Anda di halaman 1dari 15

DEDIFERENSIASI DAN POPULASI SEL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Sel
Dosen Pengampu: Drs. Suharsono, M.Pd.
Egi Nuryadin., S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Disusun oleh:
Kelompok 4

Annida Camelia Febiana (182154062)


Asti Siti Nuraisyah (182154008)
Ilham Pahman (182154055)
Rismayanti (182154054)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SIIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Biologi sel merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari tentang sel. Sel sendiri merupakan kesatuan structural dan fungsional
makhluk hidup yang paling kecil. Sesuatu dapat dikatakan makhluk hidup jika
memiliki minimal satu sel.
Berdasarkan keadaan inti, sel terbagi menjadi dua yaitu sel prokariotik yaitu
sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam sitoplasma
(sel yang memiliki satu system membrane. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah bakteri dan alga biru). Dan yang kedua adalah sel eukariotik yaitu sel yang
intinya memiliki memban. Materi ini dibatasi oleh satu system membrane terpisah
dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua amkhluk hidup
kecuali bakteri dan alga biru.
Struktur sel prokariotik lebih sederhana disbanding dengan struktur sel
eukariotik. Akan tetapi sel prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein
dibentuk) yang sangat banyak.
Sel memiliki beberapa sifat dasar, yaitu hidup, sel sangat kompleks dan
terorganisasi, mempunyai tata letak organel yang konsisten dan bentuknya pun
konsisten, memiliki program genetic organisme yang terbentuk berdasarkan
informasi yang dikode gen, mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri
dengan cara pembelahan (dediferensiasi), memerlukan dan menggunakan energy,
melakukan berbagai reaksi kimia, reaksi kimia yang terjadi di dalam sel mewakili
metabolism sel tersebut, sel juga mampu memberikan respon terhadap stimulan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Makalah.....................................................................................2
D. Manfaat Makalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dediferensiasi Sel..................................................................................3
1. Pengertian Dediferensiasi................................................................3
2. Mekanisme Dediferensiasi...............................................................3
3. Keadaan Sel yang Mengalami Dediferensiasi................................6
4. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Dediferensiasi....................7
5. Peranan Dediferensiasi....................................................................7
B. Populasi Sel............................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Biologi sel merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari tentang sel. Sel sendiri merupakan kesatuan structural dan
fungsional makhluk hidup yang paling kecil. Sesuatu dapat dikatakan makhluk
hidup jika memiliki minimal satu sel.
Salah satu sifat sel adalah mampu memperbanyak diri melalui pembelahan
(Dediferensiasi). Dediferensiasi adalah perubahan sel-sel menjadi kembali
bersifat sel muda dan dapat membelah serta berdiferensiasi. Umumnya pada sel
tumbuhan. Konsep dedifferensiasi atau pemrograman ulang sel somatik
menjadi sel seperti sel induk embrionik pluripoten (sel mirip ES), yang
memunculkan tiga lapisan germinal dan berdiferensiasi berbagai jenis sel,
membuka era baru dalam biologi sel induk dan memberikan potensi modalitas
terapi dalam kedokteran regeneratif.
Populasi sel terdiri dari sekelompok sel yang berasal dari jaringan yang
sama. Berdasarkan kemampuannya bermitosis, populasi sel dibagi menjadi tiga
macam, yaitu populasi statis, populasi ekspansif, dan populasi perbaruan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mempelajari tentang dediferensiasi dan populasi sel melalui makalah yang
berjudul “DEDIFERENSIASI DAN POPULASI SEL”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah :
1. Apa pengertian dediferensiasi?
2. Bagaimana mekanisme dediferensiasi?
3. Bagaimana sel yang mengalami dediferensiasi?
4. Apa yang dimaksud populasi sel dan bagaimana kemampuan
bermitosisnya?

1
2

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dediferensiasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dediferensiasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana sel yang mengalami dediferensiasi.
4. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan populasi sel
dan bagaimana kemampuan bermitosisnya.

D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan konsep dediferensiasi dan populasi sel. Secara praktis makalah
ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan terutama tentang dedifreensiasi
dan populasi sel.
2. Pembaca, dapat dijadikan informasi tentang dediferensiasi dan populasi sel.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dediferensiasi Sel
1. Pengertian Dediferensiasi
Dediferensiasi merupakan proses selular yang sering terjadi pada
makhluk hidup basal seperti cacing dan amfibi. (Suharsono, Egi Nuryadin,
2017)
Sel-sel hidup yang telah berdiferensiasi, dan kehilangan kemampuan
untuk membelah, dapat memiliki kemampuan kembali untuk membelah
dalam kondisi tertentu. Fenomena ini disebut dediferensiasi. Misalnya
pembentukan meristem-kambium gabus dan kambium interfascicular dari
sel-sel parenkim. (Academia. edu)
Dari kedua pendapat tersebt dapat disimpulkan bahwa Dediferensiasi
adalah adanya jaringan dalam tubuh dewasa yang sudah berdiferensiasi dan
dapat kembali bermitosis.
Ketika sel terdiferensiasi sebagian atau penuh kembali ke tahap
perkembangan awal, biasanya sebagai bagian dari proses regeneratif.
Dediferensiasi juga terjadi pada tumbuhan. Sel di dalam kultur sel dapat
kehilangan ciri-ciri aslinya, seperti ekspresi protein, atau berubah bentuk.
Sel yang mengalami dediferensiasi bukan berarti menjadi muda kembali
dan pluripoten, melainkan tetap bersifat uniproten, yakni hanya membelah
diri membentuk sel anak yang struktur dan fungsinya sama dengan sel
jaringan yang bersangkutan. Dediferensiasi berperan dalam penyembuhan
dan mengganti bagian tubuh yang hilang atau lepas.

2. Mekanisme Dediferensiasi
Sebuah molekul kecil bernama revisin, sebuah analog purin
ditemukan mampu melakukan dediferensiasi di dalam miotube. Sel-sel yang
terdiferensiasi ini kemudian mampu merediferensiasi diri menjadi ostoblas
dan adiposity. Sel yang sudah berdiferensiasi hanya membelah diri

3
4

membentuk sel anak yang struktur dan fungsinya sama dengan sel lain
jaringan bersangkutan.
a. Proses Penyembuhan Luka
Luka (vulnus) adalah kondisi rusaknya kontinuitas struktur
jaringan tubuh yang ada pada kulit. Proses penyembuhan luka
merupakan sesuatu proses yang kompleks karena adanya
kesinambungan antara biokimia dengan bioseluler. Proses
penyembuhan luka secara umum terdiri dari tiga fase yaitu fase
inflamasi, fase poliferasi, dan fase maturasi.
1) Fase Inflamasi
Inflamasi merupakan fase pertama dari proses penyembuhan
luka. Fase penyembuhan luka berupa inflamasi kemudian terbagi
lagi menjadi 2 (dua), yaitu inflamasi awal (hemostatis) dan
inflamasi akhir (lag phase).
a) Inflamasi awal (Hemostatis), dalam tahap ini terjadi
pembekuan darah. Apabila terjadi luka dan darah keluar, maka
trombosit (keping darah) akan bersentuhan dengan permukaan
luka yang kasar, dan pecah sehingga mengeluarkan
tromboplastin (trombokinase). Trombokinase bersama-sama
ion Ca2+ dan vitamin K akan mengubah protombin menjadi
trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin
yang akan menghalangi keluarnya sel-sel darah merah
sehingga terjadi pembekuan darah dalam waktu sekitar 5
menit.
b) Inflamasi akhir (Lag Phase). Dalam tahap ini terjadi proses
peradangan yang disertai dengan pelebaran pembuluh darah.
Setelah darah membeku, maka selanjutnya tubuh akan
mengirimkan sel darah putih (leukosit) guna mencegah
terjadinya infeksi agen mikrobial patogen, atau membuang
jaringan rusak yang telah mati. Leukosit dan sel radang akut
5

