Anda di halaman 1dari 2

Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Bagi Ibu Hamil

Buku kesehatan ibu dan anak (KIA), diberikan oleh petugas kesehatan, begitu ibu
memeriksakan kehamilan pertama kali. Buku KIA berisikan info ibu hamil dan imunisasi
lengkap anak. Setiap ibu hamil harus memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sebab
buku tersebut penting, untuk pemantauan kesehatan gizi serta imunisasi bagi ibu hamil dan
anaknya. Tidak hanya harus dipenuhi oleh orang tuanya saja. Bahkan petugas medis, juga
berkewajiban memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anak. Sesuai dengan yang sudah
tertulis didalam buku tersebut.
Buku KIA juga berisikan, lebih banyak tentang hak pelayanan kesehatan yang
didapat. Oleh ibu hamil selama masa kehamilan, ketika persalinan, dan masa nifas. Terkait
dengan status gizi dan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak. Kemudian
penambahan imunisasi kepada bayi baru lahir, anak usia 29 hari sampai 6 tahun. Seperti Hib
(Haemophilus Influenzae Type b) dan IPV (inactivated polio vaccine).
Menkes juga menyebutkan, bahwa buku ini akan digunakan sebagai salah satu
persyaratan pada Program Keluarga Harapan dan Jaminan Kesehatan Nasional. Selain itu
catatan buku KIA, juga menjadi salah satu syarat ketika anak akan mendaftar sekolah.
Sehingga setiap anak harus memiliki buku catatan imunisasi.

Buku KIA bermanfaat untuk :


- Mengurangi keterlambatan pengendalian resiko tinggi
- Mengurangi dampak infeksi
- Kepatuhan terhadap standar pelayanan kebidanan
- Mengurangi 3 keterlambatan dalam rujukan ke Rumah Sakit.
Alur pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tensi / tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Berikan suntikan tetanus toxoid
5. Berikan tablet FE untuk tambah darah
6. Lakukan tes laboratorium (Hb, protein, reduksi) dan tes PMS yang terindikasi
7. Lakukan temu wicara / konsultasi pra rujukan
8. Catat perkembangan kehamilan dalam buku KIA
9. Lakukan komunikasi yang rutin kepada ibu hamil dan keluarga serta anjurkan
pasien untuk membaca isi buku KIA dirumah dan yakinkan pasien bertanya jika ada
hal yang kurang dipahami kepada petugas kesehatan.
10. Petugas harus mencatat setiap pemberian tablet FE dan tetanus toxoid.
Rendahnya akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas adalah
salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi. Namun
dengan buku KIA dan stiker P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
diharapkan akan tercipta banyak tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang klinis dan
komunikasi. Tenaga kesehatan yang terampil tentu akan dapat membantu ibu dan suami
termasuk keluarganya agar mampu membuat perencanaan, persalinan dan pencegahan
komplikasi sehingga ibu dan bayi selamat.
Dalam penanganan pasien gawat darurat buku KIA memudahkan pasien rujukan
mendapatkan pelayanan. Pertama pasien dibawa ke IGD, setelah mendapatkan penanganan
pasian bisa langsung dibawa ke ruang bersalin / ruang perawatan. Sementara buku KIA
digunakan untuk registrasi, ini karena buku KIA sudah memuat semua informasi dan
identitas ibu dan keluarga, serta catatan semua hal kesehatan ibu dan anak yang menjadi
pasien.
Selain itu buku KIA digunakan untuk memperoleh informasi penanganan sebelum dirujuk
dan selama perawatan rujukan. Catatan informasi tindakan yang diperoleh selama rujukan
dapat digunakan sebagai informasi saat pasian kembali ke tempat pelayanan yang merujuk
sebelumnya, dengan kata lain Buku KIA sangat efektif sebagai alat rujukan 2 arah.
Setelah bayi lahir buku KIA masih dapat digunakan untuk memantau tumbuh
kembang anak mulai kapan jadwal imunisasi bayi sampai sejumlah informasi tentang
bagaimana menstimulasi perkembangan anak hingga nanti bayi berusia 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai