DISUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan dan
penyempitan (Lyndon, 2014). Arteri yang mensuplai miokardium mengalami
gangguan, sehingga jantung tidak mampu untuk memompa sejumlah darah
secara efektif untuk memenuhi perfusi darah ke organ vital dan jaringan
perifer secara adekuat. Pada saat oksigenisasi dan perfusi mengalami
gangguan, pasien akan terancam kematian. Kedua jenis penyakit jantung
koroner tersebut melibatkan arteri yang bertugas mensuplai darah, oksigen
dan nutrisi ke otot jantung. Saat aliran yang melewati arteri koronaria tertutup
sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa terjadi iskemia atau infark pada otot
jantung ( Ignatavicius & Workman, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di dunia.
Tahun 2010 penyakit jantung koroner mengakibatkan kematian pada pria
sebanyak 13,1 %, di prediksi tahun 2020 menjadi 14,3 % dan 14,9% pada
tahun 2030. Untuk wanita kematian akibat penyakit jantung koroner pada
tahun 2010 mencapai 13,6%, dan diprediksi pada tahun 2020 mencapai jadi
13,9% dan 14,1% pada tahun 2030 (Rilantono, 2012).
Diantara penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung coroner merupakan
penyebab utama kematian, kecacatan, penderitaan dan kerugian materi, serta
menyebabkan keterbatasan fisik dan sosial yang memerlukan penataan
kehidupan pasen, komplikasi – komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
jantung koroner tidak hanya masalah bagi pasien tapi juga pada keluarga. Jika
pasien bertahan dalam serangan pertama, masalah berikutnya kemungkinan
peningkatan serangan akan lebih besar lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan
pencegahan agar tidak terjadi serangan berulang dan terjadi komplikasi,
proses penyembuhan bisa lebih cepat lagi dan meningkatkan kualitas hidup,
pencegahan dilakukan dalam bentuk pencegahan sekunder (Vandanjani,
2013).
Menurut WHO (2007) upaya pencegahan sekunder PJK terdiri dari
perubahan gaya hidup dan medikamentosa. Perubahan gaya hidup meliputi
penghentian merokok, perubahan pola makan, pengontrolan berat badan,
aktivitas fisik, dan kurangi konsumsi minuman beralkohol. Tindakan
medikamentosa terdiri dari pemberian obat antihipertensi, obat menurunkan
kadar kolesterol, antiplatelet / antikoagulan, beta bloker, obat menurunkan
gula darah. Untuk itu pencegahan sekunder sangat diperlukan walaupun
pasien telah mendapat penanganan medis terlebih dahulu.
Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap tindakan pencegahan
sekunder penyakit jantung koroner adalah dukungan keluarga, Menurut
Tziallas (2010), seseorang yang mengalami infark miokard yang
dikategorikan sebagai penyakit yang berat, dapat mempengaruhi sistem
keluarga secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh peran keluarga yang
berubah karena ada anggota keluarga yang sakit.Pada saat pasien PJK harus
menjalani program rehabilitasi jantung, keluarga memainkan peran yang
dominan. Menurut Indrawati (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
pengetahuan, sikap, persepsi diri, motivasi, dan dukungan keluarga
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terlaksananya perilaku sehat
salah satunya tindakan pencegahan sekunder penyakit jantung koroner.
Oleh karena itu kami mahasiswa Program Study Spesialis KMB fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar ingin memberikan
penyuluhan kepada keluarga pasien di ruang tunggu Chat Lab PJT mengenai
pengertian hingga pencegahan dari Penyakit Jantung Koroner.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang penyakit jantung koroner,
diharapkan keluarga pasien mampu mengerti, memahami mengenai
penyakit jantung koroner, dan menyadari untuk menjaga kesehatannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama satu kali pertemuan diharapkan:
a. Keluarga pasien dapat menjelaskan pengertian PJK.
b. Keluarga pasien dapat menyebutkan faktor resiko PJK.
c. Keluarga pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala PJK.
d. Keluarga pasien dapat menyebutkan komplikasi dari PJK
e. Keluarga pasien dapat menyebutkan pencegahan PJK.
.
C. Sasaran
Klien dan keluarga di ruang Chat Lab PJT
D. Materi
(Terlampir)
E. Metode
F. Media
Leaflet
G. Strategi Pelaksanaan
1. Waktu: 30 menit
2. Tempat : Ruang Tunggu Chat Lab PJT
H. Susunan Acara
I. Setting Tempat
Keterangan:
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
Pengorga
1. Moderator : Aswedi
2. Pemateri : Khoirul anam
3. Fasilitator : Syahrul Ningrat, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB
Syahrani Said, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KV
4. Observer : Olivia
J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP :
Siap
b. Kesiapan tempat :
d. Kesiapan penyuluh :
A. Pengertian
Penyakit jantung koroner atau PJK adalah penyakit jantung akibat
penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner (Gomar,
2016). Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang
menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut
dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Ariaty, 2017).
Penyakit jantung koroner terjadi akibat aterosklerosis dan kerusakan
lapisan dinding arteri bagian dalam. Aterosklerosis merupakan penyempitan
pembuluh darah akibat pembentukan plak (timbunan lemak) di arteri.
Pembentukan plak terjadi selama bertahun-tahun, bahkan bisa sejak masa
kanak-kanak. Meskipun penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui,
namun kondisi hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, proses penuaan dan
adanya faktor risiko dapat menyebabkan kerusakan lapisan arteri bagian
dalam sehingga plak mudah menempel. Aterosklerosis akan menyebabkan
arteri menjadi keras dan semakin sempit. Kerusakan pada arteri juga akan
menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah. Secara normal,
pembuluh darah dapat melebar ketika seseorang sedang aktif secara fisik,
namun ketika mengalami kerusakan maka ukuran pembuluh darah tidak akan
berubah, bahkan justru menyempit. Plak yang sudah menumpuk juga dapat
luruh dan menyebabkan sumbatan pada arteri.
Istilah yang digunakan untuk penyakit ini beragam meliputi ; penyakit
aterosklerosis jantung, penyakit jantung koroner, ischemic heart disease, da
n coronary artery disease. apapun namanya istilah – istilah tersebut
merupakan sinonim yang digunakan untuk menjelaskan proses penyakit.
B. Faktor – Faktor Resiko PJK
Menurut American Heart Association’s Faktor risiko PJK dibagi
menjadi faktor risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor kemudian dibagi
menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable risk factor),
dan yang dapat diubah(modifiable risk factor).
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Keturunan
Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan
penyakit jantung.
b. Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit
jantung koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari
45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun.
c. Jenis kelamin
Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita.
Namun demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat
pada wanita pasca menopause.
2. Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Merokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner.
Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat
membebani kerja jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih
cepat. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan darah.
Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri
jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko
terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi
dibanding orang yang tidak merokok
E. Pencegahan
Pencegahan Primer:
1. Periksa tekanan darah dengan teratur, olahraga teratur, diet rendah garam
dan kalori, jika perlu dengan obat-obatan secara teratur.
2. Kencing manis : periksa gula darah dengan teratur dan pertahankan
gula darah normal dengan diet, olahraga, jika perlu dengan obat-obatan.
3. Stop merokok.
4. Batasi/stop minuman yang mengandung alkohol.
5. Periksa profil lemak secara teratur, pertahankan profil lemak yang baik
dengan olahraga, diet rendah kalori dan garam, kontrol berat badan, jika
perlu dengan obat-obatan.
6. Hidup seimbang untuk mengimbangi kehidupan yang stress.
Pencegahan Sekunder:
1. Menghentikan mengurangi dari proses atherosklerosis dengan cara
mengendalikan dari faktor-faktor resiko
2. Latihan fisik sesuai dengan jantung penderita
3. Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal
4. Tidak merokok
5. Mengendalikan tekanan darah tinggi, diabetes millitus dan stress mental.
DAFTAR PUSTAKA
Ariaty, Geeta Maharani. 2017. Angka Mortalitas pada Pasien yang Menjalani
Bedah Pintas Koroner berdasar Usia, Jenis Kelamin, Left Ventricular
Ejection Fraction, Cross Clamp Time, Cardio Pulmonary Bypass Time, dan
Penyakit Penyerta. Jurnal Anestesi Perioperatif Vol. 5 no. 3 p-ISSN 2337-
7909; e-ISSN 2338-8463; file:///C:/Users/SONY/AppData/Local/Temp/12-
Article%20Text-19-1-10-20190525.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2021,
pukul 18.00 WITA.
Ignatavicius, D. D., & Workman, m. L. 2010. Medical -Surgical Nursing: Clients
–Centered Collaborative Care. Sixth Edition, 1 & 2 . Missouri: Saunders
Elsevier.