Pasal 29
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a s/d t
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
sanksi admisnistratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2018
TENTANG
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN
Pasal 2
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a s/d t
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional;
Pasal 20
Program pemerintah dibidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. imunisasi Dasar;
b. keluarga berencana;
c. inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif;
d. penyediaan ruang menyusui;
e. program penanggulangan penyakit, antara lain tuberkulosis, HIV/AIDS, malaria;
f. pelayanan darah;
g. rujukan kasus gizi berat;
h. sistem penanggulangan gawat darurat terpadu;
i. penggunaan alat kesehatan dengan mengutamakan produk dalam negeri: dan
j. program pemerintah bidang kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
SEMILA
6
Regulasi Mengacu Peraturan
Perundangan-undangan
Implementasi
Bukti Implementasi
Dokumen Rekam Medis
Observasi
Regulasi
Survei Akreditasi
Implementasi
◉ Dokumen bukti
◉ Observasi
◉ Wawancara
◉ Simulasi 8
PROGRAM NASIONAL
v SASARAN I
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi
v SASARAN II
Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis/TBC
v SASARAN III
Penanggulangan HIV/AIDS
v SASARAN IV
Penurunan prevalensi stunting dan wasting
v SASARAN V
Pelayanan Keluarga Berencana
Program Nasional
BAB URAIAN
Prognas 1 Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu
Prognas 1.1 Untuk meningkatkan efektifitas sistem rujukan maka Rumah sakit melakukan pembinaan kepada jejaring
fasilitas Kesehatan rujukan yang ada.
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
Prognas 2.1 Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan.
Prognas 2.2 Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya pengendalian faktor risiko tuberkulosis
sesuai peraturan perundang-undangan.
Prognas 3 Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan wasting
Prognas 4.1 Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta penguatan jejaring
rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
Prognas 5 Rumah sakit melaksanakan program pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi di rumah
sakit beserta pemantauan dan evaluasinya.
Prognas 5.1 Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan pelayanan keluarga dan kesehatan
reproduksi.
Program Nasional
STANDAR URAIAN
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan wasting
14
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
15
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
16
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2018
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
18
Promosi Kesehatan Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
PKRS adalah proses memberdayakan:
✿ pasien,
✿ keluarga Pasien,
✿ sumber daya manusia Rumah Sakit,
✿ pengunjung Rumah Sakit, dan
✿ masyarakat sekitar Rumah Sakit
Djoti Atmodjo 19
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2018
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
Pasal 3
(1) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan
PKRS.
20
v Regulasi tentang Pedoman pelayanan PONEK 24 jam
v Regulasi tentang Pedoman penanggulangan tuberkulosis
v Regulasi tentang Pedoman pelayanan HIV/AIDS
v Regulasi tentang Pedoman pelayanan gizi rumah sakit
dalam upaya menurunkan prevalensi stunting dan
wasting
v Regulasi tentang Pedoman keluarga berencana RS
22
1) Rencana kegiatan pelayanan PONEK
2) Rencana kegiatan penanggulangan tuberkulosis
3) Rencana kegiatan penanggulangan HIV/AIDS
4) Rencana kegiatan program gizi dalam upaya menurunkan
prevalensi stunting dan wasting
5) Rencana kegiatan pelayanan keluarga berencana rumah
sakit
23
SASARAN IV
PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING DAN WASTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak.
Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit
kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi
diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik
Bruto (PDB) setiap tahunnya.
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
STANDAR URAIAN
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting
dan wasting
EP 1 Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
program gizi.
EP 2 Terdapat tim untuk program penurunan prevalensi stunting dan
wasting di rumah sakit.
EP 3 Rumah sakit telah menetapkan sistem rujukan untuk kasus
gangguan gizi yang perlu penanganan lanjut.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
27
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis,
status gizi, dan status metabolisme tubuh.
30
Sasaran Indikator Sasaran
Intervensi Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan
Spesihk. tambahan asupan gizi.
Persentase ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Persentase remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
Persentase anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI).
Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan
tata laksana gizi buruk.
Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau
pertumbuhan dan perkembangannya.
Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat tambahan
asupan gizi.
Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang memperoleh imunisasi dasar
lengkap.
