Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa
kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak secara ekonomi dan menjalani pendidikan
yang baik. Begitu juga tanpa ekonomi yang baik, manusia tidak akan dapat memperoleh pelayanan
kesehatan yang baik serta pendidikan yang baik. Tanpa pendidikan yang baik, manusia juga tidak
mengerti kesehatan serta mendapatkan ekonomi yang baik.

3 Lanjutan

Ketiga Parameter ini saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dimaksud dalam Pancasila dan UUD 45 telah dijelaskan dalam
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

4 Lanjutan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinka
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan dilandasi dengan ketentuan-ketentuan hukum antara lain Hukum Kesehatan.

5 Lanjutan

Dengan demikian Tujuan UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, salah satunya yang terdapat
dalam Pasal 3 ayat (e), yaitu

“Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga Kesehatan”.

6 TENAGA KEPERAWATAN

Sesuai dengan bunyi Pasal 11 yang dimaksudkan dengan Tenaga Keperawatan itu bisa dilihat dalam
Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam: a. tenaga medis; b. tenaga psikologi klinis; c. tenaga
keperawatan; Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.

7 REGISTRASI

Sesuai dengan bunyi Pasal 44 dikatakan bahwa (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR (Surat Tanda Registrasi). (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan.
8 Lanjutan (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;

b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan

e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

9 Lanjutan

Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan
dengan ijazah dari lembaga pendidikan DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN. (Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan)

10 Lanjutan

Kewajiban sumpah atau janji profesi bagi Perawat diatur dalam Pasal 44 ayat (3) huruf d namun tidak
dijelaskan siapa yang akan mengambil sumpah atau janji profesi itu ?

Tidak ada pengaturannya dalam Undang-Undang siapa yang wajib melakukan sumpah atau janji profesi
oleh seorang perawat yang telah menyandang ijasah D.3

11 Lanjutan

Akan tetapi dalam prakteknya pengambilan sumpah atau janji profesi itu dilakukan tidak ada
keseragaman atau kesamaan oleh siapa. Ada yang dilakukan oleh Direktur atau Dekan didalam lembaga
Perguruan Tingginya, ada juga yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai wakil dari Pemerintah serta
ada juga dilakukan oleh Organisasi keperawatan yang diakui oleh Pemerintah.

12 Lanjutan

Dekan atau Direktur suatu lembaga Perguruan Tinggi itu hanya sebatas melakukan penyelenggaraan
pendidikan saja hingga siswa itu dapat menyandang predikat sebagai ahli perawat dengan ijasah D.3
akan tetapi ketika sudah menyangkut Profesi maka yang berperan adalah Induk Organisasinya yang
diakui oleh Pemerintah, dalam melakukan sumpah/janji profesi.

13 Lanjutan
Dinas Kesehatan sebagai kepanjangan tangan wakil Pemerintah yang telah mengeluarkan Undang-
Undang apakah itu tentang Tenaga Kesehatan atau Keperawatan telah menunjuk suatu organisasi yang
diakuinya untuk memberikan semua pengurusan, pengawasan dan pembinaan terhadap anggotanya
maka sudah selayaknya pengambilan sumpah dan janji Profesi itu tidak dilakukan Dinas Kesehatan
karena itu sudah kewenangan organisasi.

14 Lanjutan

Semestinya yang berhak melakukan sumpah atau janji profesi perawat itu diserahkan kepada organisasi
yang sah diakui oleh Pemerintah, karena organisasi inilah yang diberikan kewenangan untuk mengatur
dan mengurusi anggotanya, termasuk perijinan, ujian kompentensi, dsbnya

15 SUMPAH/JANJI PROFESI

Kalau dilihat dari Hukum, sumpah atau janji profesi itu termasuk dalam kategori Hukum Perdata masuk
didalam Buku III tentang Hukum Perikatan atau Verbintenis.

Karena Sumpah atau Janji Profesi itu merupakan suatu hubungan hukum yang dilakukan antara 2 orang
atau lebih yang masuk dalam lapangan atau lingkup Harta Kekayaan (Vermogensrecht) dimana satu
pihak berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.

