A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, Peserta dapat memahami dan bisa mengetahui kelainan
refraksi.
B. Materi (terlampir)
1. Definisi kelainan refraksi
2. Macam-macam kelainan refraksi
3. Penatalaksanaan pada gangguan refraksi
4. Tips menjaga kesehatan mata
C. Media
1. LCD
2. Laptop
3. Leaflet
D. Metode
1. Penyampaian materi
2. Tanya Jawab
3. Setting tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan perawat
E. Pengorganisasian
Rincian tugas
1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
2. Moderator
a. Membuka dan menutup acara penyuluhan .
b. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan.
c. Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan.
d. Menyerahkan penjelasan penyuluhan kepada presenter.
e. Mengarahkan jalannya diskusi.
f. Memeberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
g. Menyimpulkan kegiatan.
3. Penyaji
Memberikan penyuluhan sesuai topik yang akan disajikan dengan jelas.
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif dalam penyuluhan.
b. Memfasilitasi dalam kegiatan.
5. Observer
Mengamati jalannya acara, dari awal sampai dengan selesai.
6. Notulen
a. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung.
Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.
F. Kegiatan penyuluhan
NO Waktu Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan audience Media
1 12.00- Pendahuluan Memberikan salam, Menjawabsalam Laptop,
12.05 (pembukaan) Pekenalan Mendengarkan LCD,
WITA Kontrak waktu Menyetujui Leaflet.
Menjelaskan Memperhatikan
tujuanPenyuluhan
2 12.05- Pelaksanaan Definisi kelainan refraksi Mendengarkan Laptop,
12.25 Macam-macam kelainan Materi LCD,
WITA refraksi Penyuluhan Leaflet
Penatalaksanaan pada
gangguan refraksi
Tips menjaga kesehatan
mata
3 12.25- Evaluasi Memberikan pertanyaan Bertanya danmenjawabpertanyaan Laptop,
12.29 LCD,
WITA Leaflet
Memberikan feedback
I. EVALUASI
Evaluasi Proses
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama acara berlangsung
3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar
EvaluasiHasil
Lebih dari 75% dari Sasaran mampu menjawab pertannyan yang diajukan oleh penyaji.
KELAINAN REFRAKSI
A. DEFINISI
Refraksi mata adalah pembiasan sinar-sinar di dalam mata, dimana mata dalam keadaaan
istirahat. Gangguan refraksi mata adalah suatau keadaan dimana penglihatan terganggu, Pada
kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optic pada mata sehingga menghasilkan
bayangan yang kabur. Seseorang yang memiliki kelainan refraktif dapat merasakan bahwa
penglihatan nya menjadi kabur.
3. ASTIGMATISMA
Kelainan mata ini dengan di sebut juga mata silinder. Pada kelainan astigmat penderita akan
mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk melihat obyek akan terjadi bayangan ganda jika
melihat dengan mata satu ( diplopia ), adapun keluhan yang lainnya kadang disertai pusing dan
tidak nyaman ketika melihat obyek. Kelainan astigmatdapat dialami oleh anak-anak, orang
dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Etiologi astigmatisme adalah Bentuk kornea yang oval
seperti telur, dapat juga diturunkan atau terjadi sejak lahir.
Tanda dan gejala:
a) Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik
b) kadang penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat
c) melihat ganda dengan satu atau kedua mata
d) melihat benda yang bulat menjadi lonjong
e) bentuk benda yang dilihat berubah
f) sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah
4. PRESBIOPIA
Presbiopia, yang biasa juga disebut penglihatan tua (presby = old = tua; opia = vision
= penglihatan) merupakan keadaan normal sehubungan dengan usia, di mana kemampuan
akomodasi seseorang telah mengalami penurunan sehingga sampai pada tahap di
mana penglihatan pada jarak dekat menjadi kurang jelas dan terjadi pada orang yang telah lanjut
usia (diatas 40 tahun). Presbiopia adalah merupakan bagian dari proses penuaan yang secara
alamiah dialami oleh semua orang.
a) Kesulitan membaca dekat
b) Menjauhkan objek yang dibaca
c) Mata lelah, berair dan sering merasa pedas
d) sulit dalam membaca (biasanya para orang tua akan menjauhkan kertas yang dibacanya untuk
memperjelas penglihatan).
C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan refraksi menurut Satino, Ariani dan Lestari (2000).
1. Non bedah.
Gangguan refraksi harus diperbaiki agar cahaya adapat terfokus pada retina. Perbaikan ini dapat
menggunakan sebuah lensa. jenis lensa yang digunakan tergantung dari jenis kelainan refraksi.
a. Myopia menggunakan lencsa konkaf atau negatif.
b. Hipermetropia menggunakan lensa konveks atau positif.
c. Presbiopia dapat menggunakan lensa konveks tetapi jika pasien tidak dapat melihat jarak jauh,
menggunakan lensa konkaf konveks atau lensa ganda.
d. Astigmatisma menggunakan lensa silinder.
Lensa tersebut dapat digunakan dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak.
1) Kaca mata.
Keuntungan :
a) Mudah dugunakan
b) Harganya lebih murah dan tahan lama.
Kerugian :
a) Perubahan penampilan fisik
b) Beratnya frame pada hidung dan penurunan penglihatan periperal karena penglihatan dapat
menjadi baik jika pasien melihat melalui pusat lensa.
2) Contact lense atau lensa kontak.
Merupakan diskus atau cakram bulat dari plastik yang di design untuk mengistirahatkan kornea
mata dan dipasang dibawah mata. Contak lense dipasang sesuai dengan ukuran, bentuk kornea
dan kekuatan refraksi atau pembiasan yang diinginkan.
Kerugian :
a) Sulit dalam perawatan.
b) Harga lebih mahal.
c) Ada jangka waktu pemakaian ( tidak tahan lama ).
Keuntungan :
a) Model lebih simple.
b) Tidak menimbulkan gangguan penampilan peran.
c) Bisa berfungsi sebagai estetika.
2. Bedah
a. Keratotomi Radial & Keratotomi Astigmatik
Keratotomi adalah suatu prosedur pembedahan yang digunakan untuk mengatasi miopia
dan astigmata. Pada keratotomi radial (KR), dibuat sayatan radial (jari-jari roda) pada kornea,
biasanya sebanyak 4-8 sayatan. Keratotomi astigmatik (KA) digunakan untuk memperbaiki
astigmata alami dan astigmata setelah pembedahan katarak atau pencangkokan kornea. Pada
keratotomi astigmatik dibuat sayatan melengkung.
Karena kornea hanya memiliki ketebalan 0,5 mm, maka kedalaman sayatan harus
ditentukan secara tepat. Lokasi sayatan ditentukan setelah dilakukan analisa terhadap bentuk
kornea dan ketajaman penglihatan penderita.
Pembedahan bertujuan mendatarkan kornea, sehingga kornea bisa lebih memfokuskan
cahaya yang masuk ke retina. Dengan pembedahan ini penglihatan penderita menjadi lebih baik
dan sekitar 90% penderita yang menjalani pembedahan bisa mengemudi tanpa bantuan kacamata
maupun lensa kontak.
9. Rajin olahraga
DAFTAR PUSTAKA