Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Desain Instruksional.

Pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi,


mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Twelker,1972).

Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu
materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan konsisten telah
dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.

Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi


perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang
dikembangkan tersebut sehingga, setelah mengalami beberapa kali revisi, sistem
instruksional tersebut dapat memuaskan hati pengembangnya.

Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan


masalah-masalah instruksional atau, setidak-tidaknya, dalam mengoptimalkan pemanfaatan
sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan.

Desain Instruksional sebuah upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan


menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem dalam Instruksional lebih
produktif untuk semua tujuan Instruksional di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi
untuk mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi,
kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional pebelajar yang
dikehendaki. Desain sistem Instruksional meliputi untuk perencanaan, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi Instruksional.

Desain Instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar
serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pelajaran, kegiatan mengajar,
uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979, p. 20). Rancangan
instruksional atau Desain Instruksional ialah rancangan yang disusun seorang staf pengajar
untuk mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam mendesain ini digunakan
pendekatan sistem dan juga menggunakan suatu model perancangan. Definisi sistem secara
singkat, ialah suatu ketentuan yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil (komponen
sistem atau sub sistem) yang saling kait-mengait, masing-masing komponen sistem
mempunyai tujuan sendiri, tetapi sebagai bagian dari sistem mempunyai tujuan bersama, di
luar sistem terdapat supra-sistem.

Kegiatan instruksional menggunakan pendekatan sistem pada dasarnya meliputi tahap-


tahap mengidentifikasi, mengembangkan, mengevaluasi dan merevisi sebagai berikut :

1. Tahap mengidentifikasi :
a. mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis TIU
b. melakukan analisis instruksional
c. mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik awal mahasiswa
2. Tahap mengembangkan :
a. menulis tujuan instruksional khusus
b. menulis tes acuan patokan
c. menyusun strategi instruksional
d. mengembangkan bahan instruksional
3. Tahap mengevaluasi dan Merevisi :
 evaluasi instruksional

Desain Instruksional dapat dilakukan melalui 2 pendekatan :

1. pendekatan-pengetahuan (knowledge-oriented). Pada pendekaatn ini para peserta harus


dapat menjelaskan prinsip-prinsip desain instruksional
2. pendekatan-produk (product-oriented), di sini peserta diharuskan menerapkan prinsip-
prinsip ini dalam mendesain sesuatu dan menghasilkan suatu produk

C. Prinsip-Prinsip Instruksional : Berdasarkan Teori Belajar / Psikologi dan hasil


Penelitian

1. pengulangan respon yang menyenangkan (pengulangan)


2. tujuan tujuan instruksional yang jelas (penciptaan kondisi perilaku belajar, metode dan
media)
3. pemberian penguatan (umpan balik nilai, pujian, penghargaan)
4. pemberian contoh dari alam nyata
5. pemberian contoh dan non-contoh
6. perhatian dan ketekunan
7. pemcahan materi menjadi lebih kecil
8. penggunaan model
9. pemecahan keterampilan umum menjadi keterampilan khusus
10. pemberian informasi kemajuan belajar
11. perbedaan kecepatan belajar (prasyarat / entry behavior)
12. mengatur sendiri waktu, cara dan sumber

B. Komponen Desain Instruksional Model Dick and Carey.

Model Dick – Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter
Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural,
yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional disesuaikan
dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan.

Model Dick – Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic Design of Instruction
edisi 6 tahun 2005. Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick &
Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan
perencanaan tersebut.

C. Pengembangan Desain Instruksional

Berikut adalah langkah pengembangan desain Instruksional menurut dick dan carey :

1. Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).

Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan
Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja
(performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman
praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan
pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru.

2. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis).

Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam ranah belajar Gagne,


menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan
tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat). Langkah terakhir dalam
proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan peserta
didik untuk dapat memulai Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di
antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.

3. Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts).

Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan
belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan
pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk
merancang strategi Instruksional.

4. Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives).

Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam


analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi
di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.

5. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).

Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah


mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur
kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan
diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang
diminta.
6. Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy).

Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan


belajar pebelajar termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta
didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.

7. Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select


Instructional Materials).

Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala
bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video,
komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh.
maksudnya bahan memiliki konotasi.

8. Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative


Evaluation of Instruction).

Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil,
dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda
bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat
diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.

9. Revisi Instruksional (Revise Instruction).

Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini


dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional
lebih efektif.

10. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative
Evaluation).

Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/
diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
D. Analisis Instruksional

Analisis Instruksional dapat didefinisikan sebagai proses menjabarkan perilaku umum


menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan
perilaku umum secara lebih terperinci. Analisis instruksional akan tergambar susunan
perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Melalui perilaku-perilaku
khusus tertentu, mahasiswa akan mencapai perilaku umum dan perilaku khusus yang telah
tersusun sistematis menuju perilaku umum tsb lah yang laksana jalan yang singkat yang
harus dilalui mahasiswa untuk mencapai tujuan nya dengan baik.

Dalam menguraikan perilaku khusus-umu terdapat 4 macam susunan yang diantaranya :

• Struktur Hierarkikal yaitu struktur perilaku yang menggambarkan kedudukan dua


perilaku yang menunjukan bahwa salah satu perilaku dapat dilakukan apabila telah
menguasai perilaku sebelumnya (prasyarat)

• Struktur Prosedural yaitu struktur kedudukan beberapa perilaku yang menunjukan satu
seri urutan penampilan perilaku tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk
yang lain. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat
melakukan suatu perilaku umum tetapi setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah

• Struktur pengelompokan yaitu stuktur yang menggambarkan adanya perilaku-perilaku


khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya walaupun
semuanya saling berhubungan. Jadi garis yang menghubungkan antara perilaku khusus
yang satu dengan yang lain tidak diperlukan

• Struktur kombinasi yaitu struktur yang menggambarkan perilaku khususnya sebagian


tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkikal, prosedural dan
pengelompokan. Di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku
khusus yang lain dan selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan
umum

Perilaku kawasan kognitif adalah perilaku yang merupakan hasil proses berpikir atau
perilaku hasil kerja otak. Bloom membagi kawasan kognitif menjadi 6 tingkat diantaranya
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kapabilitas manusia
dalam kawasan kognitif terbagi menjadi 3 macam yaitu keterampilan intelektual, strategi
kognitif dan informasi verbal. Perilaku kawasan psikomotor adalah perilaku yang
dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Dave membagi kawasan psikomotor
menjadi 5 jenjang perilaku yaitu menirukan gerak, memanipulasi kata-kata menjadi gerak ,
melakukan gerak dengan tepat, merangkaikan berbagai gerak dan melakukan gerak dengan
wajar dan efisien. Perilaku afektif adalah perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai
pertanda kecenderungannya ntuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi didalam
lingkungan tertentu.

Perilaku itu dijadikan alat untuk menafsirkan kemampuan orang baik dalam kawasan
kognitif, psikomotor maupun sikap, yang ditentukan pada cara atau metode dan instrumen
yang digunakan untuk memunculkan perilaku tersebut bukan tergantung pada jenis kawasan
perilaku tersebut. Pengembangan Instruksional melakukan analisis Instruksional dengan
beberapa langkah sebagai berikut :

1. Menuliskan perilaku umum ke dalam TIU

2. Menuliskan setiap perilaku khusus menjadi bagian dari perilaku umum tsb

3. Menyusun perilaku khusus tsb kedalam suatu daftar dengan urutan logis

4. Menambah perilaku khusus tsb atau menguranginya jika perlu

5. Menuliskan setia perilaku khusus tsb dalam satu lembar kartu

6. Menyusun kartu tsb dengan menempatkannya dalam struktur hierarkikal, prosedural atau
pengelompokan menurut kedudukan masing-masing thdp artu yang lain

7. Menggambar letak perilaku tsb

8. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dengan yang lain

9. Memberi nomer urut pada setiap perilaku khusus sesuai urutan

Jadi, proses Analisis instruksional merupakan bagian yang sangat penting, dapat
dianggap sebagai fondasi awal yang menentukan materi apa saja yang menjadi bagian dari
proses pembelajaran atau pelatihan dan bagaimana tahap-tahapnya dilakukan, salah satunya
dengan menentukan TIU serta perilaku-perilaku khusus lalu dikaitkan dengan dan
karakteristik kebutuhan yang dimiliki oleh siswa. Analisis Instruksional tsb digambarkan
dalam suatu struktur (ada 4 macam) yang dijadikan patokan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Desain instruksional adalah suatu bentuk perencanaan dalam pembelajaran yang disusun
secara sistematis.Dimana seorang pendidik menentukan metode mengajar yang terbaik bagi
anak didiknya untuk mencapai suatu target.Metode-metode tersebut tentu saja disusun
secara sistematis agar lebih mudah melihat tujuan-tujuan apasaja yang harus dicapai/terlebih
dahulu dicapai.

Anda mungkin juga menyukai