Anda di halaman 1dari 18

1

QUALITY IMPROVEMENT





Disusun oleh :
MUCHAMMAD FARID AZADIN NIM 010213A005
RETNO TRI HARTANTI NIM 010213A006
SINTA ANGGARIYANTI NIM 010213A007


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2014


2

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis telah
dapat menyelesaikan makalah dengan judul QUALITY IMPROVEMENT".
Meskipun penulis telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang diberikan akan penulis
sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi nilai tambah bagi penulis
dan semua yang memanfaatkannya.


Ungaran, 2014


Penulis

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5
A. Definisi .............................................................................................. 5
B. Pendekatan ......................................................................................... 6
C. Prinsip Pelaksanaan ........................................................................... 6
D. Total Quality Management ................................................................. 9
E. Audit ................................................................................................ 13
F. Quality Improvement and Patient Safety ......................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah era global yang ditandai dengan tingkat kompetisi yang makin tajam
dan perubahan lingkungan bisnis yang bergerak dengan cepat, pragmatis dan cenderung
tak terduga, mengharuskan setiap organisasi untuk selalu meningkatkan daya saingnya.
Selain itu tuntutan pelanggan juga makin kuat terhadap produk maupun jasa yang
bermutu, seiring dengan banyaknya alternatif barang dan jasa yang tersedia dan
meningkatkanya pengetahuan serta status sosial masyarakat.
Sektor jasa yang kini sedang berkembang dengan pesat adalah jasa kesehatan, di tengah
meningkatnya kesadaran masyarakat dalam memaknai kata sehat sebagai bagian dari
investasi mereka di masa depan. Organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan secara
ilmiah hampir memiliki prosedur kerja yang hampir sama . Artinya bahwa secara teknis
penanganan pasien dalam berbagai kondisi hampir terstandarkan dengan prosedur yang
sama. Oleh karenanya peningkatan mutu layanan kini bukan lagi pada mutu teknikal
semata yang merupakan bagian dari way to life pelayanan kesehatan, namun mengarah
pada bagaimana mengelola pelayanan kesehatan yang memiliki daya saing di mata
pengguna jasanya dengan memenuhi keinginannya (Kualitas).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk:
1. Memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen keperawatan
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang manajemen bagi para
mahasiswa.




5

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Manajemen mutu adalah suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau
budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan kepuasan
pelanggan dengan dukungan komitmen kepemimpinan, kebersamaan karyawan serta secara
lintas fungsional, menyeluruh terpadu dengan pendekatan system dan di sadari metode
ilmiah dan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
Quality Improvement adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis datakualitas,
serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan
tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Proses peningkatan mutu ( Quality
Improvement ) adalah mengidentifikasi indikator mutu dalam pelayanan, memonitor
indikator tersebut dan mengukur hasil dari indicator mutu tersebut yang tentunya mengarah
pada outcom, serta selalu berfokus dalam rangka peningkatan proses, sehinga tingkat mutu
dari hasil yang dicapai akan meningkat. Tentunya upaya peningkatan mutu ( Quality
Improvement ) dilakukan dengan terlebihdahulu diawali dari jaminan mutu (quality
assurance), kemudian mengarah pada peningkatan mutu yang proaktif. Hal penting yang
menjadi sebuah catatan adalah mutu yang rendah masih dapat kita tingkatkan bila kita
berkehendak untuk melakukannya dengan melakukan peningkatan mutu ( quality
improvement ). Peningkatan Sistem Manajemen Kualitas berdasarkan lebih menekankan
pada aspek peningkatan proses industri dengan menggunakan data kualitas yang
dikumpulkan menggunakan alat-alat analisis termasuk teknik-teknik statistika. Tidak
menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukanoleh manajemen industri ketika
menetapkan peningkatan terus-menerus agar memenuhi persyaratan dari klausul dalam tetapi
menuntut adanya bukti yang menunjukkan komitmen keterlibatan manajemen organisasi
melalui pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan kinerja proses terus-menerus dari
efektifitas Sistem Manajemen Kualitas.
Manajemen mutu mempunyai tiga unsur utama, yaitu sebagai berikut:
1. Strategi nilai pelanggan
6

Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan
barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk
memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan nilai
bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara penyampaian, pelayanan, dan
sebagainya.
2. Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini
mencakup tenaga kerja, material, mesin, metode operasi dan pelaksanaan kerja, aliran
proses kerja, arus informasi, dan pembuatan keputusan.
3. Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu
berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya
komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu, akan dapat
memuaskan pelanggan.

B. PENDEKATAN
Dasar menerapkan sistem manajemen mutu adalah pendekatan proses, sebelum memulai
pekerjaan kita harus merencanakan proses-proses apa yang harus dilakukan, termasuk
mempelajari dulu metoda yang akan digunakan, serta menetapkan bagaimana mutu yang
harus dicapai pada setelah proses dilaksanakan. Merencanakan proses-proses tersebut harus
ditulis atau digambar dengan jelas atau didokumentasikan, sehingga semua orang yang
terkait dengan pekerjaan tersebut dapat memahaminya dan konsisten melaksanakannya.

C. PERINSIP PELAKSANAAN
1. Customer Focused Organisation (fokus pada pelanggan)
Organisasi tergantung pada pelanggan, karena itu harus memahami kebutuhan
saat ini dan masa depan. Semua aktifitas perencanaan dan implementasi system semata
mata untuk memuaskan cutomer.
Pelaksanannya :
a. Teliti pahami kebutuhan dan harapan pelanggan.
b. Pastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
7

c. Komunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan keseluruh organisasi.
d. Ukur kepuasaan pelanggan lalu ambil; tindakan dari hasil pengukuran.
e. Kelola secara sistematis hubungan dengan pelanggan.

2. Leadership (kepemimpinan)
Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Mereka harus
menciptakan dan memelihara lingkungan internal di mana orang bisa sepenuhnya terlibat
dalam mencapai tujuan organisasi. Berfungsi sebagai dalam mengawal implemetasi
system bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam satu komando dengan
komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada setiap element organisasi.
Pelaksanannya :
a. Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan termasuk pelanggan.
b. Tetapkan dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang mengerti tujuan.
c. Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan.
d. Ciptakan dan sokong nilai nilai kebersamaan, kejujuran, dan model tugas etis pada
semua level organisasi.
e. Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap kontribusi setiap orang

3. Involvement of People (Keterlibatan Sumber Daya Manusia )
Orang-orang di semua tingkatan adalah inti dari suatu organisasi dan keterlibatan
mereka yang penuh memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat
organisasi.
Pelaksanannya :
a. Upayakan setiap orang memahami pentingnya kontribusi dan peran mereka.
b. Upayakan setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung jawab
mereka.
c. Upayakan setiap orang mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi untuk
melaksanakannya.
d. Fasilitasi agar orang bebas berbagi pengetahuan/pengalaman dan berinovasi.
e. Budayakan agar setiap orang secara terbuka mendiskusikan permasalahannya.

8

4. Process Approach ( Pendekatan Proses )
Hasil keinginan tercapai lebih efisien bila sumber daya terkait dan kegiatan
dikelola sebagai suatu proses.
Pelaksanannya :
a. Secara sistematis menentukan aktivitas aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
b. Menganalisa dan mengukur kapailibitas aktivitas aktivitas.
c. Upaya akan agar proses lebih singkat dan efektif dan tidak berbelit belit.

5. System Approach to Management ( Pendekatan Sistem Manajemen )
Mengidentifikasi, memahami dan mengelola sistem proses yang saling terkait
untuk tujuan tertentu meningkatkan efektivitas organisasi dan efisiensi. Implementasi
sistem ini mengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan (manajemen) proses bukan
sekedar menghilangkan masalah. Pola pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara
dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan melakukan improvement untuk
menghilangkan potensimasalah.
Pelaksanannya :
a. Penyusunan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan telah efektif dan
efisien.
b. Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses pada sistem.
c. Memberi pemahaman terbaik tugas tugas / tanggung jawab yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan bersama, serta mengurangi hambatan lintas fungsional.
d. Menargetkan dan menentukan bagaimana aktivitas khusus dalam suatu sistem akan
beroperasi.

