Disusun Oleh :
Edina
2019 C.11a.1074
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmatnya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “Konsep Dasar
Patologi dan Fisiologi”.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Konsep Dasar Patologi dan Fisiologi”.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..11
3.2 Saran…………………………………………………………………………11
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II dan untuk mengetahui tentang
klasifikasi
1.3.2 Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan
- Berbagai defenisi keadaan patologis
- Klasifikasi keadaan patologis
- Batasan pengertian penyakit akut dan kronis
- Faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit/sakit
- Klasifikasi keadaan sakit.
1.4 Manfaat Penulisan
Mengindentifikasi adaptasi jejas dan penuaan sel, kelainan congenital
dan respon radang dalam konsep dasar patologi dan patofisiologi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada
akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini
merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk
melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2. Nekrosis
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis.
Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia
berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan
kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan
peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan
cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di
seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis
digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus.
Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator
Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis,
demam, malaise, lekositosis, peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati)
atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering
meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan
menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.
7
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya
organa sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler
(autolysis).
3. Akibat Kematian Sel
Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan
sebagai kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan
sebagai kering dan basah. Gangren kering sering dijumpai diektremitas,
umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu
area kematian jaringan yang cepat perluasan, sering ditemukan di organ dalam
dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut.
Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh
manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering.
Gangren ren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon
terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut
clostridium. Gangren gas cepat meluas kejaringan disekitarnya sebagai akibat
dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel
disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena
akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat
mematikan ( Tambayong J, 2015).
8
baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkinan adanya kelainan kongenital
ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan bila ditemukan dua atau
lebih kelainan kongenital besar ditempat lain sebesar 15% sedangkan bila
ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan
ditemukan kelainan kongenital besar 90% ( Nelwan, J.E. 2019).
Kelainan kongenital tidak banyak dijumpai. Kelainan kongenital
merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan
organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti,
tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal,
lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme,
pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.
Kelainan kongenital yang tampak dari luar harus diketahui oleh
seorang bidan. Kelainan kongenital tersebut adalah himen imperforata dan
kelainan kongenital pada vagina ( Manuaba, B.G. 2015 )
9
perubahan selular pada awal reaksi radang diantaranya adalah ekstravasasi
leukosi.
Radang akut dapat berlanjut menjadi radang kronis. Hal ini dapat
terjadi apabila terdapat stimuli benda asing yang persisten dalam jaringan
dalam jaringan yang dalam penelitian ini adalah pemakaian tongue piercieng.
Pada radang kronis terjadi infiltrasi sel monokuler yaitu makrofag, limfosit
dan sel plasma, terjadi kerusakan jaringan akibat proses inflamasi, lokalisasi
agen penyebab dan proses perbaikan jaringan yang rusak akibat agen
penyebab/benda asing (tongue piercing). ( Aryani, Feby. Et al. 2017 ).
Radang merupakan respon fisiologi lokal terhadap cedera jaringan.
Infiltrasi sel radang limfosit pada vena sentralis disebabkan karena rusuknya
sel endotel yang sangat peka terhadap zat racun, peradangan pada hepar
dimulai pada vena sentralis sebagai tempat penampungan darah yang berasal
dari arteri hepatika dan vena porta. Akibat pembendungan ini sirkulasi darah
terganggu dan dapat mengakibatkan sel hepar mengalami degenerasi hingga
nekrosis karena kekurangan natrium dan oksigen (Greaves et al. 2000).
Selain radang, hasil pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya
degenerasi melemak (fatty degenaration) yaitu merupakan akumulasi lemak
dalam sitoplasma sel. Biasanya terjadi dalam sel-sel parenkimatosa, seperti sel
hepar. Pada pewarnaan hematoksilin eosin (HE), lemak yang hilang akibat
proses dehidrasi dengan alkohol akan terbentuk vakuola-vakuola sehingga
sering disebut degenerasi vakuola. Lemak dalam sitoplasma sel dapat
mendesak inti sel ke pinggir yang tampak pada pemeriksaan mikroskopik.
Penyebabnya antara lain gangguan hepatosit (diet, toksik) sehingga terbentuk
lipoprotein (Akhila et al. 2007).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Patologi merupakan ilmu atau studi mengenai penyakit. Patologi juga
merupakan spesialitas klinis pada kedokteran manusia. Dua pembagian yang
luas mengenai patologi adalah patologi anatomi (bedah, sitilogi, nekropsi) dan
patologi klinis (kimia, klinis, mikrobiologi klinis, hematologi, bank darah
imunologi). Patologi menekankan pada aspek-aspek penyakit yang dapat
diukur seperti perubahan struktur sel-sel, jaringan, dan organ-organ
(makroskopik dan mikroskopik) serta temuan-temuan laboratorium
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agata, Annisa., Widiastuti, Endang, L., Susanto, G, Nugroho. dan Sutyarso. 2016.
Respon Histopatologis Hepar Mencit (Mus Musculus) dan Ekstrak Daun
Sirsak (Annona mucirata). Vol. 16(2), 1-10, ISSN 2503-0345.
Aryani, Feby. Puspita, Afrini. dan Susanto, Hendri. 2017. Reaksi Radang Pada
Lidah Dengan Tongue Piercing (Kajian In Vivo Lidah Tikus Jantan Sprague
dawley). Vol. 14(3), 1-8, ISSN 1693-9697.
12
LAMPIRAN
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46