LANDASAN TEORITIS
A.KONSEP DASAR
1. Pengertian
Leher rahim merupakan bagian yang terpisah dari rahim dan biasanya
berbentuk silinder dan panjangnya 2,5-3 cm. dan mengarah kebelakang dan bawah.
Bagian luar dari vaginal yang disebut juga ektoserviks dibatasi oleh forniks
kanan, kiri, depan, dan belakang ditutupi oleh epitel skuamosa yang terlihat
mengkilat dan berwarna merah muda. Dibagian tengah leher rahim terdapat satu
lubang yang disebut mulut leher rahim luar yang seolah-olah membagi leher rahim
menjadi bibir depan dan bibir belakang. Mulut leher rahim luar berbentuk bundar
pada wanita yang belum pernah melahirkan. Dengan mulut leher rahim dalam, mulut
leher rahim luar dihubungkan oleh kanalis servikalis yang ditutupi epitel
endoserviks. Leher rahim disusun oleh sedikit otot polos terutama pada
endoserviks¸jaringan elastic dan banyak jaringan ikat sehingga kanalis servikalis
mudah diperlebar dengan dilatators. Kanalis servikalis panjangnya 2,5 cm dan
berbentuk lonjong¸lebarnya kira-kira 5 mm dengan bagian paling lebar kira-kira 8
mm dan mempunyai lipatan mukosa yang memanjang. Jika terjadi infeksi pada
kanalis servikalis, perlekatan dan pembengkakan lipatan-lipatan dapat terjadi,
sehingga speculum endoserviks sulit ataupun tidak dapat dimasukkan,
3. Patofisiologi
Pada carcinoma in situ seluruh tebal epitel cervik uteri telah diganti oleh sel
ganas tanpa penembusan membrane basalis. Ditemukannya sel tersebut didalam
kelenjar tidak berarti carcinoma in situ telah menyerang kedalam kelenjar, tetapi
memang sel-sel dalam kelenjar bersama-sama epitel permukaan mengalami
keganasan.
Etiologi
Jumlah kawin
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan sering berganti pasangan
mempunyai resiko yang besar terhadap carcinoma cervik.
Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks dan virus papiloma atau virus condiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab.
Social Ekonomi
Carcinoma cervik uteri banyak dijumpai pada golongan social ekonomi lemah
karena kuantitas dan kualitas makanan mempengaruhi imunitas tubuh.
Gejala
Kanker Carcinoma cervik pada mulanya tidak disertai dengan gejala-gejala
terutama pada stadium dini dan hanya diketahui dengan pemeriksaan kanker
yang rutin yaitu papsmer:
Adapun gejala-gejala yang terdapat pada carcinoma cervik adalah:
Pendarahan setitik sehabis bersetubuh diantara menstruasi.
Pengeluaran cairan encer dari vagina dan berbau.
Cairan keputihan yang mengandung darah pada wanita setelah
menopause.
Pendarahan yang kronis sehingga bias terjadi anemia.
Gambaran Klinis
Pada awal terjadinya Carcinoma Cervik tidak ada gejala-gejala
khusus.biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid,
amenorrhoe dan hipermenorrhoe. Juga adanya pengeluaran secret vagina
yang sering atau pendarahan intermenstrual dan post koitus dan latihan
berat. Pendarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang
keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke eksternitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, secret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi
vagina serta mukosa vulva. Pendarahan pervagina akan sering terjadi dan
nyeri semakin prigesif. Pada tahap ynag lebih lanjut dapat terjadi komplikasi
fistula vesika vagina, sehingga urine dan feses dapat keluar dari vagina.
Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea,muntah,demaam dan anemi.
b) Biopsy
Biopsy ini dilakukan untuk melengkapi hasil papsmear, biopsy dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada cervik.
c) Kolposkopi
Dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
d) Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui aktivitas Pyra Valekinase.
e) Radiologi
Dilakukan untuk menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic
atau peroartik limfe.
f) Test Schiler
Test ini digunakan untuk membentuk bayangan pada cervik yang
normal pada sel epitel cervik karena adanya glikogen.
g) Test papsmear
Metode ini peka terhadap pemantauan derajat perubahan
pertumbuhan epitel cervik termasuk dysplasia dan carcinoma in situ,
sehingga pertumbuhan lebih lanjut dapat dicegah. Berkat test
papsmear, dewasa ini carcinoma cervik dapat dikategorikan pada
penyakit yang dapat disembuhkan apabila masih dalam stadium dini
4. Komplikasi
Kanker cervik stadium II B infiltrasi ke parametrium
Kanker cervik stadium III A 1/3 distal vagina
Kanker cervik stadium III B infiltrasi ke dinding pelvis atau hidronefrosis
Kanker cervik stadium IV A infiltrasi mukosa vesika urinaria atau rectum
atau sampai keruang pelvis
Kanker cervik stadium IV B metastase jauh.
5. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan pada penderita Carcinoma cervik tergantung pada
stadium Carcinoma cervik itu sendiri. Pengobatan medis terbagi menjadi tiga cara
yaitu :
Histerekromi, Radiasi, dan kemoterapi
Histerektomi
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan cervik (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA.
Radiasi
Teraipi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada cervik serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pelvic. Pada Carcinoma inpasif
stadium lanjut (IIB, III, IV) terapi biasanya bersifat pallatif,
dititikberatkan pada radiasi internal dan eksternal. Kemajuan teknologi
radioterapi pada saat ini, radiasi dapat diarahkan pada masa tumor secara
akurat sehingga pemberian dosis tinggi tidak menimbulkan kesulitan yang
berarti.
Kemoterapi
Kemoterapi yang sering digunakan pada Carcinoma Cervik adalah
Methotrexate, Cyclhosphamide,Adriamycin,Mytomicin C.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien Carcinoma Cervik adlah :
Identitas pasien yang terdiri dari nama, jenis kelamin, alamat, status
perkawinan, tanggal masuk , ruangan.
Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, alamat , pekerjaan dan
hubungan dengan pasien.
Riwayat kesehatan saat ini yaitu keluhan sampai saat klien pergi
kerumah sakit seperti terjadinya perdarahan pervagina diluar siklus
haid, berdarah pos koitus, nyeri abdomen, amenorrhoe dan
hipermenorrhoe, pengeluaran cairan vagina yang baru.
3. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat ditetapkan sesuai rumusan diagnose diatas adalah :
1. Klien terbebas dari infeksi, komplikasi.
2. Klien akan mempunyai pengeluaran urine yang adekuat tanpa kateter.
Adanya keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Nyeri klien berkurang/hilang.
4. Pola eliminasi defekasi klien kembali normal.
5. Klien dapat beraadaptasi secara efektif terhadap trauma dari
pembedahan, kehilangan dan perubahan body image akan dapat
mengekspresikan koping yang efektif terhadap penyakitnya.
6. Klien mengetahui dan mempunyai harapan tentang kesembuhannya.
4. Pelaksanaan
a) Mengobservasi tanda-tanda infeksi seperti adanya pembengkakan,
kemerahan, nyeri dan panas dissekitar luka, pemasangan kateter.
Memonitor tanda-tanda vital meliputi : nadi, frekwensi
pernafasan dan suhu, laporkan terapy : antibotik dan monitor
respon setelah pemberian terapy tersebut.
Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan
antiseptic.
b) Memonitor intake dan output setiap hari.
Mengobservasi output urine setelah kateter dicabut.
Menjelaskan alas an kateter dipasang.
Merawat kateter secara adekuat setiap hari.
c) Memberikan penjelasan bahwa penyakit pasien diatasi dengaan
perawatan dan terapi yang teratur.
Mengatur untuk tidak melakukan hubungan seksual untuk
menghindari nyeri dan menganjurkan pada pasien untuk tidak
melakukan aktivitas yang melelahkan.
Mengadakan pendekatan pada pasien agar pasien dapat
mengungkapkan keluhan rasa nyeri.
Kolaborasi dengan pemberian analgetik untuk mengurangi rasa
nyeri.
d) Menganjurkan klien makan dan minum sesegera mungkin setelah
diijinkan.
e) Memberi dukungan kepada klien dalam mengembalikan keyakinan
dalam diri
Menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan dan
mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Memberikan penjelasan pada klien tentang keadaan dirinya dan
mengajak keluarga untuk mengerti kebutuhan klien.
f) Memberikan penjelasan tentang perawatan perineal dan hubungan
seksual boleh dilakukan setelah 10 minggu operasi.
