Anda di halaman 1dari 16

INTEGRITASI HASIL PENELITIAN TERKAIT KE DALAM

ASUHAN KEPERAWATAN, TREN DAN ISSUE TERKAIT


SERTA EVIDIENCE BASED PRACTICE DALAM
PENATALAKSANAN GANGGUAN PADA SISTEM
1. ENDOKRIN
2. IMUNOLOGI

Dosen Pengampu : Karmithasari Yandra K, Ners, M.Kep.


Mata Kuliah : KMB II

Disusun Oleh:
Edina
2019.C.11a.1074
Prodi : S1 Keperawatan tingkat 2B

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
1. ENDOKRIN

Sindrom Cushing (CS) adalah sindrom klinis yang terdiri dari gejala dan tanda-tanda
yang mencerminkan beredar glukokortikoid berlebihan (GC) konsentrasi. Hal ini sangat
jarang terjadi di masa kanak-kanak dan masa remaja dan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok hormon adrenocorticotrophic penyebab (ACTH)-independen dan dependen-ACTH

Penyakit Cushing (CD), yang disebabkan oleh hipofisis corticotroph adenoma


mensekresi ACTH, merupakan penyebab tersering dari CS pada anak di atas usia 5 tahun. CD
untuk 75-80% kasus CS pediatrik dibandingkan dengan 49 - 71% kasus dewasa. Beberapa
aspek CD anak berbeda dengan pada orang dewasa. Contohnya adalah frekuensi meningkat
pada laki-laki dibandingkan perempuan prepubertal, sering tidak adanya bukti radiologis dari
adenoma hipofisis corticotroph pada MRI scanning dan insiden yang lebih tinggi lateralisasi
sekresi ACTH ditunjukkan oleh rendah petrosus sampel sinus.

Anak-anak juga memiliki respon kortisol lebih riang ke IV CRH dan respon yang
lebih cepat terhadap eksternal radioterapi berkas hipofisis. Anak klinis dapat hadir secara
berbeda dari orang dewasa, terutama dengan kegagalan pertumbuhan yang berhubungan
dengan berat badan.

CS dapat terjadi sepanjang masa kecil dan remaja, namun etiologi yang berbeda
yang umumnya terkait dengan kelompok-kelompok tertentu usia. Dengan CD menjadi
penyebab paling umum setelah tahun pra-sekolah. Puncak kejadian CD pediatrik adalah
selama masa remaja; dalam 182 kasus yang diambil dari literatur usia rata-rata presentasi
adalah 14,1 tahun.

CD Pediatric hampir selalu disebabkan oleh mikroadenoma hipofisis dengan


diameter <5 mm. Kita telah melihat satu makroadenoma di 37 kasus anak. Kami
menganalisis distribusi gender dalam 50 pasien CD usia 6 sampai 30 tahun dan menemukan
signifikan dominasi laki-laki pada pasien pra-pubertas. Dalam seri kami saat ini 37 kasus
berusia 5,8-17,8 tahun ada 24 laki-laki dan 13 perempuan. Seri besar dari NIH juga
mengungkapkan fenomena yang sama dari dominasi laki-laki pada pasien muda.

CD di masa kecil memerlukan evaluasi mendesak, diagnosis dan pengobatan ahli.


Pilihan pengobatan telah maju selama 50 tahun terakhir. Adrenalektomi awalnya bilateral
secara luas dipraktekkan. Namun, adenoma hipofisis tetap di situ dan ada risiko yang cukup
sindrom pasca-adrenalektomi Nelson. Selain itu, pasien yang diperlukan glukokortikoid
seumur hidup dan penggantian mineralokortikoid. Dalam pengelolaan 37 kasus, telah
dilakukan adrenalektomi dua kali, ketika pasien yang sangat tidak sehat dan tidak fit untuk
menjalani operasi hipofisis. Dalam salah satu pasien, hypercortisolemia itu tak terkendali
oleh metyrapone lisan dan pengobatan diberikan dengan IV etomidate yang berhasil
dikendalikan tingkat kortisol sebelum adrenalektomi. Terapi medis untuk menurunkan
kortisol menggunakan metyrapone atau ketoconazole adalah pilihan jangka pendek yang
berguna sebelum operasi atau radioterapi tetapi tidak dapat direkomendasikan sebagai terapi
definitif jangka panjang untuk CD.

