Anda di halaman 1dari 8

I.

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah Mengikuti perkuliahan asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan sistem persepsi sensori penglihatan selama 3 x 15 menit,
mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang Katarak

II. Tujuan Istruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti perkuliahan tentang gangguan sistem persepsi sensori


selama 3 x 15 menit mahasiswa mampu:

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian katarak dengan


menggunakan bahasa sendiri

b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab katarak

c. Mahasiswa mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala katarak

d. Mahasiswa mampu menggambarkan skema perjalanan penyakit


katarak dengan tepat

e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan katarak

f. Mahasiswa mampu menyusun materi cara pencegahan katarak pada


masyarakat awam

III. Sasaran
Mahasiswa S-1 Keperawatan Kelas B semester 4, STIKes Harapan Bangsa
Purwokerto.

IV. Materi
a. Pengertian Katarak
b. Penyebab Katarak
c. Perjalanan penyakit
d. Tanda dan Gejala
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Pengobatan Katarak
V. Metode
a. Ceramah
b. Bertanya dan menjawab
c. Naskah Pengajaran

VI. Media
a. Alat : LCD,Speker, white board, spidol, penghapus
b. Media : Slide power point, gambar berwarna, format materi pengajaran

VII. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

No Waktu Rencana Kegiatan Dosen Kegiatan mahasiswa


1 10 menit Pembukaan
- Memberikan salam - Mahasiswa
menjawab salam
- Mahasiswa
- Perkenalan mendengarkan dan
memperhatikan

- Menjelaskan TIU dan


TIK
- Menyebutkan materi
yang akan
disampaikan
- Memberikan
gambaran dampak
katarak dari berbagai
bidang dan peran
perawat dalam
penanggulangannya
2 25 Menit Pelaksanaan

Menanyakan (review) kepada


Mahasiswa menjawab
mahasiswa tentang pengertian
sesuai dengan pemahaman
katarak
mereka
Menjelaskan materi :

1. Menjelaskan
pengertian katarak
Mahasiswa mendengarkan
2. Menjelaskan
dan bertanya
penyebab katarak
3. Menjelaskan
perjalanan penyakit
katarak
4. Menjelaskan tanda
dan gejala katarak
5. Bertanya kepada
mahasiswa
6. Menjelaskan
pemeriksaan penunjang
katarak
7. Menjelaskan
pengobatan katarak
8. Menjelaskan
pencegahan katarak
9. Memberikan
kesempatan kepada
mahasiswa yang kurang
jelas untuk bertanya
10. Memberikan reward
jika jawaban benar dan
meluruskan pertanyaan
yang masih kurang tepat
11. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan

3 8 menit Evaluasi
Mahasiswa menjawab
Bertanya kepada mahasiswa
pertanyaan pengajar

Mahasiswa mendengarkan
Memberikan reinforcement
dan memperhatikan
positif dan meluruskan
jawaban yang kurang tepat

4 2 menit Penutup
Mahasiswa mendengarkan
Memberikan salam
dan menjawab salam

VIII. Sumber /Referensi

1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I


Made Kariasa. Jakarta . EGC

2. Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

IX. Evaluasi

Pertanyaan lisan dalam bentuk Essay

1. Jelaskan pengertian katarak

2. Jelaskan perjalanan penyakit katarak

3. Sebutkan 4 tanda dan gejala katarak


LAMPIRAN MATERI

A. DEFINISI
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat
air terjun.

Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak
senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi
bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan
keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.

Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur
pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa
walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

B. ETIOLOGI
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
2. Trauma
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik (DM)
5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus
prenatal, seperti German Measles )

C. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .
Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti
kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV,
obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama.

D. TANDA DAN GEJALA


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam
akan tampak abu-abu atau putih.
1. Visus menurun, berlangsung lambat sampai cepat tergantung proses kekeruhannya
2. Pada katarak tipe nucleus, penglihatan menjadi lebih terang pada waktu senja
dibanding pada waktu siang hari
3. Pada katarak tipe kortek, sebaliknya
4. Terlihat bintik-bintik hitam pada suatu lapang pandang pada posisi tertentu ( pada
stadium insipien )
5. Diplopia atau poliplopia ( pengaruh pembiasan yang ireguler dari lensa mata )
6. Myopia, sebagai proses pembentukan katarak dimana lensa mengabsorpsi air sekitar
lensa sehingga lensa menjadi cembung.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

F. PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan ;

1. Ekstraksi katarak intrakapsuler


Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler


Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.

X. Daftar Pustaka

1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I


Made Kariasa. Jakarta . EGC

2. Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai