Anda di halaman 1dari 5

Enteral dan Parenteral pada NGT

1). Nutrisi Enteral


Nutrisi Enteral Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan
pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula
nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT),
atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (gastrostomy
dan jejunum percutaneous) (Yuliana, 2009). Teknik pemasangan selang untuk
memberikan nutrisi secara enteral pernah dijelaskan oleh (Tuna, M et al. 2013) dalam
penelitiannya yaitu terdapat beberapa teknik untuk memasukkan selang nasoenterik
melalui nasogastric, nasoduodenum, atau nasojejunum, namun sebaiknya menggunakan
teknik PEG (Percutaneous Endoscopic Gastrostomy) karena komplikasinya lebih
sedikit. Teknik lain yang dapat digunakan adalah laparoskopi jejunustomi atau
gastrojejunustomy. Akan tetapi, sebagian besar pasien toleran terhadap pemasangan
selang nasoenteric secara manual (Tuna, M., et al, 2013). Metode pemberian nutrisi
enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian menggunakan corong yang disambungkan
ke selang nasogastric dengan kecepatan mengikuti gaya gravitasi) dan intermittent
feeding (pemberian nutrisi secara bertahap yang diatur kecepatannya menggunakan
syringe pump). Metode intermittent feeding lebih efektif dibandingkan metode gravity
drip, hal ini dilihat dari nilai mean volume residu lambung yang dihasilkan pada
intermittent feeding lebih sedikit dibandingkan gravity drip yaitu 2,47 ml : 6,93 ml. Hal
ini dikarenakan kondisi lambung yang penuh akibat pemberian secara gravity drip akan
memperlambat motilitas lambung dan menyebabkan isi lambung semakin asam
sehingga akan mempengaruhi pembukaan spinkter pylorus. Efek dari serangkaian
kegiatan tersebut adalah terjadinya pengosongan lambung (Munawaroh, et al., 2012).
Volume residu lambung yang dihasilkan dari nutrisi enteral hingga 500 ml masih
dikategorikan normal karena tidak menimbulkan komplikasi gastrointestinal dan diet
volume rasio (diet yang diberikan) pada pasien yang terpasang ventilator dengan nutrisi
enteral tidak berpengaruh terhadap produksi volume residu lambung (Montejo, et al.,
2010). Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien
mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah. Nutrisi
enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat
menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi.
(Ziegler, 2009). Penelitian lain mengenai banyaknya penggunaan nutrisi enteral bagi
pasien kritis juga dilakukan oleh Jonqueira et al. (2012) bahwa terdapat protocol tentang
pemberian nutrisi bagi pasien kritis dengan algoritma jika hemodinamik pasien telah
stabil, lakukan penghitungan kebutuhan nutrisi dengan memilih pemberian nutrisi
secara enteral. Penggunaan nutrisi enteral juga dapat meningkatkan status nutrisi pasien,
hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim, Hyunjung et al. (2011)
pada 48 pasien ICU yang mendapat enteral feeding adekuat berupa energy selama 7
hari. Status nutrisi pasien-pasien tersebut meningkat jika dibandingkan dengan pasien
yang mendapat enteral feeding dibawah kebutuhan. Selama perawatan dengan enteral
feeding yang adekuat terdapat penurunan nilai Body Mass Index (BMI), prealbumin dan
Percent Ideal Body Weight (PIBW) (Kim, Hyunjung, et al., 2011).

2). Nutrisi Parenteral


Nutrisi Parenteral Nutrisi parenteral/ Parenteral Nutrition (PN) adalah suatu bentuk
pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan (Yuliana, 2009). Metode pemberian nutrisi parenteral bisa melalui
vena perifer dan vena central, namun risiko terjadinya phlebitis lebih tinggi pada
pemberian melalui vena perifer sehingga metode ini tidak banyak digunakan. Nutrisi
parenteral diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien
dan tidak dapat diberikan dengan baik. Nutrisi parenteral diberikan pada pasien dengan
kondisi reseksi usus massif, reseksi kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7
hari (Ziegler, 2009). Pemberian nutrisi melalui PN harus berdasarkan standar yang ada
agar tidak terjadi komplikasi diantaranya menentukan tempat insersi yang tepat (tidak
boleh digunakan untuk plebotomi dan memasukkan obat), persiapan formula PN secara
steril 24 jam sebelum diberikan ke pasien dan disimpan di kulkas serta aman dari
pencahayaan agar menurunkan degradasi biokimia dan kontaminasi bakteri. Namun
sebelum diberikan ke pasien suhu formula harus disesuaikan dengan suhu ruangan
(Ziegler, 2009). Komponen dalam pemberian nutrisi secara parenteral sebaiknya tidak
menggunakan lemak dalam minggu pertama selama perawatan di ICU, namun
penggunaan asam lemak omega-3 masih boleh diberikan. Zat gizi yang
direkomendasikan adalah penambahan pemberian glutamin (Martindale, et al., 2009;
Ziegler, 2009). Penelitian lain juga mendukung penambahan pemberian glutamin
dilakukan oleh Jonqueiraet al. (2012) yaitu untuk meningkatkan toleransi pasien
teerhadap nutrisi yang diberikan maka selain pemberian enteral ditambahkan pula infus
dengan volume minimal yaitu 15 ml/ jam dengan diet semi elemental, normokalori,
hipolipid, dan hiperprotein dengan penambahan glutamine.
 Cara Membuat larutan dari gula garam
Larutan garam oralit (oralit) atau ORS (Oral Rehydration Salts) adalah minuman
khusus yang dibuat dari gula, garam dan air bersih. Larutan ini bisa membantu
mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare atau muntah berat. Penelitian
menunjukkan bahwa oralit sama efektifnya seperti cairan infus untuk menangani
dehidrasi.[1] Larutan oralit bisa dibuat dengan menggunakan kemasan yang sudah
tersedia seperti Pedialyte®, Infalyte®, dan Naturalyte®. Anda juga bisa membuat
larutan oralit di rumah dengan air bersih, garam, dan gula.
1. Cuci tangan Anda. Cuci bersih tangan Anda dengan air dan sabun sebelum Anda
menyiapkan larutan ini. Pastikan Anda menggunakan botol atau tempat air yang
bersih.
2. Siapkan bahan. Untuk membuat larutan oralit sendiri Anda membutuhkan:
 Garam dapur (misalnya garam untuk makanan, garam beryodium, atau garam
laut)
 Air bersih
 Gula pasir atau gula halus
3. Campurkan bahan. Campurkan setengah sendok teh garam dapur dan 2 sendok
makan gula ke dalam wadah. Anda bisa menggunakan gula pasir atau gula halus.
 Kalau Anda tidak mempunyai sendok ukuran, Anda bisa mengukur kurang lebih
segenggam gula dan sejumput garam. Tapi ukuran ini tidak akurat dan tidak
direkomendasikan.
4. Tambahkan satu liter air bersih. Jika Anda tidak bisa mengukur dalam liter,
lakukan dengan menambah 5 cangkir air (satu cangkir adalah sekitar 200 ml).
Pastikan hanya memakai air bersih saja. Air yang digunakan bisa air dalam
kemasan atau air yang sudah direbus.
 Pastikan Anda hanya menggunakan air. Jangan menggunakan susu, sup, jus,
atau minuman soda karena cairan ini akan membuat larutan oralit menjadi tidak
efektif. Jangan tambahkan gula lagi.
5. Aduk hingga rata dan minum. Gunakan sendok atau pengaduk untuk
mencampur dan mengaduk campuran oralit dengan air. Setelah diaduk rata
seluruh campuran larut dalam air dan siap untuk diminum.
 Larutan oralit bisa disimpan dalam kulkas selama 24 jam. Jangan simpan lebih
lama dari itu.

Tanda-tanda dehidrasi pada orang dewasa


Beberapa kondisi yang menyebabkan orang dewasa dapat mengalami dehidrasi
antara lain demam, paparan suhu tinggi, terlalu banyak beraktivitas hingga
akhirnya mengeluarkan keringat dalam jumlah yang tinggi, dan muntah-muntah
dan diare. Selain itu, orang dewasa juga dapat mengalami dehidrasi karena
kondisi-kondisi lain seperti peningkatan pengeluaran urin karena serangan suatu
infeksi tertentu dan terlukanya kulit (air dalam tubuh juga dapat hilang dari kulit
yang rusak).
Bila Anda mengalami kondisi- kondisi seperti yang disebutkan di atas, Anda
akan lebih rentan mengalami dehidrasi. Sebagian besar gejala dehidrasi pada
orang dewasa serupa dengan tanda-tanda dehidrasi yang dialami oleh anak-anak.
Tapi di beberapa kondisi tertentu, seorang dewasa dapat diindikasikan juga
mengalami dehidrasi, bila mengalami gejala:
1. Bau mulut. Seorang ahli kardiologi Lyndon B. Johnson General Hospital,
John Higgins, mengungkapkan bahwa, dehidrasi menyebabkan tubuh Anda
memproduksi air liur dalam volume yang lebih sedikit. Ketiadaan air liur yang
cukup dalam mulut dapat menyebabkan berkembangnya bakteri dalam mulut
Anda, diikuti dengan munculnya aroma yang tidak sedap dari mulut Anda.
2. Kram otot. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, berkurangnya kadar
cairan dalam tubuh Anda dapat berdampak terhadap kadar kandungan dalam
tubuh yang lain. Pengurangan cairan dalam tubuh ini akan berdampak pada
elektrolit dalam tubuh Anda, lalu mempengaruhi kadar kandungan garam dan
potasium dalam tubuh yang mampu menimbulkan efek kram otot.
3. Menginginkan makanan tertentu, terutama makanan manis. Saat tubuh
Anda mengalami penurunan cairan, hati Anda akan mengalami kesulitan dalam
memproduksi glikogen, yang merupakan hasil akhir dari proses pengolahan gula
dalam tubuh. Akibatnya, tubuh Anda menginginkan gantinya yang sering kali
berupa makanan manis.
Periksakan ke dokter, bila…
Banyak literatur mengatakan bahwa tubuh membutuhkan air minimal sebanyak
dua liter atau kira-kira delapan gelas penuh per harinya. Namun sebenarnya,
banyak faktor yang dapat menentukan banyaknya air yang tubuh Anda
butuhkan, seperti kondisi kesehatan Anda, kondisi lingkungan Anda, hingga
aktivitas yang Anda lakukan. Tapi terlebih dari semua itu, segera periksakan ke
dokter, bila dehidrasi Anda atau anak Anda menunjukkan gejala:
 Demam hingga 38 derajat
 Terjadi penurunan kesadaran hingga kehilangan kesadaran penuh
 Sakit kepala
 Kejang
 Mengalami kesulitan bernapas
 Rasa sakit pada dada atau bagian perut.

Tanda-tanda dehidrasi pada anak


Anak-anak umumnya lebih rentan terserang dehidrasi karena tubuhnya yang
mungil, sehingga cadangan cairan dalam tubuhnya yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak mengalami dehidrasi bisa
disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti terserang demam (air yang terkandung
dalam tubuh akan menguap lebih banyak saat suhu tubuh Anda tinggi),
mengalami diare, muntah-muntah, atau mengeluarkan banyak keringat saat
bermain (didukung dengan paparan suhu yang tinggi dari sinar matahari).
Bila anak Anda mengalami kondisi seperti yang telah disebutkan di atas,
sebaiknya waspadai gejala-gejala yang akan mengikuti setelahnya, seperti:
 Mengeringnya lidah dan mulut
 Ketiadaan air mata saat menangis
 Mata dan pipi yang terlihat cekung ke dalam
 Menggelapnya warna kuning urin, menurunnya volume dan frekuensi buang air
kecil, atau bahkan tidak buang air kecil hingga selama 6-8 jam
 Mengeringnya kulit
 Pusing, perasaan goyang, tidak stabil, atau yang sering disebut dengan
sempoyongan
 Perasaan mudah lelah dan mengantuk
 Meningkatnya kecepatan detak jantung
 Pada beberapa anak, dehidrasi bahkan dapat menyebabkan tidak sadarkan diri.

Tanda-tanda bayi dehidrasi


Seperti ditulis oleh laman What To Expect, ada beberapa tanda dehidrasi pada
bayi yang bisa dikenali orangtua. Dengan mengenali tanda-tanda ini, orangtua
bisa melakukan tindak pencegahan, juga melakukan penanganan yang tepat pada
bayi.
Dehidrasi pada bayi bisa disebabkan oleh banyak hal, biasanya bayi mengalami
dehidrasi saat ia terkena diare dan muntaber. Terlalu lama berada di luar ruangan
dalam cuaca panas juga bisa menyebabkan bayi dehidrasi.
Berikut ini adalah tanda-tanda dehidrasi pada bayi:
 Tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam
 Air seni bayi tampak berwarna kuning gelap dan kental
 Mulut kering dan bibir pecah-pecah
 Bayi menangis tanpa airmata
 Lesu dan lemah
Bila Anda menemui tanda-tanda ini, dan dalam 12 jam tidak menemukan
perubahan, sebaiknya segera bawa anak Anda ke dokter. Dehidrasi menjadi
sangat serius dan perlu penanganan medis secepatnya jika:
 Tangan dan kaki bayi dingin dan terlihat kusam
 Rewel atau kantuk yang berlebihan
 Mata bayi terlihat cekung
 Bagian lunak di ubun-ubun bayi terlihat cekung atau tenggelam

Anda mungkin juga menyukai