Anda di halaman 1dari 13

Tugas Individu

Kesehatan Lingkungan dan Gizi Pasca Bencana

Disusun Oleh :

Nama : Putri Rahmadani

Stambuk : P10120219

Kelas :C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
Paper Analisis bencana di Indonesia dan Bencana di Negara lain

Di Indonesia
ABSTRAK

Salah satu pengaruh geologi bagi Indonesia adalah kondisi geologi wilayah yang menjadikan
Indonesia sebagai negara yang rawan terhadap bencana. Indonesia adalah negara kepulauan
yang terletak diantara lempeng-lempeng tektonik dunia. Lempeng tersebut adalah lempeng
Indo-Australia terdapat di bagian selatan, lempeng Euro-Asia di bagian utara, dan lempeng
Samudera Pasifik di bagian timur. Interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang
pasang apabila terjadi di samudera yang menyebabkan gempabumi. Gempabumi dapat diikuti
oleh tsunami mengingat Indonesia merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh
pergerakan lempeng-lempeng tersebut yang berimbas pada wilayah dekat pantai. Bencana
gempabumi terparah di Indonesia salah satunya adalah gempabumi beserta tsunami tahun
2004 di Aceh yang menyebabkan banyak korban, kerugian materil, kerusakan infrastruktur
wilayah dan lingkungan. Bencana gempabumi Aceh terjadi karena pengaruh pertemuan
antara dua lempeng. Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang terletak di atas
pertemuan 2 (dua) lempeng, yaitu lempeng Eurasia dan IndoAustralia yang dilalui oleh
sistem sesar Sumatera dengan struktur-struktur aktif. Pergerakan lempeng IndoAustralia
dengan kecepatan 5 cm/tahun menujam di bawah lempeng Indo-Australia menghasilkan
gempabumi yang diikuti oleh tsunami. Bencana berpotensi terjadi tidak hanya gempabumi
dan tsunami, tetapi juga bencana banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor,
gelombang ekstrim dan abrasi, cuaca ekstrim, letusan gunungapi, kebakaran hutan dan lahan,
serta epidemi dan wabah penyakit karena melihat kondisi alam yang beragam serta pengaruh
manusianya. Potensi bencana yang muncul menjadi perhatian dari kalangan pemerintah
hingga lapisan masyarakat. Salah satu langkah yang pernah dilakukan untuk antisipasi
bencana-bencana yang berpotensi di Provinsi Aceh adalah dengan perencanaan
penanggulangan bencana Provinsi Aceh pada tahun 2011. Perencanaan tersebut sekaligus
merangkum hasil pengkajian risiko bencana Provinsi Aceh. Sesuai dengan batasan masa
perencanaan, maka dilakukan peninjauan ulang untuk pengembangan perencanaan tahun
2015 untuk masa 5 (lima) tahun ke depan. Pengembangan terkait dengan perubahan data
dasar dan metodologi pengkajian untuk analisa perencanaan. Berdasarkan hasil pengkajian,
maka dapat ditentukan rekomendasi kebijakan penanggulangan bencana. Secara keseluruhan,
pengkajian tersebut dimuat dalam sebuah Dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi
Aceh tahun 2016-2020.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang dikhawatirkan terhadap
bencana.Ini disebabkan Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang
memiliki sejarah kejadian bencana terbesar. Beberapa bencana terjadi menimbulkan bencana
baru lainnya (bencana turunan) yang sama-sama memiliki dampak. Provinsi Aceh tercatat
pernah mengalami gempabumi yang mengakibatkan korban jiwa (meninggal dan luka-luka),
dan kerugian fisik ekonomi lainnya pada tanggal 26 Desember 2004. Risiko ini diperparah
dengan munculnya bencana tsunami yang mengakibatkan 166.541 jiwa meninggal, 1.129
jiwa lukaluka, 6.220 jiwa hilang, 322.821 rumah rusak berat, 96.576 rumah rusak ringan yang
diketahui berdasarkan pencatatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI). Selain itu,
berdasarkan catatan dari DIBI tersebut, gempabumi dan tsunami pernah terjadi pada tahun
1797, 1891, 1907, 1936, 1964, 1967, 1983, 1990, 1998, 2000, 2002, 2003, 2004, 2008, 2009,
2010, 2011, 2012, 2013, 2015 yang memberikan dampak masing-masingnya. Kawasan
dengan potensi rawan tsunami yaitu di sepanjang pesisir pantai wilayah Aceh yang
berhadapan dengan perairan laut yang potensial mengalami tsunami seperti Samudera Hindia
di sebelah barat. Setiap bencana terjadi disebabkan kerentanan wilayah terhadap bencana
yang tinggi. Rentannya wilayah Provinsi Aceh dilihat dari geologis Provinsi Aceh yang
berada di atas pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia serta struktur alam
Provinsi Aceh yang beragam. Tidak hanya gempabumi dan tsunami, tetapi bencana lain pun
memiliki potensi terjadi di Provinsi Aceh. Intensitas kejadian bencana dan dampak yang
ditimbulkan setiap bencana membutuhkan penanganan serius dan menyeluruh untuk
pengurangan potensi jiwa terpapar, harta benda yang hilang, dan lingkungan yang rusak
untuk masing-masing bencana.