6. Continuous Improvement ( Perbaikan Yang Kontinu )
Perbaikan terus-menerus harus menjadi tujuan tetap dari organisasi.
Pelaksanannya :
a. Laksanakan secara konsisten pendekatan organisasi untuk kontinuitas perbaikan
performasi.
b. Laksanakan perbaikan yang kontinu pada produk, proses dan sasaran sistem.
9

c. Tetapkan tujuan dan sasaran sebagai pedoman, dan ukur pencapaian untuk perbaikan
yang berkesinambungan.
d. Beri penghargaan dan pengakuan terhadap perbaikan.

7. Factual Approach to Decision Making (Pendekatan Factual Untuk Pengambilan
Keputusan )
Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi setiap
keputusan dalam implementasi sistem selalu didasarkan pada fakta dan data.
Pelaksanannya :
a. Pastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan dipercaya.
b. Sediakan data yang dapat diakses oleh yang menggunakan.
c. Analisa data dan informasi dengan menggunakan metode yang valid.

8. Mutually Benefical Supplier-Relationship ( Hubungan Kerjasama Yang Saling
Membutuhkan Dengan Supplier )
Pelaksanannya :
a. Suatu organisasi dan Supplier adalah saling tergantung, dan hubungan yang saling
menguntungkan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai.
Supplier bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha bisnis partner karena harus terjadi
pola hubungan saling menguntungkan. Tetapkan hubungan yang seimbang antara
keuntungan jangka pendek dengan mempertimbangkan jangka panjang.
b. Sinergikan keahlian dan sumber daya dengan pemasok.

D. TQM (Total Quality Management)
Total quality management merupakan suatu filosofi yang dikembangkan oleh
Deming, dia menggambarkan tentang keberhasilan system manajemen di Jepang dan
telah diaplikasikan di pelayanan kesehatan Amerika dalam mencari solusi dilemma yang
tebaik dan terjelek. TQM didasarkan pada kemampuan individu dalam proses,
pelayanan , hasil dan selalu merespon keluhan pelanggan. Total quality management
(TQM) adalah suatu system manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan
10

untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan customers pada biaya sesungguhnya
yang secara berkelanjutan terus menurun.
TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan
budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat
penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan
sukses. Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu
di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu
diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor
yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak
ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam
perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab
karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya
wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang
terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan
tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan
tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun
hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak
manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja. Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM.
Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka
dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.
Alat-Alat TQM:
1. Curah pendapat (sumbang saran)
Curah pendapat adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk
11

menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan
langkah-langkah suatu proyek.
2. Diagram alur (bagan arus proses)
Bagan arus proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan,
antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis,
diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam
proses.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis
masalah-masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
4. Ranking preferensi
Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih
gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternative.
5. Analisis tulang ikan
Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat
analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu
masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6. Penilaian kritis
Penilaian kritis adalah alat Bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa
setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk
memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada
alternatif yang lebih baik.
7. Benchmarking
Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita
dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini
akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus.
Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan
sehingga menjadi yang terbaik.
Jenis-Jenis Benchmarking:
a. Internal Benchmarking
12