5. Evaluasi
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi
seperti pembengkakan, kemerahan, panas dan nyeri disekitar luka dan
pemasangan kateter.
b) Pola eliminasi klien kembali normal, intake dan output seimbang
c) Nyeri klien hilang/berkurang
d) Klien dapat buang air besar secara optimal dan tidak terjadi distensi
abdomen.
e) Klien dapat beradaptasi dengan keadaan dirinya.
f) Klien mengetahui tentang perawatan setelah operasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Ny.F
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Binjai
Tanggal masuk : 13 desember 2010
Nomor Register : 19.74.56
Ruang : RB1 RSUP HAM
Tanggal pengkajian : 14 desember 2010
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Binjai
Hubungan dengan pasien : Suami
C. Keluhan utama
Klien merasakan sakit pada daerah luka operasi, tidak ada nafsu makan,
susah tidur, badan terasa lemah, cemas.
2. Alasan masuk Rumah Sakit
Perdarahan pervagina dialami sejak kira-kira 3 bulan yang lalu terjadi setelah
berhubungan bila tidak berhubungan perdarahan tidak terjadi, perdarahan
tidak berbau. Kemudian pada tanggal 13 desember 2010 klien berobat ke
bagian dokter kebidanan dan oleh dokter segera dianjurkan untuk segera
opname.
Genogram
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Klien
: garis keturunan
: garis perkawinan
F. Riwayat Psikologis
Pada saat dilakukan pemeriksaab pertama kali, pasien merasa keberatan
dengan alas an malu. Pasien tampak sedih dan sering melamun memikirkan
penyakitnya juga kelihatan cemas dan kuatir akan kesembuhan penyakitnya
sehingga pasien merasa dirinya tidak berguna lagi.
Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 100/80mmHg
Denyut Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Temperature : 37c
TB/BB : 155/62Kg
Penampilan : Rapi
Ciri- cirri tubuh : Gemuk
Mata
Ketajaman penglihatan baik, sclera tidak ikterus, conjungtiva merah muda,
pupil isokor kiri dan kanan dan tidak memakai alat bantu penglihatan.
Hidung
Bentuk dan posisi simetris, tidak ada secret, fungsi penciuman baik, mampu
membedakan bau, tidak ada peradangan dan perdarahan.
Telinga
Bentuknya dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik tanpa harus
mengulangi pertanyaan, tidak ada cerumen atau cairan. Tidak ada tanda-tanda
peradangan dan perdarahan dan pasien tidak memakai alat bantu
pendengaran.
Mulut
Rongga mulut bersih dan tidak berbau perdarahan dan peradangan tidak ada,
gigi berwarna putih bersih tidsk dijumpainya ada karang gigi, tidak ada gigi
palsu, lidah bersih, tonsil tidak membengkak. Fungsi pengecapan baik dapat
membedakan rasa.
Leher
Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis
tidak meninggi.
Thorax
Bentuk simetris bunyi nafas vesikuler, frekwensi 24 x/I, irama teratur, tidak
ada batuk dan sputum.
Jantung
Frekwensi 80 x/I, irama teratur, nyeri dada tidak ada.
Abdomen
Turgor kulit abdomen baik, nyeri tekan ada, terdapat luka bekas operasi kira-
kira 15 cm, hepar tidak membengkak lien tidak teraba, peristaltic usus baik.
Genitalia
Ada kelainan struktur, dijumpai adanya perdarahan pervagina dan secret
putih berbau amis, vulva bersih.
Ekstermitas
Tidak adanya kelainan stuktur pada ekstermitas atas dan bawah, tida ada
kelakuan/nyeri otot, tidak ada udem dan varises. Pada ektremitas atas
pergerakan terbatas karena pemasangan infuse di tangan sebelah kanan klien.
c) Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan pasien 3 x sehari, makanan
yang disukai sayur rebusan. Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan
pasien 3 x sehari, nafsu makan berkurang, porsi yang disajikan hanis ¼
saja, berat badan 62 kg, tinggi badan 155 cm, pasien muntah bial
makan sesuatu.
2. Minum
Sebelum masuk Rumah Sakit jenis minuman the putih dan the manis
banyaknya kira-kira 5 gelas (2500 cc) dan sesudah masuk Rumah Sakit
jenis minuman the putih dan banyaknya kira-kira 5 gelas (2500 cc).
3. Tidur
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur siang 1 jam dan tidur malam
kira-kira 7 jam, kesulitan tidur tidak ada. Dan sesudah masuk Rumah
Sakit tidur siang kira-kira 1 jam dan tidur malam kira-kira 4 jam dan
sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada daerah bekas
operasi.
4. Eliminasi
BAB sebelum masuk Rumah Sakit frekwensinya 1 kali
sehari,konsistensi padat warna kuning, bau khas. Sesudah masuk Rumah
Sakit frekwensi 1 kali sehari konsistensi padat, warna kuning, bau khas.
BAK sebelum masuk Rumah sakit frekwensi 4-6 kali sehari, banyaknya
kira-kira 1500 cc, warna kuning dan sesudah masuk Rumah sakit, pasien
BAK 3-4 kali sehari, banyaknya kira-kira 1200 cc.
5. Aktivitas
Dalam melakukan segala aktivitass, passion dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
6. Personal hygiene
Sebelum massuk Rumah Sakit mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali
sehari, cuci rambut 3 kali seminggu dan sesudah masuk Rumah Sakit
mandi hanya dilap saja dan dalam hal ini klien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
Data penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah :B
Hb : 13 gr
Leukosit : 12.00 10
Trombosit : 160.000 mm
SGOT : 20 u/l
SGPT : 20 u/l
UREUM : 27 mg/dl
Creatinin : 0.60 mg/dl
Gula darah : 84 mg/dl
Therapy
Bed rest
Infuse RL 20 tts/menit
Amicillin tablet 500 mg 3 kali 1
Gentamerck 80 mg/8 jam
Tramal 1 amp/8 jam
ANALISA DATA
Diagnose Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx. 1
Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 3 hari dengan criteria klien tenang
Intervensi :
Kaji nyeri, lokasi, frekwensi, intensitas, R/ mengetahui skala nyeri dan dapat
merencanakan tindakan efektif.
Rawat luka.
Ajarkan dan bantu dengan distraksi, R/ Mengetahui skala nyeri dan dapat
merencanakan tindakan efektif.
Ajarkan teknik relaksasi, R/ Penekanan terhadap nyeri berkurang.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik, R/ diharapkan dapat mengurangi nyeri.
Implementasi :
Mengkaji nyeri, lokasi, frekwensi, intensitas.
Merawat luka pada pagi hari dengan menggunakan NaCl tambah Betadine.
Mengajarkan dan membantu dengan alternative distraksi seperti
membayangkan hal-hal yang indah.
Mengajarkan teknik relaksasi seperti tarik nafas dalam-dalam kemudian
perlahan-lahan dihembuskan.
Memberikan obat sesuai dengan terapi dokter
Infuse RL 20 tts/menit
Amicillin tablet 500 mg 3 kali
Gentamerck 80 mg/8 jam
Tramal 1 amp / 8 jam
Evaluasi :
S : Nyeri sudah berkurang
O : Pasien tampak senang
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Dx. 2
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari dengan criteria selera makan
meningkat, diet yang disajikan habis.
Intervensi :
Sajikan makanan sedikit-sedikit tapi sering dalam keadaan hangat, R/ dapat
menambah selera makan klien.
Beri makanan yang mengundang selera makan, R/dapat menambah pemasukan
nutrisi.
Beri pendidikan kesehatan ( health education ) dalam hal nutrisi, R/ untuk
proses penyembuhan deharapkan klien termotivasi untuk meningkatkan selera
makan.
Kolaborasi dalam pemberian terapi, R/klien dapat segera sembuh.
Implementasi
Intervensi :
Ciptakan lingkungan yang nyaman, R/klien dapat tidur dengan nyenyak.
Atur posisi tidur, R/klien dapat nyaman tidur.
Kol;aborasi dalam pemberian terapi, R/rasa nyeri berkurang.
Implementasi:
Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan menghindarkan suara-suara yang
berisik.
Mengatur posisi tidur yang menyenangkan bagi klien yaitu semi fowler.
Memberikan obat sesuai dengan terapi dokter :
Infuse RL 20 tts.menit
Amicillin tablet 500 mg 3 kali 1
Gentamerck 80 mg/8 jam
Tramal 1 amp/8 jam
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan mulai nyenyak tidur
O : Klien tidak kelihatan menguap dan lelah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan