Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

KONSEP DASAR PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Mata Kuliah: Ilmu Dasar Keperawatan ( IDK )

Dosen Pengampu : Prinawatie, S.Kep

Disusun Oleh :

Edina
2019 C.11a.1074

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmatnya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “Konsep Dasar
Patologi dan Fisiologi”.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Konsep Dasar Patologi dan Fisiologi”.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.

Palangka Raya, 21 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………...……………………….2

DAFTR ISI …………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...4

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...5
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………5
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………...5
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN .............……………………………………………………6

2.1 Adaptasi Jejas dan Penuaan Sel …………….................................…….……..6


2.1.1 Kelainan Congenital……………………………………..................….…….8
2.2 Respon Radang........................………………………………………….…….9

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………...11

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..11
3.2 Saran…………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep Patologi merupakan konsep untuk memahami kejadian sign
dan symtptom. Konsep ini berkembang menjadi konsep patofisiologis dasar
dan penyakit. Patofisiologis penyakit lebih menekankan pada perubahan
fungsi di tingkat sistem, untuk menjelaskan penyakit yang dialami individu.
Patofisiologi banyak digunakan di pendidikan profesi kedokteran di klinik,
yang lebih mengembangkan pola pikir sign and symptom untuk kepentingan
diagnosis, terapi, pencegahan, dan rehabilitasi.
Patofisiologi dasar lebih mengembangkan perubahan homeodinamis
fungsi mulai dari sel, molekuler dan biokimia, bahkan suatu saat sampai
biokuantum, dan lebih dijadikan dasar atas pembangun kejadian keluhan dan
gejala. Kajian demikian diperlukan pada pendidikan kedokteran, baik sarjana,
master, spesialis dan Doktor di program studi ilmu kedokteran, dengan
kedalaman kajian yang disesuaikan dengan strata pendidikan. Pemahaman
terhadap patofisiologi dasar sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kemampuan penalaran deduksi-induksi. Kemampuan tersebut sangat
diperlukan pada pengembangan Iptekdok, yang pada akhirnya bermanfaat
pada peningkatan kemampuan penyelesaian problem kesehatan ( Suhartono
& Harjanto, 2010 ).
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana proses adaptasi jejas dan penuaan sel ?
2) Apa yang dimaksud dengan kelainan congetinal ?
3) Bagaimana terjadinya respon radang ?

1.3 Tujuan Penulisan

4
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II dan untuk mengetahui tentang
klasifikasi
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mampu menjelaskan
- Berbagai defenisi keadaan patologis
- Klasifikasi keadaan patologis
- Batasan pengertian penyakit akut dan kronis
- Faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit/sakit
- Klasifikasi keadaan sakit.
1.4 Manfaat Penulisan
Mengindentifikasi adaptasi jejas dan penuaan sel, kelainan congenital
dan respon radang dalam konsep dasar patologi dan patofisiologi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana proses adaptasi jejas dan penuaan sel


Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ).
Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian
umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan
teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama
kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo
= “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram (programmed
cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai
respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut
terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
1. Apoptosis
Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap
molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai
dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan mati
menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di sebelahnya.
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan
suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel
yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus
berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan
apoptosis meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan
sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus

6
yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada
akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini
merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk
melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2. Nekrosis
Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis.
Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia
berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan
kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan
peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan
cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di
seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis
digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus.
Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator
Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis,
demam, malaise, lekositosis, peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati)
atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering
meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan
menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.

7
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya
organa sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler
(autolysis).
3. Akibat Kematian Sel
Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan
sebagai kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan
sebagai kering dan basah. Gangren kering sering dijumpai diektremitas,
umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu
area kematian jaringan yang cepat perluasan, sering ditemukan di organ dalam
dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut.
Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh
manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering.
Gangren ren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon
terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut
clostridium. Gangren gas cepat meluas kejaringan disekitarnya sebagai akibat
dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel
disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena
akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat
mematikan ( Tambayong J, 2015).

2.1.1 Kelainan Congenital


Kelainan kongenital pada bayi baru baru lahir dapat berupa satu jenis
kelainan satu jenis saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan
kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel.
Kadang kadang suatu kelainan kongenitel belum ditemuan atau belum
terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu
setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kemajuan teknologi kedokteran,
kadang-kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama
kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi

8
baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkinan adanya kelainan kongenital
ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan bila ditemukan dua atau
lebih kelainan kongenital besar ditempat lain sebesar 15% sedangkan bila
ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan
ditemukan kelainan kongenital besar 90% ( Nelwan, J.E. 2019).
Kelainan kongenital tidak banyak dijumpai. Kelainan kongenital
merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan
organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti,
tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal,
lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme,
pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.
Kelainan kongenital yang tampak dari luar harus diketahui oleh
seorang bidan. Kelainan kongenital tersebut adalah himen imperforata dan
kelainan kongenital pada vagina ( Manuaba, B.G. 2015 )

2.2 Respon Radang


Pada suatu studi pembersih kavitas seperti asam sitrat menyebabkan
respon radang yang sangat dalam yang secara berangsur-angsur berkurang
dalam kira-kira satu bulan. Pada tahun 1894, W.D. Miller menunjukkan
bahwa bakteri merupakan kemungkinan penyebab inflamasi di dalam pulpa.
Penyebab paling umum injuri pulpa adalah bakterial. Beberapa respon yang
dilukiskan mungkin berhubungan dengan suatu respon hipersentivitas dengan
antobodi sebagai pencegahnya. Seltzer dan Bender menggambarkan suatu
kemungkinan mekanisme yang dapat mengiduksi pembentukan imunuglobin
dengan konsentrasi tinggi antigen dan mikroorganisme pada proses karies.
Suatu lapisan endapan antige-antibodi imun, dengan adanya komplemen,
menarik leukosit polimonuklear, diikuti oleh fagositosis dan degradasi sel,
dengan pelepasan lisosom ke dalam jaringan pulpa. Pembebasan prolace
menyebabkan pembentukan suatu abses pulpa ( Grossman, L.I. 2016 )
Reaksi inflamsi merupakan suatu respon awal terhadap adanya suatu
jejas sel atau jaringan yang disebabkan stimuli. Reaksi inflamasi merupakan
suatu mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke
dalam tubuh. Salah satu perubahan pada reaksi radang adalah adanya

9
perubahan selular pada awal reaksi radang diantaranya adalah ekstravasasi
leukosi.
Radang akut dapat berlanjut menjadi radang kronis. Hal ini dapat
terjadi apabila terdapat stimuli benda asing yang persisten dalam jaringan
dalam jaringan yang dalam penelitian ini adalah pemakaian tongue piercieng.
Pada radang kronis terjadi infiltrasi sel monokuler yaitu makrofag, limfosit
dan sel plasma, terjadi kerusakan jaringan akibat proses inflamasi, lokalisasi
agen penyebab dan proses perbaikan jaringan yang rusak akibat agen
penyebab/benda asing (tongue piercing). ( Aryani, Feby. Et al. 2017 ).
Radang merupakan respon fisiologi lokal terhadap cedera jaringan.
Infiltrasi sel radang limfosit pada vena sentralis disebabkan karena rusuknya
sel endotel yang sangat peka terhadap zat racun, peradangan pada hepar
dimulai pada vena sentralis sebagai tempat penampungan darah yang berasal
dari arteri hepatika dan vena porta. Akibat pembendungan ini sirkulasi darah
terganggu dan dapat mengakibatkan sel hepar mengalami degenerasi hingga
nekrosis karena kekurangan natrium dan oksigen (Greaves et al. 2000).
Selain radang, hasil pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya
degenerasi melemak (fatty degenaration) yaitu merupakan akumulasi lemak
dalam sitoplasma sel. Biasanya terjadi dalam sel-sel parenkimatosa, seperti sel
hepar. Pada pewarnaan hematoksilin eosin (HE), lemak yang hilang akibat
proses dehidrasi dengan alkohol akan terbentuk vakuola-vakuola sehingga
sering disebut degenerasi vakuola. Lemak dalam sitoplasma sel dapat
mendesak inti sel ke pinggir yang tampak pada pemeriksaan mikroskopik.
Penyebabnya antara lain gangguan hepatosit (diet, toksik) sehingga terbentuk
lipoprotein (Akhila et al. 2007).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Patologi merupakan ilmu atau studi mengenai penyakit. Patologi juga
merupakan spesialitas klinis pada kedokteran manusia. Dua pembagian yang
luas mengenai patologi adalah patologi anatomi (bedah, sitilogi, nekropsi) dan
patologi klinis (kimia, klinis, mikrobiologi klinis, hematologi, bank darah
imunologi). Patologi menekankan pada aspek-aspek penyakit yang dapat
diukur seperti perubahan struktur sel-sel, jaringan, dan organ-organ
(makroskopik dan mikroskopik) serta temuan-temuan laboratorium
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. (2015). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Putra, Suhartono,T., JM, Harjanto., 2015. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya :


Airlangga University Press.

Manuaba, Bagus, G. 2015. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Nelwan, Ester, J., 2019. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : CV


BUDI UTAMA.

Agata, Annisa., Widiastuti, Endang, L., Susanto, G, Nugroho. dan Sutyarso. 2016.
Respon Histopatologis Hepar Mencit (Mus Musculus) dan Ekstrak Daun
Sirsak (Annona mucirata). Vol. 16(2), 1-10, ISSN 2503-0345.

Aryani, Feby. Puspita, Afrini. dan Susanto, Hendri. 2017. Reaksi Radang Pada
Lidah Dengan Tongue Piercing (Kajian In Vivo Lidah Tikus Jantan Sprague
dawley). Vol. 14(3), 1-8, ISSN 1693-9697.

12
LAMPIRAN

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

Anda mungkin juga menyukai