C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 5 menit
3. Tanya jawab : 5 meni
[AUTHOR NAME] 1
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
4. Penutup : 5 menit
D. Setting Tempat
B A Keterangan :
A = Penyaji
D D B = Pembawa Acara
C
C = Peserta
D ( Terlampir)
E. Garis Besar Materi D = Fasilitator
[AUTHOR NAME] 2
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (power point)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan ( 20 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
b) Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian penyakit Katarak,
penyebab Katarak, gejala dan tanda Katarak, dan cara pencegahan
primer, sekunder dan tersier Katarak.
H. Lampiran
- Materi Lengkap
G. Referensi :
Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi.
Jakarta : Erlangga
Smeltzer, Suzzanne C & Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC
KATARAK
[AUTHOR NAME] 3
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
A. DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya (Ilyas, 2010). Lima puluh satu persen (51%) kebutaan diakibatkan oleh
katarak(WHO,2012). Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering
ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia
lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.
B. FAKTOR RESIKO
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan
jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan
pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan
seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat
Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari (Sirlan F, 2000).
1. Usia
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Dengan
meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat
lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan
ini akan berkembang dengan bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak
meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia >65 tahun (Pollreisz dan
Schmidt, 2010).
2. Jenis Kelamin
Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini diindikasikan
sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak lebih banyak
dibandingkan laki-laki (WHO, 2012)
3. Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan
kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga akan meningkatkan
kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan masuk ke lensa melalui
difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi sorbitol oleh enzim aldose
reduktase melalui jalur poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa.
Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol menyebabkan perubahan osmotic
sehingga air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan pembengkakkan serabut lensa.
Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa akumulasi poliol intraseluler
[AUTHOR NAME] 4
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
C. PATOGENESIS
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang tua.
Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya dimengerti.
Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada selsel yang dibuang.
Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan
akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara
konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa mengalami
penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-
molecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada
index refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan
kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga
seiring berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang
seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain
itu, terjadi penurunan konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya
konsentrasi Natrium dan Kalsium.
[AUTHOR NAME] 5
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
progresif menyebabkan diskriminasi warna yang buruk. Pada kasus yang sudah
lanjut, nukleusnlensa menjadi opak dan coklat dan disebut katarak nuklear
brunescent. Secara histopatologi, karakteristik katarak nuklearis adalah homogenitas
nukleus lensa dengan hilangnya lapisan tipis seluler.
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis katarak
yang paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada bagian nukleus
sehingga lebih mudah terjadi overhidrasi akibat ketidakseimbangan elektrolit yang
mengganggu serabut korteks lensa sehingga terbentuk osifikasi kortikal, yang
ditunjukkan pada diabetes dan galaktosemia (Fong, 2008). Perubahan hidrasi serat
lensa menyebabkan terbentuknya celahcelah dalam pola radial disekeliling daerah
ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan
fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan
sumbu penglihatan (Harper et al,2010). Gejala yang sering ditemukan adalah
penderita merasa silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu
sumber cahaya di malam hari (Rosenfeld et al, 2007).
[AUTHOR NAME] 6
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
2. KATARAK IMATUR
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
lensa akibat meningktnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.
[AUTHOR NAME] 7
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif (Ilyas, 2010).
4. Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
F. PENATALAKSANAAN KATARAK
Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan diseluruh
dunia, karena merupakan modalitas utama terapi katarak. Tujuan dilakukan operasi
katarak adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup
pasien (Purnaningrum, 2014). Indikasi utama operasi katarak paling umum adalah
keinginan pasien sendiri untuk memperbaiki fungsi penglihatannya. Indikasi
dilakukan tatalaksana bedah untuk katarak tidak berdarakan visual acuity tertentu
melaiankan berdasarkan tingkat gangguan visual terhadap aktivitas sehari-hari
(Rosenfeld, 2007). Misalnya jika katarak masih imatur dengan visus 6/24 namun
pasien adalah seorang polisi dan sangat terganggu maka bisa dilakukan operasi. Jika
katarak sudah matur namun pasien tidak merasa tidak terganggu berarti tidak perlu
dilakukan bedah. Namun jika katarak mencapai hipermatur dapat meningkatkan
resiko terjadinya glaukoma dan uveitis. Indikasi medis untuk bedah katarak adalah
galukoma fakolitik, glaucoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa
ke bilik anterior (Rosenfeld, 2007).
[AUTHOR NAME] 8
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
G. PENCEGAHAN KATARAK
[AUTHOR NAME] 9
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Katarak
[AUTHOR NAME] 10