akan menyerang area peradangan guna membasmi bakteri dan


debris matriks sekuler.
2) Fase Proliferasi
Fase ini merupakan fase terjadinya pembentukan sel atau
jaringan baru. Proliferasi diawali oleh aktivitas fibroblast men-
sintesis kolagen dan proteoglikan yang menghasilkan jaringan
parut (terjadi di hari ke-5 pasca luka).
Kolagen sendiri adalah protein yang berfungsi untuk
meningkatakan tensi dari permukaan kulit yang terluka. Produksi
kolagen yang memadai kemudian makin memperkuat tensi
permukaan kulit sehingga luka tertutup dengan baik.
Fase proliferasi diakhiri dengan tumbuhnya jaringan epitel,
yang mana ini berperan dalam meningkatkan aliran darah menuju
area luka. Darah akan menyalurkan nutrisi dan oksigen yang
dibutuhkan jaringan untuk melancarkan proses penyembuhan luka.
3) Fase Remodeling/Maturasi
Fase remodeling ini merupakan proses penyempurnaan
jarigan yang baru menjadi jaringan yang kuat.

b. Faktor Penghambat Proses Penyembuhan Luka


1) Peredaran darah tidak lancar
2) Infeksi
3) Luka mengalami gesekan
4) Malanutrisi
5) Penyakit, contohnya diabetes dan amenia
6) Terapi pengobatan (Kemoterapi, Cuci darah)
7) Merokok
8) Konsumsi alkohol
9) Stress
10) Faktor usia
6

3. Keadaan Sel yang Mengalami Dediferensiasi


Daya diferensiasi pada jaringan berbeda-beda. Sel yang memiliki
daya diferensiasi rendah memiliki daya dediferensiasi tinggi. Misalnya hati,
ginjal, dan pankreas. Sedangkan sel yang memiliki daya diferensiasi tinggi
memiliki daya dediferensiasi rendah. Misalnya sel saraf, sel otot lurik, sel
otot polos dan otot jantung.
Daya diferensiasi pada jaringan berbeda-beda. Sel yang memiliki
daya diferensiasi rendah memiliki daya dediferensiasi tinggi. Misalnya hati,
ginjal, dan pankreas. Sedangkan sel yang memiliki daya diferensiasi tinggi
memiliki daya dediferensiasi rendah. Misalnya sel saraf, sel otot lurik, sel
otot polos dan otot jantung.
Jika bagian pusat saraf atau ganglion mengalami kerusakan, maka
badan sel yang rusak tidak dapat membelah diri kembali. Sel tersebut hanya
mampu menyambung kembali serabutnya yang putus, dan daerah yang sel
sarafnya mati maka akan digantikan oleh jaringan pengikat saraf dari sel-sel
neuroglia. Hal tersebut juga terjadi pada otot jantung yang mempunyai daya
dediferensiasi rendah. Jika ada sebagian jantung yang mengalami nekrosis,
sel-selnya mati, karena asal aliran darah ke bagian tersebut terputus. Sel-sel
otot jantung yang sudah mati tidak dapat lagi ditempati oleh sel otot baru,
tetapi oleh jaringan pengikat. Karenanya daerah tersebut yang sudah tidak
lagi mengandung otot jantungnya akan kurang maksimal dalam memompa
darah. Begitu pula dengan sel otot lurik dan sel otot polos. Jika terjadi luka
pada otot tersebut, sebagian besar bekas lukanya akan ditempati oleh serat
jaringan pengikat, yaitu kolagen. Namun serat jaringan tersebut tidak dapat
berkontraksi dan relaksasi seperti sel otot.
Lain halnya dengan sel hati yang memiliki daya dediferensiasi
tinggi. Jika ada bagian hati yang diangkat atau rusak, maka akan terjadi
mitosis secara berulang-ulang pada sekitar sel hati yang rusak dan hilang,
dalam waktu beberapa hari, hati tersebut akan kembai ke bentuk dan ukuran
7

semula. Daya dediferensiasi akan berkurang sebanding dengan berlanjutnya


umur individu.
Ada pula sel yang berdediferensiasi abnormal yaitu sel kanker dan
tumor. Sel kanker dan tumor disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak
terkontrol. Sel kanker tidak mengandung sifat “contact inhibition” maupun
zat khalon. Karena itu sel kanker dapat menyebar dan bermitosis terus.
Segala hal yang menyebabkan sel di dalam tubuh berkembang secara
abnormal berpotensi menyebabkan kanker, salah satunya adalah perubahan
genetik atau mutasi DNA di dalam sel. Tiap gen membawa “instruksi” yang
mengatur fungsi sel di dalam tubuh. Kesalahan “instruksi” di dalam gen bisa
menyebabkan fungsi sek abnormal, sel tumbuh secara tidak terkontrol, dan
akhirnya bersifat kanker. Mutasi DNA bisa terjadi karena pengaruh genetik
atau keturunan dari orang tua. Kondisi ini juga bisa dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti :
a) Paparan zat kimia dan radiasi secara berlebihan.
b) Virus, seperti human papiloma virus.
c) Paparan sinar matahari terus menerus.
d) Obesitas, hormon, atau peradangan.
e) Kebiasaan merokok dan gaya hidup.

4. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Dediferensiasi


a) Faktor Internal
Faktor internal, ialah faktor yang berasal dari dalam sel.
Faktor internal yang menyebabkan terjadinya dediferensiasi terdiri
dari : Gen dan Hormon.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal, ialah faktor yang berasal dari luar sel.
Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya dediferensiasi
yaitu : umur, nutrisi.

5. Peranan Dediferensiasi
8

a) Sebagai tindakan perbaruan pada sel


b) Untuk perbaikan jaringan yang rusak
c) Penyembuhan luka
d) Pertumbuhan

B. Populasi Sel
Populasi sel terdiri dari sekelompok sel yang berasal dari jaringan
yang sama. Berdasarkan kemampuannya bermitosis, populasi sel dibagi
menjadi tiga macam, yaitu populasi statis, populasi ekspansif, dan populasi
perbaruan.
1. Populasi statis
Sel selnya tidak dapat lagi bermitosis, berarti tidak mengalami
kemampuan dediferensiasi. Contohnya adalah sel saraf. Diferensiasi
jaringan saraf sudah berlangsung sejak embrio awal dan beberapa hari
setelah kelahiran terjadi mitosis. Sampai tingkat dewasa, sel saraf hanya
mengalami pertumbuhan pada volume dan kualitas sel saraf dan juga
pertumbuhan jaringan neuroglianya.
2. Populasi Ekspansi
Sel selnya terus mengalami mitosis pada berbagai tempat. Mitosis
itu terjadi untuk mencapai batas volume alat tertentu menjelang dewasa,
atau dalam proses penyembuhan bagian jaringan sel yang rusak. Contoh
dari populasi ekspansi adalah berbagai kelenjar, seperti kelenjar pankreas,
kelenjar hati, kelenjar ginjal, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, dan
sebagainya.
3. Populasi Perbaruan
Sel-selnya melakukan mitosis terus-menerus. Perbanyakan diri ini
diperlukan untuk menggantikan sel yang rusak atau mati yang terjadi
dalam tempo singkat dan terjadi secara terus menerus. Contohnya adalah
sumsum tulang, kelenjar limfa, epidermis kulit, lapisan lendir khusus,
kelenjar minyak buluh, dan testis.
9

Sumsum tulang mengandung sel induk darah (hemositibalst) yang


terus-menerus bermitosis dan berdiferensiasi membentuk eritrosit dan
leukosit suatu saat seperti sel plasma yang menghasilkan antibody. Umur
eritrosit hanya sekitar 120 hari saja dan harus segera diperbarui. Tubuh
orang dibina sekitar 60 x 1012 dan diantaranya terdapat 250 x 109 eritrosit,
yang harus diperbaharui sebanyak 2x 109 tiap hari.
Epidermis memiliki lapisan sel induk yang terus-menerus
bermitosis, dan sel anak makin dewasa makin bergerak ke sebelah luar
kulit, lalu menua dan akhirnya mati. Sel epidermis yang mati akan
terkelupas pada permukaan kulit, atau berupa rambut yang gugur. Pada
testis, lapisan epitel germinalnya mengandung sel induk benih
(spermatogonia) yang terus-menerus bermitosis, disusul dengan meiosis.
Oleh sebab itu, spermatozoa yang dihasilkan akan dikeluarkan dari testis
lalu disalurkan ke luar tubuh jantan atau ke dalam tubuh betina saat kawin.
Satu populasi sel mengandung:
a. Matriks yang sama merendam semua anggota populasi
b. Beradhesi sesama lewat membran sel
c. Juctional complex
d. Jembatan interseluler
e. Kontak inhibition
f. Khalon
Matriks adalah kandungan sel berupa cairan yang merendam suatu
sel jaringan. Matriks mengandung bahan organik, bahan anorganik, dan
mempunyai kekhasan pada jaringan tertentu. Contohnya pada jaringan
tulang dan jaringan tulang rawan. Pada jaringan tulang, sel-selnya
mempunyai matriks berupa garam fosfat, kapur, dan osein. Sedangkan
pada jaringan tulang rawan sel-sel matriksnya mengandung banyak asam
sulfat dan khondin.
Sel sepopulasi beradhesi sama. Dengan adanya adhesi, sel anggota
populasi sel menjadi berlekatan rapat. Juctional complex terdapat antara
sel yang bersebelahan. Juctional complex ini berfungsi untuk menyebarkan
10

atau menyampaikan sinyal, arus listrik, elektrolit, metabolit, ataupun bahan


yang bersifat antitoksin, maupun antibodi. Melalui juctional complex pula
bahan obat disebarkan secara merata. Juctional complex juga berperan
untuk melekatkan sel sepopulasi dengan sesamanya menjadi lekat dan
kokoh. Bahan yang terkandung dalam juctional complex ini adalah semen
atau patri, sehingga sel yang bersebelahan dapat berlekatan kuat.
Jembatan interseluler, yaitu sesuatu yang menghubungkan banyak
sel dalam jaringan dengan sel lainnya dan dengan matriks ekstraseluler.
Cell junctions juga merupakan suatu struktur dalam jaringan organisme
multiseluler. 
Kontak inhibition, yaitu zat semacam protein, yang terdapat di luar
membrane sel. Dengan adanya zat tersebut maka sel sepopulasi dicegah
untuk dapat bergerak-pindah jika sel tersebut sudah saling bersentuhan.
Khalon, sama halnya dengan kontak inhibition, khalon merupakan
zat semacam protein yang terdapat diluar membrane sel. Zat ini mencegah
sel berdediferensiasi dan terjadi mitosis pada sel normal. Pada daerah luka
zat ini keluar bersama luka, sehingga sel sekitar luka berdediferensiasi dan
bermitosis sehingga daerah luka menutup dan besar serta bentuk kembali
seperti semula. Khalon juga berfungsi menjaga agar ukuran suatu alat
seimbang dengan volume tubuh. Seperti yang dijelaskan diatas, jika ada
bagian yang terluka maka khalon akan merangsang sel berdediferensiasi
dan terjadi mitosis terus menerus sampai berhenti ketika alat tersebut
sudah mencapai volume semula yang normal. Jadi kadar khalon
berbanding terbalik dengan daya dediferensiasi. Jika kadar daya khalon
rendah maka daya dediferensiasi naik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dedifirensiasi adalah proses selular yang sering terjadi pada makhluk
hidup basal seperti cacing dan amfibi. Namun, sel yang mengalami
dediferensiasi bukan berarti menjadi muda kembali tetapi tetap bersifat
unipoten atau membentuk sel anak yang struktur dan fungsinya sama. Hal
tersebut sesuai dengan mekanisme dediferensiasi. Sel yang memiliki
diferensiasi tinggi maka memiliki dediferensiasi rendah sedangkan sel yang
memliki diferensiasi rendah maka memiliki dediferensiasi tinggi.
Jenis-jenis populasi sel terdiri dari 3 macam menurut kemampuan sel-
selnya bermitosis, yaitu: statis, ekspansi, pembaruan. Kandungan populasi sel
yaitu mengandung matriks yang sama merendam semua populasi, beradhesi
melalui membran sel, junctional complex, jembatan interseluler, contact
inhibition, dan khalon.

B. Saran
Penulis diharapkan untuk mencari sumber referensi yang lebih banyak
untuk menunjang tersususnya makalah ini secara maksimal.

11
12

DAFTAR PUSTAKA
Fitri, Luthfi Nurul. (2016). Dediferensiasi dan Populasi Sel. [Online]. Tersedia:
https://www.slideshare.net/mobile/Luthfinurul/dediferensiasi-dan-populasi-sel
Suharsono dan Egi Nuryadin. (2015). Biologi sel. Tasikmalaya: LPPM
Universitas Siliwangi.
Irnaningtyas. (2014). Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai