Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN POST OPERASI KATARAK PADA PASIEN


YANG MENJALANI RAWAT JALAN
DI POLI MATA RSUD GIANYAR

Oleh:

1. I Putu Eka Aditya Yoga Marjana (16c11825)


2. Ni Putu Eka Darmayanti (16C11827)
3. Ni Nyoman Fitriani Rahayu (16C11829)
4. Ni Made Meiryastuthi (16C11838)
5. Putu Arisasmita (16C11809)
6. Komang Meggy Indah Sari (16C11837)
7. I Gusti Agung Astari Adhikarapatni (16C11812)
8. Ni Made Uma Apsari Githa (16C11870)
9. Komang Ari Paramatra (16C11808)
10. Ni Luh Putu Sujianingsih (16C11864)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
2018/2019
Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan Katarak
Sasaran : Pasien Di Poli Mata RSUD Gianyar
Hari/Tanggal : Senin, 17 September 2018
Tempat : Poli Mata RSUD Gianyar

A. Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua
– duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa
sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama
katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terjadi seperti trauma, toksin,
penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi potong
lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50 % dan prevalesi ini
meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini di sekuruh dunia
ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang
menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90 % diantaranya berada di negara
berkembang dan sepertiganya berada di asia tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita
kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang pertahun, 16% diantaranya
di derita usia produktif. Angka kejadian katarak 0.78% dan angka pertumbuhan
katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia menjadi penyebab terbanyak
terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan meningkatnya derajat
kesehatan dan usia harapan hisup maka katarak senilis pun meningkat. Hampir 100%
orang akan mengalami katarak terutama katarak yang terkain usia. Secara statistik,
usia timbulnya katarak mulai diatasa usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60
tahun. Katarak memang tidak di cegah, akan tetapi juga dapat diobati bahkan
tindakan operasi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki prognosis pasien katarak.
Peran perawat dapat diaplikasikan secara komplek pada pasien katarak. Perawat
sangat di perlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini mungkin. Pada
pasien katarak pre operasi, peran perawat di perlukan untuk mempersiapkan pasien
dalam pembedahan mata yang akan dilakukan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan
tubuh umum untuk menentukan pakah ada kelainan yang menjadi penghalang.
Pemenuhan kebutuhan psikologis, dan keamanan pasien serta pengetahuan tentang
tindakan yang akan dilakukan dan komlikasi yang mungkin akan terjadi. Pada post
operasi katarak, pearn perawat dibutuhkan berhubungan dengan adanya luka operasi
yang ada pada pasien menimbulkan permasalahan yang kompleks mulai dari nyeri,
resiko infeksi, resiko cedera serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan
dasar lainnya. Perawat mengajarkan teknik untuk mengurangi nyeri, membersihkan
luka dengan teknik aseptic untuk menghindari terjadinya infeksi, dan perawat juga
membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar lainnya. Pendidikan kepada keluarga
sangat penting pada perawatan pasien pre maupun post operasi.
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pedidikan kesehatan tentang penyakit katarak dan
perawatannya di poli mata RSUD Gianyar di harapkan dapat meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit katarak dan perawatannya.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit katarak dan
perawatannya di poli mata RSUD Gianyar di harapkan pasien dan keluarga
mengetahui tentang pengertian, penyebab dan cara merawat pasien katarak.
D. Garis Besar Materi
Penyakit katarak dan pencegahannya
Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian katarak
2. Penyebab katarak
3. Tanda dan gejala katarak
4. Perawatan katarak
E. Metode Pembelajaran
1. Jenis model pembelajaran: pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: konstruktivisme dengan metode ceramah dan diskusi
Langkah pokok:
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik;
b) Mengajukan masalah;
c) Membuat keputusan nilai personal;
d) Mengidentifikasi pilihan tindakan;
e) Memberi komentar;
f) Menetapkan tindakan lanjut
F. Media
1. Lefleat
2. Power point (laptop dan LCD)
G. Pengorganisasi
1. Penanggung jawab : Fitriani Rahayu
2. Penyaji : Ari Paramartha
3. Moderator : Sujianingsih
4. Fasilitator : Uma Apsari, Astari Adhikarapatni, Meiryastuthi, Meggy
Indah Sari, Marjana
5. Dokumentasi : Ari Sasmita
H. Setting Tempat

M MEDIA P N

PJ
F
K K K K

K K K K

K K K K

F F
O

Keterangan

PJ : Penanggung Jawab MEDIA : Media / Model

M : Moderator

P : Presenter

K : Klien / Pasien

O : Observer

F : Fasilitator
PROSES KEGIATAN

Tindakan
Proses Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media/Alat
Pendahuluan 1. Memberi salam, Memperhatikan dan
(5menit) Memperkenalkan diri, dan memberi salam
membuka penyuluhan
2. Menjelaskan tentang materi Memperhatikan
secara umum
3. Menjelaskan tentang TIU dan Memperhatikan
TIK
4. Memberikan pertanyaan terkait Menjawab
materi yang akan disampikan pertanyaan
(pretest)
Penyajian 1. Menjelaskan tentang pengertian Memperhatikan Power point
(20 menit) katarak
2. Menjelaskan penyebab katarak Memperhatikan
3. Menjelaskan perawatan katarak
4. Memberikan kesempatan pada Memberi pertanyaan
peserta untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan dari Memperhatikan
peserta
Penutup 1. Memberikan pertanyaan tentang Menjawab Leaflet
(3 menit) materi yang telah di jelaskan pertanyaan
2. Memberi komentar atas jawaban Memperhatikan
peserta
3. Menyimpulkan materi yang telah Memperhatikan
dibahas bersama dengan peserta
4. Menutup pertemuan dan Menjawab salam
memberi salam
Evaluasi

1. Apa yang di maksud katarak?


2. Bagaimana cara perawatan pada orang yang terkena katarak?

MATERI PENYULUHAN KATARAK

1. Pengertian
Katarak berasal dari kata yunani katarrhakies, Bahasa inggris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam Bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein akibat lensa atau kedua – duanya. Menurut Vaughan (2009),
katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih.
Sedangkan menurut ilyas (2004), katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata
yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Selain itu, katarak adalah proses
terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umunya akibat dari
proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes,
dkk. 2000).

2. Penyebab
Penyebab terjadinya katarak antara lain yaitu:
1) Degenerative (penuaan) bisanya dijumpai pada katarak senilis dikarenakan proses
degenerasi atau kemunduran serta lensa karena proses penuaan dan kemungkinan
besar menjadi menurun penglihatannya.
2) Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma tembus pada mata
yang disebabkan oleh benda tajam/tumpul , radiasi (terpapar oleh sinar-X atau benda
– benda radioaktif)
3) Penyakit mata lain, seperti uveitis
4) Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak diabetika
dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga
mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh – pembuluh darahnya. Diabetes akan
mengakibatkan kelainan dan kerusakan pada retina.
5) Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebgai akibat infeksi virus prenatal dan
katarak developmental terjadi pada tahun – tahun awal kehidupan sebagai akibat dari
efek kongital. Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh factor herediter, toksis,
nutrisional, atau proses peradangan.
3. Kalsifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita yaitu:
1) Katarak kongenital

Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus
yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (farmacia, 2009). Katarak
kongital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penangannya yang kurang tepat. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu – ibu yang menderita
penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplamosis, inklusi sitomegalik,
dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa
penyakit – penyakit herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,
karatokomus, iris heterokromia, lensa ektopik, dysplasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian
obat selama kehamilan. Kadang – kadang terdapat riwayat kejang, tetani, icterus, atau
hepatosplenomegalipada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang
positif mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 %
katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi
yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.

2) Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulaiterbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupunmetabolik dan penyakit lainnya.
3) Katarak Senil
Terjadi setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras
akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien)
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini
seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal ). Vakuol
mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan
korteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni)pada katarak insipient
kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama (Ilyas, 2004).
b) Stadium Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan
mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik
mata depan akan lebih sempit (Ilyas, 2004).

c) Stadium Matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium (Ca).
Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negative (Ilyas, 2004).
d) Stadium Hipermatur
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini
dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput.
Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, 2004).
4) Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah,
yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa (Ilyas, 2004).
5) Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi.
Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat
pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak
kortikal posterior (Ilyas, 2004).
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
a. Katarak Inti (Nuclear)
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada
nukleusatau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

b. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM.
c. Katarak Subkapsular
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan
sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada
kedua mata.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Katarak, yaitu:
1) Penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
2) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
3) Pandangan menjadi kabur atau redup.
4) Pupil tampak abu-abu atau putih.
5) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
6) Peka terhadap sinar atau cahaya.
7) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
8) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
9) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
10) Kesulitan melihat pada malam hari.
11) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan.
12) Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
5. Komplikasi
Komplikasi Katarak, antara lain:
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5
hingga bisa terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma
dan uveitis. Sedangkan untuk komplikasi pasca pembedahan yaitu dapat berupa luka
yang tidak sempurna menutup, edema kornea, inflamasi dan uveitis, atonik pupil,
kekeruhan kapsul posterior, TASS (toxic anterior segment syndrome), ablasio retina,
endoftalmus dan sisa massa lensa.
6. Penanganan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi. Tindakan
operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak
semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkanuntuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea disebutjuga saluran uvea) terdiri dari 3
struktur:

1) Iris: Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.


2) Badan silier: Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
3) Koroid: Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus dibagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebutkoroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan
glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapatsetelah operasi
jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risikooperasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukanbila mengganggu kehidupan social atau atas
indikasi medis lainnya. (Ilyas,Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi dilakukannya
operasi katarak:
1) Indikasi sosial: Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
2) Indikasi medis: Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
3) Indikasi optic: Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:


1) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai
akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yang tersedia.
2) ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
a) Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensasecara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatanyang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
b) Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbarudimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleussehingga material
nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.Operasi katarak ini
dijalankan dengan cukup dengan bius lokal ataumenggunakan tetes mata anti nyeri
pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan
sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan
(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang
telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak
dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu
pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan. Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf
mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup
tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga
sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata
orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu
terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat
kembali menjadi jelas.
DAFTAR PUSTAKA

http://1000199721/SATUAN_ACARA_PENYULUHAN_KATARAK_Oleh_KELOMPOK_13_
FENI_YUNITA_SARI_MARUF_HADI_HADI_SAMPURNA

Anda mungkin juga menyukai