Anda di halaman 1dari 18

BAB I

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar
Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh agens terminal
kimia, listrik atau radioaktif.
(Dona L Wong, 2004; 682)

1. Defenisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga
oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bide).
(Arief Mansjoer, 2000; 365)

2. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar
menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan
selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk
pada permukaan kulit berwarna kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Lapisan kulit terdiri dari:
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari:
 Stratum komsun
 Stratum hosidrum
 Stratum gramhosium
 Stratum spinosium
 Stratum basl

1
b. Dermis
Dermis terdiri dari 2 lapisan:
1) Bagian atas, pars papilaris (stratum papilar)
2) Bagian bawah, retikularis (stratum retikularis)
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian
bawahnya sampai ke subkutis, baik pars papilaris maupun pars
retikulum terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari
serabut-serabut kologen, serabut elatis dan perabot retikulum
untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis
memberikan kekuatan pada kulit, dan retikulum terdapat di sekitar
kelenjar dan folikel rambut.

c. Sub kutis
Sub kulit terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemah dan
diantaranya gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat
dermis. Di bawah sub kutis terdapat selaput otot kemudian baru
terdapat otot pelengkap kulit terdiri dari kuku, rambut dan folikel
rambut, kelenjar kulit.

Fungsi kulit:
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi darah.
a. Vasokodilatasi, kapiler mekbar, kulit menjadi panas dan
kelebihan panas dilancarkan ke kelenjar keringat sehingga
terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh.
b. Vasokontriksi, pembuluh darah mengkerut, kulit menjadi pucat
dan dingin. Hilangnya keringat dibulasi dan panas suhu tubuh
tidak dikeluarkan.
2) Sebagai indra peraba, reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan
epitel dan jaringan ikat tubuh manusia yang terbanyak adalah

2
resqofrot rasa sakit, dingin, panas. Jaringan adipose di bawah kulit
penyimpan lemak yang utama pada tubuh.
3) Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis dan teran karena
epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar.
4) Perlindungan terhadap mikro organisme patogen.
5) Mengatur keseimbangan cairan dari jaringan melalui sirkulasi
kelenjar dengan cara:
a. Menghindari hilangnya cairan dan jaringan dan menghindari
masuknya ke dalam jaringan.
b. Menghalangi cedera pada struktur dibawahnya.
c. Mencegah bahaya dehidrasi yang lebih parah karena epidermis
mengalami kerusakan.

3
Potongan Longitudinal Kulit

4
3. Etiologi
 Thermal: air panas, api, panas permukaan
 Kimia: asam, alkali, dan lainnya
 Radiasi: terapi dan sinar ultraviolet
 Elektrik
(Sufiadi S.Kep; 183)

4. Pathofisiologi
a. Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor: agent, lamanya
terbakar, area yang terkena, kedalamannya bersamaan dengan
trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya.
b. Derajat luka bakar terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
 Derajat satu (superfisial)
- Hanya mengenai epidermis
- Danya eritema
- Nyeri
- Fungsi fisiologis masih utuh
- Dapat terjadi pelepuhan
- Serupa dengan terbaar matahari ringan
- Tampak 24 jam setelah terbakar dan fase pertumbuhan 3 –
5 hari.
 Derajat 2 (partial)
- Mengenai dermis dan epidermis
- Ditandai adanya lepuh dan atau terbentuknya vesikula dan
bula
- Nyeri dan sangat
- Hilangnya fugsi fisiologis
- Fase penyembuhan tanpa infeksi 7 – 21 hari
 Derajat 3 (ketebalan penuh)

5
- Mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis.
- Tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi
kembali daerah yang rusak
- Hilangnya rasa nyeri
- Warnanya dapat hitam coklat dan putih
c. Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Disfungsi cerebrl. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada
fase awal / akut / syok yang biasanya berlangsung selama 72 jam
pertama.
d. Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai parier
(sawar) luka sangat mudah terinfeksi selain itu, dengan kehilangan
kulit luar, terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan,
penguapan cairan-cairan ini disertai pengeluaran protein dan
energi, sehingga terjadi gangguan metabolisme.
e. Kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan
animea yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk
mempertahankan perfusi.
f. Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar
menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional.

