YULIANA HIROH
10821031
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah saya yang
berjudul “Upaya aktif rumah sakit untuk berperan serta dalam pengelolaan
lingkungan” sebagai tugas pengganti UAS Mata kuliah Teknologi Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit.
Makalah ini saya tulis berdasarkan hasil pencarian saya dari beberapa
sumber. Makalah ini diharapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang
“Upaya aktif rumah sakit untuk berperan serta dalam pengelolaan
lingkungan”.
Rumah sakit menurut WHO (1957) adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan yang berfungsi menyediakan pelayanan
kesehatan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat serta pelayanan rawat jalan
yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah Sakit juga
merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian
biososial. Peningkatan pembangunan dan perkembangan rumah sakit terjadi di
seluruh pelosok tanah air guna mengimbangi kebutuhan di bidang kesehatan
yang semakin meningkat.
ISI
2.1 Pengertian
Saat ini konsep green hospital berkembang menjadi pendekatan sisi baru
dalam pengelolaan rumah sakit karena keberadaan rumah sakit merupakan satu
kesatuan ekosistem suatu wilayah ditengah isu pemanasan global dan
perubahan iklim serta degradasi lingkungan yang seharusnya bertanggungjawab
atas keberlanjutan kwalitas lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam.
Untuk menjadikan sebuah rumah sakit agar berdaya guna, memberikan manfaat,
kenyamanan, keuntungan, dan mendapatkan citra yang baik khususnya bagi
masyarakat, tentu pemberian pelayanan yang baik dengan dukungan segala
aspek yang terkait dan terikat di internal rumah sakit harus berjalan seimbang,
seperti menerapkan prinsip good corporate governance dan Green Hospital di
Rumah Sakit tersebut.
Sampai saat ini sebenarnya belum ada role model atau panduan standar
yang berlaku baik secara global internasional maupun secara nasional. Sehingga
menarik bagi kita untuk mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya kepada
rumah sakit yang sudah mencoba untuk menerapkan Green Hospital. Terlebih
lagi sudah disampaikan dalam seminar, workshop yang dilaksanakan oleh
Kementrian kesehatan bahwa pada tahun 2020 semua rumah sakit diindonesia
sudah menerapkan Green Hospital (Kemenkes, 2012). Sementara buku panduan
untuk penerapan green and healthy hospital di Indonesia sedang disusun oleh
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) yang bekerja sama dengan Green
BuildingCouncil Indonesia (GBCI) (PKMK, 2012).
Sumber daya rumah sakit berbasis alam dan lingkungan hidup seperti air
bersih, energi, kertas dan material lainnya yang merupakan kebutuhan harian
pengoperasian rumah sakit penggunaannya perlu dilandasi oleh prinsip efisiensi
ekologi, sementara produk samping rumah sakit seperti limbah cair, padat dan
gas perlu diolah sehingga targetnya tidak saja untuk memenuhi baku mutu
limbah, juga untuk memenuhi kaidah reduce, reuse, recycle dan recovery. Model
rumah sakit perlu dikelola secara baik dengan selalu mempertimbangkan aspek
kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial sehingga prinsip pemenuhan konsep
pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan akan terpenuhi, dan
rumah sakit dapat ikut berperan aktif dalam meminimalisir dampak perubahan
iklim serta mengurangi jejak karbon yang dihasilkannya, sebagaimana kebijakan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Healthy Hospitals, healthy planet,
healthy people (Addressing Climate Change in Health Care Settings).
Dari konsep dan tujuan green hospital tersebut, ada 8 langkah teknis
sederhana namun strategis yang bisa dilakukan:
1. Hemat Listrik
Mengefisienkan penggunaan energi listrik sehari-hari dan
menggunakan energi hijau yang bersih dan berkelanjutan.
Memadamkan lampu dan alat listrik yang tidak digunakan adalah hal
sederhana yang bisa dilakukan. Sumber energi berkelanjutan yang
dapat digunakan dirumah sakit seperti listrik tenaga matahari dan
tenaga angin.
2. Hemat Air
Mengefisienkan dan mengurangi penggunaan air yang tidak perlu
dalam penggunaannya sehari-hari, bahkan perlu dipikirkan juga
mengenai pemanfaatan air hujan. Perlu juga membuat sumur resapan
air di sekitar rumah untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah.
3. Pengelolaan Limbah
Seluruh bangunan pasti menghasilkan limbah, apalagi rumah sakit.
Untuk itu perlu pengolahan limbah yang arif bagi lingkungan. Limbah
berbahaya harus diolah dengan standar yang sesuai syarat yang ada.
Pengelolaan limbah mengacu pada prinsip-prinsip ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
4. Pemisahan Sampah
Pemisahan sampah yang baik dan benar yakni memisahkan sampah
organik dan non organik, sudah jamak diterapkan pada fasilitas umum
apalagi di rumah sakit. Yang jadi masalah terbesar adalah perilaku
segelintir orang yang kurang sadar membuang sampah di tempatnya.
Sampah organik bisa dibuat sebagai kompos.
5. Penggunaan Produk Ramah Lingkungan
Bahan rumah sakit seperti plastik dan sterofoam yang sulit terurai
agar tidak digunakan lagi. Penggunaannya diganti saja dengan bahan
lain yang mudah terurai atau menggunakan alat yang bisa dipakai
ulang.
6. Menanam Pohon
Icon program go green adalah menanam pohon. Tak terkecuali di
rumah sakit, lahan kosong dapat dimanfaatkan menjadi lahan terbuka
hijau. Sebenarnya inilah hal paling sederhana yang dapat segera
dilakukan. Pepohonan dan tanaman hijau akan meningkatkan kualitas
udara menjadi lebih sehat.
7. Desain Bangunan
Bangunan rumah sakit perlu didesain dan dirancang dengan
mengakomodasi pemanfaatan potensi alam secara efisien. Desain
bangunan rumah sakit sebaiknya mempertimbangkan sirkulasi udara
dan pencahayaan yang efektif. Efek lain adalah akan menghemat
penggunaan energi listrik. Contohnya adalah dengan membangun
gedung menghadap ke timur, maka cahaya alami dari matahari akan
membantu pencahayaan gedung RS dari pagi hingga siang hari.
8. Bahan Bangunan
Bahan bangunan seperti pemilihan cat bangunan diupayakan tidak
mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan,
begitu juga dengan penggunaan material seperti alat dan bahan
dalam operasional rumah sakit.
Green hospital, sangat mudah diucapkan namun bakal sangat sulit dalam
penerapannya jika tidak disertai niat dan langkah awal. Perlu dukungan dan
komitmen dari seluruh pihak untuk menyukseskan gerakan ini, termasuk
pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar. Kita kemudian membayangkan
kelak, saat mendengar kata "rumah sakit" akan membayangkan bangunan
dengan taman di tengahnya disertai wewangian dari bunga yang bermekaran.
Semua pengunjung tersenyum bahagia, burung-burung pun berkicau tiada henti
diatas tangkai pohon yang rindang.
2.4 Sasaran Green Hospital
Kegiatan pokok green hospital tidak terlepas dari 10 sasaran Global Green &
Healthy Hospital (GGHH), yaitu:
1. Kesederhanaan (simpel)
2. Dapat dan mudah diterapkan (applicable)
3. Ketersediaan teknologi (available technology)
4. Mengacu pada ketentuan dan standar lokal Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden,
Peraturan Menteri, Keputusan Menteri dan Standar Nasional
Indonesia.
c) Konservasi Air
f) Taman Penyembuhan
b) Tata udara
c) Pengolahan Limbah
2.9 Upaya dan Peran Aktif Rumah Sakit Dalam Pengelolaan Lingkungan
Ada berbagai cara dan upaya yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dalam
mengelola dan menjaga lingkungan dari rumah sakit. Berbagai pendekatan
pengelolaan lingkungan telah banyak berkembang sebagai suatu cara untuk
meningkatkan keefektifan penggunaan material, air, dan energi, serta
minimalisasi limbah yang dapat mencemari lingkungan. Pengertian pencegahan
pencemaran (P2) sendiri menurut EPA adalah penggunaan bahan, proses, atau
perlakuan yang mengurangi atau menghilangkan terjadinya polutan atau limbah
pada sumbernya. Termasuk di dalamnya mengurangi penggunaan bahan-bahan
berbahaya, energi, air, atau sumber daya lainnya dan melindungi sumber daya
alam melalui konservasi atau penggunaan yang lebih efisien.
Sugiharto (1987) menyebutkan, air buangan jika tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan pengaruh tidak baik pada lingkungan maupun terhadap
kehidupan, antara lain (a)gangguan terhadap kesehatan, (b) gangguan terhadap
kehidupan biotik, (c) gangguan terhadap keindahan, dan (d) gangguan terhadap
kerusakan benda. Limbah rumah sakit berupa cairan yang berasal dari dapur,
kantin, laundry, dan kegiatan medis (ruang operasi, ruang bersalin, rawat inap,
rawat jalan, rehabilitasi medis, laboratorium, penunjang medis, dan lain-lain)
disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sedangkan kotoran air
limbah WC disalurkan ke septic tank. Pengelolaan limbah padat RS dipisahkan
antara limbah yang bersifat infeksius dan non infeksius. Untuk limbah padat
infeksius dilakukan pengelolaan mengunakan medical incinerator ataupun
menggukanakan jasa pihak ketiga dalam mengelola limbah padat infeksius
tersebut. Sedangkan untuk limbah padat non infeksius, dikumpulkan dan
ditampung di lokasi TPS sebelum diangkut ke TPA.
