LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
(Dra. Suryanah, 1996; 122)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari
2.500 gr atau sama dengan prematur. Pada tahun 1961 menurut WHO
menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya
kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant.
(Asrining Surasmi, 2003; 30)
Adapun klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan umur kehamilan
atau masa gestasi adalah sebagai berikut:
a. Preterm infant atau bayi prematur, yaitu bayi yang lahir pada umur
kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
b. Term infant atau bayi cukup bulan (mature / aterm), yaitu bayi yang
lahir pada umur kehamilan lebih dari pada 37 – 42 minggu.
c. Post term infant atau bayi lebih bulan (posterm / postmature) yaitu
bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah 42 minggu.
1
b. Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat
badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan
bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin.
(Asrining Surasmi, 2003; 30 – 31)
2. Etiologi
a. Penyebab kelahiran prematur
Faktor ibu
Taksemia gravidarum, yaitu preeklamsia dan eklamsia
Kelainan bentuk uterus (mis: uterus bikornis, inkompeten
serviks)
Tumor (mis: mioma uteri, sistoma)
Ibu yang menderita penyakit antara lain:
- Akut dengan gejala panas tinggi (mis: tifus abdominalis,
malaria)
- Kronis (mis: TBC, penyakit jantung.
Trauma pada masa kehamilan antara lain:
- Fisik
2
- Psikologis
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
Plasenta antara lain plasenta praevia, solusio plasenta
Faktor janin
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Cacat bawaan
Infeksi
Insufisien plasenta
Inkompatibilitas darah ibu dan janin
Faktor plasenta
Plasenta previa
Solusio plasenta.
(Asrining Surasmi, 2003; 31 – 32)
3
Plasentitis vilus
Infark tumor (kario angiona) plasenta yang lepas
Sindrom transfusi bayi kembar
Faktor ibu
Taksemia
Hipertensia
Penyakit ginjal
Hipoksemi (penyakit jantung sionatik, penyakit paru)
malnutrisi
Anemia sel sabit.
(Asrining Surasmi, 2003; 53)
3. Manifestasi Klinis
a. Prematur
Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gr
Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
Batas dahi rambut kepala tidak jelas
Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
Rambut lanugo masih banyak
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Tumit mengkilap, telapak kaki halus
Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang
Tonus otot lemah
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang
4
Jaringan kelenjar mamae masih kurang, akibat pertumbuhan
otot dan jaringan lemak
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
(Asring Surasmi, 2003; 32 – 33)
b. Disprematur
1) Faktor ibu
Preeklamsia
Hipertensi
Kelainan pembuluh darah ibu
Ibu perokok
2) Faktor bayi
Infeksi kronis
Kelainan kongenital
Kelainan ganda
3) Faktor plasenta
(Dra. Suryana, 1996; 124 – 125)
4. Komplikasi
a. Bayi prematur
Hipotermia
Sindrom gawat napas
Hipoglikemia
Perdarahan intrakranial
Rentan terhadap infeksi
Hiperbilirubinemia
Kerusakan integritas kulit
5
b. Bayi dismatur
Sindrom aspirasi mekonium
Hipoglikemia sintomatik
Penyakit membranhialin
Hiperbilirubinemia
Aspiksia neonatorum
(Asrining Surasmi, 2003; 42 – 55)
5. Penatalaksanaan
Aspek-aspek perawatan yang umum dilakukan adalah seperti:
a. Penanganan bayi
Semakin prematur bayi maka semakin besar perawatan yang
diperlukan dalam penanganan. Hal ini lebih sering terjadi setelah
minum ketika regurgitasi makanan terjadi dan menyebabkan
inhalasi makanan. Semua perawan harus dilakukan dengan bayi
yang berada di inkubator. Walaupun demikian beberapa
penanganan masih harus dilakukan seperti mengganti popok bayi,
mengganti posisi atau membersihkan bayi, memakai larutan dan
air yang hangat dan ikubator atau tempat tidur harus dapat diatur
sehingga menghindarkan adanya penanganan yang berlebihan.
6
terbuka memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.
Suhu perawatan harus diatas 25 0C dan bayi dengan berat sekitar
2000 gr dan sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gr.
c. Inkubator
Inkubator merupakan suatu kotak yang dirancang untuk
mempertahankan suatu suhu internal yang konstan dengan
menggunakan suatu thermostat. Inkubator pada umunya ada 2
macam yaitu inkubator tertutup yang semua perawatan dan
pengobatannya diberikan melalui lobang lengan yang tersedia,
dibuka bila diperlukan, misalkan bayi dalam keadaan darurat dan
ikubator terbuka yang harus bila perawat akan melakukan tindakan
perawatan pada bayi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan inkubator:
1) Suhu inkubator ditentukan berdasarkan berat badan bayi, agar
suhu lingkungan memungkinkan bayi dapat mempertahankan
suhu tubuhnya dalam batas normal (36,6 0C – 37,50C). Bila
menggunakan air untuk menjaga kelmbaban inkubator, air
harus diganti dengan yang steril setiap 8 atau 24 jam.
2) Bagian luar inkubator dibersihkan setiap hari, bagian dalam bila
terkena muntahan atau feses segera dibersihkan dengan
menggunakan zat desinfektan, misalnya saulon 1 : 100. Bila
inkubator dibersihkan, bayi dipindahkan pada inkubator lain
yang sudah dihangatkan lebih dulu.
3) Bayi yang dirawat di dalam inkubator tertutup dengan
sevokontrol tidak berpakaian (telanjang)
7
Berat badan bayi Suhu indikator
1 kg 350C
2 kg 340C
3 kg 330C
Sebelum memasukkan anak ke dalam indikator, maka terlebih
dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 0C untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.
d. Pencegahan infeksi
Bayi prematur dan BBLR mudah menderita sakit hal ini karena
imunitas seluler dan humoral masih kurang. Beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
1. Petugas dan orang tua yang mengunjungi bayi harus mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi untuk
keperluan apapun.
2. Petugas yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki unit
perawatan bayi sampai mereka dinyakan sembuh atau
disyaratkan memakai pelindung yang cocok seperti masker,
sarung tangan, untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi.
3. Setiap orang memasuki unit perawatan bayi, selain memakai
pakaian bersih harus menggunakan pakaian penutup khusus
yang disediakan. Alas kaki atau sepatu juga harus dilepas dan
memakai alas kaki yang disediakan di unit perawatan, pakaian
penutup yang terkontaminasi harus segera dimaksudkan ke
keranjang cuci yang ditempatkan di luar.
4. Setiap bayi menggunakan alat perawatan individual, peralatan
yang digunakan dibersihkan secara teratur sesuai ketentuan
pabrik pembuat.
5. Setiap bayi yang masuk kembali dari rumah atau bayi dengan
proses kelahiran yang tidak steril, atau bayi yang dicurigai
memiliki penyakit menular ditangani sesuai ketentukan institusi,
8
bayi tersebut harus diisolasi secara fisik dari bayi yang rentan
dan beresiko tinggi.
9
Selanjutnya 160 - 180
10
g. Memandikan
Bayi pre term yang baru lahir darah dan sisa-sisanya dapat
bersihkan dengan lembut menggunakan larutan hangat
hexachlorophane 3% atau cetrinid 1 : 500. Dapat digunakan kapas
steril untuk membersihkan yaitu axila, lipatan paha dan bagian
belakang dari telinga diobati setiap hari dengan cara yang serupa.
Bayi sehat yang lebih tua dapat dimandikan setiap hari kedua atau
ketiga. Suhu air harus sekitar 40,5 sampai 43,5 0C, suhu terakhir
lebih sesuai untuk memandikan bayi dalam pangkuan perawat.
Tujuan utama adalah:
Mencegah terjadinya kehilangan panas badan
Mencegah penanganan yang berlebihan
Menghindari iritasi mekanis terhadap kulit
(Rosa Sakarin, 1998; 174 – 179)
h. Metode kangguru
Metode kangguru adalah metode meniru binatang asal australia
yang menyimpan anaknya di kantung perutnya sehingga diperoleh
suhu optimal bagi kehidupan bayi.
(www.Harian Kompas, dr Imral Chair, S.PK A (K), 26 Mei
2006.com)
Berikut ini adalah langkah-langkah metode kangguru:
Mempersiapkan daerah bersih yaitu ibu embersihkan daerah
dada dan perut dengan cara mandi 2 – 3 kali sehari. Tangan
dan kaki harus selalu bersih dan hangat sebelum dipakai serta
popok bayi yang basah akibat buang air besar dan buang air
kecil harus segera diganti.
Bayi diletakkan dalam dekapan ibu sedemikian rupa sehingga
terjadi kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayinya.
Dengan demikian ibu tidak boleh memakai BH, agar kontak
11
yang berlangsung secara terus menerus antara ibu dan bayi
akan mengakibatkan suhu bayi tetap optimal yakni pada suhu
36,50C – 37,50C.
Posisi bayi dalam keadaan tegak.
Hal ini untuk menjaga kenyamanan ibu dan bayi sedemikian
rupa sehingga pada saat ibu dalam posisi berdiri, bayi tegak,
ibu dalam posisi duduk, bayi juga tegak. Bila ibu posisi
berbaring terlentang.
Begitupun pada saat ibu berbaring miring sesuai posisi miring
ibu. Dengan suasana seperti ini akan terus menerus
mendapatkan kehangatan, kasih sayang kemampuan dan
adapun aktivitas itu seperti memasak, makan dan lain-lain.
Bayi tetap mengenakan popok, agar kalau buang air besar tidak
mengotori baju ibunya. Sedangkan tutup kepala dimaksudkan
agar bayi tidak kedinginan jika dihubungkan dengan program
pemberian ASI. Metode ini sangat menunjang yaitu bayi selalu
dekat dengan sumber ASI sehingga frekuensi menyusui lebih
sering, bayi lebih kuat menyusui, refleks rangsang hormon
prolaktin yang mengakibatkan produksi ASI meningkat.
Pada saat dimana ibu bayi memerlukan aktivitas, peran ibu
dapat digantikan oleh keluarga yang lain (substitude mother)
seperti: bapak dan anggota lainnya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu
12
Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio
plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi, diabetes
mellitus.
c. Kardiovaskuler
Denyut jantung rata-rata 120 – 160 per menit pada bagian apikal
dengan ritme yang teratur, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal.
d. Gastrointestinal
Penonjolan abdomen, pengeluaran mekonium terjadi dalam 12 jam,
reflek menelan dan menghisap yang lemah, tidak ada anus.
e. Integumen
Kulit berwarna kekuning-kuningan, sianosis, sedikit vernik kaseosa,
dengn rambut lanugo di sekujur tubuh, petekie atau ekimosis.
f. Muskuloskletal
Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak, gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
g. Nurologis
Refleks dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten,
hipotermia, gemetar, kejang, biasanya bersifat sementara.
h. Paru
13
Jumlah pernafasan antara 40 – 60 / menit diselingi dengan apnea,
pernafasan tidak teratur, dengan laring nasal melebar, dengkuran,
retraksi, terdengar suara gemerisik.
i. Ginjal
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk
melarutkan ekskresi ke dalam urine.
j. Reproduksi
Bayi perempuan: telitoris yang menonjol dengan labiya mayora belum
berkembang
Bayi laki-laki: skrotum belum berkembang sempurna, testis tidak turun
ke dalam skrotum.
k. Temuan sikap
Tangis yang lemah, tidak aktif dan tremor.
Tujuan:
Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi.
Intervensi Rasionalisasi
1. Awasi refleks mengisap dan 1. Pemberian makanan melalui
14
kemampuan menelan bayi mulut dimulai ketika bayi sudah
dalam keadaan stabil dan
pernafasan terkendali dengan
baik
2. Awasi dan hitung kebutuhan 2. Untuk mengetahui seberapa
kalori bayi jumlah kalori yang dibutuhkan
bayi, dan pemberian makanan
bayi dapat diberikan secara
teratur, dan untuk mengawasi
apakah ada kelainan setelah
pemberian makanan
3. Mulai pemberian ASI atau susu 3. Pemberian bisa ditambah bila
dengan botol 2 – 6 jam setelah bayi menunjukkan toleransi
kelahiran, mulai dengan 3 – 5 ml yang baik, pemberian ASI
setiap pemberian dengan jangan dihentikan sampai bayi
interval 3 jam menunjukkan bahwa ia dapat
makan melalui botol susu dan
berat badan bisa bertambah
4. Timbang bayi setiap hari, 4.Untuk menunjukkan jumlah
bandingkan berat badan dengan asupan yang tepat atau
asupan kalori yang diberikan kebutuhan peningkatan asupan
5. Sediakan dekstrosa 10% 5. Untuk kalori cadangan atau
tambahan bila diperlukan
Diagnosa keperawatan II
Resiko tinggi gawat pernafasan yang berhubungan dengan
ketidakmatangan paru karena produksi surfaktan.
Tujuan:
15
Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kumpulkan data penilaian yang 1. Untuk mengetahui dan
berkaitan dengan kewajaran mendeteksi kegawatan
pernafasan termasuk data-data pernafasan, dan dapat dilakukan
berkaitan dengan: penanganan yang segera bila
Riwayat ibu terjadi sesuatu
Kondisi bayi saat kelahiran
Pernafasan
Dengkuran ekspirasi
Sianosis
2. Karena apnea yang
2. Waspada episode apnea yang
berlangsung lebih dari 20 detik
berlangsung lebih dari 20 detik,
pada bayi dapat mengakibatkan
catat hal-hal berikut ini:
hipoksia atau kematian
Bradikardia
Letargi
Distensi abdomen
Pembalikan napas yang
spontan
Lamanya episode apnea
Penyebab apnea
3. Untuk memenuhi kebutuhan
3. Memberi dan memantau
oksigen pada bayi secara
bantuan pernafasan
adekuat
4. Untuk mengetahui asidosis
4. Pantau kajian analis gas darah
pernafasan dan metabous
5. Untuk deteksi adanya
5. Persiapkan dan lakukan terapi
keracunan
farmakologis
16
Diagnosa keperawatan III
Resiko tinggi hipotermia atau hiperkemia yang b/d prematuritas atau
perubahan suhu lingkungan.
Tujuan:
Menjaga suhu lingkungan netral.
Intervensi Rasionalisasi
1. Jaga temperatur ruang 1. Supaya suhu ruangan tetap
perawatan 250C stabil dan tidak mempengaruhi
pada bayi
2. Ukur suhu rectal bayi terlebih 2. Mengukur suhu rectal lebih
dahulu, baru kemudian suhu adekuat dari axila term
aksila setiap 2 jam atau setiap berhubungan langsung ke
kali diperlukan dalam tubuh bayi
3. Tempatkan bayi di bawah 3. Untuk menghangatkan dan suhu
penghangatan radian atau kulit tetap terkontrol dengan
inkubator jika diperlukan adekuat
4. Hindari menempatkan bayi 4. Perlindungan bayi untuk
kontak dengan inkubator jika menjaga panas tubuh, seperti
diperlukan hindari juga udara menjaga agar kulit bayi tetap
panas dan dingin kering dan mejaga agar kepala
bayi tertutup
5. Awasi bayi terhadap perubahan 5. Untuk mengindikasikan adanya
stress dingin
DAFTAR PUSTAKA
Asrining Surasmi, dkk, 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Jakarta: EGC.
Dra. Suryana, 1996, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, Jakarta: EGC.
……….., 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3, Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.
17
Rosa Sakarin, 1998, Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, Jakarta: EGC.
Rustam Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Jakarta: EGC.
Sarwono Prawirohardjo, DSOG, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
www. Harian Kompas, dr Imral Chair, SPK A (K), 26 Mei 2006.com.
18