OLEH
KELOMPOK 4
1. IFRANADA MARLIA SINAGA 9. JERNI
2. IMAN JAYA HULU 10. JIHAN PRATIWI
3. INTAN OKTISARI SIMAMORA 11. JULIYANTI LAMBORIS
4. IRMA IRIANTI 12. JULINAR ASRONITA
5. AGUS ASRI AIDIL FITRI 13. JUNAINI
6. EVA SUSANTI 14. KARMILA
7. IRMAINI 15. KHAIRUL SYAHPUTRA
8. ITA ANDRIANA 16. RASPITA SINAGA
17.ROMASTA MANURUNG
Kegiatan Pembelajaran :
Evaluasi Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mejelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran
2. Memberikan tanggapan tentang Konsep cidera dan kematian sel
3. Mahasiswa dapat Menguraikan materi Konsep cidera dan kematian sel
4. Mahasiswa dapat menyimpulkan kesimpulan dari pembelajaran
CIDERA DAN KEMATIAN SEL
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara
tetap mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan
dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat,
struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan
kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan
adaptasi tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel
bahkan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel
akan menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan
dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan
mengalami kematian sel. Dalam makalah ini akan membahas tentang
mekanisme cidera dan kematian sel. Dalam kaitan nya dengan pertumbuhan
dan perkambangan sel, kematian menjadi salah satu aspek yang tidak
terelakkan. Beberapa faktor dapat ,menjadi alasan kematian, yaitu akibat
penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar.
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh
disebut Nekrosis. Nekrosis biasa nya disebabkan karena stimulus yang bersifat
patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi
melalui mekanisme kaetian sel yang sudah terprogram dimana setelah
mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. CIDERA SEL
1) DEFENISI
Cedera sel ( jejas ) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat
beradaptasi terhadap rangsangan atau sel terkena agen perusak (
damaging agents ). Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu
lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung
pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami
cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran,
bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Nekrosis merupakan salah satu pola dasar kematian sel. Nekrosis terja
di setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksin dan ditandai
dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan kerusakan organel. Hal ini
dapat menyebabkan disfungsi berat jaringan (Kumar; Cotran & Robbins,
2007).
2. KEMATIAN SEL
1) DEFENISI
Nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yan
g hidup. Nekrosis dapat dikenali karena sel atau jaringan menunjukkan per
ubahan-perubahan tertentu baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
Secara makroskopis jaringan nekrotik akan tampak keruh (opaque), tidak
cerah lagi, berwarna putih abu-abu. Sedangkan secara mikroskopis,
jaringan nekrotik seluruhnya berwarna kemerahan, tidak mengambil zat
warna hematoksilin, sering pucat (Pringgoutomo, 2002)
Banyak agen yang dapat menyebabkan kematian sel, salah satunya
adalah mikroba. Mikroba patogen dapat menyebabkan suatu penyakit dalam
tubuh manusia. Salah satu caranya yaitu dengan merusak sel dan
organelnya.Kemudian respon sel yang utama adalah atrofi, hipertrofi,
hiperplasia, dan metaplasia. Jika respon berlebihan akan terjadi jejas
(cedera sel) dan berlanjut pada kematian sel (Kumar; Cotran & Robbins,
2007).Nekrosis merupakan salah satu pola dasar kematian sel. Nekrosis terj
adi setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksin dan ditandai
dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan kerusakan organel. Hal i
ni dapat menyebabkan disfungsi berat jaringan (Kumar; Cotran & Robbins,
2007).
2) PERUBAHAN MIKROSKOPIS
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan
organel-organel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik),
menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel
hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di
dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan
menghilang (kariolisis).
3) PERUBAHAN MAKROSKOPIS
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim
lisis pada jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka
jaringan nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan
mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini
disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai
darah. Contohnya gangren.
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja
enzim dan proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif
khususnya terjadi pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair
meninggalkan rongga yang berisi cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap
berada pada tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
dan tidak bisa dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur.
Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis
paru.
Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya
dengan jenis nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami
nekrosis akibat penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar
menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan asam
berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk
endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik.
5) MACAM-MACAM NEKROSIS
Nekrosis koagulatif
Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang disebabkan
oleh hambatan kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik hidrolitik
juga dihambat sehingga tidak terjadi penghancuran sel (proses autolisis
minimal). Akibatnya struktur jaringan yang mati masih dipertahankan,
terutama pada tahap awal (Sarjadi, 2003).
Terjadi pada nekrosis iskemik akibat putusnya perbekalan darah.
