Anda di halaman 1dari 3

Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi

Buruk atau yang Berisiko Gizi Buruk

S No. Dokumen : SOP/UKP/184

O No. Revisi :-
P Tanggal Terbit : 1 April 2020
Halaman : 1/2

PUSKESMAS
SIDOMULYO
dr. Doris Ulianna.S
NIP.197104302005012009
1. Pengertian Deteksi dini dan rujukan kasus balita gizi buruk, gizi kurang atau
yang berisiko gizi buruk merupakan salah satu bagian dari
pelaksanaan mobilisasi masyarakat. Bila kegiatan ini berjalan
dengan optimal maka banyak kasus gizi buruk yang dapat
dicegah dan ditangani dengan cepat dan tepat sehingga kondisi
mereka tidak menjadi lebih buruk. Agar deteksi dini dan rujukan
kasus dapat optimal diperlukan kegiatan penemuan dini aktif
dan pasif yang melibatkan semua komponen masyarakat,
khususnya orang tua, tokoh masyarakat, kader dan anggota
masyarakat yang terlatih lainnya.
2. Tujuan 1. Tenaga kesehatan mampu memfasilitasi proses persiapan,
pelaksanaan dan pemantauan deteksi dini dan rujukan kasus
mulai dari tingkat masyarakat.
2. Deteksi dini dan rujukan kasus yang optimal dapat
dilaksanakan dengan melibatkan semua anggota
masyarakat.
3. Balita gizi buruk atau yang berisiko gizi buruk dapat dideteksi
dini dan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
untuk mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sidomulyo no. 440/SK/PKM.S/
tentang Jenis Pelayanan Kesehatan Gizi
4. Referensi 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang
Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang
Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan
Ibu Hamil.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Kehamilan.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi, Anak Balita dan Ibu
Nifas.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Dokter Gigi.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Manajemen Puskesmas.
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis KemenKes 2015-2019.
18. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Penggunaan Dana Desa.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018
tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat
Desa.
20. Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Nomor
HK.02.03/D1/I.1/2088/2015 tentang Rencana Aksi Program
P2PL Tahun 2015-2019.
21. Peraturan Kepala BPOM Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Pengawasan Pangan untuk Keperluan Gizi Khusus.
22. Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada
Balita Tahun 2019
5. Prosedur 1. Persiapan Awal
2. Pencatatan dan Pelaporan
3. Pemantauan
5.1 Langkah- Langkah awal :
langkah
a. Melaksanakan penyegaran Kader Posyandu terkait rujukan
balita gizi buruk .
b. Alat yang dibutuhkan :
a. Alat timbang berat badan, timbangan digital anak dan
bayi
b. Alat ukur panjang atau tinggi badan
c. Pita Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Pelatihan Deteksi Dini
Kader tersebut dilatih untuk mampu melakukan :
1. Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan
dengan menggunakan pita LiLA berwarna
2. Identifikasi balita yang terlihat sangat kurus
3. Identifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit
menyusu
4. Identifikasi hambatan pertumbuhan, khususnya untuk kader
Posyandu atau anggota masyarakat lain yang terlibat dalam
pemantauan pertumbuhan
Pelaksanaan Deteksi
1. Kader melakukan sweeping kunjungan rumah untuk balita
yang tidak hadir pada hari Posyandu.
Pencatatan dan Pelaporan :
Dalam strategi penemuan dini dan kasus yang telah disepakati,
perlu ditentukan sistem pencatatan dan pelaporan, khususnya
untuk deteksi dini.

Pemantauan :
Tenaga kesehatan melakukan pemantauan secara berkala
terhadap balita kasus balita gizi buruk atau balita yang beresiko
gizi buruk.

5.2 Bagan Alir


Kader melakukan sweeping atau
kunjungan rumah bagi balita yang
tidak berkunjung ke puskesmas

Kader menimbnag berat badan dan tinggi


badan balita

Kader mencatat berat badan dan tinggi


badan balita

Temuan bagi balita gizi kurang dan gizi buruk dirujuk


ke Puskesmas terkait

5.3 Hal-hal 1. Balita usia < 2 tahun diukur tinggi badan menggunakan
Microtoice harus dilakukan koreksi pengukuran +/-0,7 cm
yang perlu
2. Microtoice harus terpasang dengan ukuran 200 cm di atas
diperhatikan lantai datar
3. Membaca hasil pengukuran tinggi badan dengan
menggunakan microtoice harus dilihat dari depan mata
sejajar microtoice

5.4 Unit terkait 1. Posyandu terkait


2. Ruang Pemeriksaan Anak
3. Ruang Konseling Gizi
5.5 Dokumen 1. Rujukan dari Posyandu
terkait 2. Rujukan Internal dari Ruang Pemeriksaan
3. Form Asuhan Gizi.
4. Tabel standar status gizi WHO tahun 2020 dengan indikator
BB/U, TB/U, BB/TB dan Buku Pedoman Tata Laksana Gizi
5. Formulir W1 (Kejadian Luar Biasa)

6. Rekaman
Yang
historis No Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
diubah
perubahan

Anda mungkin juga menyukai