor Aktifitas
9.Faktor Kebiasaan Makan Keluarga
Gastritis
Pengetahuan Makan :
1.Golongan Makanan pokok
2.Golongan protein
3.Golongan sayur-sayuran
4.Lain-lain
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Hubungan Pola Makan
dengan Gastritis Pada Remaja.
44
BAB IV
METODO PENELITIAN
A. Desain Penelitian
2.Sampel
1 + N (a) ²
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat signifikan (5%=0,05)
n= N
1+ N (a) ²
n= 80
1+80 (a) ²
n = 67
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Sugiyono, 2010). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Simple
Random Sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil
sebagian jumlah sampel yang diinginkan secara acak. Dalam penelitian ini cara
pengambilan sampel dari Mahasiswa keperawatan angkatan 2018 dengan nama dan
nomor responden di tulis dikertas sejumlah populasi kemudian diundi seperti arisan,
pengundian dilakukan diluar waktu penelitian. Nama dan nomor responden yang
keluar pada pengundian akan ditulis dikertas untuk dijadikan data responden yang
46
akan menjadi sampel dalam penelitian.
1. Variebel Penelitian
Variabel dependen (terikat) adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu
organisme yang dikenai stimulus atau disebut juga faktor yang diamati dan
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
bebas (Nursalam, 2013).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kejadian gastritis.
2. Definisi Operasional Variabel
F. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitan.
Instrumen dari varaibel independen berbentuk angket atau kuesioner tertutup artinya
jawabannya atau isialn telah dibatasi atau ditentuakan sehingga responden tidak
memberikan respon menurut kebebasan seluas-luasnya. Subjek hanya memberi tanda
() pada kolom jawbaan yang telah ditentukan sesuai yang dirasakan responden.
Intrumen penelitan yang digunakan adalah kuisoner sebagai berikut :
1. Kuisoner Karakteristik Demografi (A)
Terdiri dari inisial nama, jenis kelamin, umur dan pendidikan.
2. Kuisoner State Trait Anxiety Inventory (B)
Pengkuran Gastritis atau pola makan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
State Anxiety and Trait Anxiety (STAI) alat ukur ini terdiri dari 10-17 item
pertanyaan dengan skor iya= 1, tidak = 0 menggunakan skala data nominal.
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
2006). Teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau
radio dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. (Sugiyono,
2007)
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik product moment yang rumusnya
sebagai berikut:
N ∑ xy- (∑ x )(∑ y )
rxy = √{ N ∑ x2−(∑ x)2}{N ∑ y2−(∑ y )2}
Keterangan:
N = jumlah responden
y = skor total
(Arikunto, 2006)
H. Etika Penelitian
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden yaitu
Mahasiswa yang mengalami gejala atu tanda-tanda Gastritis di Fakultas
Keperawatan Universitas dengan menggunakan alat ukur peneltian berupa
kuisoner penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder dari penelitian ini diambil dari data referensi buku,skripsi dan
jurnal.
J. Prosedur Penelitian
1. Analisis Univariat
karakteristik pola makan dan kejadian gastritis disajikan dalam bentuk distribusi
dan persentase.
2. Analisis Bivariat
67
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi
atau berhubungan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian
gastritis.
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square (Notoatmodjo, 2012).
Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel yang mempunyai
data kategorik. Data atau variabel kategorik pada umumnya berisi variabel yang
berskala nominal dan ordinal (Notoatmodjo, 2012). Semua hipotesis untuk kategorik
yang berskala nominal dan ordinal tidak berpasangan menggunakan analisa data uji
chi square, apabila memenuhi syarat uji chi square. Untuk mengetahui hubungan
antar variabel, taraf signifikan yaitu α (0,05) : apabila p ≤0,05 = H0 ditolak, Ha
diterima berarti ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis dan apabila p >
0,05 = H0 diterima, Ha ditolak berarti tidak ada hubungan pola makan dengan
kejadian gastritis. Syarat yang berlaku uji chi square yaitu :
1. Tidak ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20%
dari jumlah sel.
2. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya:
a. Bila tabel 2 x 2 da nada nilai E < 5 namun tidak lebih dari 20%
jumlah sel, maka uji yang dipakai adalah “fisher’s exact test”.
b. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, maka mengunakan uji “pearson chi
square” atau menggunakan sel yang baru.
Dari penjelasan diatas maka untuk jawaban kasus penelitian ini
menggunakan uji statistik pearson chi square bila tabel variabel lebih dari 2x2,
untuk mengetahui hubungan antar variabel, tingkat kesalahan 5% atau taraf
signifikasi yaitu (0,05).
1. Apabila p 0.05 = H0 ditolak Ha diterima, berarti ada hubungan Pola
Makan dengan kejadian Gastritis.
2. Apabila p > 0,05 =H0 diterima, Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan pola
makan dengan kejadian Gastritis.
Adapun pedoman signifikasi memakai panduan sebagai berikut :
Bila p-value < (0.05), maka signifikan atau ada hubungan menurut Sugiyono
(2011) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai
berikut :
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
68
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
DAFTAR PUSTAKA
Fista juliani, Herlina ,dan Sofiana Nurchayati.2018. Hubungan Pola Makan Dengan
Risiko Gastritis Pada Remaja.Riau.JOM Fkp.
Irfan irianto, Billy J.Kapell.,dan Maykel Killing., (2019). Hubungan Penanganan Awal
Gastritis Dengan Skala Nyeri Pasien UGD Rumah sakit GMM Bethesda
Tomohon..e-journal keperawatan.
Sri hartati, Wasisto Utomo dan Jumaini.2014.Hubungan Pola Makan Dengan Resiko
Gastritis Pada Mahasiswa Yang Menjalani Sistem KBK.Riau.JOM PSIK.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
Sukarmin,S.kep.Ns.2012.Keperawatan Pada Sistem Pencernaan.Calemba Timur :
Pustaka Belajar
Wahyu Widayat,2018. Profil Pengobatan Dan Drp’s Pada Pasien Ganguan Lambung
Dyspepsia, Gastritis, Peptic Ulcer) Di Rsud Samarinda.Samarinda. Jurnal Sains
dan Kesehatan.
Lampiran
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk Penelitian
a. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga anda dapat mengerti
b. Pilihlah salahsatu jawaban anda dengan cara memberi tanda checklist (√)
pada tempat ([ ]) yang tersedia sesuai dengan satu jawaban yang saudara
pilih.
c. Setiap nomer hanya boleh diisi dengan satu jawaban.
d. Setiap jawaban dimohon untuk memberikan jawaban yang jujur.
e. Harap mengisi seluruh jawaban yang ada dalam kuesioner ini (dan
pastikan tidak ada yang terlewati).
A. Data Demografi
1. Tanggal Pengisian :
2. Nama (inisial) :
3. Usia :
4. Jeniskelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan