Anda di halaman 1dari 12

HEALTH EDUCATION

“PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)”


DI RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

Olivia Estrella Yana NIM : R015231001


Khoirul Anam NIM : R015231006
Aswedi Winardi NIM : R015231007

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR KLINIK

Syahrul Ningrat, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB Syahrani Said, S.Kep.,Ns.,M.Kep,Sp.KV

PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi : Bedah General


Topik : Penyakit jantung coroner (PJK)
Sub Topik : Penyakit jantung coroner (PJK)
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien Chat Lab
Hari/Tanggal : Kamis, 21 Desember 2023
Jam : 09.00 WITA
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang tunggu Chat Lab PJT

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan dan
penyempitan (Lyndon, 2014). Arteri yang mensuplai miokardium mengalami
gangguan, sehingga jantung tidak mampu untuk memompa sejumlah darah
secara efektif untuk memenuhi perfusi darah ke organ vital dan jaringan
perifer secara adekuat. Pada saat oksigenisasi dan perfusi mengalami
gangguan, pasien akan terancam kematian. Kedua jenis penyakit jantung
koroner tersebut melibatkan arteri yang bertugas mensuplai darah, oksigen
dan nutrisi ke otot jantung. Saat aliran yang melewati arteri koronaria tertutup
sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa terjadi iskemia atau infark pada otot
jantung ( Ignatavicius & Workman, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di dunia.
Tahun 2010 penyakit jantung koroner mengakibatkan kematian pada pria
sebanyak 13,1 %, di prediksi tahun 2020 menjadi 14,3 % dan 14,9% pada
tahun 2030. Untuk wanita kematian akibat penyakit jantung koroner pada
tahun 2010 mencapai 13,6%, dan diprediksi pada tahun 2020 mencapai jadi
13,9% dan 14,1% pada tahun 2030 (Rilantono, 2012).
Diantara penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung coroner merupakan
penyebab utama kematian, kecacatan, penderitaan dan kerugian materi, serta
menyebabkan keterbatasan fisik dan sosial yang memerlukan penataan
kehidupan pasen, komplikasi – komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
jantung koroner tidak hanya masalah bagi pasien tapi juga pada keluarga. Jika
pasien bertahan dalam serangan pertama, masalah berikutnya kemungkinan
peningkatan serangan akan lebih besar lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan
pencegahan agar tidak terjadi serangan berulang dan terjadi komplikasi,
proses penyembuhan bisa lebih cepat lagi dan meningkatkan kualitas hidup,
pencegahan dilakukan dalam bentuk pencegahan sekunder (Vandanjani,
2013).
Menurut WHO (2007) upaya pencegahan sekunder PJK terdiri dari
perubahan gaya hidup dan medikamentosa. Perubahan gaya hidup meliputi
penghentian merokok, perubahan pola makan, pengontrolan berat badan,
aktivitas fisik, dan kurangi konsumsi minuman beralkohol. Tindakan
medikamentosa terdiri dari pemberian obat antihipertensi, obat menurunkan
kadar kolesterol, antiplatelet / antikoagulan, beta bloker, obat menurunkan
gula darah. Untuk itu pencegahan sekunder sangat diperlukan walaupun
pasien telah mendapat penanganan medis terlebih dahulu.
Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap tindakan pencegahan
sekunder penyakit jantung koroner adalah dukungan keluarga, Menurut
Tziallas (2010), seseorang yang mengalami infark miokard yang
dikategorikan sebagai penyakit yang berat, dapat mempengaruhi sistem
keluarga secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh peran keluarga yang
berubah karena ada anggota keluarga yang sakit.Pada saat pasien PJK harus
menjalani program rehabilitasi jantung, keluarga memainkan peran yang
dominan. Menurut Indrawati (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
pengetahuan, sikap, persepsi diri, motivasi, dan dukungan keluarga
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terlaksananya perilaku sehat
salah satunya tindakan pencegahan sekunder penyakit jantung koroner.
Oleh karena itu kami mahasiswa Program Study Spesialis KMB fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar ingin memberikan
penyuluhan kepada keluarga pasien di ruang tunggu Chat Lab PJT mengenai
pengertian hingga pencegahan dari Penyakit Jantung Koroner.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang penyakit jantung koroner,
diharapkan keluarga pasien mampu mengerti, memahami mengenai
penyakit jantung koroner, dan menyadari untuk menjaga kesehatannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama satu kali pertemuan diharapkan:
a. Keluarga pasien dapat menjelaskan pengertian PJK.
b. Keluarga pasien dapat menyebutkan faktor resiko PJK.
c. Keluarga pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala PJK.
d. Keluarga pasien dapat menyebutkan komplikasi dari PJK
e. Keluarga pasien dapat menyebutkan pencegahan PJK.
.
C. Sasaran
Klien dan keluarga di ruang Chat Lab PJT

D. Materi
(Terlampir)
E. Metode

1. Ceramah 3. Tanya Jawab


2. Diskusi

F. Media
Leaflet
G. Strategi Pelaksanaan
1. Waktu: 30 menit
2. Tempat : Ruang Tunggu Chat Lab PJT
H. Susunan Acara

No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audience


1. 5 Menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai 1. Menjawab salam
penyuluhan dengan
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang 4. Memperhatikan
akan diberikan.
5. Membagikan leaflet. 5. Menerima dan
membaca
2. 10 Menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan tentang 1. Memperhatikan
pengertian PJK.
2. Menjelaskan tentang faktor 2. Memperhatikan
resiko PJK.
3. Menjelaskan tentang tanda 3. Memperhatikan
dan gejala PJK.
4. Menjelaskan tentang 4. Memperhatikan
komplikasi PJK
5. Menjelaskan tentang 5. Memperhatikan
pencegahan PJK.
6. Memberi kesempatan untuk 6. Bertanya dan
bertanya. mendengarkan
jawaban
3. 10 Menit Evaluasi :
1. Meminta audience 1. Menyebutkan
menyebutkan pengertian pengertian PJK.
PJK.
2. Meminta audience 2. Menyebutkan
menyebutkan faktor resiko faktor penyebab
PJK. PJK.
3. Meminta audience 3. Menyebutkan
menyebutkan tanda dan tanda dan gejala
gejala PJK. PJK.
4. Meminta audience 4. Menyebutkan
menyebutkan komplikasi pencegahan PJK.
PJK 5. Menyebutkan
5. Meminta audience makanan yang
menyebutkan pencegahan boleh dan tidak
PJK. boleh di konsumsi
penderita PJK.
4. 5 Menit Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih 1. Memperhatikan
atas perhatian yang
diberikan.
2. Mengucapkan salam 2. Membalas salam
penutup.

I. Setting Tempat

 

 


Keterangan:
: Pemateri
 : Moderator
 : Peserta
Pengorga

1. Moderator : Aswedi
2. Pemateri : Khoirul anam
3. Fasilitator : Syahrul Ningrat, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB
Syahrani Said, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KV
4. Observer : Olivia

J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan SAP :

Siap

b. Kesiapan tempat :

Penyuluhan dilaksanakan di Ruang Tunggu Chat Lab PJT


c. Kesiapan waktu :
Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 09.00 WITA selesai

d. Kesiapan penyuluh :

Penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa Program StudySpesialis


KMB
e. Kesiapan sasaran :
Sasaran ditujukan kepada pasien dan keluarga pasien di ruang tunggu
chat lab PJT
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama
penyuluhan berlangsung.
c. Peserta mengajukan pertanyaan.
d. Evaluasi terhadap peserta, penjelasan selama 5 menit.
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan.
LAMPIRAN
MATERI TEORI PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK)

A. Pengertian
Penyakit jantung koroner atau PJK adalah penyakit jantung akibat
penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner (Gomar,
2016). Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang
menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut
dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Ariaty, 2017).
Penyakit jantung koroner terjadi akibat aterosklerosis dan kerusakan
lapisan dinding arteri bagian dalam. Aterosklerosis merupakan penyempitan
pembuluh darah akibat pembentukan plak (timbunan lemak) di arteri.
Pembentukan plak terjadi selama bertahun-tahun, bahkan bisa sejak masa
kanak-kanak. Meskipun penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui,
namun kondisi hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, proses penuaan dan
adanya faktor risiko dapat menyebabkan kerusakan lapisan arteri bagian
dalam sehingga plak mudah menempel. Aterosklerosis akan menyebabkan
arteri menjadi keras dan semakin sempit. Kerusakan pada arteri juga akan
menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah. Secara normal,
pembuluh darah dapat melebar ketika seseorang sedang aktif secara fisik,
namun ketika mengalami kerusakan maka ukuran pembuluh darah tidak akan
berubah, bahkan justru menyempit. Plak yang sudah menumpuk juga dapat
luruh dan menyebabkan sumbatan pada arteri.
Istilah yang digunakan untuk penyakit ini beragam meliputi ; penyakit
aterosklerosis jantung, penyakit jantung koroner, ischemic heart disease, da
n coronary artery disease. apapun namanya istilah – istilah tersebut
merupakan sinonim yang digunakan untuk menjelaskan proses penyakit.
B. Faktor – Faktor Resiko PJK
Menurut American Heart Association’s Faktor risiko PJK dibagi
menjadi faktor risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor kemudian dibagi
menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable risk factor),
dan yang dapat diubah(modifiable risk factor).
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Keturunan
Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan
penyakit jantung.
b. Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit
jantung koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari
45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun.
c. Jenis kelamin
Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita.
Namun demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat
pada wanita pasca menopause.
2. Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Merokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner.
Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat
membebani kerja jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih
cepat. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan darah.
Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri
jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko
terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi
dibanding orang yang tidak merokok

b. Tinggi kolesterol dalam darah


Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting
bagi proses pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar
kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol
jahat (LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding arteri dan
memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL
yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan
bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar
LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL
akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit
jantung atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.
c. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus
bekerja lebih keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah
konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan darah
normal berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
d. Kurang aktifitas fisik
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit
jantung. Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol
dan gula darah, mencegah obesitas, serta membantu menurunkan
tekanan darah.
e. Obesitas
Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko
terserang penyakit jantung koroner.
f. Diabetes
Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan
menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat
lebih berisiko terserang penyakit jantung koroner.
C. Tanda dan Gejala
1. Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada, nyeri ini bisa menjalar ke
leher, rahang, bahu, dan tangan sisi kiri, punggung, perut sisi kiri (sering
dianggap maag). Nyeri ini ringan sampai dengan berat. Nyeri dada ini
disebut dengan “angina” yang dapat bertahan selama beberapa menit. Jika
plak belum menyumbat arteri koronaria secara total, maka angina akan
mereda dengan sendirinya. Jika angina bertahan terus-menerus, maka
segera bawa diri ke dokter.
2. Keringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah.
3. Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia), bahkan bisa
menyebabkan henti jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak
ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian.
D. Komplikasi
1. Angina.
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga
jantung tidak mendapatkan cukup darah.
2. Serangan jantung.
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat
penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot
jantung.
3. Gagal jantung.
Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
4. Gangguan irama jantung (aritmia).
Kurangnya suplai darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan
memengaruhi impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.

E. Pencegahan
Pencegahan Primer:
1. Periksa tekanan darah dengan teratur, olahraga teratur, diet rendah garam
dan kalori, jika perlu dengan obat-obatan secara teratur.
2. Kencing manis : periksa gula darah dengan teratur dan pertahankan
gula darah normal dengan diet, olahraga, jika perlu dengan obat-obatan.
3. Stop merokok.
4. Batasi/stop minuman yang mengandung alkohol.
5. Periksa profil lemak secara teratur, pertahankan profil lemak yang baik
dengan olahraga, diet rendah kalori dan garam, kontrol berat badan, jika
perlu dengan obat-obatan.
6. Hidup seimbang untuk mengimbangi kehidupan yang stress.
Pencegahan Sekunder:
1. Menghentikan mengurangi dari proses atherosklerosis dengan cara
mengendalikan dari faktor-faktor resiko
2. Latihan fisik sesuai dengan jantung penderita
3. Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal
4. Tidak merokok
5. Mengendalikan tekanan darah tinggi, diabetes millitus dan stress mental.
DAFTAR PUSTAKA

Ariaty, Geeta Maharani. 2017. Angka Mortalitas pada Pasien yang Menjalani
Bedah Pintas Koroner berdasar Usia, Jenis Kelamin, Left Ventricular
Ejection Fraction, Cross Clamp Time, Cardio Pulmonary Bypass Time, dan
Penyakit Penyerta. Jurnal Anestesi Perioperatif Vol. 5 no. 3 p-ISSN 2337-
7909; e-ISSN 2338-8463; file:///C:/Users/SONY/AppData/Local/Temp/12-
Article%20Text-19-1-10-20190525.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2021,
pukul 18.00 WITA.
Ignatavicius, D. D., & Workman, m. L. 2010. Medical -Surgical Nursing: Clients
–Centered Collaborative Care. Sixth Edition, 1 & 2 . Missouri: Saunders
Elsevier.

Rilantono, Lily. 2012. Rahasia Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Badan


Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tziallas,. K. 2010. Response of coronary heart disease risk factors to changes in
bodyfat during diet-induced weight reducation in Japanese obese men: A
pilotstudy.Annals of Nutrition& metabolism,56(1), 1-8. Diakses 20 Maret
2021 jam 19.00 WITA.
WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Pedoman Interim WHO. Alih Bahasa: Trust
Indonesia. Jakarta.
Indrawati, Lina. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Persepsi,
Motivasi,Dukungan Keluarga Dan Sumber Informasi Pasien penyakit
Jantung Koroner Dengan Tindakan pencegahan Sekunder Faktor
Risiko(Studi Kasus Di Rspad Gatot Soebroto Jakarta. Jurnal Ilmiah
WIDYA. Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober. ISSN2337-6686. e-
journal.jurwidyakop3.com. Diakses 20 Maret 2021 jam 19.10 WITA.

Anda mungkin juga menyukai