Menyembuhkan definitif dari CD dapat dicapai dengan operasi hipofisis


transsphenoidal (TSS) atau radioterapi hipofisis eksternal. TSS dianggap sebagai prosedur
yang aman dan efektif pada anak-anak dan sekarang dianggap terapi lini pertama karena
melibatkan penghapusan selektif dari adenoma memaksimalkan potensi jaringan hipofisis
yang normal untuk tetap in situ.

Tingkat keberhasilan bedah variabel dilaporkan tergantung di mana definisi obat


diadopsi di unit itu. Kami mendefinisikan pengobatan yang berhasil, yakni menyembuhkan,
seperti tidak terdeteksi kortisol serum pasca operasi (<50 nmol / L, <1,8 mg / dl), yang
konsisten dengan satuan endokrin dewasa kita. Tingkat kesembuhan keseluruhan dari TSS di
33 pasien anak-anak dengan mikroadenoma diperlakukan 1982-2010 adalah 61%. Sejak
tahun 1986, angka kesembuhan telah 75% pada 28 pasien yang dirawat sejak BIPSS rutin
diperkenalkan sebagai persiapan pra operasi. Laporan series harga lainnya pediatrik TSS obat
bervariasi dari 45% menjadi 78%, tapi sangat sedikit tingkat laporan> 90%. Kami belum
melihat terulangnya CD setelah penyembuhan dengan TSS, tetapi karena banyak pasien yang
dirujuk dari lainnya pusat, hal ini belum diteliti secara resmi.

Hipofisis radioterapi (RT) adalah pilihan terapi untuk CD pediatrik. Di pusat kami,
sinar eksternal RT digunakan sebagai terapi lini kedua, setelah berhasil TSS. Kami biasanya
melanjutkan ke RT dalam waktu 2-4 minggu TSS, ketika jelas dari tingkat sirkulasi kortisol
yang menyembuhkan lengkap belum tercapai. RT protokol kita mengikuti terdiri dari 45 Gy
memberikan dalam 25 fraksi selama 35 hari mencerminkan bukti yang menunjukkan bahwa
anak-anak dengan CD merespon lebih cepat daripada orang dewasa. Kami telah diperlakukan
13 pasien selama 26 tahun terakhir dengan angka kesembuhan yang sukses dari 85%, yang
terjadi pada interval rata-rata 0,8 tahun (kisaran 0,3-2,9) setelah selesai terapi.
2.1.1 Trend Pantangan Makanan Untuk Penderita Diabetes Mellitus

Penderita diabetes melitus mau tidak mau harus melakukan pantangan terhadap
beberapa jenis makanan. Ini fungsinya untuk menjaga agar kadar gula darahnya menjadi
stabil dan tidak terlalu tinggi naiknya. Pantangan itu sendiri tidak harus hingga menghindari
jenis makanan tertentu sama sekali sehingga penderita diabetes menjaid menderita dan stres.
Tentu saja mereka masih bisa mengkonsumsi makanan kegemarannya. Hanya saja dengan
dosis yang tidak banyak atau sekedar icip-icip. Makanan untuk diabetes pun tetap lezat dan
penuh gizi. Berikut ini adalah beberapa Pantangan Makanan Untuk Penderita Diabetes
Mellitus di antaranya adalah :

a. Roti Putih

Hindari dan jauhi makanan roti putih karena memiliki kadar gula yang tinggi, sebagai
ganti roti putih anda bisa dengan konsumsi roti gandung yang memiliki banyak serat dan
baik untuk jantung anda.

b. Rokok

Bagi anda penderita diabetes dan memiliki kebiasaan buruk, yaitu merokok maka
segeralah jauhi rokok karena bisa membahayakan anda sendiri dan orang lain. Sebuah
penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan
bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula
bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya
hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.