16 Lanjutan

Sumpah/janji Profesi termasuk dalam perikatan yang timbul dari perjanjian seperti yang diatur dalam
Pasal 1233 KUHPerdata sehingga apabila isi dari sumpah/Janji Profesi itu diingkari maka dapat dikatakan
sebagai ingkar janji/wanprestasi masuk dalam kategori hukum perdata, jika kemudian menimbulkan
kerugian bagi pihak lain maka diwajibkan membayar ganti rugi.

17 SUMPAH/JANJI PROFESI SEBAGAI PERJANJIAN

Harus memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata unsurnya, yaitu :

Kesepakatan, dimana antara yang disumpah dengan yang menyumpah telah sepakat untuk mematuhi
sumpah tersebut.

Kalau yang melakukan sumpah itu Dekan/ Direktur, atau Dinas Kesehatan, atau organisasi maka bisa
bertindak selaku subyek hukum disatu pihak dan di pihak lain subyek hukum itu adalah perawat.

18 Lanjutan

2. Kecakapan, dimana yang disumpah dan yang menyumpah itu telah dewasa, cakap tidak dibawah
umur, sakit jiwa dsb.
Subyek hukum ini bisa berkedudukan sebagai individu ataupun lembaga/institusi atau badan hukum
yang bertindak selaku pimpinan dari perguruan tinggi atau institusi pemerintah atau ketua organisasi
yang diakui oleh pemerintah.

19 Lanjutan

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

20 Lanjutan

3. Obyeknya tertentu, yaitu adanya jasa seorang perawat untuk melakukan perawatan terhadap pasien
yang membutuhkan sehingga termasuk jasa. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

21 Lanjutan

Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.

Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk
AsuhanKeperawatan.

22 Lanjutan Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:

Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar


pelayanan,standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;

23 Lanjutan Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:

melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar
profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

24 Lanjutan
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak: a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur
tentang tindakan Keperawatan yang akan dilakukan; b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau
tenaga kesehatan lainnya;

25 Lanjutan

c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

26 Lanjutan

4. Hubungannya sebab halal, yaitu didalam melakukan sumpah/janji profesi itu dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum seperti yang diatur dalam Paal 1337
KUHPerdata.

27 Lanjutan

Yang harus diperhatikan ketika seorang perawat akan melaksanakan tugasnya seperti dalam sumpah
atau janji profesi tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang berkaitan dengan Kesehatan,
yaitu :

1.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

2.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.

28 Lanjutan

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 4. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. 6.Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

29 Lanjutan

7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin Dan


Penyelenggaraan Praktik Perawat.

30 Lanjutan

Untuk unsur 1 dan 2 diatas itu merupakan syarat Subyektif, apabila tidak dipenuhi unsur tersebut maka
akibat hukumnya adalah dapat dimintakan pembatalan.
Sedangkan untuk unsur 3 dan 4 diatas itu merupakan syarat Obyektif, apabila unsur ini tidak dipenuhi
maka akibat hukumnya adalah batal demi hukum.

31 Kesimpulan

Dengan adanya sumpah atau janji Profesi yang dilakukan oleh perawat dengan Dekan atau Direktur
Perguruan Tinggi, atau Dinas Kesehatan atau organisasinya tersebut termasuk sebagai
Perjanjian/Verbintenis yang berlaku sah dan berlaku asas Pacta Van Survanda seperti yang diatur dalam
Pasal 1338 KUHPerdata yang berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihaknya.

32 Lanjutan

Dalam melakukan sumpah atau janji profesi yang dilakukan perawat yang dianggap sah dan mengikat
sebagai undang-undang bagi para pihaknya adalah yang dilakukan oleh induk organisasi keperawatan
yang diakui oleh Pemerintah, yang mempunyai kapasitas kewenangan yang diberikan oleh pemerintah

33 Sekian

Anda mungkin juga menyukai