Upaya tersebut adalah dengan perencanaan penanggulangan bencana yang didasarkan


pada pengkajian risiko bencana. Perencanaan penanggulangan bencana telah diupayakan
untuk Provinsi Aceh tahun 2011 dengan penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan
tahun 2011. Berdasarkan batasan perencanaan, penyesuaian kondisi terkini daerah, dan
pengembangan/pembaharuan metodologi pengkajian, maka diperlukan pengkajian terbaru
Provinsi Aceh untuk tahun 2015.
1. Deskripsi kan bencana berdasarkan 5W+1H
a. What

Apa yang menyebabkan tsunami di Aceh terjadi?

Peneliti Wisyanto mengkaji lebih dalam bencana tersebut. Ia kemudian menuliskan


dalam jurnal berjudul 'Tsunami Aceh 2004 Sebagai Dasar Penataan Ruang Kota Meulaboh'
beberapa waktu lalu. Ia mengutip laporan USGS yang menjelaskan bahwa tsunami Aceh
kala itu diawali dengan gempa tektonik pada 26 Desember 2004. Gempa terjadi pada pukul
07.59 WIB, berpusat di titik 3.316 derajat N, 95.854 derajat E dengan kekuatan 9,1 Mw.
Gempa tersebut memicu adanya gelombang tsunami yang masih diingat oleh sejumlah
masyarakat sampai sekarang. Tak hanya dirasakan di Indonesia, gempa berkekuatan 9,1 Mw
itu terasa hingga Sri Lanka, India, Bangladesh, Thailand, Maladewa, Malaysia, dan Somalia.
Gempa besar disebabkan adanya pergerakan lempeng bumi di bawah pulau Sumatera
termasuk provinsi Aceh. Namun disebutkan ada tiga zona yang bisa menyebabkan gempa
kuat di wilayah serambi Mekah itu.

b. Who

Siapa korban tsunami Aceh?

1. Sebanyak 15 negara terdampak Gelombang tsunami yang terjadi di pesisir Aceh saat
itu diperkirakan mencapai ketinggian 30 meter dengan kecepatan mencapai 100 meter
per detik atau sekitar 360 kilometer per jamnya. Tak hanya di Aceh, Indonesia, total
ada sebanyak 15 negara terdampak oleh bencana tsunami di akhir 2004 itu. Kelima
belas negara itu adalah Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar,
Maladewa, Malaysia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, Afrika Selatan, Yaman,
Kenya, dan Madagaskar. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah
selain Sri Lanka, India, dan Thailand.
2. Korban meninggal 230.000 jiwa PBB pada 4 Januari 2005, mengeluarkan taksiran
awal bahwa jumlah korban tewas akibat Tsunami Aceh sangat mungkin melebihi
angka 200.000 jiwa. Berdasarkan Kompas.com (26/12/2020), jumlah korban dari
peristiwa alam tsunami Aceh tersebut disebut mencapai 230.000 jiwa. Jumlah itu
bukan hanya datang dari Indonesia sebagai negara terdampak paling parah, namun
juga dari negara-negara lain yang turut mengalami bencana ini. Selain itu, tak kurang
dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa itu. Akibat peristiwa itu
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tiga hari sebagai masa
berkabung.
c. Why

Mengapa Aceh mengalami bencana tsunami?

Bencana tsunami terjadi karena interaksi lempeng Indo-Australia dan


Eurasia. Gempa ini tergolong gempa dangkal, berpusat di dasar laut dengan kedalaman 10
kilometer. Dasar samudera yang naik di atas palung Sunda ini mengubah dan menaikkan
permukaan air laut. Dengan demikian, permukaan datar air laut ke arah pantai barat Sumatera
ikut terpengaruh berupa penurunan muka air laut. Beberapa gempa terjadi sebelum
gelombang air laut menyapu daratan dan terlama berkisar 8-10 menit. Durasi gempa ini
merupakan catatan sejarah tersendiri. Setelah gempa yang panjang dan memiliki magnitudo
besar, gelombang pasang menyapu pantai dengan didahului surutnya air laut. Kemudian
diikuti gelombang yang sangat besar. Gelombang tsunami menerjang daratan dan masuk ke
dalam kota. Diperkirakan gelombang tsunami yang menghantam pesisir Aceh setinggi 30
meter, dengan kecepatan 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam. Tsunami tinggi ini
tidak hanya melanda pesisir barat Aceh, namun juga Sumatera bagian utara, pantai-pantai
Srilanka, India, Thailand, Malaysia, Somalia, Bangladesh, Maladewa, hingga Kepulauan
Cocos.

d. When

Kapan peristiwa itu tsunami aceh terjadi?

Tsunami Aceh terjadi tepat pada 16 tahun yang lalu. Tsunami Aceh yang merupakan
bencana alam terbesar itu terjadi pada 26 Desember 2004. Gelombang tsunami menyapu
pesisir Aceh pasca gempa dangkal berkekuatan M 9,3 yang terjadi di dasar Samudera Hindia.
Gempa yang terjadi, bahkan disebut ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam
sejarah. Kejadian itu terjadi pada hari Minggu, hari yang semestinya bisa digunakan oleh
masyarakat untuk beristirahat, berkumpul bersama keluarga, dan menikmati libur akhir pekan
bersama. Tapi tidak dengan Minggu saat itu, masyarakat justru harus berhadapan dengan
alam yang tengah menunjukkan kekuatannya, sungguh kuat. Mengutip DW (23/12/2014),
tsunami Aceh didahului gempa yang terjadi pada pukul 07.59 WIB. Tidak lama setelah itu,
muncul gelombang tsunami yang diperkirakan memiliki ketinggian 30 meter, dengan
kecepatan mencapai 100 meter per detik, atau 360 kilometer per jam. Gelombang besar nan
kuat ini tidak hanya menghanyutkan warga, binatang ternak, menghancurkan pemukiman
bahkan satu wilayah, namun juga berhasil menyeret sebuah kapal ke tengah daratan. Kapal
itu ialah Kapal PLTD Apung yang terseret hingga 5 kilometer dari kawasan perairan ke
tengah daratan.

e. Where

Dimana terjadinya tsunami Aceh?

Tepatnya 26 Desember 2004, sebuah gempa maha dahsyat terjadi dan menimbulkan
tsunami yang pada akhirnya menyapu wilayah Aceh. Gempa maha dahsyat disertai tsunami.
itu menimbulkan korban jiwa hingga 280 ribu jiwa. Tak cuma di Aceh Indonesia, korban jiwa
juga tercatat di belasan negara lainnya.
f. How

Bagaimana terjadinya peristiwa tsunami Aceh?

Peneliti BRIN, Wisyanto mengkaji lebih dalam bencana tersebut. Ia kemudian


menuliskan dalam jurnal berjudul 'Tsunami Aceh 2004 Sebagai Dasar Penataan Ruang Kota
Meulaboh' beberapa waktu lalu. Ia mengutip laporan USGS yang menjelaskan bahwa
tsunami Aceh kala itu diawali dengan gempa tektonik pada 26 Desember 2004. Gempa
terjadi pada pukul 07.59 WIB, berpusat di titik 3.316 derajat N, 95.854 derajat E dengan
kekuatan 9,1 Mw. Gempa tersebut memicu adanya gelombang tsunami yang masih diingat
oleh sejumlah masyarakat sampai sekarang. Tak hanya dirasakan di Indonesia, gempa
berkekuatan 9,1 Mw itu terasa hingga Sri Lanka, India, Bangladesh, Thailand, Maladewa,
Malaysia, dan Somalia. Gempa besar disebabkan adanya pergerakan lempeng bumi di bawah
pulau Sumatera termasuk provinsi Aceh. Namun disebutkan ada tiga zona yang bisa
menyebabkan gempa kuat di wilayah serambi Mekah itu.

2. Analisis Berdasarkan Faktor Kerentanan

Terdapat dua peristiwa yang menjadi momentum penting untuk membangun kembali
perekonomian Aceh yang telah hancur akibat konflik yang berkepanjangan dan tsunami.
Dua peristiwa tersebut yaitu bencana alam tsunami pada Desember 2004 dan
penandatanganaan Nota Kesefahaman (MoU-Memory of Understanding) antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada tanggal 15 Agustus 2005.
Peristiwa itu juga merupakan salah satu bentuk kerentanan yang bersifat guncangan
karena telah merusak struktur kehidupan dan perekonomian serta kelestarian hidup
masyarakat Aceh pasca konflik dan tsunami telah dihadapkan kepada kondisi yang
parah mengenai kemiskinan. Meskipun pada tahun 2016 tingkat kemiskinan di Aceh
telah menurun menjadi 17,72 persen tetapi tetap jauh lebih tinggi jika dibandingkan
wilayah-wilayah lain di Indonesia (Aceh Dalam Angka 2015). Sebahagian besar
penduduk miskin berada di daerah perdesaan, dan hampir 70 persen dari mereka
mempunyai pekerjaan utama sebagai petani. Sektor pertanian menyerap tenaga kerja
terbesar, iaitu sebesar 48,49 persen daripada jumlah angkatan kerja yang berjumlah 1
978 987orang (Aceh dalam Angka, 2015). Selain itu sebanyak 70 persen rumah tangga
di perdesaan umumnya bergantung kepada sektor pertanian. Namun setelah melalui masa
darurat, masa rehabilitasi dan rekonstruksi hampir 10 tahun dengan menghabiskan bajet
triliunan rupiah telah banyak hal yang dilakukan terutama di bidang rehabilitasi
seperti: pembangunan perumahan penduduk yang terkena dampak tsunami, pembangunan
infra-struktur publik, dan perbaikan di bidang perekonomian masyarakat (livelihood).
Pemulihan di sektor pertanian dan perikanan misalnya telah menyebabkan potensi
perikanan dan pertanian di Aceh mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek.
Meskipun dampaknya terhadap pemulihan ekonomi masyarakat secara lebih luas belum
cukup signifikan dan belum mampu memberikan kekuatan dan peran yang lebih
kuat terhadap 2 pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan serta kelestarian kehidupan masyarakat. (Agussabti, et.al. 2010).
3. Masalah Lingkungan yang timbul pasca bencana