c. Kafein

Hati-hati dengan kafein, karena beberapa penelitian, salah satunya yang berjudul
“Diabetes Care” ditulis oleh Hudson Lee dan Kilpatrick pada 2005 menunjukkan kafein
memiliki dampak negatif pada penderita diabetes. Untuk itu, akan lebih jika Anda
mengurangi minuman yang mengandung kafein.

d. Mie Dan Pasta

Makanan ini sudah pasti sangat digemari oleh banyak orang tak terkecuali bagi
penderita diabetes mellitus. Tapi sayang sekali bagi penderita diabetes makanan mie dan
pasta harus dilarang, karena Sebagian besar pasta dan mie memiliki indeks glikemik
tinggi. Artinya pasta dan mie dibuat dengan olahan karbohidrat sederhana seperti
gandum atau tepung beras. Konsumsi karbohidrat tinggi bisa meningkatkan kadar gula
dalam darah.

e. Kentang

Kenapa kentang dilarang bagi penderita diabetes? alasannya karena Kandungan


karbohidrat pada kentang yang tinggi, membuat indeks glikemiknya juga tinggi. Untuk
itu, kurangi konsumsi kentang, baik yang dipanggang, direbus maupun digoreng.

f. Minuman Bersoda

Minuman bersoda dilarang bagi penderita diabetes, karena Dari penelitian yang
dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun,
ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan
risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi
karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori
cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.

g. Makanan Yang Di Goreng

Apakah anda mengenal gorengan? sudah tentu anda mengenal benar dengan
gorengan, tapi untuk penderita diabetes anda tidak boleh memakan makanan gorengan.
Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif,
seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit
kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan
salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan
metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL
(kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam
darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan
mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.

h. Teh Manis

Bagi anda yang suka minum teh manis dipagi hari, tapi bagi anda yang sedang
menderita penyakit diabetes maka ada baiknya anda menjauhi Teh Manis ini, karena
Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko
kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung
kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari
(tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum
ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita
kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.

2.1.2 Issue Pengobatan Penyakit Diabetes


Penyakit diabetes mungkin menjadi salah satu penyakit yang sangat dikhawatirkan
oleh kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Indonesia yang
menderita penyakit tersebut dan sebagian besar memang berakhir pada kematian. Berikut ini
ada beberapa cara untuk mengobati penyakit diabetes secara alami, namun tidak seutuhnya
menyembuhkan penyakit diabetes secara total :

a. Lidah buaya
Salah satu bahan alam yang dapat anda manfaatkan untuk membantu menstabilkan
kadar gula darah adalah dengan lidah buaya. Kandungan beberapa senyawa kimia yang
terdapat dalam lidah buaya cukup efektif untuk penderita diabetes. Adapun cara yang dapat
anda lakukan adalah dengan merebus daun lidah buaya dengan segelas air, kemudian anda
minum sari daun lidah buaya tersebut. Lakukan secara rutin minimal 1 kali dalam seminggu.
Selain lidah buaya, anda pun dapat menggunakan bawang putih, daun seledri dan masih
banyak lagi.

b. Hindari makanan yang kaya akan gula sederhana


Gulas sederhana merupakan suatu zat yang menjadi pemicu kadar gula darah
meningkat. Untuk itu, bagi anda yang saat ini tengah menderita diabetes, usahakan untuk
menghindari makanan yang kaya akan gula sederhana. Sebagai contoh adalah gula pasir.

c. Senam
Cara Mengobati Penyakit Diabetes Secara Alami semoga ampuh dan, Bagi penderita
diabetes, efek tubuh lemah mungkin sering dialami. Hal ini dikarenakan terjadi gangguan
pada proses metabolis gula sehingga eneergi yang terbentuk tidak sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu, memang pada penderita diabetes, sebaiknya anda melakukan olahraga ringan
seperti senam yang tidak menguras begitu banyak tenaga.
2.1 Trend dan Issue Sistem Endokrin secara Internasional

2.2.1 Terapi Sirolimus Pada Bayi dengan Hyperinsulinemic Hypoglikemia Berat

Hipoglikemia hyperinsulinemic, penyebab utama hipoglikemia berat selama periode


neonatal, ditandai dengan tidak pantas sekresi insulin dari sel beta pankreas di hadapan
glukosa darah rendah levels.

Satu-satunya pilihan pengobatan saat ini tersedia untuk pasien dengan bentuk medis
responsif menyebar hipoglikemia hyperinsulinemic adalah pancreatectomy subtotal, di mana
95 sampai 98 % sel mensekresi insulin secara fisik dihapus untuk meringankan hipoglikemia
berat. Namun, beberapa pasien yang telah menjalani operasi terus memiliki hipoglikemia
hyperinsulinemic berulang, sedangkan diabetes mellitus dan insufisiensi eksokrin pankreas
berkembang dalam diri orang lain. Dalam sebuah penelitian terbaru dari 105 anak-anak yang
terkena dampak yang menjalani pancreatectomy, 59 % memiliki gigih hiperinsulinemia
hipoglikemia hingga 5 tahun setelah operasi, dan diabetes mellitus telah dikembangkan pada
semua anak-anak pada saat mereka mencapai adolescence. Oleh karena itu, ada kebutuhan
untuk terapi medis yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk jumlahkan pancreatectomy.

Terapi Sirolimus

Semua pasien menerima sirolimus pada dosis awal 0,5 mg per meter persegi luas
permukaan tubuh per hari ( dalam satu atau dua dosis ). Dosis ini bertahap meningkat dengan
tujuan mencapai tingkat serum palung dari 5 sampai 15 ng per mililiter. Tingkat serum
palung sirolimus diukur setiap 5 hari. Setelah tingkat obat serum yang diinginkan telah
tercapai dan kadar glukosa darah stabil, glukosa dan glukagon infus intravena secara bertahap
meruncing. Pemantauan berkala dilakukan, termasuk hitung darah lengkap, pengukuran kadar
lipid serum, dan analisis ginjal dan fungsi hati. Setelah debit, pasien ditindaklanjuti secara
teratur untuk penilaian kontrol glikemik dan pengukuran kadar serum sirolimus.
Karena keparahan hipoglikemia mereka, bayi diperlukan kombinasi glukagon infus dan
cairan infus dengan konsentrasi tinggi dekstrosa untuk mempertahankan normoglycemia di
memulai pengobatan dengan sirolimus, setelah respon glikemik yang baik dicatat. Dengan
demikian, dosis dekstrosa secara bertahap meruncing dan makanan enteral secara bersamaan
meningkat . Selama periode 2 sampai 3 minggu, setiap bayi mempertahankan tingkat glukosa
darah stabil tanpa perlu infus glukosa intravena. Glukagon dan octreotide infus kemudian
secara bertahap dihentikan, karena kadar glukosa darah yang stabil di lebih dari 63 mg per
desiliter. Selanjutnya, keempat bayi mampu menerima semua nutrisi enteral mereka, dan
masing-masing terus menerima terapi sirolimus oral.

Bayi juga mampu berpuasa selama 6 sampai 8 jam tanpa pengembangan hipoglikemia
(misalnya, kadar glukosa darah tetap tinggi dari 63 mg per desiliter pada akhir puasa). Satu
bayi (Pasien 4, yang memiliki ABCC8 mutasi homozigot dan hipoglikemia hyperinsulinemic
sangat parah) diperlukan dosis kecil octreotide (10 mg per kilogram per hari) untuk berpuasa
selama 6 jam tanpa pengembangan hipoglikemia. Setiap pasien dipulangkan ketika
pemberian makanan enteral didirikan dan bayi bisa berpuasa selama 6 sampai 8 jam tanpa
pengembangan hipoglikemia. Tingkat diukur dari asam lemak nonesterified dan 3β-
hidroksibutirat naik pada akhir puasa, menunjukkan bahwa penekanan insulin hadir karena
pengobatan dengan sirolimus.

Orang tua diminta untuk memantau kadar glukosa darah setidaknya tiga kali sehari
sebelum makan. Sebuah tinjauan catatan pemantauan orangtua kadar glukosa darah tidak
ditemukan adanya episode hipoglikemia selama pengobatan dengan sirolimus. Keempat
pasien saat ini terus menerima sirolimus dan sedang diikuti untuk penilaian kontrol glikemik,
tingkat endapan serum sirolimus, dan setiap efek samping klinis atau biokimia. Tindak lanjut
penilaian dilakukan sampai bayi mencapai usia 1 tahun menunjukkan kontrol glikemik yang
baik. Penilaian laboratorium menunjukkan jumlah darah lengkap normal (tanpa neutropenia)
dan tingkat normal nitrogen urea darah, kreatinin, dan elektrolit selama tindak lanjut
penilaian setiap 3 bulan. Efek samping yang diamati meliputi elevasi transien tingkat
aminotransferase, yang diselesaikan secara spontan, dan elevasi ringan kadar trigliserida.
Hasil studi fungsi hati dinyatakan telah normal. Baik sepsis atau infeksi serius lainnya yang
dikembangkan di salah satu bayi .

Sirolimus dihentikan pada salah satu pasien di usia 7 bulan , dalam waktu 3 hari,
hipoglikemia berat dikembangkan, membutuhkan infus intravena glukosa dan administrasi
subkutan octreotide. Sirolimus itu reinitiated, dan selama 3 sampai 4 minggu ke depan infus
glukosa dan octreotide itu meruncing dan kemudian dihentikan.

2.2.2 Pengelolaan Pankreatitis Klasifikasi Kronis Dengan Hasil Patologi Anatomi


Adenokarsinoma Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, dan
kedua fungsi ini saling berhubungan. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ)
merupakan hormone traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zat
makanan dengan mengendalikan sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal
berkisar dari 1500-2500 mm/hari.

Pankreatitis kronis merupakan suatu penyakit inflamasi pada pankreas yang ditandai
dengan fibrosis pankreas yang persisten dan progresif serta menimbulkan kerusakan jaringan
eksokrin dan endokrin. Pankreatitis kronis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
karsinoma pankreas. Adenokarsinoma pancreas terjadi pada 1 per 10,000 penduduk
Amerika. Umumnya penderita pankreatitis kronis mengeluh nyeri abdomen di epigastrium
yang terus menerus yang dijalarkan kepunggung, mual, nafsu makan berkurang, berat
badan menurun dan malnutrisi. Pengelolaan penderita pancreatitis kronis dapat secara
konservatif maupun pembedahan berupa drainase dan reseksi pankreas.

Pankreatitis kronis merupakan salah satu factor resiko terjadinya karsinoma pankreas.
Pada penelitian yang melibatkan 6 grup senter internasional yaitu Denmark, Jerman, Italia,
Swedia, Switzerland dan Amerika Serikat didapatkan angka kejadian karsinoma pankreas
1,8% pada pasien yang telah terdiagnosis pankreatitis kronis 2 tahun sebelumnya, dan
4% setelah terdiagnosis 10 sampai 20 tahun sebelumnya. Adenokarsinoma pancreas
terjadi pada 1 per 10,000 penduduk Amerika. Laki-laki 2 kali lebih sering terkena dari pada
wanita.

Prevalensi Amerika Serikat 26,4 kasus per 100,000 penduduk, di Spanyol 14 per
100,000 penduduk sedangkan di Jepang 5,7 per 100,000 penduduk. Kebanyakan terjadi
karena adanya batu pada saluran pankreas. Kebanyakan kasus pancreatitis kronis karena
minum alkohol yang banyak, berkisar 150 g/hari dalam beberapa tahun. Hanyakira-kira 10 %
peminum berat yang terbentuk pankreatitis, tampaknya ini ada faktor lain yang dibutuhkan,
seperti diet tinggi lemak dan protein.

Penderita ini mengeluh nyeri abdomen epigastrium yang tak henti-henti yang
dijalarkan kepunggung. Nyeri pada pancreatitis kronis dahulu dipercaya dari peningkatan
tekanan intra pankreas. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan sedikit peningkatan pada
alfa amylase dan lipase tetapi tidak khas untuk pancreatitis kronis.

Hasil pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan adenokarsinoma. Biopsi dilakukan


pada bagian kaput, korpus dan kauda, hal ini menunjukkan adenokarsinoma pada seluruh
bagian pankreas. Total pancreatectomy merupakan prosedur yang aman, mortalitas dan
morbiditas yang dapat diterima
Reseksi merupakan tindakan kuratif terhadap kanker pankreas. Ada 4 pembedahan
yang ditawarkan yaitu Whipple pancreaticoduodenectomy, pylorus preserving
pancreaticoduodenectomy, total pancreatectomydan regional pancreatectomy. Tampaknya
total pancreatectomy merupakan pilihan yang sesuaiuntukpasienini.

Prosedur Peustow

Prosedur Peustow dapat dipilih dalam penanganan pancreatitis kalsifikasi kronis.


Prosedur ini aman dengan hasil yang baik. Pada kasus adenokarsinoma pancreas ini
tindakan yang sesuai adalah total pancreatectomy.

A. Definisi Evidance Based Dalam Keperawatan


Evidance Based Practice (EBP) merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam
praktik keperawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Evidance Based
Practice (EBP) merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan
keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan buktibukti nyata yang baik (pasien
dan praktisi). EBP dapat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal serta memaksa untuk
berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana terhadap pelayanan pasien
individu, kelompok atau sistem (new house, dearholt, poe, pough dan white, 2005).
Clinical Based Evidance atau Evidance Based Practice (EBP) adalah tindakan yang
teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan
dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam
proses keperawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting
pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial,
psikologi, public health, konseling, dan profesi kesehatan dan sosial lainnya.
B. Evidence Based Penatalaksanaan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes
Melitus
merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dan
gangguan metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak dikendalikan
dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun yang
menahun. Menurut konsensus Pengelolaan Diabetes melitus di Indonesia penyuluhan dan
perencanaan makan merupakan pilar utama penatalaksanaan DM. Oleh karena itu
perencanaan makan dan penyuluhannya kepada pasien DM haruslah mendapat perhatian
yang besar. Pengelolaan DM yaitu:
a. Edukasi : Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang: 1) Penyakit DM. 2) Makna dan
perlunya pengendalian dan pemantauan DM. 3) Penyulit DM. 4) Intervensi farmakologis dan
non farmakologis. 5) Hipoglikemia. 6) Masalah khusus yang dihadapi. 7) Perawatan kaki
pada diabetes. 8) Cara pengembangan system pendukung dan pengajaran keterampilan. 9)
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
b. Perencanaan : makanan Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk
dapat dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur.
Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat
pembangun serta zat pengatur.
1) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang
bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain-lain.
2) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan
sumber zat pembangun seperti kacangkacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu,
keju dan lain-lain.
3) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat
pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

2. IMUNOLOGI
A. TREND DAN ISSUE SISTEM IMUNOLOGI
HIV/AIDS
1. PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus
inilah yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
(Brooks, 2004).
2. PERBEDAAN ANTARA HIV DENGAN AIDS
Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik
atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala
adalah ‘HIV-positif’ atau mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila
gejala mulai muncul, orang disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’
atau‘penyakit HIV lanjutan.’ Pada stadium ini seseorang kemungkinan besar
akan mengembangkan infeksi oportunistik. AIDS merupakan definisi yang
diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat.
AIDS didefinisi sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200 ; dan/atau
terjadinya satu atau lebih infeksi oportunistik tertentu. Istilah AIDS terutama
dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk
laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status
kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah
walau kita menjadi sehat kembali. Orang terinfeksi HIV yang mempunyai semakin
banyak informasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal
penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi antiretroviral (ARV)
yang sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan
HIV; obat lain dapat mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan HIV
(Kannabus, 2008).