Menurut WHO (2008), waste merupakan salah satu dari tujuh elemen green
hospital dan harus diterapkan pada rumah sakit yang ramah lingkungan. Waste
tersebut harus diolah dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle), dan
komposting. Dalam masalah sampah organik pembuatan lubang biopori menjad
solusi dalam upaya menjaga ligkungan rumah sakit. Analisis kelayakan
lingkungan dilihat dari manfaat keberdaan lubang biopori bagi lingkungan sekitar,
yaitu: (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi
kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca, (3) memanfaatkan peran
aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan (4) mengatasi masalah yang
ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria
(Tim Biopori IPB, 2007).
Secara umum, konsep green hospital diadopsi dari konsep bangunan hijau,
yaitu bangunan dimana dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian
serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek aspek lingkungan yang
didasarkan pada kaidah pembangunan berkelanjutan. Dalam menilai tingkat
keberhasilan penerapan konsep ramah lingkungan pada kegiatan rumah sakit
atau green hospital, maka perlu dilakukan monitoring serta evaluasi atas kinerja
pencapaian target kegiatan. Dalam monitoring dan evaluasi ini unsur yang dinilai
adalah indikator keberhasilan, meliputi indicator keberhasilan input, proses dan
output kegiatan. Sebagai gambaran, berikut contoh indikator keberhasilan
penerapan prinsip ramah lingkungan pada kegiatan rumah sakit, yakin:
1. Indikator Input
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk
membayar pemakaian/penggunaan/pengadaan sumber daya
seperti air, listrik, bahan bakar, kertas dan material lainnya. Biaya
ini dievaluasi dengan melakukan perbandingan terhadap
perbedaan besarnya biaya yang dikeluarkan pada kondisi
sebelum dan setelah diterapkannya program efisisensi (efisiensi
air, efisiensi listrik, efisiensi kertas dan efisiensi material lainnya).
Volume atau jumlah penggunaan sumber daya yang digunakan
oleh rumah sakit. Volume dan jumlah sumber daya ini dievaluasi
dengan membandingkan selisih antara sebelum dan setelah
diterapkannya perubahan prosedur pemakaian sumber daya yang
ramah lingkungan.
2. Indikator Proses
Kesesuaian operasional dan sistem dengan prosedur
Waktu proses operasional dan sistem kegiatan
Kecepatan pengambilan keputusan upaya perbaikan atas
kesalahan proses/sistem
Waktu respon Kecepatan) penanganan dampak lingkungan
3. Indikator Output
Penurunan biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit
Peningkatan kunjungan pasien
Penurunan lama waktu tinggal pasien
Persentase kepuasan pasien dan staf rumah sakit
Angka insiden pasien dan staf rumah sakit
Kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi serta kesehatan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Saat ini standar rumah sakit ramah lingkungan (green hospital) telah
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan dari kebijakan,
peraturan perundang- undangan, dan pedoman teknis terkait kesehatan
lingkungan. Sementara disisi lain masyarakat menuntut perbaikan kualitas
pelayanan rumah sakit melalui perbaikan kualitas kesehatan lingkungan.
Dimana, rumah sakit diharapkan dapat melakukan upaya kesehatan
lingkungan sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan tujuan untuk menghindari masalah akibat yang dapat
ditimbulkan dari kegiatan pelayanan rumah sakit dalam menjamin
perlindungan kesehatan bagi petugas, pasien, dan pengunjung termasuk
masyarakat di sekitar rumah sakit. Seperti masalah kesehatan lingkungan
yang ditandai dengan indikator menurunnya kualitas media kesehatan
lingkungan di rumah sakit, yakni media air, udara, pangan, sarana dan
bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Salah satu sumber
berbahaya yakni peralatan yang dapat mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Untuk itu perlu dilakukan upaya terprogram dari pihak manajemen
RS untuk meningkatkan implementasi terhadap elemen-elemen Green
Hospital yang sesuai dengan pedoman rumah sakit ramah lingkungan (green
hospital), dan perlunya dilakukan pengecekan Kembali dan pembahuruan
terhadap beberapa sarana prasarana dalam mendukung implemetasi
elemen-elemen Green Hospital.