5. Tanda Dan Gejala


 Riwayat terbakarnya
 Lihat derajat luka bakar
 Status pernafasan: takypnea, tekanan nadi lemh, nafas dengan
menggunakan otot asesori, cuping hidung da stridor
 Bila syok: takypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengluaran urin atau anuri.
 Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi.

6
Area luka bakar Tingkat usia Total
0-1 1-4 5-9 10- 15 Dewasa 2% 3%
thn thn thn 14 thn
thn
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Dada 13 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13 13
Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4
Lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4
Lengan kanan bawah 3 3 3 3 3 3
Lengan kiri bawah 3 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2½ 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
Tangan kiri 2½ 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
Paha kanan 5½ 6½ 8 8½ 9 9½
Paha kiri 5½ 6½ 8 8 1/2 9 9½
Kaki kanan 3½ 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
Kaki kiri 3½ 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
Genetalia 1 1 1 1 1 1
Bokong kanan 2½ 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
Bokong kiri 2½ 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
Tungkai kanan 5 5 5½ 6 1/2 6 1/2 7
Tungkai kiri 5 5 5 1/2 6 1/2 6 1/2 7
(Suriadi, S.Kp, 2001; 185)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rumus sembilan digunakan untuk mengevaluasi persentase luas
tubuh yang terbakar (Rumus sembilan lebih < (rules of nine) →
luka bakar didefenisikan sebagai luka bakar yang mengenai 25 –
40% luas permukaan tubuh dewasa, antara 15% - 25% luas
permukaan tubuh anak-anak.

7
b. Pengeluaran urin diawasi secara cermat selama periode syok.
Luka bakar dan setelah penutupan kapiler. Hal ini penting untuk
mengevaluasi keberhasilan pemberian cairan selama syok luka
bakar.
(Elizabeth J. Corwin, 2001; 614)

7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera
mungkin. Pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan
trauma mekanik pada kulit pital dan elemen di dalamnya, dan
pembatasan pembentukan jaringan perut.
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit
yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan
air mengalir. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpanjang
suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga
destruksi tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin
ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang
terbakar selama lima belas menit pertama sangat bermanfaat.
Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10% karena akan
terjadi hipertermia yang menyebabkan cardiac arrest.

Tindakan yang selanjutnya adalah sebagai berikut:


1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas,
pernapasan dan sirkulasi, yaitu:
 Periksa jalan napas

8
 Bila dijumpai ostrusi jalan napas, buka jalan napas dengan
pembersihan jalan napas (suction, dan sebagainya), bila perlu
lakukan trakeostomi atau intubasi
 Berikan oksigen
 Pasang IV line untuk resusitasi, berikan cairan RL untuk
mengatasi shock
 Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
 Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung salama
ada ileus paralitik
 Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous
presure / CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka
bakar ektensif (> 40%)

2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis


untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka
bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan
untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada
luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas >25%, atau pasien tidak
dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat
menggantikan parenteral.
Dua cara yang lajim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada hari pertama, hitunglah:
a. Cara evans untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari
pertama hitunglah:
 Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)
 Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)
 2000 cc glukosa 5% (3)
Sperauh dari jumlah (1), (2) dan (3) diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari

9
kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai
monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.

b. Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan


banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama
dihitung dengan rumus: % luka bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh
dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama trauma diberikan elektrolit
yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari
kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morpin atau


petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian
intramuskular karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan di dalam otot.

4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka


dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan
pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai
yaitu betadine atau nitras argenti 0,5%.

5. Berikan antibiotik topical pasca pencucian luka dengan tujuan


untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
Bentuk krim lebih bermanfaat dari pada bentuk salep atau
ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%,
mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1% atau gentamisin sulfat.
Kompres nitras rgenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif
sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang banyak

10
dipakai adalah silver sulfadiazin dalam krim 1%. Krim ini sangat
berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus
yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan
resistensi dan aman.

6. Balut luka dengan menggunakan kasa ulung kering dan steril.

7. Berikan serum anti tetanus / toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada
orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak.

8. Komplikasi
 Syok hipovolemik
 Kekurangan cairan dan elektrolit
 Hypermetabolisme
 Infeksi
 GGA
 Masalah pernapasan akut, injuri inhalasi, aspirasi, gastrik
pneumonia bakteri dan edema naw dan emboli
 Sepsis pada luka
 Ikus penalitik
(Suriadi, 2001; 187)

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

11
1. Pengkajian
Pengkajian awal
Kaji status pernafasan
Kaji luas edema luka bakar berdasarkan persentase area permukaan
tubuh yang terkena (lihat Gbr 4.10). Kaji kedalaman luka bakar:
Luka bakar superfisial (derajat pertama) – diepidermis. Permukaan merah
kering. Pucat jika ditekan dan kembali normal jika tekanan dilepas.
Nyeri. Luka bakar ketebalan parsial (derajat kedua) lepuh, basah merah
muda atau merah belang pucat bila ditekan dan kembali normal jika
tekanan dilepas.
Sangat nyeri. Luka bakar ketebalan penuh (derajat ketiga). Liat kasar,
permukaan kusam, kering coklat, coklat kemerahan, merah atau hitam
tidak pucat jika ditekan. Nyeri bervariasi, sering kali nyeri hebat kaji
adanya bukti-bukti cedera penyerta:
Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya cedera atau iritasi. Periksa
nosofaring untuk mengetahui ada tidaknya edema atau kemerahan.
Periksa adanya rambut bagus, termasuk rambut hidung. Kaji adanya
cedera lain (mis: memar, fraktur cedera internal). Observasi adanya bukti-
bukti distres pernafasan, kaji kebutuhan terhadap obat nyeri. Timbang BB
anak pada saat masuk rumah sakit, ukur tanda-tanda vital. Kaji tingkat
kesadaran, dapatkan riwayat cedera luka bakar, terutama waktu cedera,
sifat agens, penyebab kebakaran, dan kontak, apakah cedera terjadi di
area tertutup. Dapatkan riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum
terbakar- BB, penyakit yang ada sebelumnya, adanya alergi, adanya
tetanus. Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian dalam darah,
urinalisis, kultur luka, hematokrit.

Pengkajian terus – menerus


Pantau tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, ukur masukan dan
pengeluaran, pantau infus intravena: observasi adanya bukti-bukti hidrasi

12
berlebihan. Kaji sirkulasi pada area perifer dari luka bakar. Kaji adanya
bukti-bukti pemulihan.
Stabilitas penutup, sementara atau graft kulit, infeksi. Observasi adanya
bukti-bukti komplikasi – pneumonia, sepsis luka, mulkus curling (stres),
disfungsi sistem syaraf pusat (alusinasi, perubahan kepribadian, delirium,
kejang, perubahan pada sensorium), hipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan
cairan melalui rute abnormal, ketidak cukupan pemasukan
2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kerusakan perlindungan kulit,
jaringan, traumatik
3) Gangguan rasa aman nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pe,bentukan
edema
4) Kerusakan mobilitas b/d gangguan neuromuskuler, nyeri / tidak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan
5) Perubahan gangguan citra tubuh b/d kecacatan

3. Rencana Keperawatan
DX 1
Tujuan / kriteria hasil:
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh keluaran
urin individu adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa lembab.

Intervensi:
 Awasi tanda vital, CVP, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi
perifer
 Awasi keluaran urin dan berat jenis
 Perkiraan drainase luka dan kehilngan yang tak tampak
 Pasang / pertahankan kateter urin tak menetap

13
Rasionalisasi:
 Memberika pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon
kardiovaskuler
 Penggantian caira harus diatasi untuk meyakinkan data-data keluaran
urin 30 – 50 ml / jam (pada orang dewasa)
 Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses
implamasi dan kehilangan melalui epaporasi besar
 Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah statis atau
reflek urin

DX 2
Tujuan / kriteria hasil:
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat rulen dan tidak
demam.

Intervensi:
 Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua
individu yang datang kontak dengan pasien
 Bersihkan jaringan nekrolik / yang lepas (termasuk lepasnya lepuh)
dengan gunting dan forsep
 Awasi tanda vital untuk demam, peningkatan frekuensi / kedalaman
pernafasan s/d perubahan sensori adanya diare, penurunan jumlah
trombosit

Rasionalisasi:
 Mencegah kontaminasi silang: menurunkan resiko infeksi
 Rambut media naik untuk pertumbuhan bakteri

14
 Meningkatkan penyembuhan, mencegah aura kontaminasi
 Indikator sersis (sering terjadi pada luka bakar, ketebalan penuh)
memerlukan evaluasi

DX 3
Tujuan / kriteria hasil:
Rasa nyeri berkurang / terkontrol, expresi wajah / postur tubuh rilex,
berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur / istirahat dengan tepat.

Intervensi:
 Tinggikan extremitas luka bakar secara periodik
 Berikan tempat tidur anjurkan sesuai indikasi
 Ubah posisi dengan sering, dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai
indikasi
 Lakukan penggantian balutan dan debridomen setelah pasien diberi
obat / atau pada hidroterapi

Rasionalisasi:
 Peninggian mugkin diperlukan pada awal untuk menurunkan
pembentukan odema setelah perubahan posisi dan peninggian
menurunkan ketidak nyamanan serta resiko kontraktur sendi
 Peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri
 Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot
terapi tipe latihan tergantung pada lokasi dan luas cedera
 Menurunkan terjadinya distres fisik dan emosi sehubungan dengan
penggantian balutan dan depridement
DX 4
Tujuan / kriteria hasil:

15
Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur,
mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi yang sakit dan /
atau kompensasi bagian tubuh, menunjukkan teknis / perilaku yang
mampu melakukan aktivitas.

Intervensi:
 Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi jari secara sering
 Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif
kemudian aktif
 Dorong partisipasi pasien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan
individual
 Berikan tempat tidur busa, udara, atau tempat tidur terapi kinetik
sesuai indikasi

Rasionalisasi
 Adema dapat mempengaruhi sirkulasi pada extremitas
mempotensikan neprosis jaringan / kontraktur
 Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan perut dan
kontraktur
 Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri dan membantu
proses perbaikan
 Mencegah tekanan lama pada jaringan, menurunkan potensi istemis
jaringan / neprosis dan pembentukan / dekubitus

DX 5
Tujuan / kriteria hasil:

16
Menyatakan penerimaan situasi diri, memasukkan perubahan dalam
konsep diri tanpa harga diri negatif.

Intervensi:
 Terima dan akui expresi prestasi, ketergantungan, marah, kebukaan
dan kemarahan
 Beri penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk
mengikuti tujuan rehabilitas
 Bersikap realistis dan positif selama pengobatan
 Berikan harapan dalam parameter situasi individu

Rasionalisasi:
 Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang
terjadi membantu perbaikan
 Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping
positif
 Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk
menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan
realitas.
(Donna L Wong, 2004; 682 – 687)

DAFTAR PUSTAKA

17
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Jakarta, Juli 2000.
Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid Kedua,
Aesculapius UI, 2000.
Dona L Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Cetakan I, 2004.
Elizabeth J. Crowin, Patofisiologi, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2001.

18

Anda mungkin juga menyukai