Internal benchmarking merupakan investigasi patok duga yang paling
mudah diterapkan yaitu dengan membandingkan operasi-operasi di antara
fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri. Dengan demikian Internal
Benchmarking dapat dikatakan sebagai suatu paket upaya perbaikan terus-
menerus untuk mengidentifikasi praktek bisnis terbaik yang ada dalam
lingkungan perusahaan sendiri. Sebagai contoh, bila praktek bisnis di salah
satu anak perusahaan atau unit bisnis setelah diteliti memiliki informasi
yang terbaik, maka sifat-sifat tertentu yang unggul ini kemudian ditularkan
kepada anak perusahaan yang lain atau unit bisnis lain yang berada dalam
kelompok perusahaan yang sama.
b. Competitive Benchmarking
Competitive Benchmarking merupakan tingkatan yang lebih lanjut dari
Internal Benchmarking. Competitive Benchmarking berfungsi untuk
memposisikan produk perusahaan terhadap produk pesaing. Competitive
Benchmarking diterapkan untuk menciptakan atau meningkatkan daya saing
serta mampu memperbaiki posisi produk dalam pasar yang kompetitif.
Melalui Competitive Benchmarking akan diperoleh informasi tentang
performansi terbaik dari pesaing, dimana informasi ini dapat dipergunakan
oleh perusahaan untuk menciptakan produk yang lebih baik dari yang baik.
c. Fungsional Benchmarking
Fungsional Benchmarking merupakan jenis patok duga yang tidak harus
membatasi pada perbandingan terhadap pesaing langsung. Fungsional
Benchmarking dapat melakukan investigasi pada perusahaan-perusahaan
yang unggul dalam industri yang tidak sejenis. Bagaimanapun relevansi
dari perbandingan pada Fungsional Benchmarking perlu dipertahankan
melalui pendefenisian karakteristik performansi yang harus serupa dengan
fungsi-fungsi dari perusahaan.


d. Generic Benchmarking
13

Generic Benchmarking merupakan jenis patok duga dimana beberapa
fungsi bisnis dan proses adalah sama tanpa memperdulikan ketidakserupaan
atau ketidaksejenisan diantara industri-industri. Generic Benchmarking
membutuhkan konseptualisasi yang komperhensi, serta merupakan jenis
patok duga yang paling sulit. Generic Benchmarking merupakan perluasan
dari Fungsional Benchmarking.
8. Diagram analisa medan daya (bidang kekuatan)
Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasinya.

E. AUDIT
Audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan
terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif
untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi. Audit Sistem Mutu
biasanya dilakukan untuk menentukan tingkat kesesuaian aktivitas organisasi terhadap
standar Sistem Manajemen Mutu yang telah ditentukan serta efektivitas dari penerapan
system tersebut.
Tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data dan informasi faktual dan
signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan
atau perubahan. Hasil temuan auditor tersebut akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan atau perubahan.
Salah satu manfaat audit yang paling sentral adalah sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, melakukan perbaikan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas
fungsi organisasi. Dengan informasi hasil penilaian auditor dan rekomendasi yang
disampaikan, akan memungkinkan pimpinan unit operasi melakukan tindakan
perbaikan untuk meningkatkan efisiensi, efektivita maupun produktivitas usaha
secara lebih terarah.


14

F. QPS (Quality Improvement and Patient Safety)
Mutu dan keselamatan berakar pada pekerjaan sehari-hari setiap profesional
perawatan kesehatan dan staf lainnya. Pada saat perawat melakukan asesmen tentang
kebutuhan pasien dan memberikan perawatan kepadanya. Demikian pula, para manajer, staf
pendukung dan Iain-lain dapat menerapkan standar-standar tersebut dalam pekerjaan
sehari-hari untuk memahami bagaimana membuat proses lebih efisien, memanfaatkan sumber
daya lebih bijaksana, dan mengurangi risiko-risiko fisik.
Upaya terus-menerus merencanakan, merancang, mengukur, menganalisis dan
meningkatkan proses klinis maupun manajerial harus diatur dengan baik dan membutuhkan
kepemimpinan yang jelas agar dicapai hasil maksimal. Pendekatan ini telah
memperhitungkan fakta bahwa sebagian besar proses perawatan klinis melibatkan lebih
dari satu departemen atau unit dan dapat melibatkan banyak invididu. Pendekatan ini
juga memperhitungkan bahwa sebagian besar masalah klinis dan manajerial itu saling
berhubungan. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan proses tersebut harus dipandu
dengan kerangka kerja yang menyeluruh baik bagi kegiatan manajemen maupun kegiatan
yang berkaitan dengan perbaikan mutu di rumah sakit, juga dipantau oleh kelompok atau
panitia pengawasan perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Standar akreditasi internasional
ini membahas kegiatan manajerial dan klinis dalam suatu rumah sakit secara mendetail,
termasuk kerangka kerja untuk meningkatkan kegiatan tersebut dan mengurangi risiko
yang terkait dengan proses-proses yang bervariasi.
Dengan demikian, kerangka kerja yang disajikan dalam standar ini tidak hanya sesuai
untuk berbagai macam program yang terstruktur tetapi juga sesuai dengan pendekatan
terhadap perbaikan mutu dan keselamatan pasien yang sifatnya tidak begitu formal.
Kerangka kerja ini juga dapat menggabungkan program pengukuran tradisional, seperti
yang berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga (manajemen risiko) dan penggunaan
sumber daya (manajemen pemanfaatan). Sejalan dengan waktu, rumah sakit yang mengukur
kerangka kerja tersebut akan dapat:
a. mengembangkan dukungan kepemimpinan yang lebih besar untuk program di tingkat
rumah sakit;
b. melatih dan melibadean lebih banyak staf;
15

c. menetapkan prioritas yang lebih jelas mengenai apa yang harus diukur;
d. mengambil keputusan berdasarkan pengukuran data; dan
e. membuat perbaikan atas dasar perbandingan terhadap rumah sakit lain, di tingkat
nasional maupun
f. internasional.
Standar
PMKP.1 Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit
berpartisipasi dalam perencanaan danpengukuran program perbaikan mutudankeselamatan
pasien.
PMKP.1.1 Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
PMKP.1.2 Pemimpin menetapkan mana prioritas yang harus diukur dan kegiatan perbaikan
serta keselamatan pasien mana yang harus dilaksanakan.
PMKP.1.3 Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan Iain-lain bagi program perbaikan
mutu dan keselamatan pasien.
QPS.1.4 Informasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien dikomunikasikan kepadastaf.
QPS.1.5 Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam program.

Rancangan Proses Klinis dan Manajerial
PMKP.2 Rumah sakit merancang sistem dan proses, baik yang baru maupun dari hasil
modifikasi berdasarkan prinsip-prinsip perbaikan mutu.
PMKP.2.1 Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), clinicalpath ways (alur klinis),
dan/atau protokol klinis digunakan untuk memandu perawatan klinis.

Pengumpulan Data untuk Pengukuran Mutu
PMKP3 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting dalam struktur, proses,
dan hasilkerja rumah sakit untuk digunakan dalam rencana perbaikan mutu dan keselamatan
pasien di tingkat keseluruhan organisasi.


16

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Quality Improvement adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis
datakualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran
yangmenjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan
kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Proses
peningkatanmutu ( Quality Improvement ) adalah mengidentifikasi indikator mutu
dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator
mututersebut yang tentunya mengarah pada outcom, serta selalu berfokus dalam
rangka peningkatan proses, sehinga tingkat mutu dari hasil yang dicapai akan meningkat.

B. SARAN
Dengan pembahasan ini perawat mamapu memahami tentang bench marking dalam
dunia kesehatan dan dapat di terapkan dalam pengorganisasian di dunia keperawatan.
Penyusun juga mengharapkan kritik yang membangun pada pembaca guna perbaikan
makalah selanjutnya,dengan senang hati penyusun menerima baik itu kritik dari segi
sistematika penulisan maupun isi makalah ini.












17

DAFTAR PUSTAKA

Adiyas, Manajemen Pengupahan dan Perburuhan., Pusat Pengembangan Bahan Ajar-
Universitas Mercu Buana, Jakarta; 2011.
Effectiveness of Benchmarking Practice Among Manufacturing Companies in Indonesia, 8th
Global Conference on Business & Economics. Italy; 2008.

Gaspersz, Vincent., Total Quality Management., Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; 2002.
http://aqilabenazhirr.blogspot.com/2013/08/makalah-manajemen-keperawtan.html
http://annapawes.blogspot.com/2012/12/makalah-managemen-mutu-dalam-keperawatan.html

Zailani, Suhaiza, Tutik Asrofah and Yudi Fernando, Factors Influencing The














18

Anda mungkin juga menyukai