Sasaran Indikator Sasaran
Intervensi 1. Persentase pelayanan Keluarga Berencana (KB) pascapersalinan
Sensitif
2. Persentase kehamilan yang tidak diinginkan
8. Jumlah keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai bersyarat
Sasaran Indikator Sasaran
Intervensi 9. Persentase target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang Stunting
Sensitif di lokasi prioritas
10. Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial pangan
11. Persentase desa/kelurahan stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau
Open Defecation Free (oDF).
Program penurunan prevalensi stunting dan wasting di rumah sakit terdiri
dari:
1) Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan
keluarga tentang masalah stunting dan wasting;
2) Intervensi spesifik di rumah sakit;
3) Penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi;
4) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting;
5) Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen serta
merupakan jejaring rujukan
6) Program pemantauan dan evaluasi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
35
Stunting adalah kondisi kurang gizi di 1000 hari pertama kehidupan
bayi yang berlangsung lama sehingga menyebabkan perkembangan
otak terhambat, begitu pula tumbuh kembangnya.
Ciri-ciri yang paling nampak adalah tubuh anak lebih pendek dari anak
seusianya.
Jika diukur menggunakan kurva pertumbuhan panjang badan/tinggi
badan berdasar usia (TB/U) dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia),
anak dianggap stunting bila hasil plot panjang badan/tinggi badan di
usia anak saat ini berada di bawah –2 SD (Standar Deviasi).
Pasal 2
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi
badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U);
b. Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U);
c. Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB); dan
d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
Pasal 3
Standar Antropometri Anak wajib digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan,
pengelola program, dan para pemangku kepentingan terkait untuk penilaian:
a. status gizi anak; dan
b. tren pertumbuhan anak.
Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam
puluh) bulan
a. berat badan sangat kurang (severely underweight);
b. berat badan kurang (underweight);
c. berat badan normal; dan
d. risiko berat badan lebih.
Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) anak usia 0
(nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan
a. sangat pendek (severely stunted);
b. pendek (stunted);
c. normal; dan
d. tinggi.
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia
0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan
a. gizi buruk (severely wasted);
b. gizi kurang (wasted);
c. gizi baik (normal);
d. berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);
e. gizi lebih (overweight); dan
f. obesitas (obese).
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam
puluh) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk menentukan
kategori:
a. gizi buruk (severely wasted);
b. gizi kurang (wasted);
c. gizi baik (normal)
d. berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);
e. gizi lebih (overweight); dan
f. obesitas (obese).
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan 18
(delapan belas) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan untuk
menentukan kategori:
a. gizi buruk (severely thinness);
b. gizi kurang (thinness);
c. gizi baik (normal);
d. gizi lebih (overweight); dan
e. obesitas (obese).
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
STANDAR URAIAN
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting
dan wasting
EP 1 Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
program gizi.
EP 2 Terdapat tim untuk program penurunan prevalensi stunting dan
wasting di rumah sakit.
EP 3 Rumah sakit telah menetapkan sistem rujukan untuk kasus
gangguan gizi yang perlu penanganan lanjut.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
49
Pasal 12
(1) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau
keluarganya.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien dan/atau keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga
kesehatan yang berwenang.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
meliputi:
a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
50
PMK 001/2012
Penjelasan dan
persetujuan
51
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
STANDAR URAIAN
Prognas 4.1 Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan
pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah
sakit kelas di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan
masalah gizi
EP 1 1. Rumah sakit membuktikan telah melakukan
pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta
penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di
bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah
gizi.
EP 2 1. Rumah sakit telah menerapkan sistem pemantauan dan
evaluasi, bukti pelaporan dan analisa.
:
53
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
STANDAR URAIAN
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan wasting
EP 1 Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan program gizi.
EP 2 Terdapat tim untuk program penurunan prevalensi stunting dan wasting di
rumah sakit.
EP 3 Rumah sakit telah menetapkan sistem rujukan untuk kasus gangguan gizi
yang perlu penanganan lanjut.
Prognas 4.1 Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi
serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP
di wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
EP 1 Rumah sakit membuktikan telah melakukan pendampingan intervensi dan
pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas
di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah
gizi.
EP 2 Rumah sakit telah menerapkan sistem pemantauan dan evaluasi, bukti
pelaporan, dan analisis.
LAPORAN INSIDENSI WASTING DAN STUNTING
BULAN ........................