3. GAMBARAN DAN MANAJEMEN DARI HIV PADA KLINIK SEHARI-HARI


Dampak epidemic HIV/AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah
koinfeksi pada orang-orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta
penyakit infeksi lainnya mendorong penanganan yang lebih komprehrensif.
Koinfeksi tidak saja dapat memperburuk status kesehatan orang dengan HIV, juga
HIV itu sendiri mempercepat situasi dampak buruk infeksi lainnya.
Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadi AIDS
menjadi dapat diprediksi. Saat ini telah dikembangkan algoritme uji terbaru HIV
seroconversi (STARHS) yang merupakan cara untuk menganalisa sampel
HIV positif untuk menentukan apakah infeksinya baru terjadi atau sudah berjalan.
Umumnya tenaga profesi kesehatan di Indonesia belum siap
menghadapi epidemi HIV dengan problema koinfeksinya, sehingga
diperlukan peningkatan kompetensi dokter Indonesia dalam mengenali dan
menangani koinfeksi HIV dengan pathogen lainnya. Selain itu penularan HIV
semakin meluas ke pasangan seksnya (isteri) dan anaknya.

4. TREN METODE PENCEGAHAN HIV


Metode pencegahan HIV dapat secara luas diklasifikasikan sebagai metode
perilaku dan biologi. Metode pencegahan perilaku klasik yang dikenal sebagai
ABC meliputi Abstinence (pantang), Behavioural Changes (Perubahan perilaku)
dan Condom Usage (Penggunaan kondom) masih terus menjadi andalan
pencegahan. Telah dilakukan penelitian besar selama bertahun-tahun pada pilihan
biologis seperti vaksin, mikrobisida, sunat laki-laki, dan profilaksis. Untuk vaksin,
belum tersedianya vaksin HIV yang efektif untuk pemberantasan dan pencegahan
HIV/AIDS. Penelitian dr. Aswini yang diambil dari jurnal infeksi HIV/Aids,
vaksin HIV telah menghadapi banyak kemunduran dengan hasil yang
mengecewakan dari percobaan VaxGen fase III , kegagalan AD5 dan uji coba
HVTN 505. Sampai saat ini masih banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengembangkan vaksin HIV.
Selain vaksin, sunat pada laki-laki telah terbukti menurunkan penularan HIV
terlepas dari hubungan keagamaan yang terkait dengan itu. Pengobatan pasien
terinfeksi HIV dengan anti-retroviral juga berfungsi sebagai salah satu strategi
pencegahan untuk mengurangi transmisi sekunder. Hal tersebut dapat dilihat dari
keberhasilan program Pencegahan Transmisi Ibu ke Anak (Prevention Mother To
Child Transmission), dimana dalam mengurangi penularan penyakit langsung dari
ibu kepada bayi dengan menggunakan obat anti retroviral sebagai strategi
pencegahan.

5. TREN MANAJEMEN HIV


Pengobatan HIV kini telah menjadi lebih sederhana dan lebih murah karena
ketersediaan kombinasi dosis tetap dan obat generik yang murah. Ada banyak
golongan obat antiretroviral dengan banyak tambahan yang baru yang ditujukan
untuk mengurangi mutasi dan resistensi terhadap obat. Karena keberhasilan ARV
dalam mencapai penekanan virus, harapan hidup pasien meningkat dan terjadinya
penurunan angka kejadian AIDS secara substansial. Memulai ARV awal selama
fase akut dari infeksi juga dapat membantu untuk mencapai kesembuhan dengan
membatasi pertumbuhan virus HIV. Namun, karena meningkatnya harapan hidup
dan penuaan dini yang disebabkan oleh obat antiretroviral, banyak isu-isu terkait
usia- muncul pada populasi ini mengarah ke fenomena “Greying AIDS”. Orang
yang terinfeksi HIV dan mendapat terapi ARV terbukti berada pada risiko tinggi
untuk berbagai penyakit “non AIDS” kondisi seperti penyakit hati, penyakit
jantung, gangguan ginjal, kanker non-AIDS, osteoporosis, penurunan
neurokognitif, dll.

