Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

RUU Omnibus Law Kesehatan

Oleh :

Nama : KHOIRUL NUR KHOLIS

NIM : 22.6.9.0177

Dosen :

DR. dr.Heri S Widodo S.H,M.H

PENDIDIKAN MAGISTER HUKUM KONSENTRASI KESEHATAN

UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan YME atas segala Kasih dan Karunia-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk

itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 15 Desember 2022

Penulis
PEMBAHASAN

UU Cipta Kerja Omnibus Law mengubah beberapa aturan yang diterapkan sebelumnya,

termasuk dalam bidang medis dan kesehatan. UU yang disahkan dalam rapat paripurna

Dewan Perwakilan Rakyat Senin (5/10/2020) lalu itu disambut reaksi kekecewaan dari

berbagai kelompok masyarakat.

Pengesahan UU Cipta Kerja Omnibus Law dirasa merugikan karena berisiko menjebak

pekerjadalam kontrak seumur hidup, terancam PHK sewaktu-waktu, dan menghapus upah

minimum kabupaten/kota. Apakah UU Cipta Kerja Omnibus Law berisiko merugikan medis

dan kesehatan.

Dalam hal ini untuk Undang-undang keperawatan sudah mengatur profesi perawat dan juga

mengatur perawat untuk perlindungan klien atau masyarakat maupun perawat itu sendiri.

Sejak undang-undang keperawatan di sahkan tahun 2014 lalu, profesi keperawatan sudah

berjalan dengan baik hingga saat ini.

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa poin yang secara pribadi saya menolak
UU Kesehatan (OmnibusLaw).
Alasan saya menolak UU Kesehatan Omnibus Law karena akan berpotensi mencabut atau

meniadakan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Dengan di sahkannya UU

kesehatan Omnibus law itu berarti seluruh profesi kesehatan dan salah satunya UU No. 38

tahun 2014 di cabut, profesi perawat tidak lagi memiliki pedoman yang khusus lagi. Adapun

point-point yang di bahas dalam UU kesehatan salah satunya UU No. 38 Thn 2014 tentang

Keperawatan :

1. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pendidikan tinggi keperawatan

2. Pasal 192 s/d 203 hanya menjelaskan tentang tenaga kesehatan secara umum,
maupunpendidikan kedokteran

3. Standar pendidikan nasional pendidikan tenaga kesehatan di susun oleh menteri


(pasal 193ayat 13)-dapat melibatkan kolegiun masing-masing tenaga kesehatan
(pasal 194 ayat 4)
4. Jabaran pasal 203- ketentuan rumah sakit pendidikan, tidak ada keterkaitan dengan
organisasi perawat

5. Dosen (pasal 202)- Hanya di jelaskan secara umum

6. UKOM (pasal 197)- hanya penjelasan umum tentang UKOM tenaga kesehatan.
Penyelenggara UKOM : institusi pendidikan kerjasam dengan Kementrian Pendidikan,
tidak ada kaitan organisasi perawat

7. Standar kompetensi tenaga kesehatan di susun oleh masing-masing konsil Tenaga


Kesehatan (pasal 257 ayat 2)

8. Tenaga Keperawatan selanjutnya nanti hanya di sebutkan lagi pada RUU Kesehatan -
Pasal 280 ayat 2, yang hanya menerangkan pasal 280 ayat 1 , tentang peran Tenaga
Kesehatan dapat melaksankan pelayana kedokteran dan atau kefarmasian secara terbatas
dalam hal :

1) Tidak adanya tenaga medis/dan atau apoteker di suatu wilayah tempat tenaga
kesehatan bertugas

2) Kebutuhan program pemerintah : dan/atau

3) KLB, wabah, dan darurat berencana lainnya

9. Jenis perawat Tenaga perawat hanya di sebutkan dalam RUU kesehatan sebagai :

1) Kelompok tenaga kesehatan (RUU kesehatan -Pasal 184 ayat 1 huruf c)

2) Tenaga keperawatan terdiri atas perawat vokasi, perawat profesi, dan


perawat spesialis (RUU kesehatan-pasal 184 ayat 4, sebagaimana yang di
terangkan pada ayat 1 huruf c) sedangkan dalam UU No.38 Th 2014 ttg
keperawatan yang menjelaskan secara spesifik pada bab II ttg jenis perawat-Pasal
4, yang juga di jelaskan detail pada Permenkes 26 thn 2019
3) Pasal selanjutnya hanya menyebut tenaga keperawatan tanpa menjelaskan
peran/wewenang dalam melakukan pelayanan, sedangkan dalam UU NO. 38 thn
2014 ttg keperawatan yang menjelaskan secara spesifik pada Bab V ttg praktik
keperawatanTugas & wewenang perawat-Pasal 28 s/d 30.

RUU Kesehatan di rencanakan menggunakan Omnibus law, konsekuensi logis dari


metodetersebut adalah peraturan yang terkait dalam bidang kesehatan akan ikut
dimasukan RUU Kesehatan, peraturan terkait tersebut anatar lain:

➢ Peraturan terkait bidang kesehatan, akan ikut di masukan dalam RUU Kesehatan

➢ Peraturan terkait yaitu :


1. UU No. 4Thn 1984 ttg Wabah Penyakit Menular

2. UU No. 29 Thn 2004 ttg Praktik Kedokteran

3. UU No. 40 Thn 2004 ttg Sistem Jaminan Sosisal Nasional

4. UU No. 44 Thn 209 ttg Rumah Sakit

5. UU No. 24 Thn 2011 ttg Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

6. UU No. 20 Thn 2013 ttg Pendidikan Kedokteran

7. UU No. 18 Thn 2014 ttg Kesehatan Jiwa

8. UU No. 36 Thn 2014 ttg Tenaga Kesehatan

9. UU No. 38 Thn 2014 ttg Keperawatan

10. UU No. 6 Thn 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan

11. UU No. 4 Thn 2010 ttg Kebidanan

Adapun dampak terhadap profesi adalah

1. Pengembangan keilmuwan, kompetensi, sertifikasi, registrasi, dan kewenangan


dalam melakukan tindakan baik tindakan mandiri tindakan kolaboratif maupun
tindakan pelimpahanwewenang menjadi norma yang akan hilang.
2. Praktik mandiri perawat terancam oleh aturan baru.

Anda mungkin juga menyukai