Anda di halaman 1dari 10

Nama : Debora Carla Mariske Rembet

NIM : 711540120014

Tingkat : 2A
Tugas MK : Medical Science
Dosen : Bpk. Robin Dompas

RESUME
Konsep Penyakit Sistem Endokrin
Sistem Endokrin
Suatu system yang melibatkan hormone dalam melaksanakan tugasnya yang berpengaruh
pada :
 Pertumbuhan dan perkembangan
 Homeostasis
 Reproduksi
Gangguannya:
 Hipo (under) production → Hipofungsi
 Hiper (over) production → Hiperfungsi
Penyebab gangguan:
 Rangsangan mekanis
 Tumor
 Kelainan
 Kongenital
Kelenjar-kelenjar endokrin:
 Gld. Hipophysis (Pituitary gland)
 Gld. Thimus
 Gld. Thyroid
 Gld. Parathyroid
 Gld. Adrenal (suprarenal)
 Pancreas
 Gonads (ovarium dan testis)
 Gld. Pineal
1. Kelenjar Thymus
Kelenjar timus adalah kelenjar yang terletek di tengah rongga dad, tepatnya di
belakang tulang dada dan di antara paru-paru. Bentukmya menyerupai tabung kecil dan
terdiri atas dua bagian yang berukuran sama. Kelenjar timus ini ukurannya akan berubah
seiring bertambahnya usia. Kelenjar timus pun memeiliki peran dalam system endokrin.
Ketika bekerja sebagai bagian dari system endokirin, kelenjar ini bertugas untuk
menghasilkan hormone thymosin yang memiliki fungsi sebagai system kekebalan tubuh
atau system imun.
2. Kelenjar Triodi
Kelenjar yang terletak di dalam leher bagian bawah, melekat pada tulang laring,
sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding laring. Terdiri dari dua lobus
(lobus dekstra dan lobus sinistra), saling berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2
cm, panjang 4cm, dan lebar 2,5cm. Pembentukan bergantung pada jumlah yodium
eksogen yang masuk ke dalam tubuh sumber utama untuk memelihara keseimbangan
yodium dalam makanan dan air minum. Hormone yang di hasilkan kelenjar Triodi
yaitu:
- Tiroksin (mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan differensiasi jaringan
tubuh)
- Kalsitorlin (mempengaruhi dalam mengubah tiroksin
- Triodovionin (mempengaruhi metaboisme sel, oksidasi di sel tubuh dan produksi
panas tubuh.
3. Kelenjar Paratiroid
Terletatak diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid. Terdapat dua pasang (4
buah) terletak dibelakang tiap lobus dari kelenjar tiroid, dua sebelah kiri dan dua sebelah
kanan. Besarnya setiap kelenjar kira-kira 5 x 5 x 3 mm dengan bentar antara 25-30 mg
berat keseluruhan kurang lebih 120 mg. hormone yang di hasilkan kelenjar paratiroid
adalah Parathormon (PTH). Parathormon berperan dalam pengaturan pemakaian
ion kalsium (Ca2+) dan fosfat (PO43+) pada jaringan. Berperan dalam mengendalikan
kadar kalsium dalam darah.
4. Kelenjar Adrenal
Kelenjar Adrenal merupakan organ bilateral retroperitoneal pada kutub atas
masing-masing ginjal dengan berat 4 gram. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian, yaitu
korteks dan medull.
Korteks adrenal mengahsilkan hormone Mineralokortikoid,yang mengatur
garam dan keseimbangan air, dan hormone Glukokortikoid,yang dapat mengatur
glukosa darah dan respon inflamasi tubuh.
Medula ardenal menghasilkan hormone Epinefrin dan Norepinefrin, hormone ini
mengatur denyut jantung, laju, kontraksi otot jantung, tekanan darah,dan kadar glukosa
darah bernapas
5. Pancreas
Fungsi pancreas memilki fungsi endokrin dan eksorin. Eksorin adalah kelenjar
yang mengeluarkan cairan berupa enzim melalui salurannya sendiri sedangkan fungsi
kelenjar endokrin adalah mengeluarkan hormone.
6. Gonads ( Ovarium dan Testis)
Pada wanita
Terletak pada ovarium. Hormone yang dihasilkan yang pertama Hormon
Estrogen untuk mempertahankan pembentukan ovum dan ciri-ciri kelainan sekunder.
Yang kedua Hormon Progesteron untuk mengatur pembentukan plasenta dan produksi
air susu.
Pada laki-laki
Terletak di bagian testis. Hormone yang dihasilkan yang terpenting yaitu
testosterone yang berfungsi memperhatikan proses pembentukan sperma dan
menumbuhkan ciri-ciri kelainan sekunder.

Gangguan system endokrin

 Diabetes Militus
Definisi
Diabetes militus merupakan satu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan Sekresi insulin, kerja insulin, atau ketua-
duanya.
Klarifikasi DM
 Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
-Autoimun
-Idiopatik
 Tipe 2
-Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relative sampai yang dominan efek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
 Tipe 3
-Efek genetic fungsi sel beta
-Efek genetic kerja insulin
-Penyakit eksokrin pancreas
-Endokrinopati
-Karena obat atau zat kimia
-Infeksi
-Sebab imunologi
-Sebab imunologi yang jarang
-Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM

Keluhan yang dapat ditemukan pada penyandang diabetes:


 Keluhan klasik: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain: lemah badan kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Kriteria diagnose DM
1) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/Dl (11,1 mmol/L) Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.
2) Gejala klasik DM+
Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L) puasa diartikan pasien tak
mendapat kalori tambahan setidaknya 8 jam.
3) Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/Dl (11,1 mmol/L) TTGO yang
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang sama dengan
75g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Pilar Penatalaksanaan DM

 Edukasi
 Terapi gizi medis
 Latihan jasmani
 Intervensi farmakologis

Edukasi

 Perubahan perilaku hidup sehat


 Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri (setelah mendapat
pelatihan khusus)
 Tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada
pasien.
Perilaku Sehat bagi Diabetis

 Mengikuti pola makan sehat


 Meningkatkan kegiatan jasmani (3-4x/mgg, edikitnya selama 150 menit/mgg dengan
lat. aerobik sedang atau 90 menit/mgg dengan lat. aerobik berat)
 Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan
tepat (mis.Hipoglilkemia)
 Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
 Menggunakan obat diabetes dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan
teratur
 Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
 Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau bergabung
dengan kelompok diabetisi serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan
diabetes.
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari: Obat
hipoglikemik oral, Suntikan, dan Kombinasi.
 Diabetes Militus Gestasio
Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang memiliki
awitan atau pertama kali ditemukan pada kehamila.
Insidensi diabetes melitus gestasional adalah sebesar 15% di seluruh dunia.
 Patofisiologi
 Pada usia kehamilan lebih dari 26 minggu, tubuh memproduksi beberapa hormon,
seperti estrogen, progesteron, cortisol dan HPL (Human Placental Lactogen) yang
memiliki efek resistensi insulin.
 Fungsi dari efek hormonal ini adalah meningkatkan nutrisi dan gula dalam
peredaran darah sehingga membantu pertumbuhan janin.
 Sebagai kompensasi, tubuh memproduksi lebih banyak insulin
 Diabetes gestasional terjadi apabila ibu hamil tidak dapat memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup atau sel tubuh lebih resisten terhadap insulin.
 Factor resiko
 Obesitas
 Riwayat diabetes melitus gestasional sebelumya
 Glukosuria
 Riwayat keluarga dengan diabetes
 Abortus berulang
 Riwayat melahirkan dengan cacat bawaan atau bayi >4000 gram
 Riwayat preeclampsia
Gangguan system endokrin

Faktor Risiko Gangguan Sistem Endokrin


Ada banyak faktor risiko yang membuat seseorang mengalami gangguan endokrin, yaitu:

 Meningkatnya kadar kolesterol.


 Riwayat keluarga dengan gangguan endokrin.
 Inaktivitas.
 Riwayat penyakit terhadap gangguan autoimun.
 Pola makan yang tidak baik.
 Kehamilan (pada kasus seperti hipotiroidisme).
 Operasi, trauma, infeksi, atau cedera serius yang baru saja terjadi.
Penyebab Gangguan Sistem Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan dalam dua kategori, meliputi:
Kelenjar menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
Pembentukan luka (seperti bintil atau tumor) pada sistem endokrin yang dapat atau tidak
memengaruhi kadar hormon.
Gejala Gangguan Sistem Endokrin
1. Diabetes
Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus yang terjadi
ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat meliputi:
 Haus atau lapar yang berlebih.
 Kelelahan.
 Sering buang air kecil.
 Mual dan muntah.
 Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan.
 Perubahan pada penglihatan.
2. Akromegali
Akromegali adalah gangguan ketika kelenjar pituitari menghasilkan hormon
pertumbuhan yang berlebih. Ini menyebabkan pertumbuhan yang berlebih, terutama pada
tangan dan kaki. Gejala akromegali biasanya meliputi:
 Ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar.
 Tangan atau kaki yang terlalu besar atau bengkak.
 Perubahan struktur tulang muka.
 Nyeri pada tubuh dan sendi.
 Suara yang dalam.
 Kelelahan dan kelemahan.
 Sakit kepala.
 Pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan kulit.
 Disfungsi seksual, termasuk penurunan libido.
 Sleep apnea.
 Gangguan pada penglihatan.
3. Penyakit Addison
Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan aldosteron
akibat kerusakan kelenjar adrenal. Gejala penyakit Addison biasanya meliputi:
 Depresi.
 Diare.
 Kelelahan.
 Sakit kepala.
 Hiperpigmentasi pada kulit.
 Hipoglikemia.
 Nafsu makan rendah.
 Tekanan darah rendah.
 Periode menstruasi yang terlewat.
 Mual dengan atau tanpa muntah.
 Ingin mengonsumsi garam.
 Penurunan berat badan.
 Kelemahan.
4. Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar
adrenal. Gejala dari sindrom cushing biasanya, meliputi:
 Buffalo hump (lemak di antara bahu, seperti punuk).
 Diskolorasi kulit seperti memar.
 Kelelahan.
 Merasa sangat haus.
 Penipisan dan melemahnya tulang (osteoporosis).
 Sering buang air kecil.
 Gula darah tinggi (hiperglikemia).
 Tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Mudah marah dan perubahan mood.
 Obesitas pada bagian atas tubuh.
 Wajah bundar.
 Kelemahan.
5. Penyakit Graves
Penyakit graves merupakan salah satu jenis hipertiroidisme yang mengakibatkan
produksi hormon tiroid. Gejala penyakit graves biasanya meliputi:
 Mata menonjol.
 Diare.
 Kesulitan tidur.
 Kelelahan dan kelemahan.
 Goiter (pembesaran kelenjar tiroid).
 Intoleransi terhadap panas.
 Detak jantung yang tidak teratur.
 Mudah marah dan perubahan mood.
 Detak jantung berdebar cepat (takikardia).
 Kulit yang tebal atau merah pada betis.
 Tremor.
 Penurunan berat badan.
6. Hashimoto’s Thyroiditis
Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi ketika tiroid diserang oleh sistem
imun yang menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah.
Gejalanya meliputi:
 Intoleransi terhadap dingin.
 Konstipasi.
 Rambut kering dan rontok.
 Kelelahan.
 Goiter (pembesaran kelenjar tiroid).
 Nyeri sendi dan otot.
 Periode menstruasi yang terlewat.
 Detak jantung yang melambat.
 Pertambahan berat badan.
7. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang
overaktif. Gejala umum dari hipertiroidisme meliputi:
 Diare.
 Kesulitan tidur.
 Kelelahan.
 Goiter.
 Intoleransi terhadap panas.
 Mudah marah dan perubahan mood.
 Detak jantung yang cepat (takikardia).
 Tremor.
 Penurunan berat badan tanpa penyebab.
 Kelemahan.
8. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme merupakan kondisi ketika tiroid underaktif dan menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroid. Gejala umum dari hipotiroidisme meliputi:
 Intoleransi terhadap dingin.
 Sembelit.
 Menurunnya produksi keringat.
 Rambut kering.
 Kelelahan.
 Goiter.
 Nyeri pada sendi dan otot.
 Periode menstruasi yang terlewat.
 Detak jantung yang melambat.
 Muka membengkak.
 Kenaikan berat badan.
9. Prolaktinoma
Prolaktinoma muncul apabila kelenjar pituitari yang disfungsional menghasilkan
hormon prolaktin berlebih yang berguna dalam produksi ASI. Prolaktin berlebih dapat
menyebabkan berbagai gejala, seperti:
 Disfungsi ereksi.
 Kemandulan.
 Kehilangan libido.
 Periode menstruasi yang terlewat.
 Produksi ASI tanpa penyebab.
Diagnosis Gangguan Sistem Endokrin
Tes darah dan urine untuk memeriksa kadar hormon dapat membantu dokter untuk
menentukan apakah seseorang memiliki gangguan endokrin. Tes imaging juga dapat
dilakukan untuk membantu menunjukkan lokasi bintil atau tumor.
Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin
Terdapat beberapa komplikasi gangguan endokrin tertentu, meliputi:
 Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid)
 Koma (pada hipotiroidisme)
 Depresi (pada banyak kondisi tiroid)
 Penyakit jantung
 Kerusakan saraf
 Kerusakan atau gagal pada organ
 Kualitas hidup yang tidak baik.
Pengobatan dan Efek Samping Gangguan Sistem Endokrin
Apabila gejala gangguan sistem endokrin mulai mengganggu, gejala tersebut umumnya
dapat diatasi dengan memperbaiki ketidakseimbangan hormon. Ini sering dilakukan melalui
pemberian hormon sintesis. Pada kasus prolaktinoma (ketika tumor non-kanker
menyebabkan gejala) operasi atau terapi radiasi dapat dilakukan untuk mengatasinya. Tidak
jarang diagnosis dan perawatan penyebab gangguan endokrin dapat mengatasi gejala.
Pencegahan Gangguan Sistem Endokrin
Beberapa cara untuk mencegah munculnya gangguan sistem endokrin:
 Tetap menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan sehat, dan banyak
berolahraga.
 Sertakan yodium dalam diet. Ini dapat membantu mencegah masalah tiroid.

Anda mungkin juga menyukai