Salah satu keterbatasan ARV (obat antiretroviral) adalah penggunaan obat


seumur hidup. Oleh karena itu ke depannya akan dikembangkan strategi untuk
menyembuhkan HIV dengan menggunakan transplantasi sumsum tulang dan terapi
gen. Berdasarkan laporan kasus Berlin dan Boston yang menyorot tentang
transplantasi sumsum tulanhg, diperoleh adanya peningkatan harapan hidup pasien
kanker dengan HIV setelah dilakukannya transplantasi sumsum tulang.
Perkembangan ilmu kedokteran akan terus dikembangkan baik dari segi diagnosis
klinis untuk mendiagnosis kasus HIV/AIDS secara cepat dan akurat maupun terapi
termutakhir dalam pengobatan HIV/AIDS untuk meningkatkan angka harapan
hidup. Selain itu upaya untuk pembuatan vaksin atau strategi yang efektif untuk
menyembuhkan HIV perlu dikembangkan untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS.

Namun ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperlambat


perkembangan penyakit ini. Teknik Yoga  untuk HIV dan AIDS adalah pilihan
yang layak. Yoga telah berhasil digunakan untuk mengobati berbagai macam isu
yang berbeda selama berabad-abad. HIV dan AIDS adalah pendatang baru relatif
dalam penyakit dunia , yang pada gilirannya telah membuat mereka lebih sulit
untuk mengobati. Namun demikian, Yoga telah terbukti bermanfaat bagi mereka
yang memiliki HIV dan AIDS, yang mengarah ke tingkat kebugaran fisik,
meningkatkan kekebalan, tingkat stres yang lebih rendah dan rasa yang lebih besar
kedamaian batin. Sementara hampir semua pose yoga akan membuktikan
bermanfaat, ada beberapa yang dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar untuk
penyakit tertentu.

Hal ini diyakini bahwa inversi mungkin baik bagi mereka dengan AIDS dan
HIV karena mereka mengarahkan aliran darah dan energi ke timus. Timus adalah
kelenjar endokrin besar yang membantu mengatur dan mengontrol sel T dalam
sistem kekebalan tubuh. Karena HIV dan AIDS menyerang sel T, yang mendukung
kelenjar yang mengontrol mereka tampaknya seperti cara yang logis untuk
membantu tubuh melawan penyakit ini. Meningkatkan efisiensi timus dan pada
gilirannya sistem kekebalan tubuh tentu tidak ada salahnya.

Komunitas medis telah lama memeluk obat alternatif komplementer bagi


mereka dengan AIDS, dan mudah-mudahan tren ini akan terus berlanjut lama ke
masa depan. Berkat inovasi-inovasi baru dalam pengobatan, mereka dengan AIDS
hidup lebih lama daripada sebelumnya. Pasangan obat canggih dengan
kebijaksanaan, kuno sederhana Yoga menyebabkan efek sinergis, yang
menghasilkan kehidupan yang lebih panjang, sehat dan lebih bahagia bagi mereka
dengan AIDS.

6. PERAN PERAWAT
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang
penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan
hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan
ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini
dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. Perawat juga dapat melakukan
tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling
yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pasca tes HIV,
konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk
mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV,
cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat
diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negative
disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan
menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil
tersebut positif atau negatif. Mengingat beban psikososial yang dirasakan
penderita AIDS akibat stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya
sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang
tersedia bagi pasien.

Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan),


hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi
pasien. Partisipasi orang lain, bantuan dari orang terdekat dapat
mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien.
Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada keluarga serta
memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai AIDS,
sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan
perawat. Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan
seksual bebas harus disadarkan agar segera bertobat dan tidak menyebarkannya
kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta meningkatkan
kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong untuk
mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan
berkeinginan untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat
hidup dan berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai