LATAR Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera
BELAKANG setelah dilahirkan. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu sendiri dan
tidak disodorkan langsung ke putting susu ibu. Inisiasi Menyusui Dini
sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI Eksklusif dan
lama menyusui. Inisiasi Dini Menyusui bermanfaat untuk membantu
daya tahan tubuh bayi.
Pemberian ASI (air susu ibu) secara eksklusif adalah pemberian hanya A
SI tanpa memberikan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitami
n, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 4-6 bulan.
Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI eksklusif dal
am hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi, meng
optimalkan pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan ana
k, dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu.
Penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia adalah kematian neonatal
dan dua pertiga dari kematian neonatal adalah pada satu minggu pertama
oleh karena daya imun bayi masih sangat rendah. Sub Committee on Nut
rition (ACC/SCN) dalam edisi laporan tahun 2010, menyebutkan perlun
ya meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif karena perilaku menyu
sui sangat berhubungan dengan kesehatan dan kelangsungan hidup anak.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan pemberian A
SI eksklusif dengan berbagai cara. Menerbitkan peraturan dan perundan
g-undangan mengenai pemberian ASI eksklusif pun sudah dilakukan. K
epmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004, merupakan salah satu upaya k
ementrian kesehatan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklu
sif, dalam undang-undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang b
ekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada se
mua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif. Dalam
Keputusan Mentri Kesehatan ini diputuskan Sepuluh Langkah Menuju K
eberhasilan Menyusui (LMKM)
Pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi dianjurkan untuk diberikan
selama 4-6 bulan. Pada tahun 1999, UNICEF bersama dengan World He
alth Assembly (WHA) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sela
ma 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayinya. Reko
mendasi pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya masih
terlalu sulit untuk dilaksanakan. Upaya agar ibu bisa menyusui bayinya s
ecara eksklusif sampai usia 4 bulan saja masih memiliki banyak kendala.
Sasaran program perbaikan gizi masyarakat untuk meningkatkan ASI ek
sklusif menjadi 80% tampak terlalu tinggi.
Pemberian makanan/minuman pralakteal adalah pemberian makanan ata
u minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (dengan kata lain
mendahului pemberian ASI), biasanya telah dilakukan dalam 3 hari pert
ama. Pemberian makanan/minuman pralakteal adalah praktek yang serin
g dilakukan dan merupakan salah satu faktor utama kegagalan pelaksana
an ASI eksklusif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI eksklusif yaitu produksi ASI kur
ang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ingin relakta
si, terlanjurmendapat prelactal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, su
su formula pada hari hari pertama kelahiran), kelainan ibu contohnya ma
salah anatomi payudara, ibu hamil lagi padahal masih menyusui, ibu bek
erja, abnormalitas bayi/kelainan bayi, dan persepsi yang salah mengenai
ASI.
Faktor lain separti perubahan sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisi
k ibu, faktor kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu
kaleng sebagai pengganti ASI, petugas kesehatan menganjurkan penggu
naan PASI, puting susu nyeri/lecet, payudara bengkak (engorgement), sa
luran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomis pada p
uting susu, kegagalan menyusui, bayi enggan menyusu, gagal tumbuh pa
da bayi yang mendapat ASI, ikterus pada bayi yang minum ASI, bayi la
hir dengan operasi sectio caesaria, bayi kembar, penyakit kronis/berat pa
da ibu, ibu dengan diit tertentu, pemberian obat- obatan pada ibu menyu
sui, dan menyusui pada waktu hamil.
LATAR Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera
BELAKANG setelah dilahirkan. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu sendiri dan
tidak disodorkan langsung ke putting susu ibu. Inisiasi Menyusui Dini
sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI Eksklusif dan
lama menyusui. Inisiasi Dini Menyusui bermanfaat untuk membantu
daya tahan tubuh bayi.
Pemberian ASI (air susu ibu) secara eksklusif adalah pemberian hanya A
SI tanpa memberikan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitami
n, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 4-6 bulan.
Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI eksklusif dal
am hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi, meng
optimalkan pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan ana
k, dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu.
Penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia adalah kematian neonatal
dan dua pertiga dari kematian neonatal adalah pada satu minggu pertama
oleh karena daya imun bayi masih sangat rendah. Sub Committee on Nut
rition (ACC/SCN) dalam edisi laporan tahun 2010, menyebutkan perlun
ya meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif karena perilaku menyu
sui sangat berhubungan dengan kesehatan dan kelangsungan hidup anak.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan pemberian A
SI eksklusif dengan berbagai cara. Menerbitkan peraturan dan perundan
g-undangan mengenai pemberian ASI eksklusif pun sudah dilakukan. K
epmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004, merupakan salah satu upaya k
ementrian kesehatan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklu
sif, dalam undang-undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang b
ekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada se
mua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif. Dalam
Keputusan Mentri Kesehatan ini diputuskan Sepuluh Langkah Menuju K
eberhasilan Menyusui (LMKM)
Pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi dianjurkan untuk diberikan
selama 4-6 bulan. Pada tahun 1999, UNICEF bersama dengan World He
alth Assembly (WHA) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sela
ma 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayinya. Reko
mendasi pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya masih
terlalu sulit untuk dilaksanakan. Upaya agar ibu bisa menyusui bayinya s
ecara eksklusif sampai usia 4 bulan saja masih memiliki banyak kendala.
Sasaran program perbaikan gizi masyarakat untuk meningkatkan ASI ek
sklusif menjadi 80% tampak terlalu tinggi.
Pemberian makanan/minuman pralakteal adalah pemberian makanan ata
u minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (dengan kata lain
mendahului pemberian ASI), biasanya telah dilakukan dalam 3 hari pert
ama. Pemberian makanan/minuman pralakteal adalah praktek yang serin
g dilakukan dan merupakan salah satu faktor utama kegagalan pelaksana
an ASI eksklusif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI eksklusif yaitu produksi ASI kur
ang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ingin relakta
si, terlanjurmendapat prelactal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, su
su formula pada hari hari pertama kelahiran), kelainan ibu contohnya ma
salah anatomi payudara, ibu hamil lagi padahal masih menyusui, ibu bek
erja, abnormalitas bayi/kelainan bayi, dan persepsi yang salah mengenai
ASI.
Faktor lain separti perubahan sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisi
k ibu, faktor kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu
kaleng sebagai pengganti ASI, petugas kesehatan menganjurkan penggu
naan PASI, puting susu nyeri/lecet, payudara bengkak (engorgement), sa
luran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomis pada p
uting susu, kegagalan menyusui, bayi enggan menyusu, gagal tumbuh pa
da bayi yang mendapat ASI, ikterus pada bayi yang minum ASI, bayi la
hir dengan operasi sectio caesaria, bayi kembar, penyakit kronis/berat pa
da ibu, ibu dengan diit tertentu, pemberian obat- obatan pada ibu menyu
sui, dan menyusui pada waktu hamil.
LATAR -19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sej
BELAKANG umlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfi
rmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas
COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang terting
gi di Asia Tenggara.
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 n
m. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis c
oronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229
E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HK
U1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Mi
ddle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).14 Coronav
irus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacorona
virus.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut sal
uran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, b
atuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,
kongesti nasal, atau sakit kepala. Pada beberapa kasus pasien juga meng
eluhkan diare dan muntah.
Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah amplifikasi asa
m nukleat dengan real-time reversetranscription polymerase chain reacti
on (rRTPCR) dan dengan sequencing. Sampel dikatakan positif (konfir
masi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua target geno
m (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARSCoV-2; ATAU rRT-PCR po
sitif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing sebagian atau s
eluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.
TUJUAN Mengetahui kegiatan tracing penyakit menular yang dilaksanakan di
KEGIATAN UPTD Puskesmas Beringin Raya
Memutus mata rantai penularan COVID-19 di Wilayah kerja UPTD
Puskesmas Beringin Raya
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 145/64mmhg
Nadi 80x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36,8 C
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 120/80mmhg
Nadi 80x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36,8 C
O:
KU: Baik
Kes: CM
TD: 120/80 mmHg
N: 90x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36
SpO2: 98%
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : cairan (-/-) darah (-/-)
Telinga : cairan (-/-) darah (-/-)
Mulut : mukosa basah (+)
Leher : Pembesaran KGB(-)
Cor : 1,2 reguler, bising (-), intensitas normal
Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :nyeri tekan (-), bising usus normal
Ekstremitas : akral dingin (-/-) CRT <2 detik, kelemahan (-)
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 120/80mmhg
Nadi 80x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36,8 C
LATAR Hepatitis akut dikatakan misterius karena bukan timbul dari virus
BELAKANG penyebab hepatitis A-E. Virus ini pertama kali dilaporkan
keberadaannya di Inggris Raya pada 5 April lalu. Kemudian, pada 8
April ada 3 negara lain yang melaporkan kasus serupa. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) lantas menetapkan penyebaran hepatitis
misterius ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) per 15 April. Hampir
sepekan setelahnya, dilaporkan sudah ada 170 kasus pada 12 negara.
TUJUAN:
1. Memberikan infomasi kepada masyarakat mengenai penyakit
kanker serviks tentang gambaran penyakit dan cara pencegahan
nya
2. Menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini
dan pencegahan agar dapat meningkatkan penanganan terhadap
kanker serviks.
3. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Pecegahan Pemberantasan Penyakit (P2P) sehingga
masyarakat mendapatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan
yang lebih baik lagi dari puskesmas
Kesimpulan:
Terlaksananya penyuluhan tentang Deteksi dini Kanker
serviks di puskesmas Beringin Raya berjalan dengan cukup baik.
Peserta yang mengikuti cukup banyak dan antusias dalam
berdiskusi. Masyarakat menjadi lebih mengenal akan kanker
serviks dan pentingya pencegahan dan detksi dini kanker serviks
agar penanganan nya dapat lebih optimal dan mencegah
terjadinya perburukan yang dapat ditimbulkan akibat kanker
serviks.
Tujuan:
1. Memberikan infomasi kepada masyarakat mengenai
penggunaaan KB IMPLAN serta manfaat nya.
2. Mencegah terjadinya kehamilan dan pernikahan usia dini
3. Mencanangkan keluarga kecil dengan hanya memiliki 2 anak
4. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang
terlalu muda dan terlalu tua
5. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah
kebutuhan dengan jumlah penduduk di indonesia
6. Menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan
KB pada pasangan usia subur.
7. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Keluarga Berencana, salah satunya tahu metode
kontrasepsi yang sesuai digunakan samapai dengan efek samping
dan komplikasi yang ditimbulkan.
GAMBARAN - Pelaksana : dokter umum/Internsip, bidan pendamping, Kader
PELAKSANAAN RW 5
- Sasaran: wanita usia produktif
- Waktu/tempat: 15 desember 2022 / Posyandu RW 5
- Pendanaan dan sumber dana: JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
- Hasil Kegiatan:
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 15 desember 2022 di
Posyandu RW 05 yang berjudul "Apa itu Kontrasepsi
IMPLAN?" dihadiri oleh 15 peserta. Penyuluhan dimulai dari
pukul 08.30-09.00 WIB. Penyuluhan berisikan tentang definisi
KB, Implan, Cara kerja, cara pasang, Keuntungan dan efek
samping dari kontrasepsi implan. Penyuluhan berjalan dengan
lancar. peserta memahami isi dari penyuluhan dan peserta
antusias dalam memberikan pertanyaan.
Kesimpulan:
Terlaksananya penyuluhan tentang KB Implan di Posyandu
RW 5 berjalan dengan cukup baik. Peserta yang mengikuti cukup
banyak dan antusias dalam berdiskusi. Masyaraka menjadi lebih
mengenal akan manfaat dari penggunaan KB implan, cara
penggunaan KB Implan, cara memilih KB yang terbaik bagi
masing-masing pasangan, sampai dampak dan komplikasi dari
KB implan.
LATAR Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode
BELAKANG kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan. Tujuan pemberian
gizi yang baik adalah tumbuh kembang anak yang adekuat. Kebutuhan
nutrisi bayi berubah saat dia tumbuh, maka makanannya juga harus
disesuaikan dengan perubahan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan
yang sehat. Rekomendasi WHO dalam rangka pencapaian tumbuh
kembang optimal yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya air susu ibu
(ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Bayi (usia 0-11
bulan)
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang
mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, Untuk mencapai tumbuh
kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting
yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan. Seperti
kita ketahui bahwa peranan gizi yang baik untuk anak akan
memaksimalkan tumbuh kembang pada anak tersebut. Ini menjadi hal
yang serius karena kekurangan gizi atau gizi kronis akan mengakibatkan
stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, stunting di Indonesia mencapai
37,2 persen (9 juta balita). sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan
pemberian ASI sampaianak berusia 24 bulan atau lebih
Tujuan:
1. Memberikan infomasi kepada orang tua mengenai Pentingnya
gizi seimbang bagi bayi dan balita selama masa pertumbuhan
agar dapat meminimalisir terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Mencegah terjadinya komplikasi akibat kurangnya gizi seimbang
selama pertumbuhan seperti stunting, kurang energi protein, dan
lain-lain.
3. Memberikan penjelasan kepada orang tua anak mengenai
makanan yang baik sesuai usianya.
4. Pentingnya ASI Eksklusif dan imunisasi.
5. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait perbaikan gizi masyarakat, salah satunya tahu
metode kontrasepsi yang sesuai digunakan samapai dengan efek
samping dan komplikasi yang ditimbulkan.
GAMBARAN - Pelaksana : dokter umum/Internsip
PELAKSANAAN - Sasaran: orang tua yang memiliki anak dalam masa
pertumbuhan (0-18 tahun)
- Waktu/tempat: 8 november 2022 / Ruang tunggu poli KIA
PKM Beringin Raya
- Pendanaan dan sumber dana: JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
- Hasil Kegiatan:
Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu Poli
Anak Puskesmas Beringin Raya pada tanggal 8 november 2022.
Kegiatan dihadirin dengan jumlah 20 bayi/balita yang mengikuti
posyandu. Kegiatan ini diawali dengan pengukuran berat badan
tinggi badan konsultasi mengenai gizi dan penyuluhan. Warga
sangat antusias terhadap penyuluhan dan banyak yang bertanya
mengenai cara pemberian makanan selingan seperti buah, ASI
dan susu.
Kesimpulan:
Terlaksananya penyuluhan tentang Gizi Seimbang bagi bayi dan balita di
Poli KIA Puskesmas Beringin Raya berjalan dengan cukup baik. Peserta yang
mengikuti cukup banyak dan antusias dalam berdiskusi. Masyaraka menjadi
lebih mengenal akan pentingnya pemberian gizi yang baik dan seimbang untuk
bayi dan anak, pentingnya mencegah kekurangan gizi, dan dampak apa saja
yang dapat terjadi apabila pemberian makana kurang baik sehingga dapat
meningkatkan kesehatan anak-anak selama masa pertumbuhan dan masa
perkembangan di daerah Beringin Raya.
Kesimpulan:
Terlaksananya penyuluhan tentang Managemen stress di Poli Jiwa
Puskesmas Beringin Raya berjalan dengan cukup baik. Peserta yang mengikuti
cukup banyak dan antusias dalam berdiskusi. Masyaraka menjadi lebih
mengenal akan pentingnya managemen stress dengan mengetahui penyebab
stress dan teknik-teknik untuk mengelola stress, dampak dari stress berlebihan,
komplikasi apa saja yang bisa terjadi bila stres berlebihan, sehingga
masyarakat dapat lebih terhindari dari stress dan tidak terhimpit oleh stress itu
sendiri.
Tujuan:
1. Memberikan infomasi kepada Masyarakat mengenai penyakit
TB, penyebab, gejala, cara penularan, dan pengobatan TB
sehingga masyarakat dapat terhindar fari penyakit TB dan
mencegah komplikasi yang dapat timbul dari TB apabila
pengobatannya tidak tuntas.
2. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Pencegahan Penyakit Menular, salah satunya
Pencegahan dan pentingnya pengobatan yang tuntas untuk TB
GAMBARAN - Pelaksana : dokter umum/Internsip, perawat, pemegang
PELAKSANAAN program.
- Sasaran: Semua masyarakat dari mulai remaja hingga dewasa.
- Waktu/tempat: 17 desember 2022 / Puskesmas Beringin Raya
- Pendanaan dan sumber dana: JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
- Hasil Kegiatan:
Pelaksanaan penyuluhan TB pada tanggal 17 desember 2022
dalam memperingati hari TB sedunia. Pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan di PKM Beringin Raya pada pukul 09.00-10.00.
Pelaksaan penyuluhan dihadiri oleh 14 peserta dari berbagai usia.
Peserta sangat antusias dalam mendengarkan penyuluhan dan
memahami isi dari penyuluhan tersebut. Isi penyeluhan berupa
apa itu tb, gejala, pemeriksaan, dan terapi yang harus diberikan.
Kami juga mengajurkan untuk peserta menggunakan masker
yang benar dan mencuci tangan.
Kesimpulan:
Terlaksananya penyuluhan tentang Temukan Obat Sampat Tuntas TB
(TOSS TB) di Puskesmas Beringin Raya berjalan dengan cukup baik. Peserta
yang mengikuti cukup banyak dan antusias dalam berdiskusi. Masyarakat
menjadi lebih menyadari akan gejala apasaja yang apat ditemukan pada
penderita TB dan bagaimana yang harus dilakukan apabila gejala itu muncul.
Serta, pentingnya pengobatan TB hingga tuntas agar tidak terjadi komplikasi
yang dapat ditimbulakn dari TB dan kekambuhan TB kembali.
Tujuan:
1. Memberikan infomasi kepada orang tua mengenai pengertian
hiperglikemi dan hipoglikemi dalah hubungan nya dengan cara
pencegaan DM
2. Memberikan edukasi kepada mengenai Penyakit Diabetes
tentang apa itu diabetes, apa saja tanda dan gejala nya dan
pencegahan nya.
3. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya cek gula rutin bagi
masyarakan usia 50 tahun keatas dalam hubungan nya denga
deteksi awah diabetes sehingga dapat dilakukan pencegahan
lebih awal
4. Memberikan informasi mengenai dapak yang ditimbulkan
apabila terjadi peningkatan gula darah yang berlebihan dan
penurunan gula darah yang berlebihan.
6. Mencegah terjadinya komplikasi akibat hiperglikemi ataupun
hipoglikemi.
7. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Prolanis, salah satunya tahu mengenai hiperglikemi
dan hipoglikemi dalam kaitannya dengan pencegahan DM
ataupun penyakit lain, sehingga komplikasinya dapat dicegah.
GAMBARAN - Pelaksana : dokter umum/Internsip, perawat, pemegang
PELAKSANAAN program.
- Sasaran: Semua masyarakat dari mulai remaja hingga dewasa,
terutama yang menjadi anggota prolanis.
- Waktu/tempat: 14 November 2022 / Puskesmas Beringin Raya
- Pendanaan dan sumber dana: JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
- Hasil Kegiatan:
Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Beringin
Raya dan dihadiri oleh seluruh peserta prolanis DM. Pelaksanaan
dilaksanakan pada pukul 08.30 sampai 09.00. Kegiatan
penyuluhan dilaksanakan dengan lancar dan antusias peserta
sangan baik. Peserta banyak bertanya dan respon sangat puas
dengan penjelasan yang kami berikan.
Kesimpulan:
Terlaksananya penyuluhan tentang apa itu hiperglikemi dan
hipoglikemi di Puskesmas Beringin Raya berjalan dengan cukup
baik. Peserta yang mengikuti cukup banyak dan antusias dalam
berdiskusi. Masyarakat terutama anggota prolanis menjadi lebih
mengeri mengenai perbedaan hiperglokemi dan hipoglikemi
terait dengan pencegahan penyakit-penyakit kronis seperti DM,
agar dapat melakukan pencegahan dan menhindari dari
komplikasi.
PENAPISAN TB
Tujuan:
1. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Penapisan TB Paru sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih
baik lagi dari Puskesmas.
2. Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak
mengenai penapisan TB Paru, efek samping dan komplikasi yang
bisa ditimbulkan sehingga dapat mencegah Penyakit TB dan
komplikasinya.
3. Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan
pengetahuan tentang penapisan TB Paru di Puskesmas dalam
lingkup wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 133/68mmhg
Nadi 58x/menit
Nafas 20x/menit
Suhu 36,6
Kesimpulan:
Terlaksananya program penapisan TB untuk pasien dengan gejala awal TB
di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan
yang sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih mengerti
dan yakin untuk melakukan pemeriksaan TB berupa pemeriksaan BTA atau
pun rotgen paru. Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanannya karena
bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan mumpuni mengenai
gejala awal dari TB.
Tujuan:
1. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Penapisan TB Paru sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih
baik lagi dari Puskesmas.
2. Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak
mengenai penapisan TB Paru, efek samping dan komplikasi yang
bisa ditimbulkan sehingga dapat mencegah Penyakit TB dan
komplikasinya.
3. Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan
pengetahuan tentang penapisan TB Paru di Puskesmas dalam
lingkup wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 110/83mmhg
Nadi 122x/menit
Nafas 22x/menit
Suhu 36,6
Kesimpulan:
Terlaksananya program penapisan TB untuk pasien dengan gejala awal TB
di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan
yang sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih mengerti
dan yakin untuk melakukan pemeriksaan TB berupa pemeriksaan BTA atau
pun rotgen paru. Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanannya karena
bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan mumpuni mengenai
gejala awal dari TB.
Tujuan:
1. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Penapisan TB Paru sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih
baik lagi dari Puskesmas.
2. Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak
mengenai penapisan TB Paru, efek samping dan komplikasi yang
bisa ditimbulkan sehingga dapat mencegah Penyakit TB dan
komplikasinya.
3. Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan
pengetahuan tentang penapisan TB Paru di Puskesmas dalam
lingkup wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 114/76mmhg
Nadi : 96x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu 36,8 C
Kesimpulan:
Terlaksananya program penapisan TB untuk pasien dengan gejala awal TB
di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan
yang sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih mengerti
dan yakin untuk melakukan pemeriksaan TB berupa pemeriksaan BTA atau
pun rotgen paru. Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanannya karena
bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan mumpuni mengenai
gejala awal dari TB.
Judul Laporan : Penapisan TB : Pemeriksaan TCM
Topik : Penapisan TB : Pemeriksaan TCM
Waktu Kegiatan : 5 mei 2022
Identitas : Ny. RNR, 24thn, BB 56Kg, TB 160cm
Tujuan:
1. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin
Raya terkait Penapisan TB Paru sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih
baik lagi dari Puskesmas.
2. Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak
mengenai penapisan TB Paru, efek samping dan komplikasi yang
bisa ditimbulkan sehingga dapat mencegah Penyakit TB dan
komplikasinya.
3. Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan
pengetahuan tentang penapisan TB Paru di Puskesmas dalam
lingkup wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 120/70mmhg
Nadi 80x/menit
Nafas 19x/menit
Suhu 36,8 C
Kesimpulan:
Terlaksananya program penapisan TB untuk pasien dengan gejala awal TB
di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan
yang sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih mengerti
dan yakin untuk melakukan pemeriksaan TB berupa pemeriksaan BTA atau
pun rotgen paru. Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanannya karena
bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan mumpuni mengenai
gejala awal dari TB.
Judul Laporan : Penapisan TB : Pemeriksaan TCM
Topik : Penapisan TB : Pemeriksaan TCM
Waktu Kegiatan : 5 Mei 2022
Identitas : TN.J, 57thn, BB 55Kg, TB 160cm
Tujuan:
1. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin Ray
a terkait Penapisan TB Paru sehingga masyarakat mendapatkan p
elayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi dari Pus
kesmas.
2. Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak menge
nai penapisan TB Paru, efek samping dan komplikasi yang bisa d
itimbulkan sehingga dapat mencegah Penyakit TB dan
komplikasinya.
3. Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan pengetah
uan tentang penapisan TB Paru di Puskesmas dalam lingkup wila
yah kerja puskesmas Beringin Raya
RINGKASAN - Pelaksana : dokter umum/Internsip, perawat, pemegang
PELAKSANAAN program.
- Sasaran: Seluruh pasien yang datang dengan gejala awal TB
untuk diperiksa BTA.
- Waktu/tempat: 16 november 2022 / Puskesmas Beringin Raya
- Pendanaan dan sumber dana: JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
Hasil Kegiatan:
S : Pasien datang dengan keluhan batuk disertai darah sejak 1 minggu
yang lalu, keluhan disertai dengan penurunan berat badan. Pasien
memiliki Riwayat penyakit TB satu tahun yang lalu dan pengobatan
selesai.
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 100/87mmhg
Nadi 80x/menit
Nafas 20x/menit
Suhu 36,8
Kesimpulan:
Terlaksananya program penapisan TB untuk pasien dengan gejala awal TB
di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan
yang sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih mengerti
dan yakin untuk melakukan pemeriksaan TB berupa pemeriksaan BTA atau
pun rotgen paru. Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanannya karena
bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan mumpuni mengenai
gejala awal dari TB.
Judul Laporan : Kegiatan Vaksinasi COVID-19
Topik : Vaksinasi COVID-19
Waktu Kegiatan : 14 Maret 2021
Tempat Kegiatan : Kantor Desa Rawa makmur
Identitas : Tn. A; 33 th; 62 kg; Tidak memiliki Komorbid
Tanda-tanda Vital
– Tekanan Darah : 120/80 mmHg
– Nadi : 100x/menit
– Respirasi : 22x/menit
– Suhu : 36,5OC
– SpO2 : 98%
LATAR Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih
BELAKANG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
menjadi tantangan utama di sektor kesehatan. Dari data SUPAS 2015,
menunjukan bahwa dari 1000 angka kelahiran di Indonesia, 305
diantaranya ibu melahirkan meninggal. Angka Kematian Ibu menjadi
salah satu ukuran indikator suatu bangsa karena menunjukan
kesejahteraan suatu bangsa.
Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya guna
menurunkan Angka Kematian Ibu ini. Saat ini angka tersebut sudah
dapat ditekan salah satunya dengan pelayanan Antenatal Care (ANC).
Akses pelayanan ibu hamil yang memanfaatkan ANC meningkat sebesar
98% dengan 78% persalianan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Wignjosastro (2012) Antenatal Care (ANC) merupakan
pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan
menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas. Pemeriksaan ANC adalah suatu
program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2013). Pemeriksaan
kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,
yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
Identifikasi faktor risiko dan komplikasi perlu dilakukan sedini mungkin
agar ibu yang berisiko lebih cepat dan tepat penanganannya, sehingga
perencanaan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.
Selama pandemi COVID-19 ini, layanan maternal sangat penting untuk
diperhatikan dengan baik agar morbiditas dan mortalitas ibu tidak lagi
meningkat. Terdapat batasan pada layanan maternal selama pandemi
COVID-19 seperti ibu hamil tidak mau pergi ke fasilitas layanan
kesehatan karena takut tertular.
Pandemi COVID-19 sangat berdampak kepada layanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dengan terjadinya penurunan jumlah kunjungan K1
dan K4 ke fasyankes. Terutama saat awal bulan Juli 2021 saat pandemi
COVID-19 mulai meningkat, tercatat ada 9.399 tambahan kasus baru di
DKI Jakarta. Dari 9.399 kasus positif kasus tertinggi ada di kabupaten
Jakarta Timur dengan 2.974 kasus.
Selama pandemi COVID-19, WHO (2020) merekomendasikan
pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama masa
kehamilan yaitu kunjungan wajib pertama pada trimester pertama untuk
melakukan skrining faktor risiko dan kunjungan wajib kedua pada
trimester ketiga untuk persiapan persalinan dan sisanya dapat dilakukan
jika ibu hamil mengalami atau merasakan kondisi yang memburuk.
Selain itu tingkat pengetahuan dan ekonomi juga berdampak terhadap
sikap ibu yang tidak acuh untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke fasilitas kesehatan. Terutama saat pandemi COVID-19 seperti
sekarang ini dimana tingkat perekonomian masyarakat semakin
menurun sehingga masyarakat lebih memilih uangnya digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari daripada untuk kesehatan.
TUJUAN
5. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu da
KEGIATAN
n tumbuh kembang bayi.
6. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosia
l, ibu dan bayi
7. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penya
kit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan
8. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selam
at baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
9. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberia
n ASI eksklusif.
GAMBARAN
PELAKSANAAN Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, bidan pendamping,
kader kesehata setempat
Sasaran kegiatan: ibu hamil pada daerah kerja puskesmas Beringin
Raya yang datang ke poned dan posyandu rawa makmur, cibanteng, dan
Beringin Raya
Waktu/Tempat: Hari Senin-sabtu Pukul 09.00-13.00/ gedung poned
uptd Beringin Raya dan pos posyandu
Pendanaan dan sumber dana: JKN/BPJS, pembiayaan mandiri untuk
pasien umum
Hasil kegiatan : pelayanan pemeriksaan ANC yang dilakukan meliputi
beberapa macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan tanda vital ibu, seperti
vital sign, pengukuran BB, TB, Lingkar lengan ibu, pemantauan kondisi
bayi, pemberiaan vitamin dan zar besi untuk ibu hamil, dan pelayanan
vaksinasi pada ibu hamil. Lokasi yang dilakukan untuk pemeriksaan
ANC yaitu dilakukan di gedung poned UPTD Beringin Raya dan pos
posyandu yang tersebar di desa cibanteng, rawa makmur dan Beringin
Raya. elaksanaan kegiatan ini turut memberdayakan masyarakat
setempat yaitu kader kesehatan yang telah dipilih dan dikoordinasi
dengan tenaga kesehatan puskesmas Beringin Raya. Pemeriksaan pasien
dilakukan oleh dokter internsip didampingi oleh bidan. Penyediaan
sarana prasarana Pada pos- pos posyanduseperti alat pemeriksaan dan
vitamin untuk hamil telah disediakan dengan koordinasi antara kader
dan petugas puskesmas.
LATAR Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih
BELAKANG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
menjadi tantangan utama di sektor kesehatan. Dari data SUPAS 2015,
menunjukan bahwa dari 1000 angka kelahiran di Indonesia, 305
diantaranya ibu melahirkan meninggal. Angka Kematian Ibu menjadi
salah satu ukuran indikator suatu bangsa karena menunjukan
kesejahteraan suatu bangsa.
Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya guna
menurunkan Angka Kematian Ibu ini. Saat ini angka tersebut sudah
dapat ditekan salah satunya dengan pelayanan Antenatal Care (ANC).
Akses pelayanan ibu hamil yang memanfaatkan ANC meningkat sebesar
98% dengan 78% persalianan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Wignjosastro (2012) Antenatal Care (ANC) merupakan
pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan
menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas. Pemeriksaan ANC adalah suatu
program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2013). Pemeriksaan
kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,
yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
Identifikasi faktor risiko dan komplikasi perlu dilakukan sedini mungkin
agar ibu yang berisiko lebih cepat dan tepat penanganannya, sehingga
perencanaan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.
LATAR Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih
BELAKANG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
menjadi tantangan utama di sektor kesehatan. Dari data SUPAS 2015,
menunjukan bahwa dari 1000 angka kelahiran di Indonesia, 305
diantaranya ibu melahirkan meninggal. Angka Kematian Ibu menjadi
salah satu ukuran indikator suatu bangsa karena menunjukan
kesejahteraan suatu bangsa.
Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya guna
menurunkan Angka Kematian Ibu ini. Saat ini angka tersebut sudah
dapat ditekan salah satunya dengan pelayanan Antenatal Care (ANC).
Akses pelayanan ibu hamil yang memanfaatkan ANC meningkat sebesar
98% dengan 78% persalianan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Wignjosastro (2012) Antenatal Care (ANC) merupakan
pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan
menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas. Pemeriksaan ANC adalah suatu
program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2013). Pemeriksaan
kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,
yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
Identifikasi faktor risiko dan komplikasi perlu dilakukan sedini mungkin
agar ibu yang berisiko lebih cepat dan tepat penanganannya, sehingga
perencanaan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.
LATAR Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih
BELAKANG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
menjadi tantangan utama di sektor kesehatan. Dari data SUPAS 2015,
menunjukan bahwa dari 1000 angka kelahiran di Indonesia, 305
diantaranya ibu melahirkan meninggal. Angka Kematian Ibu menjadi
salah satu ukuran indikator suatu bangsa karena menunjukan
kesejahteraan suatu bangsa.
Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya guna
menurunkan Angka Kematian Ibu ini. Saat ini angka tersebut sudah
dapat ditekan salah satunya dengan pelayanan Antenatal Care (ANC).
Akses pelayanan ibu hamil yang memanfaatkan ANC meningkat sebesar
98% dengan 78% persalianan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Wignjosastro (2012) Antenatal Care (ANC) merupakan
pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan
menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas. Pemeriksaan ANC adalah suatu
program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2013). Pemeriksaan
kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,
yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
Identifikasi faktor risiko dan komplikasi perlu dilakukan sedini mungkin
agar ibu yang berisiko lebih cepat dan tepat penanganannya, sehingga
perencanaan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.
5.Judul Laporan : pemeriksaan Ante Natal Care pada era pandemi covid 19
Topik : ANC
Waktu Kegiatan : 12 April 2022 Posyandu Rawa makmur
Identitas : Ny. S; 29 th; BB 60 kg; TB 155 cm G4P2A1
LATAR Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih
BELAKANG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
menjadi tantangan utama di sektor kesehatan. Dari data SUPAS 2015,
menunjukan bahwa dari 1000 angka kelahiran di Indonesia, 305
diantaranya ibu melahirkan meninggal. Angka Kematian Ibu menjadi
salah satu ukuran indikator suatu bangsa karena menunjukan
kesejahteraan suatu bangsa.
Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya guna
menurunkan Angka Kematian Ibu ini. Saat ini angka tersebut sudah
dapat ditekan salah satunya dengan pelayanan Antenatal Care (ANC).
Akses pelayanan ibu hamil yang memanfaatkan ANC meningkat sebesar
98% dengan 78% persalianan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Wignjosastro (2012) Antenatal Care (ANC) merupakan
pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan
menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas. Pemeriksaan ANC adalah suatu
program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2013). Pemeriksaan
kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,
yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
Identifikasi faktor risiko dan komplikasi perlu dilakukan sedini mungkin
agar ibu yang berisiko lebih cepat dan tepat penanganannya, sehingga
perencanaan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.
Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali usia 23 tahun dengan suami sekarang sudah berjalan 10 tah
un
Riwayat Obstetri
1. 2012 : UK 39 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan d
esa, Bayi perempuan BB 3200gr PB 50cm keadaan sehat normal, masa
nifas tidak ada penyulit ASI eeksklusif s/d 1 tahun2
2. 2015 : UK 38 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan d
esa, Bayi laki-laki BB 2800gr PB 51 cm keadaan sehat normal, masa nif
as tidak ada penyulit ASI ekslusif s/d 1.5 tahun
3. 2019: uk 38 minggu penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan
desa, bayi perempuan BB 2900gr, Pb 48 cm, keadaan sehat, masa nifas
tidak ada penyulit ASI ekslusif s/d 2 tahun
Riwayat KB
Tidak pernah menggunakan kb
Riwayat Kesehatan Keluarga dan Penyakit
Riwayat kesehatan ibu terbilang baik, tidak ada riwayat penyakit turuna
n, riwayat DM (-) hipertensi (-) jantung (-) kanker (-)
Kesimpulan :
Terlaksananya program KB untuk wanita usia subur di puskesmas
Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan yang sudah
sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih yakin untuk
melakukan tindakan KB di puskesmas Beringin Raya. Selain itu pasien
lebih optimal mendapat pelayanan nya karena bisa mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan mumpuni mengenai kesehatannya
khususnya terkait program KB yang sedang dijalani.
TUJUAN
1. Membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan ekonomi
KEGIATA
2. Untuk menjarakan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga yang
bahagia
3. Mencegah terjadinya kehamilan dan pernikahan usia dini
4. Mencanangkan keluarga kecil dengan hanya memiliki 2 anak
5. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang
terlalu muda dan terlalu tua
6. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan
dengan jumlah penduduk di Indonesia
7. Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin Raya terk
ait Keluarga Berencana sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan da
n pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi dari Puskesmas.
8. Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak mengenai p
elayanan Keluarga Berencana, salah satunya tahu metode kontrasepsi ya
ng sesuai digunakan sampai dengan efek samping dan komplikasi yang
bisa ditimbulkan
9. .Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan pengetahuan
tentang evaluasi gerakan Keluarga Berencana di Puskesmas dalam lingk
up wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
GAMBARAN
PELAKSANAAN Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, bidan pendamping
Sasaran kegiatan : Wanita usia subur
Waktu/Tempat : 09/11/2022 Pukul 09.00 / Poli KI
A Puskesmas Beringin Raya
Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
Hasil kegiatan :
Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim me
rupakan alat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa kerangka dari
plastik yang fleksibel yang diselubungi kawat halus yang terbuat dari te
mbaga (Cu), sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sa
mpai 10 tahun : CuT.380A).7 IUD dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduksi, kecuali oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Men
ular Seksual. Kegiatan KB dalam puskesmas Beringin Raya terdapat pad
a pelayanan unit BKIA di gedung PONED Puskesmas Beringin Raya. W
aktu pelayanan diadaka setiap hari Senin-Sabtu oleh bidan dan dokter ya
ng tersedia. Pelayanan injeksi KB implan ini telah dilaksanakan sesuai S
OP yang berlaku mulai dari pendataan, pemeriksaan, penapisan masalah
kesehatan, pelaksanaan tindakan dan KIE pada akseptor mengenai KB.
Berikut lampiran identitas pasien yang diberikan tindakan suntik KB.
S : Pasien datang ingin memasang KB IUD
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD 120/80mmhg
Nadi 80x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36,8 C
Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali usia 24 tahun dengan suami sekarang sudah berjalan 20 tah
un
Riwayat Obstetri
1. 2000 : UK 39 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bid
an desa, Bayi laki-laki BB 3100gr PB 52cm keadaan sehat norma
l, masa nifas tidak ada penyulit ASI eeksklusif s/d 1 tahun2
4. 2003 : UK 38 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan d
esa, Bayi laki-laki BB 3000gr PB 51 cm keadaan sehat normal, masa nif
as tidak ada penyulit ASI ekslusif s/d 1.5 tahun
5. 2010: uk 38 minggu penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan
desa, bayi laki-laki BB 3000gr, Pb 50 cm, keadaan sehat, masa nifas
tidak ada penyulit ASI ekslusif s/d 2 tahun
Riwayat KB
Sebelumnya menggunakan kb suntik 3bulan selama 10 tahun namun
mengalami kenaikan berat badan yang drastis dan ingin mengganti ke kb
IUD
Riwayat Kesehatan Keluarga dan Penyakit
Riwayat kesehatan ibu terbilang baik, tidak ada riwayat penyakit turuna
n, riwayat DM (-) hipertensi (-) jantung (-) kanker (-)
Ny. R 45 tahun akseptor kontrasepsi IUD
Pelaksanaannya dimulai dari pendaftaran, menimbang berat badan dan
mengukur tekanan darah, dan setelah itu dilakukan pemasangan atau
pemberian kontrasepsi. Ny. P usia 45 tahun datang untuk pemasangan
kontrasepsi iud ( akdr). Pasien saat ini sudah memiliki 3 anak, pasien
tidak ada riwayat penyakit sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 120/80, berat badan 60 kg, pemasangan kb IUD dimuali dengan
persiapan alat, lalu setelah selesai mempersiapkan alat pasien diminta
berabringdi tempat tidur priksa dengan posisi litotomi. Setelah
menggunakan sarun tangan steril, lakukan tindakan antiseptik pada
vagina dengan menggunakan kassa yang sudah diebrikan larutan
antiseptik dengan arah memutar dari tengah ke tepi dan kearah samping.
1. Selanjutnya pasang spekulum sampai serviks terlihat dengan jelas lalu
kunci speklum. Lalu ukur kedalaman uterus dengan sonde dengan teknik
no touch technique. Sesuaikan penanda biru pada tabung inserter yang m
asih berada di dalam kemasan sterilnya dengan kedalaman uteri sesuai h
asil sonde, lalu buka seluruh kemasan steril IUD.
1. Angkat tabung IUD secara hati-hati, pegang IUD dengan posisi lengan h
orizontal. Tangan kiri menarik tenakulum secara hati-hati, tangan kanan
memasukkan tabung inserter IUD ke dalam uterus sampai leher biru me
nyentuh serviks atau sampai dirasakan ada tahanan. Pegang serta tahan t
enakulum dan pendorong dengan satu tangan. Lepaskan lengan IUD de
ngan teknik withdrawal yaitu menarik keluar tabung inserter sampai pan
gkal pendorong, sambil tetap menahan pendorong. Keluarkan pendoron
g, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai penand
a biru menyentuh serviks atau terdapat tahanan. Keluarkan sebagian tabu
ng inserter dan gunting benang 3-4 cm. Keluarkan seluruh tabung inserte
r, buang ke tempat sampah medisLepaskan tenakulum secara hati-hati da
n rendam di larutan klorin 0,5%. Periksa serviks dan bila ada pendaraha
n tekan serviks dengan menggunakan kassa yang dijepit tampon tang sel
LATAR BELAKANG
ama 30-60 detik Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan rendam di lar
utan klorin 0,5% Pastikan pasien tidak mengalami kram perut hebat dan
amati pasien kurang lebih 15 menit sebelum membolehkan pasien pulan
g
Kesimpulan :
Terlaksananya program KB untuk wanita usia subur di puskesmas
Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan yang sudah
sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih yakin untuk
melakukan tindakan KB di puskesmas Beringin Raya. Selain itu pasien
lebih optimal mendapat pelayanan nya karena bisa mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan mumpuni mengenai kesehatannya
khususnya terkait program KB yang sedang dijalani.
PEM
Kesimpulan;
Terlaksananya program monitoring pertumbuhan anak di posyandu rawa makmur sudah berjal
an cukup baik. Peran serta dan antusiasme dari peserta yang melakukan pemeriksaan pertumb
uhan bayi dan balita tersebut sudah cukup baik. Kegiatan tersebut sangat membantu untuk mel
akukan deteksi dini pada bayi dan balita yan memiliki resiko adanya gangguan dalam perteumb
uhannya melalui pendataan status gizi.
LATAR
BELAKANG Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam
urat serum di atas normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi,
disebut sebagai hiperurisemia jika kadar asam urat serum orang dewasa l
ebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan. Hiperurise
mia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal.
Hiperurisemia bisa juga tidak menampakkan gejala klinis/ asimptomat
is. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak menampakkan gejala klinis. Hip
erurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena diet ting
gi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahan asam nukleat yang b
erlebihan atau sering merupakan kombinasi keduanya. Sedangkan gout
(pirai) adalah penyakit yang sering ditemukan, merupakan kelompok pe
nyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada j
aringan, akibat gangguan metabolisme berupa hiperurisemia. Manifestas
i klinik deposisi urat meliputi artritis gout, akumulasi kristal di jaringan
yang merusak tulang (tofus), batu urat, dan nefropati gout.
Sedangkan prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis tenaga ke
sehatan di Indonesia adalah 11,9%, dengan prevalensi tertinggi di provin
si Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (1
5,4%). Penyakit sendi sampai saat ini masih masuk dalam daftar sepuluh
besar penyakit pada pasien di Puskesmas.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar asam
urat, seperti Status Gizi (kegemukan), konsumsi tinggi purin, dan pengo
batan. Menurut Untari dan Wijayanti (2017) kadar purin yang tinggi sep
erti hati, ampela, ginjal, jeroan, daging sapi, domba, babi, makanan laut t
inggi purin (sardine, lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, skalop), alk
ohol meningkatkan risiko serangan gout akibat banyaknya konsumsi pro
tein.
Karena kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering mengkonsumsi
makanan tinggi purin, maka perlu diadakan edukasi kepada pasien hiper
urisemia di poli umum Puskesmas Aren Jaya.
GAMBARAN ka
PELAKSANAAN
Kesimpulan :
Terlaksananya program monitoring pertumbuhan anak di posyandu rawa
makmur sudah berjalan cukup baik. Peran serta dan antusiasme dari
peserta yang melakukan pemeriksaan pertumbuhan bayi dan balita
tersebut sudah cukup baik. Kegiatan tersebut sangat membantu untuk
melakukan deteksi dini pada bayi dan balita yan memiliki resiko adanya
gangguan dalam perteumbuhannya melalui pendataan status gizi.
2.Judul Laporan : Monitoring Pertumbuhan Anak pada Posyandu Rawa makmur
Topik : Monitoring anak
Waktu Kegiatan : 12 April 2022 Posyandu Rawa makmur
Identitas : An A 1 tahun bb 10 kg Tb 83 cm (L)
Kesimpulan :
Terlaksananya program monitoring pertumbuhan anak di posyandu rawa
makmur sudah berjalan cukup baik. Peran serta dan antusiasme dari
peserta yang melakukan pemeriksaan pertumbuhan bayi dan balita
tersebut sudah cukup baik. Kegiatan tersebut sangat membantu untuk
melakukan deteksi dini pada bayi dan balita yan memiliki resiko adanya
gangguan dalam perteumbuhannya melalui pendataan status gizi.
LATAR
BELAKANG
TUJUAN
KEGIATAN
GAMBARAN
PELAKSANAAN Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, bidan pe
ndamping
Sasaran kegiatan : Bayi dan Balita
Waktu/Tempat : 12 desember 2022 Pukul 10.00 /
Posydandu Rawa makmur
Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri
untuk pasien umum
Hasil kegiatan :
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang d
iperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan
suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang mau
pun gizi lebih.Sedangkan status gizi adalah keadaan keseimbangan dala
m bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi)
dalam bentuk variabel tertentu. Pelayanan penilaian status gizi dilakukan
di pos posyandu yang masuk kedalam wilayah kerja UPTD Beringin
Raya. Penilaian status gizi tersebut dilakukan pada saat pelayanan
posyandu dimana dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan yang akan dicatat dalam KMS dan dimasukankedalam
grafik pertumbuhan untuk memonitorngin pertumbuhan bayi dan balita
tersebut.
Kesimpulan:
Terlaksananya program monitoring pertumbuhan anak di posyandu
rawa makmur sudah berjalan cukup baik. Peran serta dan antusiasme
dari peserta yang melakukan pemeriksaan pertumbuhan bayi dan
balita tersebut sudah cukup baik. Kegiatan tersebut sangat membantu
untuk melakukan deteksi dini pada bayi dan balita yan memiliki
resiko adanya gangguan dalam perteumbuhannya melalui pendataan
status gizi
Kesimpulan;
Terlaksananya program monitoring pertumbuhan anak di posyandu rawa
makmur sudah berjalan cukup baik. Peran serta dan antusiasme dari
peserta yang melakukan pemeriksaan pertumbuhan bayi dan balita
tersebut sudah cukup baik. Kegiatan tersebut sangat membantu untuk
melakukan deteksi dini pada bayi dan balita yan memiliki resiko adanya
gangguan dalam perteumbuhannya melalui pendataan status gizi.
Judul Laporan : deteksi stunting pada Anak
Topik : Stunting
Waktu Kegiatan : 12 April 2022 Posyandu Rawa makmur
Identitas : An I 3 tahun bb 10 kg Tb 84 cm cm (P)
Kesimpulan:
Terlaksananya program deteksi dini di posyandu bojongragkas disambut
dengan baik bagi para orangtua yang memiliki balita. Hal tersebut dapat
membantu orang tua dalam memonitoring pertumbuhan anak setiap
bulannya di posyandu. Kegiatan deteksi dini yang dilakukan sudah
mulai dapat menjarig balita yang dalam pemeriksaannya ditemukan
memilki risiko mengalami stunting di wilayah kerja uptd Beringin Raya,
sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan sejak dini untuk
mencegah dan memperkecil resiko terjadinya stunting pada balita yaitu
dengan memperhatikan gizi yang di dapat balita yang memiliki resiko
untuk mengalami stunting.
Kesimpulan:
Terlaksananya program deteksi dini di posyandu bojongragkas disambut
dengan baik bagi para orangtua yang memiliki balita. Hal tersebut dapat
membantu orang tua dalam memonitoring pertumbuhan anak setiap
bulannya di posyandu. Kegiatan deteksi dini yang dilakukan sudah
mulai dapat menjarig balita yang dalam pemeriksaannya ditemukan
memilki risiko mengalami stunting di wilayah kerja uptd Beringin Raya,
sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan sejak dini untuk
mencegah dan memperkecil resiko terjadinya stunting pada balita yaitu
dengan memperhatikan gizi yang di dapat balita yang memiliki resiko
untuk mengalami stunting.
REVISI UKM JULIA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Tgl pelaksanaan : 16 Maret 2022
- Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kualitas kesehatan dengan menyediakan pelayanan yang lebih dekat.
- Menyediakan sarana untuk melancarkan program UKM lain khususnya yang pelaksanannya diluar gedung seperti promosi kes
ehatan, percepatan vaksin covid19.
Pelayanan kesehatan yang disediakan berupa pemeriksaan kesehatan dasar (pemeriksaan fisik oleh dokter, tanda vital, g
lukosa darah, kolesterol, asam urat) pengobatan dasar untuk pasien segala usia, penapisan penyakit, pembuatan rujukan BPJS,
promosi kesehatan dan bisa berdampingan dengan kegiatan posyandu. Lokasi yang dijadikan tempat kegiatan pusling tersebar
di dua desa yaitu Desa Rawa makmur dan Desa Cibanteng. Waktu pelaksanaan setiap hari Senin – Jumat mulai pukul 09.00-11.
00 WIB setiap hari bergantian tempat nya mencakup RT dan RW desa setempat. Pelaksanaan kegiatan ini turut memberdayaka
n masyarakat setempat yaitu kader kesehatan yang telah dipilih dan dikoordinasi dengan tenaga kesehatan puskesmas Beringin
Raya. Pemeriksaan pasien dilakukan oleh dokter internsip didampingi oleh perawat atau bidan. Penyediaan sarana prasarana se
perti transportasi pusling, alat pemeriksaan dan obat-obatan telah disediakan dengan koordinasi antara kader dan petugas puske
smas sehingga jenis obat-obatan antara puskesmas Beringin Raya dan pusling tidak jauh berbeda.
Kegiatan promkes biasanya diselingi dalam kegiatan pusling ini seperti penyuluhan hipertensi pada pasien lansia, peny
uluhan PHBS guna mencegah penyakit infeksi dan menular dan lain sebagainya. Pada saat percepatan vaksinasi covid19 puslin
g juga membantu agar masyarakat yang belum terjangkau dapat divaksin karena layanan nya menjadi lebih dekat dan terjangka
u. Hasil dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan disini sangat membantu petugas puskesmas untuk terhubung
dengan masyarakat sekitar sehingga peran kader kesehatan sangat banyak peran nya dalam pelaksanaan kegiatan ini. Alhasil b
anyak masyarakat yang merasa sangat terbantu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Kesimpulan : Kegiatan pusling yang memberdayakan masyarakat setempat dan bekerjasama dengan tenaga
kesehatan Puskesmas Beringin Raya membawa dampak positive yang saling menguntungkan antara warga dan puskesmas,
terutama dalam hal pelayanan kesehatan dan lebih terjangkaunya masyarakat untuk mendapat fasilitas kesehatan khususnya di
wilayah Beringin Raya.
KB SUNTIK
Laporan 1
LATAR BELAKANG KEGIATAN
Pelayanan KB di Puskesmas diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya (PKRT), misalnya seora
ng klien KB yang datang untuk mendapat pelayanan kontrasepsi juga akan mendapat pelayanan terkait dengan PP – IMS/ HIV, skrinin
g kanker leher rahim dengan tes IVA dan KIA bila diperlukan. PKRT diterapkan untuk mencapai tujuan “sekali datang semua pelayan
an diperoleh” (One stop service). Untuk terlaksananya pelayanan KB perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi tenaga pelay
anan KB, sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Sarana dan prasarana, alokon dan BHP dikelola Puskemas seperti pengelolaan obat l
ainnya meliputi: a. Penerimaan Pada saat penerimaan, perlu diperhatikan jumlah, kualitas dan persyaratan alokon dan BHP yang diteri
ma sesuai dengan dokumen penerimaan yang dituangkan dalam berita acara penerimaan alokon. b. Penyimpanan dilakukan dalam ran
gka pemeliharaan dan pengaman sehingga dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standar penyimpanan. c. Penyaluran/distribusi P
enyaluran alokon dapat dilakukan dengan system pull distribution system (request system) dan push distribution system (Dropping) d.
Pencatatan dan pelaporan (Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana, 2014)
TUJUAN KEGIATAN
- Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin Raya terkait Keluarga Berencana sehingga masyarakat mendapatk
an pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi dari Puskesmas.
- Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak mengenai pelayanan Keluarga Berencana, salah satunya tahu metod
e kontrasepsi yang sesuai digunakan sampai dengan efek samping dan komplikasi yang bisa ditimbulkan
- Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi gerakan Keluarga Berencana di Puskesm
as dalam lingkup wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
Waktu/Tempat : 28 Maret 2022 Pukul 10.00 / Poli KIA Puskesmas Beringin Raya
Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri untuk pasien umum
Hasil kegiatan :
KB suntik adalah kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormone yang disuntikan ke dalam tubuh wanita melalui metode intra
muscular secara periodik. Injeksi KB Suntik 3 bulan berisi hormone progestin yang secara berkala per 3 bulan dilakuka pada pasien at
au akseptor. Pelayanan KB ini dapat dilakukan di faskes tingkat pertama seperti puskesmas, klinik BPM atau pratama. Kegiatan KB d
alam puskesmas Beringin Raya terdapat pada pelayanan unit BKIA di gedung PONED Puskesmas Beringin Raya. Waktu pelayanan di
adaka setiap hari Senin-Sabtu oleh bidan dan dokter yang tersedia. Pelayanan injeksi KB 3 bulan ini telah dilaksanakan sesuai SOP ya
ng berlaku mulai dari pendataan, pemeriksaan, penapisan masalah kesehatan, pelaksanaan tindakan dan KIE pada akseptor mengenai
KB. Berikut lampiran identitas pasien yang diberikan tindakan suntik KB.
Nama : Ny. LH
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Alamat : Desa Bojong Rangkas, Kec. Beringin Raya
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMK
Keluhan Utama
Tidak ada keluhan hanya merasa tidak percaya diri karena sejak satu tahun terakhir menggunakan KB suntik 3 bulan berat badan bert
ambah drastis
Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali usia 21 tahun dengan suami sekarang sudah berjalan 9 tahun
Riwayat Obstetri
1. 2014 : UK 39 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan desa, Bayi laki-laki BB 3000gr PB 48cm kead
aan sehat normal, masa nifas tidak ada penyulit ASI eeksklusif s/d 1 tahun
2. 2018 : UK 38 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan desa, Bayi laki-laki BB 2800gr PB 48 cm kead
aan sehat normal, masa nifas tidak ada penyulit ASI ekslusif s/d 1.5 tahun
Riwayat KB
Kontrasepsi suntik 3 bulan sejak 2021 di unit BKIA Puskesmas Beringin Raya, masalah (-) hanya BB bertambah drastic
Riwayat Kesehatan Keluarga dan Penyakit
Riwayat kesehatan ibu terbilang baik, tidak ada riwayat penyakit turunan, riwayat DM (-) hipertensi (-) jantung (-) kanker (-)
Data objektif :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
Kesimpulan :
Terlaksananya program KB untuk wanita usia subur di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur
tindakan yang sudah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih yakin untuk melakukan tindakan KB di
puskesmas Beringin Raya. Selain itu pasien lebih optimal mendapat pelayanan nya karena bisa mendapatkan informasi yang
lebih lengkao dan mumpuni mengenai kesehatannya khususnya terkait program KB yang sedang dijalani.
KB SUNTIK
Laporan 2
LATAR BELAKANG KEGIATAN
Pelayanan KB di Puskesmas diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya (PKRT), misalnya seora
ng klien KB yang datang untuk mendapat pelayanan kontrasepsi juga akan mendapat pelayanan terkait dengan PP – IMS/ HIV, skrinin
g kanker leher rahim dengan tes IVA dan KIA bila diperlukan. PKRT diterapkan untuk mencapai tujuan “sekali datang semua pelayan
an diperoleh” (One stop service). Untuk terlaksananya pelayanan KB perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi tenaga pelay
anan KB, sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Sarana dan prasarana, alokon dan BHP dikelola Puskemas seperti pengelolaan obat l
ainnya meliputi: a. Penerimaan Pada saat penerimaan, perlu diperhatikan jumlah, kualitas dan persyaratan alokon dan BHP yang diteri
ma sesuai dengan dokumen penerimaan yang dituangkan dalam berita acara penerimaan alokon. b. Penyimpanan dilakukan dalam ran
gka pemeliharaan dan pengaman sehingga dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standar penyimpanan. c. Penyaluran/distribusi P
enyaluran alokon dapat dilakukan dengan system pull distribution system (request system) dan push distribution system (Dropping) d.
Pencatatan dan pelaporan (Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana, 2014)
TUJUAN KEGIATAN
- Meningkatkan program kerja di UPTD Puskesmas Beringin Raya terkait Keluarga Berencana sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi dari Puskesmas.
- Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak mengenai pelayanan Keluarga Berencana, salah satunya tahu
metode kontrasepsi yang sesuai digunakan sampai dengan efek samping dan komplikasi yang bisa ditimbulkan
- Bagi dokter internsip agar mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi gerakan Keluarga Berencana di
Puskesmas dalam lingkup wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
Pendanaan dan sumber dana : JKN/BPJS, pembiayaan mandiri untuk pasien umum
Hasil kegiatan :
KB suntik adalah kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormone yang disuntikan ke dalam tubuh wanita melalui metode intra
muscular secara periodik. Injeksi KB Suntik 3 bulan berisi hormone progestin yang secara berkala per 3 bulan dilakuka pada pasien at
au akseptor. Pelayanan KB ini dapat dilakukan di faskes tingkat pertama seperti puskesmas, klinik BPM atau pratama. Kegiatan KB d
alam puskesmas Beringin Raya terdapat pada pelayanan unit BKIA di gedung PONED Puskesmas Beringin Raya. Waktu pelayanan di
adaka setiap hari Senin-Sabtu oleh bidan dan dokter yang tersedia. Pelayanan injeksi KB 3 bulan ini telah dilaksanakan sesuai SOP ya
ng berlaku mulai dari pendataan, pemeriksaan, penapisan masalah kesehatan, pelaksanaan tindakan dan KIE pada akseptor mengenai
KB. Berikut lampiran identitas pasien yang diberikan tindakan suntik KB.
Identitas pasien/Ket pasien :
Nama : Ny. DS
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Alamat : Desa Banteng, Kec. Beringin Raya
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Keluhan Utama
Kawin 1 kali usia 19 tahun dengan suami sekarang sudah berjalan 9 tahun
Riwayat Obstetri
1. 2016 : UK 39 minggu, penyulit (-), persalinan normal di BPM bidan desa, Bayi perempuan BB 2900gr PB 50c
m keadaan sehat normal, masa nifas tidak ada penyulit ASI eeksklusif s/d 8bulan
Riwayat KB
Kontrasepsi suntik 3 bulan sejak 2021 di unit BKIA Puskesmas Beringin Raya, masalah (-)
Riwayat Kesehatan Keluarga dan Penyakit
Riwayat kesehatan ibu terbilang baik, tidak ada riwayat penyakit turunan, riwayat DM (-) hipertensi (-) jantung (-) kanker (-)
Data objektif :
- Kesadaran : Composmentis
Kesimpulan :
Terlaksananya program KB untuk wanita usia subur di puskesmas Beringin Raya sudah berjalan cukup baik. Prosedur tindakan yang s
udah sesuai SOP yang berlaku membuat pasien menjadi lebih yakin untuk melakukan tindakan KB di puskesmas Beringin Raya. Selai
n itu pasien lebih optimal mendapat pelayanan nya karena bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkao dan mumpuni mengenai ke
sehatannya khususnya terkait program KB yang sedang dijalani.
ADVOKASI
Laporan 1
LATAR BELAKANG KEGIATAN
Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal adv
okasi digambarkan sebagai langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen kesehata
n dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang merupakan cik
al bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan masyarakat, dan
merupakan salah satu kunci dari Ottawa.1 Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik mel
alui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program k
esehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan
Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk membela atau memberi dukungan.
Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan infor
mal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga beru
pa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik d
an dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau p
engambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Advokasi bidang kes
ehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi glo
bal Promosi Kesehatan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya berki
sar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian Kesehata
n RI, 2016). Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran a
wal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Sel
atan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga (Pusdatin, 2018). Yang te
rmasuk ke dalam indicator IKS adalah :
1) Keluarga mengikuti program KB
Sejak diadakannya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah disampaikan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 peraturan ini menjadi dasar pendekatan baru untuk mewujudkan keluarga Indonesia sehat. Pus
kesmas sebagai ujung tombak berjalannya program ini telah merumuskan kegiatan yang terstruktur dalam membina keluarga sehat di
wilayahnya masing-masing. Harapan nya dengan berjalannya program ini masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut bisa dib
erikan intervensi salah satunya dengan dilaksanakan advokasi kepada pihak yang berwenang terkait pemberi kebijakan setempat.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kegiatan pendataan prokesga dengan penilaian indeks keluarga sehat pada masyarakat wilayah Beringin Raya
- Mengetahui kegiatan advokasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan oleh puskesmas Beringin Raya
- Meninjau pelaksanaan advokasi yang termasuk dalam upaya promosi kesehatan di wilayah Puskesmas Beringin Raya
GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Judul laporan kegiatan :
Kegiatan Pendataan Indeks Keluarga Sehat Warga Kecamatan Beringin Raya serta Perumusan Intervensi Berupa Kegiatan
Advokasi
Pelaksana kegiatan : Dokter umum/internsip, kader kesehatan pendamping
Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas dari pemerintah daerah setempat
Hasil kegiatan : (Berikut lampiran pelaksanaan kegiata serta nama keluarga terkait)
- Nama Keluarga :
Keluarga Ny. Retno Wulan (RT 01/RW 01 desa Cibanteng Kecamatan Beringin Raya) Masalah : Belum terdaftar JKN <IKS awal 0.7
50 (pra sehat) -> 1.000 (sehat)>
Dalam melaksanakan kegiatan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur yaitu :
Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sector, pengorganisasian dan intregitas program
Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan profil kesehatan keluarga (prokesga) d
an pemberian intervensi awal melalui paket informasi kesehatan keluarga oleh Pembina keluarga
Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelolaan data puskesmas
Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga pendataan puskesmas
Kesimpulan :
Dalam kegiatan ini setelah didapatkan data keluarga sehat beserta masalah yang ada didalamnya, rata-rata saat ini masih banyak yang
belum terdaftar sebagai peserta JKN, maka dengan itu kami merumuskan intervensi berupa kegiatan advokasi guna memudahkan angg
ota keluarga untuk mendaftar sebagai peserta JKN ke kantor lurah dan kecamatan setempat. Harapannya IKS yang awalnya masih terg
olong prasehat bisa menjadi sehat setelah keluarga tersebut didaftarkan menjadi peserta JKN.
ADVOKASI
Laporan 2
LATAR BELAKANG KEGIATAN
Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal adv
okasi digambarkan sebagai langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen kesehata
n dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang merupakan cik
al bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan masyarakat, dan
merupakan salah satu kunci dari Ottawa.1 Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik mel
alui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program k
esehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan
Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk membela atau memberi dukungan.
Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan infor
mal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga beru
pa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik d
an dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau p
engambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Advokasi bidang kes
ehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi glo
bal Promosi Kesehatan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya berki
sar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian Kesehata
n RI, 2016). Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran a
wal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Sel
atan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga (Pusdatin, 2018). Yang te
rmasuk ke dalam indicator IKS adalah :
1) Keluarga mengikuti program KB
Sejak diadakannya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah disampaikan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 peraturan ini menjadi dasar pendekatan baru untuk mewujudkan keluarga Indonesia sehat. Pus
kesmas sebagai ujung tombak berjalannya program ini telah merumuskan kegiatan yang terstruktur dalam membina keluarga sehat di
wilayahnya masing-masing. Harapan nya dengan berjalannya program ini masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut bisa dib
erikan intervensi salah satunya dengan dilaksanakan advokasi kepada pihak yang berwenang terkait pemberi kebijakan setempat.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kegiatan pendataan prokesga dengan penilaian indeks keluarga sehat pada masyarakat wilayah Beringin Raya
- Mengetahui kegiatan advokasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan oleh puskesmas Beringin Raya
- Meninjau pelaksanaan advokasi yang termasuk dalam upaya promosi kesehatan di wilayah Puskesmas Beringin Raya
Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas dari pemerintah daerah setempat
Hasil kegiatan : (Berikut lampiran pelaksanaan kegiata serta nama keluarga terkait)
- Nama Keluarga :
Keluarga Tn. Edi kamarudin (RT 02/RW 06 desa Beringin Raya Kecamatan Beringin Raya) Masalah : Belum terdaftar JKN <IKS awa
l 0.667 (pra sehat) -> 1.000 (sehat)>
Dalam melaksanakan kegiatan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur yaitu :
Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sector, pengorganisasian dan intregitas program
Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan profil kesehatan keluarga (prokesga) d
an pemberian intervensi awal melalui paket informasi kesehatan keluarga oleh Pembina keluarga
Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelolaan data puskesmas
Melakukan input data pada form tercetak atau elektronik
Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana puskesmas oleh pemimpin puskesm
as
Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga pendataan puskesmas
Kesimpulan :
Dalam kegiatan ini setelah didapatkan data keluarga sehat beserta masalah yang ada didalamnya, rata-rata saat ini masih banyak yang
belum terdaftar sebagai peserta JKN, maka dengan itu kami merumuskan intervensi berupa kegiatan advokasi guna memudahkan angg
ota keluarga untuk mendaftar sebagai peserta JKN ke kantor lurah dan kecamatan setempat. Harapannya IKS yang awalnya masih terg
olong prasehat bisa menjadi sehat setelah keluarga tersebut didaftarkan menjadi peserta JKN.
ADVOKASI
Laporan 3
LATAR BELAKANG KEGIATAN
Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal adv
okasi digambarkan sebagai langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen kesehata
n dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang merupakan cik
al bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan masyarakat, dan
merupakan salah satu kunci dari Ottawa.1 Menurut Johns Hopkins Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik mel
alui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program k
esehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan
Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk membela atau memberi dukungan.
Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan infor
mal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga beru
pa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik d
an dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau p
engambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Advokasi bidang kes
ehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi glo
bal Promosi Kesehatan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya berki
sar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian Kesehata
n RI, 2016). Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran a
wal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Sel
atan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga (Pusdatin, 2018). Yang te
rmasuk ke dalam indicator IKS adalah :
1) Keluarga mengikuti program KB
Sejak diadakannya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah disampaikan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 peraturan ini menjadi dasar pendekatan baru untuk mewujudkan keluarga Indonesia sehat. Pus
kesmas sebagai ujung tombak berjalannya program ini telah merumuskan kegiatan yang terstruktur dalam membina keluarga sehat di
wilayahnya masing-masing. Harapan nya dengan berjalannya program ini masalah kesehatan yang ada pada keluarga tersebut bisa dib
erikan intervensi salah satunya dengan dilaksanakan advokasi kepada pihak yang berwenang terkait pemberi kebijakan setempat.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kegiatan pendataan prokesga dengan penilaian indeks keluarga sehat pada masyarakat wilayah Beringin Raya
- Mengetahui kegiatan advokasi yang dilaksanakan di tingkat kecamatan oleh puskesmas Beringin Raya
- Meninjau pelaksanaan advokasi yang termasuk dalam upaya promosi kesehatan di wilayah Puskesmas Beringin Raya
Pendanaan dan sumber dana : Dana puskesmas dari pemerintah daerah setempat
Hasil kegiatan : (Berikut lampiran pelaksanaan kegiata serta nama keluarga terkait)
- Nama Keluarga :
Keluarga Tn. Paat Saputra (RT 02/RW 03 desa Beringin Raya Kecamatan Beringin Raya) Masalah : Belum terdaftar JKN
<IKS awal 0.750 (pra sehat) -> 1.000 (sehat)>
Dalam melaksanakan kegiatan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur yaitu :
Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sector, pengorganisasian dan intregitas program
Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan profil kesehatan keluarga (prokesga) d
an pemberian intervensi awal melalui paket informasi kesehatan keluarga oleh Pembina keluarga
Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelolaan data puskesmas
Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana puskesmas oleh pemimpin puskesm
as
Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga pendataan puskesmas
Kesimpulan :
Dalam kegiatan ini setelah didapatkan data keluarga sehat beserta masalah yang ada didalamnya, rata-rata saat ini masih banyak yang
belum terdaftar sebagai peserta JKN, maka dengan itu kami merumuskan intervensi berupa kegiatan advokasi guna memudahkan angg
ota keluarga untuk mendaftar sebagai peserta JKN ke kantor lurah dan kecamatan setempat. Harapannya IKS yang awalnya masih terg
olong prasehat bisa menjadi sehat setelah keluarga tersebut didaftarkan menjadi peserta JKN.
KESLING
Laporan 1
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinis
ikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara man
usia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 201
5). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah te
mpat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Keseha
tan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan l
ingkungan dalam keseimbangan ekologi.
Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkunga
n menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat d. Pengendal
ian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia f. Higiene
makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh bu
ruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan t
ransportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tin
dakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit mel
alui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan terkait
rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang diharapk
an memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk wilayah ke
rja Beringin Raya.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat
- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
Keluarga Tn. Utinggal di sebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 12 x 7 m2. Tidak terdapat ventilasi, namun terdapat jendela tetap
i jendela tersebut tidak pernah dibuka, sehingga udara dan cahaya matahari tidak dapat masuk kerumah tersebut. Di rumah tersebut me
miliki 1 pintu depan dan 2 jendela di ruang tamu. Pencahayaan di rumah harus menggunakan lampu karena cahaya dari luar tidak bisa
masuk ke dalam. Terdapat 5 ruangan di rumah tersebut. Saat pintu masuk terdapat ruang tamu, disebelahnya terdapat kamar anaknya,
di belakang ruang tamu terdapat kamar Tn. U dan Istrinya, di seberang nya terdapat ruang shalat. Di belakang kamar nya terdapat dap
ur dan sebelah nya yaitu kamar mandi. Seluruh ruang di rumah ini beralaskan keramik kecuali dapur dan kamar mandi yang beralaska
n semen. Dinding rumah sebagian besar terbuat dari bilik bambu, kemudian atap rumah ditutupi oleh atap bambu. Keluarga Tn. U
sering menggunakan air pompa jetpam sebagai sumber untuk keperluan MCK dan konsumsi sehari-hari. Keluarga Tn. U mengaku
mencuci tangan sebelum makan dengan air mengalir dan sabun.
Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. U terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan terdapat jalanan kecil dan rumah dari anak pertamanya N
y. N, bagian kanan, kiri dan belakang berbatasan langsung dengan rumah tetangga. Terdapat selokan untuk mengalirkan limbah cair p
ersis disamping jalan rumahnya, pembuangan sampah biasanya dibuang ke tempat sampah yang ada di belakang rumah anak pertaman
ya.
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 12 x 7 m2
Kesimpulan :
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Beringin Raya. Sebelum kun
jungan kami melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim
dokter internsip. Lalu kami mendatangi rumah keluarga binaan dan mulai melakukan pendekatan serta melakukan inspeksi terk
ait rumah sehat dari keluarga tersebut. Identifikasi masalah pun mulai dijabarkan dan kami buat jadwal kunjungan guna memb
erikan pembinaan kepada keluarga tersebut. Adapun rencana pembinaan yang akan kami berikan meliputi pembinaan jamban s
ehat, sumber air bersih, perilaku hidup bersih dan sehat, ventilasi dan pencahayaan penunjang rumah sehat seta terakhir evalua
si.
KESLING
Laporan 2
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinis
ikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara man
usia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 201
5). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah te
mpat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Keseha
tan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan l
ingkungan dalam keseimbangan ekologi.
Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkunga
n menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat d. Pengendal
ian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia f. Higiene
makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh bu
ruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan t
ransportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tin
dakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit mel
alui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan terkait
rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang diharapk
an memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk wilayah ke
rja Beringin Raya..
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat
- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
- Meninjau pelayanan kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas Beringin Raya
Hasil kegiatan :
Memberikan pembinaan kepada keluarga binaan mengenai permasalahan air bersih yang ada di keluarga tersebut. setelah itu mem
berikn edukasi mengenai pengelolaan air minum dan dan makanan rumah tangga sesuai pedoman pembinaan krida lingkungan seh
at kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut.
A. Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga, dilakukan dengan cara : 1. Pengelolaan air baku, dilakukan apabila air baku
keruh dengan cara pengolahan awal : a.Pengendapan dengan gravitasi alami b.Penyaringan dengan kain c. Penjernihan
dengan bahan kimia/tawas
B. Pengolahan air minum di rumah tangga, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas air yang layak untuk
dikonsumsi dengan menghilangkan bakteri dan kuman penyebab penyakit melalui : a. Filtrasi (penyaringan), contoh :
biosand filter, keramik filter b. Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet c. Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan)
contoh : pemberian bubuk koagulan pada air baku d. Desinfeksi, contoh : merebus air, Sodis (Solar Water Disinfection)
C. Wadah penyimpanan air minum. Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk
keperluan sehari- hari, dengan cara : 11 a. Wadah penyimpanan : tertutup, berleher sempit atau lebih baik dilengkapi
dengan kran. Wadah penyimpanan dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air
bilasan terakhir. b. Penyimpanan air yang sudah diolah; disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup c. Tempat
minum dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering dan dilakukan dengan tidak berperilaku meminum air langsung
mengenai mulut/ wadah kran. d. Meletakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau
oleh binatang
D. Hal penting dalam Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga : 1. Cuci tangan sebelum menangani air minum
dan mengolah makanan siap santap. 15 2. Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga 3.
Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makanan siap santap 4.
Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum 5. Secara periodik meminta petugas
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.
Kesimpulan : :
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Beringin Raya. Sebelum kunjungan
kami melakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter
internsip. Setelah pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan
baru dan mulai membiasakan untuk menerapkan nya dikehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa ada dampak baik
pada perubahan perilaku keluarga tersebut.
KESLING
Laporan 3
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinis
ikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara man
usia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 201
5). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah te
mpat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Keseha
tan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan l
ingkungan dalam keseimbangan ekologi.
Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkunga
n menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat d. Pengendal
ian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia f. Higiene
makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh bu
ruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan t
ransportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tin
dakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit mel
alui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan terkait
rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang diharapk
an memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk wilayah ke
rja Beringin Raya.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat
- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
Hasil kegiatan :
Memberikan pembinaan dan edukasi kepada keluarga binaan mengenai jamba sehat sesuai pedoman pembinaan krida lingkungan
sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut.
Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a. Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap). Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi
pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
b. Bangunan tengah jamban. Terdapat dua bagian bangunan tengah jamban, yaitu: 1. Lubang tempat pembuangan
kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa sebagai penahan bau. 2. Lubang
dapat dibuat tanpa leher angsa akan tetapi diberi tutup pada lubang buangan feses. Lantai jamban terbuat dari
bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air ke sistem pembuangan air limbah
(SPAL) 7
c. Bangunan bawah. Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi
mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu : 1. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi s
ebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik ,
sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dib
uat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut. 2. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limb
ah padat dan cair dari kotoran manusia yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan
syarat tidak mencemari air tanah. Bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar
atau segi empat, aman bagi pengguna dan dinding cubluk dapat diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bamb
u, penguat kayu.
Kesimpulan :
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Beringin Raya. Sebelum kunjungan kami m
elakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter internsip. Setela
h pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan baru mengenai jamban
sehat dan memperbaiki fasilitas jamban yang ada di rumah tersebut. Hal ini menunjukan bahwa ada ilmu yang diserap dan kelarga ber
usaha menerapkan hal tersebut di kehidupannya.
KESLING
Laporan 4
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinis
ikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara man
usia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 201
5). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah te
mpat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Keseha
tan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan l
ingkungan dalam keseimbangan ekologi.
Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkunga
n menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat d. Pengendal
ian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia f. Higiene
makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh bu
ruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan t
ransportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tin
dakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit mel
alui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan terkait
rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang diharapk
an memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk wilayah ke
rja Beringin Raya.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat
- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
Hasil kegiatan :
Memberikan pembinaan dan edukasi kepada keluarga binaan mengenai pengolahan makanan di rumah tangga sesuai pedoman pembin
aan krida lingkungan sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut
Pengelolaan Makanan di Rumah Tangga
Perilaku masyarakat pada tingkat rumah tangga untuk melakukan pengelolaan makanan dengan baik dan benar agar tidak menyeba
bkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik dilakukan dengan menerapkan prinsip hig
iene dan sanitasi makanan. Prinsip higiene dan sanitasi makanan tersebut adalah:
i. Pemilihan bahan makanan. Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta
memenuhi persyaratan yaitu : a. Untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak
busuk, tidak rusak,/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari
sumber yang resmi atau jelas b. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai
label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
ii. Penyimpanan bahan makanan. Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun
dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan
dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya
kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun.
Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih
dahulu.
iii. Pengolahan makanan. Terdapat empat aspek higiene sanitasi makanan yang harus dipenuhi agar makanan
tersebut memenuhi persyaratan layak konsumsi yaitu : a. Dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya serangga,
binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya. b. Peralatan yang digunakan harus aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan
bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel, dan mudah
dibersihkan. c. Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas. Perlakukan
makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene sanitasi makanan, yaitu : bebas cemaran fisik, kimia dan
bakteriologis. d. Penjamah makanan dan pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit
menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
iv. Penyimpanan makanan matang. Penyimpanan makanan yang telah di olah harus memperhatikan suhu,
pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu
dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan
cita rasa makanan matang.
v. Penyajian makanan. Makanan yang dinyatakan laik santap dapat dilakukan uji organoleptik atau uji biologis
atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang
dimaksud dengan : a. Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara menggunakan 5 (lima) indera
manusia yaitu dengan melihat penampilan, meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar
(bunyi misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik, maka makanan dinyatakan laik santap.
b. Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak
terjadi 14 tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman. c. Uji laboratorium dilakukan untuk
mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan
sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan
standar yang telah baku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penyajian makanan yaitu : a. Tempat
penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. b. Lamanya waktu tunggu makanan mulai
dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak
boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung
protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari
tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan.
Kesimpulan :
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Beringin Raya. Sebelum kunjungan kami m
elakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter internsip. Setela
h pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara pe
ngolahan makanan yang baik di skala rumah tangga dan mulai memperbaiki kebiasaan yang salah atau belum diterapkan seelumnya.
Hal ini menunjukan bahwa ada ilmu yang diserap dan kelarga berusaha menerapkan hal tersebut di kehidupannya
KESLING
Laporan 5
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinis
ikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara man
usia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 201
5). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah te
mpat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Keseha
tan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan l
ingkungan dalam keseimbangan ekologi.
Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkunga
n menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat d. Pengendal
ian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia f. Higiene
makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh bu
ruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan t
ransportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tin
dakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit mel
alui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan terkait
rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang diharapk
an memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk wilayah ke
rja Beringin Raya.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat
- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
Hasil kegiatan :
Memberikan pembinaan dan edukasi kepada keluarga binaan mengenai pengolahan makanan di rumah tangga sesuai pedoman pembin
aan krida lingkungan sehat kemenkes, 2018 yang lampirannya sebagai berikut
Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga adalah perilaku pengolahan sampah dalam tingkat rumah tangga dengan segera. Perilaku terhad
ap sampah rumah tangga yang aman dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pe
mbuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Penerapan sistem 3R
(Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah, mudah dan dapat dilak
ukan oleh semua orang. Dari sampah yang tidak berguna dapat diolah menjadi kompos, sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sa
mpah) dan dapat dijadikan sumber keuangan. A. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda
yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh :
1. Mengurangi pemakaian kantong plastic 2. Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misaln
ya sekali sebulan atau sekali seminggu. 3. Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga dapat diisi ulang. 4. Memperbaiki bara
ng-barang yang rusak (jika masih dapat diperbaiki). 5. Membeli produk atau barang yang tahan lama. 6. Hindari memakai dan membel
i produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. 7. Menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis y
ang bisa diisi ulang kembali). 8. Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai. 9. Menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim
surat
B. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh : 1. Sampah rumah tangga yang d
apat dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat di
manfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya. 2. Memanfaatk
an lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah da
n untuk umum. 3. Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya. 4. Memilih wadah, kantong atau benda yang dapa
t digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan tissu, menggunakan tas b
elanja dari kain dari pada menggunakan kantong plastic. 5. Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditul
is kembali. 6. Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
C. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh : 1. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebag
ai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori. 2. Sampah anorganik dapat di daur ulang menjadi se
suatu yang dapat digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik dap
at menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu dapat dijadikan tas, dompet, dan sebagainya. 3. Sampah yang sudah di
pilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat. 4. Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter internsip dan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Beringin Raya. Sebelum kunjungan kami m
elakukan koordinasi antara petugas kesling dan kader wilayah setempat untuk diadakannya kunjungan oleh tim dokter internsip. Setela
h pembinaan dan edukasi kami berikan kepada keluarga tersebut mereka paham dan mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara pe
ngolahan sampah rumah tangga dan limbah beracun. Keluarga pun mulai memperbaiki kebiasaan yang salah atau belum diterapkan se
elumnya. Hal ini menunjukan bahwa ada ilmu yang diserap dan kelarga berusaha menerapkan hal tersebut di kehidupannya
KESLING
Laporan 6
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinis
ikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara man
usia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 201
5). Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah te
mpat dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Keseha
tan lingkungan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan l
ingkungan dalam keseimbangan ekologi.
Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkunga
n menurut WHO, yaitu : a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah air b. Pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan c. Pembuangan sampah padat d. Pengendal
ian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia f. Higiene
makanan, termasuk hygiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh bu
ruk dari faktor fisik, kimia dan biologis j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan t
ransportasi udara 8 m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tin
dakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan
yang diperlukan untuk menjamin.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Salah satu komponen utama untuk
memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit mel
alui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Adanya pembinaan kepada keluarga binaan terkait
rumah sehat merupakan salah satu program dokter internsip guna menunjang pelayanan kesehatan yang bersifat holistik yang diharapk
an memberikan dampak baik terhadap kesehatan lingkungan khususnya pada keluarga binaan tersebut dan umumnya untuk wilayah ke
rja Beringin Raya.
TUJUAN KEGIATAN
- Mengetahui kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori rumah sehat
- Melakukan pembinaan terhadap keluarga yang belum memenuhi kategori rumah sehat agar dapat menjadikan rumah tersebut
masuk ke kategori rumah sehat
Hasil kegiatan :
Evaluasi hasil binaan dalam peninjauan terhadap indkator kriteria rumah sehat (yang diberi tanda ceklist artinya sudah tere
pnuhi)
KRITERIA RUMAH SEHAT KELUARGA BINAAN TN. U
Bahan bangunan terbuat dari bahan yang tidak membahayakan kesehatan, seperti cat yang mengandung timah hitam,
Timbal/Pb, debu, atau lembaran asbes
Memiliki sirkulasi udara yang lancar. Luas total ventilasi ideal setidaknya 10 persen dari total luas lantai pada masing-
masing ruangan. Baik kamar tidur, ruang keluarga, dapur, ruang keluarga, kamar tidur, bahkan gudang harus memiliki
ventilasi.
Langit-langit kuat, tidak menjadi sarang tikus, mudah dibersihkan dan tinggi minimal 2,5 meter dari lantai
Pencahayaan alam atau buatan harus cukup dan dapat menerangi seluruh ruangan, tidak menyilaukan dan pada pagi
hari sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan rumah.
Rumah tidak penuh sesak dengan barang, karena dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serangga penular penyakit
bila tidak rutin dibersihkan.
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur,
kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Tersedia sarana air minum dan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan cukup untuk keperluan sehari-hari.
Pengolahan makanan dan minuman yang baik dalam rumah
Tersedia sarana jamban sehat yang dilengkapi dengan septik tank.
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
Pengelolaan sampah dalam rumah
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dalam rumah m) Mempunyai saluran pembuangan air limbah yang tertutup,
tidak mencemari air tanah dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya vektor pembawa penyakit.
Bila memiliki kandang ternak tempatnya dipisah dan harus berada minimal 10 meter dari rumah.
Kesimpulan :
Keluarga binaan yang telah diberikan pembinaan, edukasi, penijauan selama 6 bulan telah menunjukan perubahan yang cukup
berarti terutama dalam cakupan indicator rumah sehat pada keluarga tersebut. Pembinaan oleh dokter internsip ini bisa dikatak
an cukup efektif guna mengoptimalkan pelayanan kesehatan lingkungan pada warga cakupan wilayah Puskesmas Beringin Ray
a.