Perkiraan awal nilai kerusakan awal dan pencemaran lingkungan akibat gempa bumi dan
tsunami di Aceh dan Sumut mencapai US$ 127,5-476,22 juta. Demikian disampaikan
Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar usai rakor tentang penanggulangan dan
pembangunan kembali Aceh dan Sumut pasca bencana di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis
(3/2/2005).Adapun perkiraan kerusakan dan pencemaran lingkungan tersebut diantaranya
meliputi pencemaran air dengan perkiraan kerusakan dan pencemaran sebesar US$ 2,5-4 juta,
perbaikan sungai US$ 1,5-3 juta, pencemaran air tanah sekitar US$ 1 juta, pencemaran dan
kerusakan terumbu karang dan mangrove US$ 9,4-245 juta per tahun, kerusakan pertanian,
hutan dan ekosistem darat lainnya US$ 86,24-172,68 juta per tahun, kehilangan potensi dan
kegunaan lahan US$ 23,5-47,1 juta. Sedangkan untuk pencemaran udara dan potensi
kontaminasi industri sejauh ini belum diketahui.Rachmat menyebutkan, berdasarkan tingkat
kerusakan yang ada, kerusakan dibagi dalam tiga zona yakni zona merah (0-2 km dari pantai)
yang rusak total, zona kuning (2-3 km dari pantai) mengalami kerusakan sedang sampai berat
dan zona hijau (lebih dari 3 km dari garis pantai) dengan kerusakan ringan. Disebutkan pula
kerusakan lingkungan berat pada umumnya terjadi di zona merah. Sedangkan pencemaran
lingkungan berat terjadi pada zona kuning. Libatkan MasyarakatSementara Meneg
PPN/Kepala Bappenas Sri Mulyani Indrawati ditempat yang sama menambahkan, dalam
upaya rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, Sumut pasca bencana akan tetap melibatkan
masyrakat Aceh secara luas. Program yang disusun pemerintah saat ini juga telah melibatkan
unsur-unsur masyrakat Aceh seperti tokoh adat dan juga ulama. "Namun untuk bisa
melakukan konsultasi kepada masyarakat luas melalui forum yang lebih besar, baru akan bisa
dilakukan jika gambaran yang dibuat oleh pokja telah lebih konkrit," katanya. Ia juga
menyebutkan, nantinya berdasarkan tata ruang Banda Aceh, maka kota itu akan tetap
dipertahankan keberadaannya walaupun akan ada zona untuk pengamanan.
Di Luar Negeri

1. Deskripsi kan bencana berdasarkan 5W+1H


a. What

Apa yang menyebabkan tsunami di jepang terjadi?

Tim peneliti dari McGill University, Kanada, berhasil mengungkap penyebab dari
tsunami mematikan yang terjadi di Jepang pada tahun 2011 lalu. National Monitor, 6
Desember 2013, melansir tsunami besar yang menyerang wilayah Tohoku pada Maret
2011 lalu disebabkan oleh gempa besar yang kedatangan tidak mampu diprediksi oleh
para ahli. Penelitian ini telah memberikan informasi baru mengenai apa yang
menyebabkan munculnya kekuatan besar dari dasar laut ke lepas pantai timur laut
Jepang. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa zona barat di laut Pasifik
memiliki potensi gempa bumi besar. Temuan terbaru ini dilakukan oleh 27 ilmuwan dari
10 negara yang melakukan ekspedisi selama 50 hari pada tahun 2012. Para peneliti
melakukan pengeboran di tiga titik wilayah Jepang untuk memeriksa zona munculnya
gempa bumi tahun 2011 lalu, yaitu tempat bertemunya dua lempeng tektonik di planet
ini. Dua lempeng itu adalah lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara. Akibat dari
bertemunya dua lempeng itu menciptakan zona subduksi, dengan lempeng Amerika
Utara berada di atas tepi lempeng pasifik. Akibat dari lempeng pasifik yang turun ke
dalam perut Bumi menciptakan palung Jepang. "Hasil dari pengeboran yang dilakukan
pada tahun 2012 lalu menunjukkan tergelincirnya dua lempeng tektonik itu disebabkan
oleh tipisnya permukaan lempeng tersebut. Tebalnya kurang dari lima meter," kata
Christie Rowe, Ahli Geologi dari McGill University. Dia menambahkan, ketebalan itu
adalah pengetahuan baru. Itu merupakan lempeng tertipis di Bumi. Tim peneliti juga
menemukan tanah di lempeng itu terdiri dari sendimen yang sangat halus.

b. Who

Siapa korban tsunami Jepang ?

Lebih dari 17.440 orang masih terdaftar sebagai hilang dan 2.775 orang lain luka-
luka. Sekitar 250.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka, kekurangan makanan, air
minum dan tempat penampungan setelah diguncang gempa berkekuatan 9 pada skala Richter
itu dan kemudian diterjang tsunami. Paling tidak 18.000 rumah hancur dan 130.000 rumah
rusak berat akibat gempa bumi dan tsunami. Walaupun mengalami kerusakan akibat tsunami,
12 dari 15 pelabuhan di kawasan timur laut Jepang sudah mulai berfungsi lagi. Sementara itu
di PLTN Fukushima yang rusak, para petugas melanjutkan upaya mereka menemukan
sumber kebocoran uap yang menimbulkan kekhawatiran mencemari makanan dan air minum.
Mereka berharap dapat segera menghidupkan lagi generator agar peralatan pendingin yang
sangat penting bisa bekerja kembali di PLTN itu. Dua petugas dilarikan ke rumah sakit
kemarin (Kamis, 24/3) karena terpapar radiasi tingkat tinggi.
c. Why

Mengapa Jepang mengalami bencana tsunami?

Karena Jepang terletak di garis ring of fire. Dilansir dari National Geographic, ring of
fire adalah jalur sepanjang Samudera Pasifik yang ditandai banyaknya gunung berapi aktif.
Sebanyak 75 persen gunung berapi yang ada di Bumi terletak di ring of fire. Jumlahnya lebih
dari 450 gunung berapi. Aktivitas vulkanik juga merupakan pemicu gempa bumi. Selain itu,
ring of fire merupakan pertemuan dari beberapa lempeng bumi. Lempeng bumi selalu
mengalami pergerakan. Ketika lempeng bumi bergerak dan bertabrakan satu sama lain, akan
menyebabkan gempa bumi. Sayangnya, hingga saat ini peneliti belum menemukan pola
pergerakan lempeng bumi ini. Sehingga gempa bumi belum bisa diprediksi. Yang perlu
diantisipasi adalah jika gempa bumi terjadi di bawah laut, ini bisa menyebabkan bencana
tsunami.

d. When

Kapan peristiwa itu tsunami Jepang terjadi?

11 Maret 2011, musibah besar menimpa Jepang. Gempa 9,0 magnitudo mengguncang
kawasan Tohoku dan menimbulkan tsunami, yang berujung pada kerusakan sangat parah
serta ribuan nyawa melayang atau hilang. Gempa bumi terjadi pukul 2.46 siang waktu
setempat. Pusat gempa terletak di 130 kilometer (km) timur kota Sendai, prefektur Miyagi,
dengan kedalaman 30 km di bawah Samudra Pasifik. Ini adalah gempa terdahsyat dalam
sejarah "Negeri Sakura", dan yang terbesar keempat sepanjang sejarah dunia. Gempa bumi
terbesar di dunia terjadi di Valdivia, Chile pada 22 Mei 1960 dengan kekuatan 9,4-9,6
magnitudo. Di bawahnya ada gempa Alaska 1964 yang mengguncang Amerika Serikat (AS)
dan gempa serta tsunami Aceh 2004 dengan kekuatan 9,1-9,3 magnitudo. Usai gempa bumi
mengguncang, gelombang setinggi 10 meter mendatangi pantai dan sebagian kota Sendai,
lalu membanjiri bandara dan permukiman di sekitarnya.

e. Where

Dimana terjadinya tsunami Jepang?

Gempa terjadi di sebelah barat Samudera Pasifik, 130 kilometer (81 mi) di timur
Sendai, Honshu, Jepang. Episenternya terletak 373 kilometer (232 mi) dari Tokyo, menurut
United States Geological Survey (USGS). Beberapa gempa susulan dilaporkan
setelah gempa awal sebesar M8,9 pukul 14:46 waktu setempat.

f. How

Bagaimana terjadinya peristiwa tsunami Jepang?

Dimulai dari sebuah gempa bumi dahsyat di lepas pantai timur laut Pulau Honshu,
pulau utama di Jepang. Gempa tersebut kemudian memicu serangkaian tsunami besar
terutama di wilayah Touhoku.
2. Analisis Berdasarkan Faktor Kerentanan

Kerentanan Fisik

Noson (2000) mendefinisikan kerentanan sebagai kondisi spesifik atau karakteristik yang
mengakibatkan meningkatnya kerusakan, kerugian dan kehilangan akibat suatu bencana
tergantung pada karakteristik seperti jenis material konstruksi, demografi dan letak geografis.
Sulanjutnya, kerentanan fisik didefinisikan sebagai sifat struktur fisik yang menentukan
potensi kerusakan terhadap bencana (jenis material dan kualitas bangunan) (Ebert et al.,
2009).

Konsep Permukiman

Secara etimologi, permukiman dalam istilah bahasa inggris adalah settlement, berasal dari
kata settle yang berarti menetap. Menetap yang dimaksud dalam arti menatapnya sesuatu
yang kompleks, bukan hanya menetap sebagai tempat tinggal tetapi juga menetapnya segala
aktivitas manusia lain seperti sekolah, bekerja, dan berinteraksi sosial pada suatu wilayah.
Berbeda dengan perumahan (housing) sebagai sarana tempat tinggal, permukiman
(settlement) menekankan pada suatu area tempat menetap dan berlangsungnya kegiatan dasar
manusia, seperti tempat tinggal, sekolah, dan sarana mata pencaharian. Sejalan dengan
definisi menurut Bintarto (1977) bahwa permukiman merupakan salah satu penggunaan lahan
yang memperlihatkan bangunan-bangunan seperti rumah, kantor pasar, jalan, dan pekarangan
yang menjadi sumber penghidupan penduduk. Permukiman dalam definisi di atas
menggambarkan keseluruhan bangunan baik sebagai fungsi tempat tinggal maupun sarana
prasana lain sebagai pendukung aktivitas sosial ekonomi yang menyusun suatu luasan area di
mana kegiatan, interaksi, dan budaya manusia berlangsung.

