Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ike turlastri

Jurusan : S1 Kebidanan
Kelas :A
NPM : 230107035P

Pembahasan tentang UU NO 17 TAHUN 2023

Isi UU Kesehatan yang Baru Disahkan Ada sejumlah aspek yang disempurnakan dalam Undang-undang
Kesehatan, yaitu :

1. Dari fokus mengobati menjadi mencegah Pemerintah sepakat dengan DPR RI, pentingnya layanan
primer yang mengedepankan layanan promotif dan preventif berdasarkan siklus hidup. Untuk
mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat, Pemerintah menekankan pentingnya standardisasi
jejaring layanan primer dan laboratorium kesehatan masyarakat disleuruh pelosok indonesia

2. Dari akses layanan kesehatan yang susah menjadi mudah Pemerintah sepakat dengan DPR RI bahwa
diperlukan penguatan pelayanan kesehatan rujukan melalui pemenuhan infrastruktur SDM, sarana
prasarana, pemanfaatan telemedisin, dan pengembangan jejaring pengampuan layanan prioritas, serta
layanan unggulan nasional berstandar internasional.

3A. Dari industri kesehatan yang bergantung ke luar negeri menjadi mandiri di dalam negeri. Pemerintah
sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan penguatan ketahanan kefarmasian dan alat kesehatan melalui
penguatan rantai pasok dari hulu hingga hilir. Memprioritaskan penggunaan bahan baku dan produk
dalam negeri, pemberian insentif kepada industri yang melakukan penelitian, pengembangan, dan
produksi dalam negeri.

3B. Dari sistem kesehatan yang rentan di masa wabah menjadi tangguh menghadapi bencana Pemerintah
sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan penguatan kesiapsiagaan pra bencana dan penanggulangan
secara terkoordinasi dengan menyiapkan tenaga kesehatan yang sewaktu-waktu diperlukan dapat
dimobilisasi saat terjadi bencana.

4. Dari pembiayaan yang tidak efisien menjadi transparan dan efektif. Pemerintah sepakat dengan DPR
RI untuk menerapkan penganggaran berbasis kinerja. Ini mengacu pada program kesehatan nasional yang
dituangkan dalam rencana induk bidang kesehatan yang menjadi pedoman yang jelas bagi pemerintah dan
pemerintah daerah.

5A. Dari tenaga kesehatan yang kurang menjadi cukup dan merata. Pemerintah sepakat dengan DPR RI
bahwa diperlukan percepatan produksi dan pemerataan jumlah dokter spesialis melalui penyelenggaraan
pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit.

5B. Dari perizinan yang rumit dan lama menjadi cepat, mudah dan sederhana. Pemerintah sepakat dengan
DPR RI bahwa diperlukan penyederhanaan proses perizinan melalui penerbitan STR yang berlaku
seumur hidup dengan kualitas yang terjaga
5C. Dari tenaga kesehatan yang rentan dikriminalisasi menjadi dilindungi secara khusus. Pemerintah
sepakat dengan DPR RI bahwa tenaga medis dan tenaga kesehatan memerlukan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugasnya, baik dari tindak kekerasan, pelecehan, maupun perundungan. Secara
khusus bagi tenaga medis yang diduga melakukan tindakan pidana dan perdata dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan harus melalui pemeriksaan majelis terlebih dahulu.

6A. Dari sistem informasi yang terfragmentasi menjadi terintegrasi. Pemerintah sepakat dengan DPR RI
bahwa diperlukan integrasi berbagai sistem informasi kesehatan ke sistem informasi kesehatan nasional
yang akan memudahkan setiap orang untuk mengakses data kesehatan yang dimilikinya tanpa
mengurangi jaminan perlindungan data individu.

6B. Dari teknologi kesehatan yang tertinggal menjadi terdepan. Pemerintah sepakat dengan DPR RI
perlunya akselerasi pemanfaatan teknologi biomedis untuk pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan
kedokteran presisi.

Ada 11 undang-undang terkait sektor kesehatan yang telah cukup lama berlaku sehingga perlu
disesuaikan dengan dinamika perubahan zaman. Pemerintah sependapat dengan DPR terkait dengan
ruang lingkup dan pokok-pokok hasil pembahasan yang telah mengerucut berbagai upaya peningkatan
kesehatan Indonesia ke dalam 20 bab dan 458 pasal di RUU Kesehatan. Pimpinan Komisi IX DPR RI
Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan RUU tentang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Indonesia. RUU ini menjabarkan agenda transformasi kesehatan yang
bersifat reformis untuk perbaikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer dan sekunder melalui
penguatan upaya kesehatan dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif, dan atau paliatif.
“RUU kesehatan memberikan ruang ekosistem untuk pengembangan inovasi kesehatan, serta penguatan
peran kesehatan,” ungkap Melki.

Menurut saya 10 undang undang tersebut Peraturan yang dibuat sudah sangat baik karna demi pelaynan
kesehatan terhadap masyarakat yang lebih maju. Namun disini saya ada sedikit kejanggalan dalam
peraturan undang-undang dimana pada pasal tersebut menyebutkan bahwa:
1. Pasal 462 Ayat (1)
Berbunyi, “Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang
mengakibatkan Pasien luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.”
Dalam pasal ini, tidak dijelaskan lebih rinci kelalaian seperti apa yang dimaksud. Di samping itu,
masyarakat awam masih kurang pemahaman terkait apa itu kesalahan medis (Medical error) dan kelalaian
medis (Malpraktik). Medical error adalah terapi yang tidak seharusnya diberikan, dan sifatnya masih
humanis. Sedangkan Malpraktik ialah tindakan medis yang bertentangan dengan etika profesi, baik
disengaja maupun tidak, dan dapat menimbulkan kerugian bagi pasien beserta keluarga. Masyarakat bisa
saja salah mengartikan kesalahan medis sebagai kelalaian medis jika tidak mengetahui perbedaan ini.

2. Pasal 314 Ayat (2)


Di dalam RUU Kesehatan Omnibus Law 2023, eksistensi organisasi profesi kesehatan terancam
menghilang. Pasal 314 Ayat (2) berbunyi, “Setiap kelompok Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan hanya
dapat membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi.”
Padahal, di Pasal 193 dikatakan bahwa klasifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan dibagi
empat, antara lain Tenaga Medis yang dibagi menjadi dua kelompok, Tenaga Kesehatan dengan sepuluh
kelompok, Tenaga Kesehatan Tradisional terdiri dari tiga kelompok, serta Tenaga Pendukung atau
Penunjang Kesehatan, yakni mereka yang bekerja pada fasilitas pelayanan institusi lain di bidang
kesehatan. Kedua pasal tersebut membuat bingung para tenaga kesehatan. Jika jenis profesi kesehatan
saja tidak bisa dijadikan satu, lantas mengapa organisasi profesi kesehatan yang seharusnya bertugas
menaungi tiap-tiap jenis profesi itu malah digabungkan? Pada dasarnya, setiap jenis tenaga kesehatan
memang memiliki peran masing-masing yang tidak bisa digantikan atau diambil alih oleh jenis tenaga
kesehatan lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pendidikan dan keterampilan yang telah
disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing. Untuk bisa menjalankan praktik
keprofesian, setiap tenaga kesehatan wajib menyertakan dokumen persyaratan, diantaranya Surat Izin
Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku, alamat praktik, ijazah pendidikan,
sertifikat kompetensi, surat pernyataan telah mengucapkan sumpah profesi, pernyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi, surat keterangan sehat fisik dan mental, serta rekomendasi asli dari
organisasi profesi sesuai wilayah tempat praktik.

3. Pasal 260 ayat 4


Penyederhanaan proses perizinan melalui penerbitan Surat Tanda Registrasi (STR) yang berlaku seumur
hidup tanpa menghilangkan fungsi penjagaan mutu dan kompetensi,".

Menurut saya STR diberlakukan seumur hidup sangat membantu tenaga medis disemua profesi
kususnya bidan, karena biasanya STR hanya berlaku untuk 5tahun, tetapi disaat waktu STR udah habis
banyak tenaga medis yang tidak memiliki dana untuk mengikuti kegiatan yang menjadi persyaratan
perpanjangan STR seperti MU dan Pelatihan Klinis. Walaupun yang menjadi tujuan dari pelatihan tersebut
untuk mengasah ilmu kita yang selama ini sudh pernah kita dapatkan. Tetapi terkadang yang menjadi
kendala dari semua kalangan tenaga kesehatan khusus nya yng tidak bekerja kendala didana sehingga
membuat mereka sebagian sampai saat ini yang tidak memiliki pekerjaaan dikarenkan str sudah tidak
berlaku karena persyaratan persyaratan tersebut.

4. Pasal 263 ayat 3

mengatur tentang siapa saja yang berhak menerbitkan SIP. SIP diterbitkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota tempat tenaga medis atau tenaga Kesehatan menjalankan praktik.

Saya kurang setuju dengan peraturan yang ada bahwa membuka praktik tidak harus membuat
surat izin praktik, karena menurut saya seharusnya dalam membuka praktik wajib mengikuti standarisasi
organisasi dan wajib dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu melalui prosedur yang ada, bagaimana kita
ingin memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas jika bagian dari palayanan kita aja seperti alat
dll tidak mengikuti standarisasinya.

Anda mungkin juga menyukai