Anda di halaman 1dari 14

Pengukuran Pencemaran Udara

I.Pendahuluan

Kebanyakan orang memahami benar mengenai  pentingya pengukuran


pencemaran udara. Kebanyakan orang awam tidak mengetahui tentang
pengukuran-pengukuran teliti yang harus terlebih dahulu dilakukan agar dapat
melaksanakan pengendalian  secara efektif.
Pengukuran-pengukuran  itu penting,pertama untuk menetapkan tingkat
pencemaran udara yang dapat diterima dengan memperhatikan data biologi yang
relevan pada manusia dan hewan. Kedua,pengukuran itu perlu dilakukan
berbagai tempat untuk menentukan sumber-sumber pencemaran dan derajat
pengendalian yang diperlukan.      Pencemaran udara adalah kehadiran satu
atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.   Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi
cahayadianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional,
maupun global.         Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air,
dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di
dalam  atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah
tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan.
Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang
dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan
mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer.
Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang
telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang
batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam
keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam
atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas
CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti
suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati
ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar.
Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya
kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO
menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:
 Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan
kerugian bagi manusia.
 Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan
kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
 Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi
pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
 Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan
sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat
mencemari udara secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami,
sedangkan yang dihasilkan karena kegiatan manusia disebut bahan
pencemar buatan.
Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab
utama (sekitar 90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:

1. Gas karbon monoksida, CO


2. Gas-gas nitrogen oksida, NOx
3. Gas hidrokarbon, CH
4. Gas belerang oksida, SOx
5. Partikulat-partikulat (padat dan cair)

Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak


terdapat di udara, sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun
cair) merupakan bahan pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar
107 kali dari sifat racunnya gas karbon monoksida).
a. Gas karbon monoksida, CO 
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari
berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara
lain:

 Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa


karbon lainnya:

2 C + O 2 ? 2 CO

 Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri
yang terjadi dalam tanur:

CO2 + C ? 2 CO

 Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi:


2 CO2 ? 2 CO + O 2

 Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke


atmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan
manusia.

b. Gas-gas Nitrogen oksida, NOx 


Gas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksida
NO, dan Nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen
monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna
coklat kemerahan dan berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas.
Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas NO dan NO2 antara lain:
(1210 – 1765)ºC
2 N + O2  ? 2 NO
2 NO + O2 ? 2 NO
c. Hidrokarbon CH
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuhtumbuhan. Gas
metana CH4 adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari
penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam
tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan atmosfer:
2 (CH2O)n ? CO2 + CH4
d. Gas-gas belerang oksida SOx 
Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam.
Gas belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang
mengandung unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara
biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi
simbol sebagai SOx.
S + O2 ? SO2
2 SO2 + O 2 ? 2 SO3
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat
padat dan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan
atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya.
Di atas telah Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan
dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan
yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan
punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan
air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak
gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan
mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke
dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya
keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh
pencemaran udara.
a.Satuan-satuan pengukuran pencemaran
            Kuantitas pencemaran dapat dinyatakan atasa dasar volume atau dasar
massa. Untuk yang berdasarkan massa, satuan yang tepatialah gram/cm3 atau
pon massa ft3. Satuan volumetric biasa digunakan sebagai bagian per
sejuta(part per million,atau ppm) yang didefinisikan sebagai :
1 ppm =           1 volume gas pencemar
                   106 volume(udara + pencemar)

Atau 0,0001 persen volume = 1ppm

Untuk mengubah satuan volumetric menjadfi satuan berdasarkan massa,kita


tentu harus mengetahui bobot molekul bahan pencemar itu agar dapat
menghitung volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.Andaikan perangai gas
ideal,konversi itu dilakukan dengan

Dimana :
           mp/v   = konsentarasi masa pencemar(kg/m3)
              Mp   = bobot molekul pencemar (gr/mol)
              P     = tekanan total campuran udara dan zat pencemar(atm)
              R     = konstanta gas universal
             T      = suhu absolute campuran(K)

Satuan yang lebih umum adalah microgram per meter kubik.


               1kg/m3 = 109g/m3

Konsentrasi-konsentrasi volumetric dan massa yang setara untuk beberapa zat


pencemar biasa dib erikan table 7-1
  

Tabel 7-1 konsentrasi massa 1ppm zat pencemar biasa pada 1 atm

Zat Pencemar Konsentrasi massa (g/m3)


0o 25o
Karbon 1250 1145
monoksida(CO)
Nitrogen oksida(NO) - 1230
Nitrogen - 1880
dioksida(NO2)
Ozon(03) 2141 1962
PAN[CH3(CO)O2NO2] 5398 4945
Sulfur 2860 2620
dioksida(SO2)

b.Rentet Umum Pengambilan Contoh Udara

Pada gambar 7-1 diperlihatakan  rentet umum pengambilan contoh


udara.Tidak semua penerapan
harus                                                                                                                  
Menggunakan keseluruhan unsure perangkat itu.Perangkap pengambilan contoh
terdiri dari 4 bagian dasar :
1.Peranti –peranti persiapan Contoh
2.Peralatan pengambilan contoh
3.Peranti ukur
4.Sumber  vakum

 
Peranti-peranti persiapan contoh mengubah contoh masuk sehingga
komponen gas atau partikel yang dikehendaki dapat dikumpulkan dengan mudah
.Persiapan itu terdiri dari :
1.Penyaringan
2.Pengeringan untuk  mengeluarkan kelembaban
3.Penjenuhan dengan uap air
4.Berbagai reaksi untuk mengeluarkan bahan pencemar yang tidak dikehendaki
yang dapat mengganggu pengukuran nanti.
            Dalam berbagai pengumpulan contoh,pencemaran berbentuk gas atau
butifran dikeluarkan dari udara dengan salah satu  metode dibawah ini :

Pengumpulan gas:

>Adsorpsi pada permukaan zat padat


>Absorpsi dengan reaksi kimia ke dalam zat cair
>kondensdasi kedalam perangkap beku pisah

Pengumpulan butiran:
>penyaringan
>pemisahan dengan sedimentasi(pengendapan)

            Jika sudah terkumpul,contoh diukur secara kuantitatif,sesudah


pengumpulan contoh,laju aliran,suhu dan tekanan  diukur dengan metode-
metode yang telah diuraikan pada bahaasan pokok terdahulu.Udara ditarik 
dengan bantuan sumber penghampa(vakum).Untuk melindungi sumber vakum
itu,pada pengukuran dipasang penyaringan atau pemisah.Sebagai catatan
bahwa semua penghubung harus bersifat nonreaktif terhadap zat pencemar yang
akan  diukur.

c.Teknik Pengambilan Contoh


      Ada beberapa metode untuk menumpulkan contoh-contoh berwujud gas dari
contoh udara:

1.Teknik Absorbsi
      Dalam teknik absorpsi ini contoh udara dibuat menggelembung –gelembung
melalui zat cair tertentu sehingga zat pencemar yang dikandungnya diserap
dengan reaksi kimia. Proses absorbsi terjadi didalam kolom absorbsi yang
berbentuk silinder. Laju absorbsi dipengaruhi oleh laju aliran gas melalui
absorber, konsentrasi larutan penyerap dan waktu kontak menyeluruh. Setelah
diserap zat cair pereaksi itu dianalisis untuk menentukan konsentrasi komponen
yang sebanding dengan gas pencemarsemula.

2.Teknik Adsorbsi
      Dalam proses adsorbsi molekul gas yang akan dianalisis ditempatkan dalam
keadaan kontak dengan permukaan zat padat, dimana molekul gas itu melekat.
Contoh zat padat yang biasa digunakan dalam proses ini adalah karbon aktif,
alumina(AlO2) aktif, dan gel silika (SiO 2). Zat padat itu dapat dicuci dengan zat
pereaksi yang lalu menyerap (adsorbsi) pencemar yang kemudian dianalisis.

3.Teknik Kondensasi dan Teknik Beku Pisah 


      Jika contoh udara itu dilewatkan melalui kamar-kamar pendingin yang dijaga
pada suhu sangat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komponen gas itu
mengkondensasi atau membeku dan terpisah.

d. Teknik pengambilan contoh butiran


      Ukuran bahan-bahan butiran yang ditemukan dalam pencemaran udara
sangat bervariasi berkisar 0,001 sampai 500 µm, dimana kebanyakan partikel
atmosfer jauth diantara 0,1 dan 10 µm.untuk partikel yang sangat kecil yaitu
dibawah 0,1 µm, gerakkan dan perpindahan sangat ditentukan oleh tumbukan
molekul, sedang yang lebih besar dari 20 µm cenderung untuk mengendap
keluar dari atmosfer dan mengumpul lingkungan lokalnya.
1. Pengendapan dan sedimentasi
      Salah satu mekanisme pengumpulan contoh lain ialah berupa bejana
sederhana yang diletakkan di tempat yang tepat dan mengamatinya setelah
beberapa waktu.jadi pencemaran butiran dari pabrik pengecoran besi diukur
dengan menempatkan sebuah bejana disekitar pabrik itu dan mengukur
akumulasi butiran setelah beberapa hari.

2.Pengumpulan dengan cara mekanik


      Contoh gas dikumpulkan dalam bejana yang terlebih dahulu divakumkan dan
ditutup. Setelah terkumpul, contoh itu lalu sianalisis si laboratorium.

3.Teknik filtrasi
      Dengan menggunakan sumber vakumperangkat pengambilan contoh, Kita
dapat melewatkan suatu volume tertentuudara melintasi penyaring(filter) yang
tepat untuk mengumpulkan benda-benda butiran.setelah beberapa waktu,
dikeluarkan dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
      Salah satu teknik pengumpulan dengan filtrasi menggunakan pengambil
contoh volume besar yang dilengkapi dengan motor sapu penyedot debu untuk
menarik contoh itu melintas filter besar yang terbuat dari kertas serat.

4.Kolektor tubruk dan presipitator


      Dalam piranti pengumpulan contoh yang bekerja atas dasar tubrukan, contoh
udara mula-mula dipercepat hingga kecepatan tinggi lalu dipaksa mengalami
perubahan arah dengan cepat.dalam beberapa piranti tertentu permukaan itu
dibuat basah dan butiran-butiran yang terkumpul dibuat dihanyutkan dengan zat
cair itu. Pada piranti yang kering, biasanya digunakan susunan kaskade, dimana
arus itu mendapat kecepatan yang makin lama makin tinggi, dan dengan
demikian memisahkan butiran-butiran yang makin kecil pula.
      Presipitator elektrostatik merupakan alat yang paling efisien untuk
mengumpulkan partikel. Contoh udara dihisap melalui kisi kawat yang bermuatan
12 sampai 30 kV. Partikel-partikel itu menjadi bermuatan pula, dan selanjutnya
dikumpulkan pada plat pengumpul yang mempunyai muatan berlawanan. Bila
piranti itu dimatikan, partikel-partikel itu dapat dikeluarkan dari plat dan dianalisa
di laboratorium. 

e.Pengukuran Sulfur Dioksida


      Ada beberapa teknik yang digunakan untuk pengukuran SO 2 sulfur dioksida
tinul sebagai akibat pembakaran bahan hidrokarbon yang mengandung banyak
belerang dan merupakan suatu sumber utama pencemaran udara. Oleh karena
itu banyaknya industri yang membakar batu bara atau minyak baker yang
mengandung kadar belerang tinggi, teknik-teknik pengukuran ini luas juga
penerapannya.

1.Analisa SO2 Dengan Cara Kolorimetri


      Dalam gambar 7-2 digambarkan apparatus dasar untuk penentuan SO2
dengan kolorimetri. Contoh udara ditarik dengan pompa vakum melalui piranti
pengukuran  aliran masuk dan kemudian masuk ke pembasuh piring berputar.
Permukaan piring-piring itu dibasahi dengan penyerap sehingga terdapat
permukaan yang luas untuk bersinggungan dengan gas. Hal ini menyebabkan
kecepatan dan tanggapan absorbsi menjadi tinggi pula. Larutan sekarang yang
mengandung pencemar lalu dicampur dengan pereaksi pararosalina putih dan
dibiarkan mengalir melalui lilitan untuk memberi waktu bagi berkembangnya
rekasi pembentukan warna.
      Sumber cahaya disaring dan dilewatkan melalui pemenggal yang dijalankan
dengan motor untuk mendapatkan sumber bolak-balik yang dapat diamplikasikan
secara elektronik. Dua fotosel cadmium-sulfida yang sepasang digunakan untuk
mengindera transmisi cahaya dari sel pengindera yang berisi contoh itu, yang
telah mengalami reaksi kolorimetri dan juga dari sel rujukan yang berisi zat
pereaksi (reagent). Keluaran kedua sel itu dibandingkan dengan rangkaian
deteksi elektronik yang mengirimkan pula tegangan keluaran ke suatu perekam.

Skema Penentuan SO2 secara Kolorimetri

2.Analisa SO2 Cara Elektrokonduktivitas


               Pengukuran elektrokonduktivitas menghasilkan ion sulfat yang
mengubah
konduktivitas larutan, sebanding dengan SO2 yang ada. Dengan menggunakan
air
sebagai pereaksi kita dapatkan reaksi:

H2O +SO2 ──►H2SO3
H2SO3 +1/2 O2 ──►H2SO4

sebagai alternatif kita dapat memakai H2O2 dalam hal ini, kita tidak akan
mengalami banyak gangguan dari gas-gas seperti CO2

H2O2+SO2──► H2SO4

               Prinsip kerjanya ialah zat pereaksi dilewattkan terlebih dahulu melalui
sel rujukan, kemudian melalui kolom absorbsi dimana contoh udara itu
bercampur di dalam proses aliran arus berlawanan. SO2 diserap di dalam
pereaksi, dan larutan baru yang terjadi dilewatkan melalui sel pengukur
konduktivitas. Pada sel konduktivitas itu diberikan tegangan arus bolak-balik dan
arusnya diukur untuk menghitung tahanannnya. kalibrasi tingkat nol dilakukan
dengan mengalirkan  udara tersebut melalui kapur soda untuk memisahkan
semua SO2 untuk kondisi ini. Konduktivitas sel rujukan dan sel pengukur harus
sama dan karena itu dapat dipakai untuk menetapkan tingkat keluaran.

 
3.Analisa SO2 Cara Coulometri
               Untuk melakukan anlisi dengan coulometri, sel detector dibuat seperti
pada gambar. sel tersebut mengandung larutan dapar KI yang membangkitkan I2
pada anoda menurut persamaan reaksi:

2I- ──►I2 +2e

               Bila contoh udara yang mengandung SO2 ditarik ke dalam sel itu, maka
ia bereaksi dengan I2 sehungga dipisahkan dari sel. I 2 yang tidak bereaksi
kemudian direduksi menjadi I- pada katoda. Sebagai akibat reaksi itu, elektroda
rujukan akan dapat mendeteksi perbedaan antara arus anoda dan katoda
sebagai berikut:

Ir  = Ia – Ic
               Arus ini kemudian diperkuat untuk mendapatkan keluaran yang
sebanding dengan konsentrasi SO2.

f.Pengukuran Hasil Pembakaran


               Analisa hasil pembakaran tidak saja penting untuk pengendalaian
pencemaran udara, tetapi juga untuk menjaga agar laju pembakaran dan
penggunaan energi berlangsung efisien.
               Pada gambar 7-5 terlihat apparatus sederhana yang digunakan untuk
menganalisis hasil pembakaran. Alat itu terdiri dari sebuah buret ukur dan tiga
buah pipet pereaksi yang digunakan berturut-turut untuk menyerap karbon
dioksida, oksigen, dan karbon monoksidadari campuran itu. Mula-mula hasil
pembakaran ditarik kedalam buret ukur. Kemudian manifold pengambilan contoh
ditutup dan contoh itu didorong masuk ke pipet pereaksi pertama, dimana karbo
dioksida diserap. Contoh itu dikembalikan ke buret ukur dan penurunan volume
dicatat. Prosedur ini diulangi lagi dengan kedua pipet berikutnya. Yang masing-
masiing secara berturut-turut menyerap O2 dan CO. dalam proses pengukuran
volumetric zat-zat tersebut didapatkan atas dasar kering artinya tanpa
memperhitungkan uap air yang ada.  
               Sebagai pereaksi biasanya digunakan kalium hoidroksida untuk
menyerap karbon dioksida. Untuk menyerap oksigen digunakan campuran asam
pirogalat dan larutan kalium hidroksida, sedang kupro klorida digunakan untuk
menyerap karbon monoksida.

 
g. Pengukuran keburaman
            Keburaman arus gas yang keluar dari cerobong asap memang
merupakan ukuran konsentrasi  zat butiran didalam gas itu.Namun warna gas
buangan bergantung pada bahan butirana apa yang terdapat dalam proses itu.
            Ungtuk membantu penmbakuan pengamatan visual telah dikembangkan
system peta asap ringleman.lima buah cart disusun denagn peningkatan
kehitaman yang teratur seperti terlihat pada table 7-2./Pengamatan lalu dilatih
untuk membandingkan pengamatannya dengan cart tersebut.Daalam proses
latihan,cart tersebut ditempatkan pada jarak 50ft dari pengamatan,pada garis
pandang yang sama denagn asap itu.pada jarak itu,cart-cart terssebut akan
tampak seperti  beberapa tingkat keabu-abuan.dalam pengamatan itu,pengamat
harus berdiri membelakangi matahari.Untuk latihan,pengukuran trabsmisi optic
dapat pula dilaakukan pada asap untuk dikolerasikan.

Tabel 7-2 garis pisah untuk pembuatan cart

Cart Tebal Tebal % hitam

Ringleman garis bidang

hitam,mm putih,mm
0 Putih semua 0
1 1 9 20
2 2,3 7,7 40
3 3,7 6,3 60
4 5,5 4,5 80
5 Hitam semua 100

Keburaman buangan cerobong dapat dengan mudah diubah tanpa


mengubah emisi total pencemar.Oleh karena keburaman merupakan fungsi  dari
panjang lintas optic,salah satu cara untuk mengubah keburaman ialah
memperkecil diameter cerobong dan meningkatkan kecepatan aliran.cara lain
ialah  menambah jumlah cerobong yang digunakan.peraturan-peraturan 
pengenddalian pencemaran udara sering tidak memungkinkan penggunaan
teknik-teknik tersebut bila pabrik itu sudah dituduh mempunyai keburaman
buangan terlalu tinggi.

h. Pengukuran Bau

            Setiap orang akan berbeda reaksinya mengenai bau tertentu.Secara


ideal,kita tentu ingin menyatakan tingkat abau dengan konsentrasi zat bau dalam
bagian  persejuta(ppm) atau microgram permeter kubik.Teknik yang biasa
digunakan ialah memberikan berbagai konsentrasi  zat bau kepada sekelompok
orang dan meminta setiap anggota kelompom itu memberikan penilaian denagn
skala :
            5 Bau tak tertahankan
            4 Sangat berbau
            3 Bau mudah tercium
            2 Agak berbau
            1 Hampir tidak berbau
            0 tidak berbau
             
            Skala ini dapat diterapkan terhadap intensitas bau,mudahnya bau itu
menjalar dan tingkat bau itu disukai atau tidak disukai.
P=K log S
            Bila data telah terkumpul,memenuhi hubungan,dimana P adalah respon
indra manusia,atau intensitas(dari 0 sampai 5),dan S adalah rasio konsentrasi
dalam bagian persejuta terhadap respon 0.K ialah konstanta yang besarnya
antara 0,3 dan 0,6,bergantung pada jenis zat bau.Dengan menggunakan teknik-
teknik seperti itu,kita dapat menentukan ambang bau berbagai zat,seperti pada
table 7-3.

