Anda di halaman 1dari 10

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Pencegahan dan Penatalaksanaan Katarak


Pokok Bahasan : Katarak
Sasaran : lansia
Tempat : Rumah kediaman sasaran
Waktu : 20 menit
Hari, tanggal : Sabtu,18 Desember 2021
Penyaji : putri suci wahyuni
.

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan tentang pencegahan primer, sekunder dan tersier
pada diharapkan peserta penyuluhan dapat memahami penyakit katarak.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali pengertian dari Katarak
2. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan penyebab dari Katarak
3. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala dari Katarak
4. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan pencegahan primer, sekunder dan
tersier dari Katarak

C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 5 menit
3. Tanya jawab : 5 meni

[AUTHOR NAME] 1
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

4. Penutup : 5 menit

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 5 menit
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Penyampaia Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 10 menit
n Materi 1. Pengertian penyakit
Katarak 2. Menanyakan
2. Penyebab Katarak materi yang
3. Gejala dan tanda Katarak belum
4. Cara pencegahan primer, dimengerti
sekunder dan tersier dari
Katarak
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya 5 menit
2. Menarik kesimpulan pertanyaan jawab
3. Menyampaikan hasil (diskusi)
Evaluasi 2. Menjawab
4. Menutup penyuluhan salam
(salam)

D. Setting Tempat

B A Keterangan :

A = Penyaji

D D B = Pembawa Acara
C
C = Peserta
D ( Terlampir)
E. Garis Besar Materi D = Fasilitator

[AUTHOR NAME] 2
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

1. Pengertian penyakit Katarak


2. Penyebab Katarak
3. Gejala dan tanda Katarak
4. Cara pencegahan primer, sekunder dan tersier Katarak

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (power point)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan ( 20 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
b) Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian penyakit Katarak,
penyebab Katarak, gejala dan tanda Katarak, dan cara pencegahan
primer, sekunder dan tersier Katarak.

H. Lampiran
- Materi Lengkap

G. Referensi :
Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi.
Jakarta : Erlangga
Smeltzer, Suzzanne C & Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC

KATARAK

[AUTHOR NAME] 3
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

A. DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya (Ilyas, 2010). Lima puluh satu persen (51%) kebutaan diakibatkan oleh
katarak(WHO,2012). Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering
ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia
lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.

B. FAKTOR RESIKO
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan
jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan
pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan
seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat
Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari (Sirlan F, 2000).
1. Usia
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Dengan
meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat
lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan
ini akan berkembang dengan bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak
meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia >65 tahun (Pollreisz dan
Schmidt, 2010).
2. Jenis Kelamin
Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini diindikasikan
sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak lebih banyak
dibandingkan laki-laki (WHO, 2012)
3. Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan
kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga akan meningkatkan
kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan masuk ke lensa melalui
difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi sorbitol oleh enzim aldose
reduktase melalui jalur poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa.
Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol menyebabkan perubahan osmotic
sehingga air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan pembengkakkan serabut lensa.
Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa akumulasi poliol intraseluler

[AUTHOR NAME] 4
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

menyebabkan kolaps dan likuifaksi(pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi


pembentukan kekeruhan pada lensa (Pollreisz dan Schmidt, 2010).

C. PATOGENESIS
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang tua.
Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya dimengerti.
Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada selsel yang dibuang.
Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan
akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara
konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa mengalami
penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-
molecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada
index refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan
kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga
seiring berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang
seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain
itu, terjadi penurunan konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya
konsentrasi Natrium dan Kalsium.

D. TIPE KATARAK SENILIS


1. Katarak Nuklear
Dalam tingkatan tertentu sklerosis dan penguningan nuklear dianggap normal
setelah usia pertengahan. Pada umumnya, kondisi ini hanya sedikit mengganggu
fungsi penglihatan. Jumlah sklerosis dan penguningan yang berlebihan disebut
katarak nuklear, yang menyebabkan opasitas sentral. Tingkat sklerosis, penguningan
dan opasifikasi dinilai dengan menggunakan biomikroskop slit-lamp dan
pemeriksaan reflex merah dengan pupil dilatasi.

Katarak nuklear cenderung berkembang dengan lambat. Sebagian besar


katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik. Cirri khas dari katarak nuklear
adalah membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata, keadaan inilah yang disebut
sebagai “penglihatan kedua”. Ini merupakan akibat meningkatnya kekuatan focus
lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke myopia (penglihatan dekat).
Kadang-kadang, perubahan mendadak indeks refraksi antara nukleus sklerotik dan
korteks lensa dapat menyebabkan monocular diplopia . Penguningan lensa yang

[AUTHOR NAME] 5
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

progresif menyebabkan diskriminasi warna yang buruk. Pada kasus yang sudah
lanjut, nukleusnlensa menjadi opak dan coklat dan disebut katarak nuklear
brunescent. Secara histopatologi, karakteristik katarak nuklearis adalah homogenitas
nukleus lensa dengan hilangnya lapisan tipis seluler.

2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis katarak
yang paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada bagian nukleus
sehingga lebih mudah terjadi overhidrasi akibat ketidakseimbangan elektrolit yang
mengganggu serabut korteks lensa sehingga terbentuk osifikasi kortikal, yang
ditunjukkan pada diabetes dan galaktosemia (Fong, 2008). Perubahan hidrasi serat
lensa menyebabkan terbentuknya celahcelah dalam pola radial disekeliling daerah
ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan
fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan
sumbu penglihatan (Harper et al,2010). Gejala yang sering ditemukan adalah
penderita merasa silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu
sumber cahaya di malam hari (Rosenfeld et al, 2007).

Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan


gambaran vakuola, degenerasi hiropik serabut lensa, serta pemisahan lamella kortek
anterior atau posterior oleh air. Kekeruhan putih seperti baji terlihat di perifer lensa
dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat
menggunakan retroiluminasi. Secara histopatologi, karakteristik dari katarak kortikal
adalah adanya pembengkakan hidrofik serabut lensa. Globula Morgagni (globules-
globulus material eosinofilik) dapat diamati di dalam celah antara serabut lensa
(Rosenfeld et al, 2007).

3. Katarak Subkapsularis Posterior


Katarak subkapsularis posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral (Harper et al,2010). Katarak ini biasanya didapatkan pada
penderita dengan usia yang lebih muda dibanding kedua jenis katarak yang lain.
Gejalanya antara lain adalah fotofobia dan penglihatan yang buruk saat mata
berakomodasi atau diberikan miotikum. Ini dikarenakan ketika pupil konstriksi saat
berakomodasi, cahaya yang masuk ke mata menjadi terfokus ke sentral, dimana
terdapat katarak subkapsularis posterior, menyebabkan cahay menyebar dan
mengganggu kemampuan mata untuk memfokuskan pada makula (Rosenfeld et al,
2007).

[AUTHOR NAME] 6
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

Deteksi katarak subkapsularis posterior paling baik menggunakan


biomikroskop slitlamp pada mata yang telah ditetesi midriatikum. Pasda awal
pembentukan katarakakan ditemukan gambaran kecerahan mengkilap seperti pelangi
yang halus pada lapisan korteks posterior. Sedangkan pada tahap akhir terbentuk
kekeruhan granular dan kekeruhan seperti plak di kortek subkapsular posterior
(Rosenfeld et al, 2007). Kekeruhan lensa di sini dapat timbul akibat trauma,
penggunaan kortikosteroid (topical atau sistemik), peradangan atau pajanan radiasi
pengion (Harper et al, 2010).

Gambar 2. Tipe Katarak Senilis. A (katarak nuklear), B (katarak kortikal), C


(katarak subkapsularis posterior)

E. STADIUM KATARAK SENILIS


1. KATARAK INSIPIEN
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
1. Katarak kortikal : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

2. Katarak subkapsular posterior : kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular


posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda Morgagni)
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama (Ilyas, 2010).

2. KATARAK IMATUR
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningktnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.

[AUTHOR NAME] 7
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif (Ilyas, 2010).
4. Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

F. PENATALAKSANAAN KATARAK
Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan diseluruh
dunia, karena merupakan modalitas utama terapi katarak. Tujuan dilakukan operasi
katarak adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup
pasien (Purnaningrum, 2014). Indikasi utama operasi katarak paling umum adalah
keinginan pasien sendiri untuk memperbaiki fungsi penglihatannya. Indikasi
dilakukan tatalaksana bedah untuk katarak tidak berdarakan visual acuity tertentu
melaiankan berdasarkan tingkat gangguan visual terhadap aktivitas sehari-hari
(Rosenfeld, 2007). Misalnya jika katarak masih imatur dengan visus 6/24 namun
pasien adalah seorang polisi dan sangat terganggu maka bisa dilakukan operasi. Jika
katarak sudah matur namun pasien tidak merasa tidak terganggu berarti tidak perlu
dilakukan bedah. Namun jika katarak mencapai hipermatur dapat meningkatkan
resiko terjadinya glaukoma dan uveitis. Indikasi medis untuk bedah katarak adalah
galukoma fakolitik, glaucoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa
ke bilik anterior (Rosenfeld, 2007).

Bedah katarak telah mengalami perubahan dramatis selama 30 tahun


terakhir ini. Perbaikan terus berlanjut dengan peralatan otomatis dan berbagai

[AUTHOR NAME] 8
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

modifikasi lensa intraocular yang memungkinkan dilakukannya operasi melalui


insisi kecil. Metode operasi yang digunakan sekarang adalah ekstraksi katarak
intrakapsular (EKIK), ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), dan
fakoemulsifikasi (Harper et al, 2010).

Penatalaksanaan sesudah operasi adalah:


1. Pembatasan aktivitas
2. Diperbolehkan menonton televisi; membaca bila perlu, namun jangan
terlalu lama
3. Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
4. Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau
pancuran
5. Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan
sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut
6. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari;
mengenakan kacamata pada siang hari
7. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring tidak boleh telengkup
8. Aktivitas dengan duduk
9. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
10. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai

Hal-hal yang harus dihindari paling tidak selama 1 minggu adalah:


1. Tidur pd sisi yg sakit
2. Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup
3. Mengejan saat defekasi
4. Memakai sabun mendekati mata
5. Mengangkat benda yg lebih dari 7 Kg
6. Hubungan seks
7. Mengendarai kendaraan
8. Batuk, bersin, dan muntah
9. Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan
punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai

G. PENCEGAHAN KATARAK

[AUTHOR NAME] 9
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak

1. Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari


faktor faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
2. Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang
hari bisa mengurangi  jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
3. Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
4. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit
E

[AUTHOR NAME] 10

Anda mungkin juga menyukai