Daerah yang terkena menjadi padat, pucat dikelilingi oleh daerah yang
hemoragik. Mikroskopik tampak inti-inti yang piknotik. Sesudah
beberapa hari sisa-sisa inti menghilang, sitoplasma tampak berbutir,
berwarna merah tua. Sampai beberapa minggu rangka sel masih dapat
dilihat (Pringgoutomo, 2002).
Contoh utama pada nekrosis koagulatif adalah infark ginjal dengan
keadaan sel yang tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap
sampai beberapa minggu (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
Nekrosis lemak
Terjadi dalam dua bentuk:
a. Nekrosis lemak traumatik
Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak
mengandung lemak (Sarjadi, 2003).
b. Nekrosis lemak enzimatik
Merupakan komplikasi dari pankreatitis akut hemorhagika, yang
mengenai sel lemak di sekitar pankreas, omentum, sekitar dinding rongga
abdomen. Lipolisis disebabkan oleh kerja lypolitic dan proteolytic
pancreatic enzymes yang dilepas oleh sel pankreas yang rusak (Sarjadi,
2003). Aktivasi enzim pankreatik mencairkan membran sel lemak dan
menghidrolisis ester trigliserida yang terkandung didalamnya. Asam lemak
yang dilepaskan bercampur dengan kalsium yang menghasilkan area
putih seperti kapur (mikroskopik) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
Nekrosis fibrinoid
Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai
dengan adanya pengendapan fibrin bahan protein seperti dinding arteri
yang tampak kotor dan eosinofilik pada pada mikroskop cahaya. Nekrosis
ini terbatas pada pembuluh darah yang kecil, arteriol, dan glomeruli akibat
penyakit autoimun atau hipertensi maligna. Tekanan yang tinggi akan
menyebabkan nekrosis dinding pembuluh darah sehingga plasma masuk
ke dalam lapisan media. Fibrin terdeposit disana. Pada pewarnaan
hematoksilin eosin terlihat masa homogen kemerahan (Sarjadi, 2003).
6) PENYEBAB KEMATIAN SEL
Iskemia, Terjadi akibat anoksia (hambatan total pasokan oksigen) atau
hipoksia seluler (kekurangan oksigen pada sel
Agen biologik, Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding
pembuluh darah dan trombosis. Toksin biasanya berasal dari bakteri yang
virulensinyatinggi baik endogen maupun eksogen. Virus dan parasit juga
mengeluarkan berbagai enzim dan toksin yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi jaringan dan menyebabkan nekrosis
(Pringgoutomo, 2002)
Agenkimia,Natrium dan glukosa merupakan zat kimia yang berada dalam
tubuh. Namun ketika konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis a
kibat gangguan keseimbangan osmotik sel.
Agen fisik: Trauma, suhu yang ekstrim (panas maupun dingin), tenaga
listrik, cahaya matahari, dan radiasi dapat menimbulkan kerusakan inti
sehingga menyebabkan nekrosis (Pringgoutomo, 2002).
Hipersensitivitas, Hipersensitivitas (kerentanan) pada seorang individu
berbeda-beda. Kerentanan ini dapat timbul secara genetik maupun
didapat (acquired ) dan menimbulkan reaksi imunologik kemudian
berakhir pada nekrosis. Sebagai contoh, seseorang yang hipersensitif
terhadap obat sulfat ketika mengkonsumsi obat sulfat dapat timbul
nekrosis pada epitel tubulus ginjal. (Pringgoutomo, 2002).
1.Salah satu penyebab jejas sel,kematian dan adaptasi sel adalah hipoksia.
Dibawah ini yang bukan termasuk penyebab terjadinya hipoksia adalah ?
A.Hilangnya darah karena gangguan aliran darah.
B.Gangguan kardiorespirasi
C.Hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen
D.Trauma mekanik yang dapat merusak sel.
Jawaban : D
3.Ada dua pola dasar kematian sel yaitu nekrosis dan apoptosis,yang dimaksud
dengan nekrosis lemak adalah ?
A.Terjadi pada kegawatdaruratan abdomen yang membahayakan
B.Bunuh diri pada sel
C.Bentuk tersendiri dari nekrosis dan ditemukan pada fokus infeksi TBC
D.Terdapat karakteristik pada infeksi bakteri (nanah)
Jawaban : A
6.Peristiwa dimana sel mengkerut yang mengalami kondensasi kromatin dan terjadi
fagisitosis sel disekitar adalah ?
A Nekrosis lemak
B.Nekrosis kaseosa
C.Nekrosis lequefektik
D.Apoptosis
Jawaban : A
7.Pola dasar kematian sel dimana kematian tersebut telah terprogram disebut ?
A.Nekrosis
B.Apoptosis
C.Hipoksia
D.Avitaminosis
Jawaban : B