3. Masalah Lingkungan yang timbul pasca bencana

Saat itu, terjadi keadaan darurat nuklir, dan membuat Pemerintah Jepang mengeluarkan
perintah evakuasi penduduk yang tinggal dalam radius 1,9 mil atau 3 kilometer dari
pembangkit listrik. Selama keadaan darurat, masing-masing dari tiga reaktor nuklir yang
beroperasi di PLTN Fukushima berhasil ditutup, namun daya cadangan dan sistem
pendinginnya gagal. Akibatnya, panas sisa menyebabkan batang bahan bakar di ketiga
reaktor meleleh sebagian. Reaktor 1 meledak pada 12 Maret 2011, disusul dengan ledakan
reaktor 3 pada 14 Maret 2021. Hal ini membuat zona evakuasi diperluas hingga radius 20
kilometer dari PLTN. Tak hanya itu, terjadi pula sejumlah ledakan zat kimia yang merusak
bangunan. Materi radioaktif mulai bocor ke atmosfer dan Samudera Pasifik, mendorong
evakuasi dan meluasnya zona terlarang.
➢ Kesimpulan dan saran pencegahan
• Gempa dan Tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember
tahun 2004 merupakan peristiwa bencana besar yang membuat Indonesia sangat terpukul
karena jumlah korban jiwa yang besar, kerusakan dan kerugian ekonomi yang mencapai
milyaran rupiah. Akibat besarnya jumlah korban dan kerusakan fisik maka bencana gempa
dan tsunami ini dapat diklasifikasi sebagai bencana nasional karena sifat kerugian massif
kerugian baik kerugian materil maupun juga imateril. Peristiwa gempa dan tsunami Aceh
telah memberikan pelajaran besar bagi Indonesia dan dunia bahwa bencana tidak dapat
diprediksi terjadinya sehingga setiap negara sangat membutuhkan persiapan dan upaya
yang matang dalam mencegah kerugian bencana. Upaya yang dilakukan negara dalam
mencegah timbulkan kerugian besar akibat bencana disebut dengan “Disaster Risk
Reduction”.
• Pemerintah Jepang menjadi yang terdepan dalam menghadapi bencana gempa bumi dan
tsunami dengan memerikan pelatihan dan ilmu pengetahun tentang gempa dan tsunami,
yang menjadikan Negara Jepang maju dalam mengantisipasi bencana khususnya gempa
bumi dan Tsunami. Negara Jepang juga menerapkan manajemen bencana yang telah dibuat
oleh pemerintah dan mengesahkan Disaster Countermeasures Basic Act sebgai Undang-
undang Dasar dalam Penanggulangan Bencana, yang mengatur tindakan dasar sehubungan
dengan penanggulangan bencana secara nasional. Dibentuknya Dewan Penanggulangan
Bencana Pusat sebagai pengambil kebijakan-kebijakan terkait dengan manajemen bencana,
dan sebagai Badan Koordinasi Nasional untuk manajemen bencana, pembagian peran dan
tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan dalam usaha penanggulang bencana
dengan melakukan riset dan analisa dampak bencana untuk pengambilan keputusan, tindak
yang tepat, respon tepat dan terukur dalam mentukan kebijakan baik terhadap manusia
maupun lingkungan yang mulai dari level pemeritah hingga level individu, meliputi
pemerintah pusat-daerah, organisasi, komunitas dan seluruh warga masyarakat sipil.
diberlakukannya kewajiban bagi kabinet untuk menyerahkan laporan tahunan kepada
perlemen terkait dengan status pelaksanaan manajemen bencana nasional dan alokasi
anggaran untuk program-program pengurangan dampak dan resiko dari bencana yang
berkelanjutan.
➢ saran pencegahan
1. Cari Info jalur evakuasi dan tempat aman
2. Ketahui info siaga bencana setempat saat liburan ke pantai
3. Latihan evakuasi di berbagai kondisi
4. Cari tahu cara menyelamatkan hewan peliharaan
5. Ketahui peralatan peringatan dini setempat
6. Kenali bunyi atau atau tanda peringatan dini tsunami
7. Bersama membangun dinding penahan gelobang tsunami
8. Menanam tanaman bakau di sepanjang garis pantai
9. Belajar pertolongan pertama
10. Ikuti tim siaga bencana di daerahmu
11. Simulasi bencana di rumah
12. Siapkan perlengkapan siaga bencana
13. Mempelajari lagi “rumahku siaga bencana”
Foto tsunami jepang

Foto tsunami aceh


Daftar Pustaka

https://galamedia.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-353322254/tsunami-aceh-26-desember-
2004-peristiwa-pilu-indonesia-ratusan-ribu-jiwa-melayang-aceh-porak-poranda

https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/26/193000965/7-fakta-tsunami-aceh-26-
desember-2004-gempa-setara-bom-100-gigaton

https://news.detik.com/berita/d-5310107/16-tahun-tsunami-aceh-2004-begini-kronologi-dan-
penyebabnya

https://amp.kontan.co.id/news/tsunami-aceh-bencana-alam-terbesar-16-tahun-lalu

Anda mungkin juga menyukai