1 satuan bau=kunatitas zat bau yang mencemarkan 1 ft 3 udara bersih untuk


mencapai nilai ambang.

            Dari table 7-3 bisa diliihat bahwa 1 satuan bau aseton ialah kuantitas
yang diperlukan untuk menghasilkkan konsentrasi  100 ppm,sedang satu satuan
bau formaldehidaiaalah kuantitas yang diperlukan untuk menghasilkan
konsentrasi 1,0 ppm.

Tabel 7-3.Ambang bau di udara

Zat bau Ambang bau,ppm


Asam asetat 1,0
Aseton 100
Amina trimetril 0,0021
Amonia 46,8
Anilina 1,0
Karbon disulfide 0,21
Klor 0,31
Dietil  formanida 100
Difenil sulfida 0,21
Formaldehida 1,0
Hydrogen sulfide 0,00047
Methanol 100
Metilena klorida 214
Nitrobenzene 0,00047
Fenol 0,047
Trimetil amina 0,00021

III.Penutup
a.Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan betapa pentingnya pengukuran
pencemaran udara sebab dengan melakukan pengukuran kita dapat menetapkan
tingkat pencemaran udara di suatu tempat dengan memperhatikan data biologi
yang menerima dampak pencemaran udara secara langsung seperti manusia
dan hewan. Selain itu kita juga dapat menentukan sumber-sumber penyebab
pencemaran udara sehingga kita dapat menentukan derajat pengendalian yang
diperlukan. 
Dalam melakukan pengukuran kita harus mengambil contoh udara yang
akan diteliti sehingga kita dapat mengetahui apakah di daerah tersebut telah
terjadi pencemaran udara atau tidak. Pengambilan contoh dilakukan oleh
perangkat pengambilan contoh yang terdiri dari 4 bagian yaitu piranti persiapan
contoh, peralatan pengumpulan contoh, peranti ukur dan sumber vakum.
Untuk melakukan pengambilan contoh udara diperlukan suatu teknik yang
tepat agar kiata dapat menegtahui bahan pencemar apa saja yang terdapat
diudara. Berdasrkan bentuknya teknik pengambilan contoh dibagi menjadi 2 yaitu
teknik pengambialn contoh udara yang  berbentuk gas dan yang berbentuk
butiran. Pada teknik pengambilan contoh udara berbentuk gas dibagi menjadi 3
yaitu teknik absorbsi, teknik adsorbsi, dan teknik perangkap beku pisah
sedangkan pada megambilan contoh udara yang berbentuk butiran dibagi
menjadi 4 yaitu pengendapan dan sedimentasi, pengumpilan dengan cara
mekanik, reknik sedimentasi dan teknik kolektor tubruk dan presipitator.
Dalam pencemaran udara banyak sekali zat yang menyebabkan udara
tercemar dan salah satu yang berbahaya adalah sulfur dioksida yang dapat
menyebabkan hujan asam selain itu zat ini   merupakan zat pencemar yang
paling banyak dihasilkan oleh banyak industri selain gas CO dan CO2 oleh
karena itu diperlukan teknik khusus untuk pengukur tingkat pencemaran yang
disebabkan loeh gas sulfur dioksida. Dalam pengukuran sulfur dioksida dikenal 3
metode umum yaitu analisa dengan cara kolorimetri, dengan cara
elektrokondutivitas dan terakhir dengan cara coulometri.
Selain bahan pencemar indicator lain yang perlu diukur dalam pengukuran
pencemaran udara yaitu pembakaran, keburaman, dan bau. Pembakaran dan
keburaman perlu diukur untuk mengetahui seberapa sempurna pembakaran itu
apabila pembakaran itu tidak sempurna maka akan banyak sekali zat pencemar
yang terdapat didalamnya yang menyebabkan hasil pembakaran berwarna hitam
pekat atau buram.

Anda mungkin juga menyukai