Anda di halaman 1dari 59

Djoti Atmodjo

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT

Pasal 29
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a s/d t
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
sanksi admisnistratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2018
TENTANG
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

Pasal 2
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a s/d t
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional;
Pasal 20
Program pemerintah dibidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. imunisasi Dasar;
b. keluarga berencana;
c. inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif;
d. penyediaan ruang menyusui;
e. program penanggulangan penyakit, antara lain tuberkulosis, HIV/AIDS, malaria;
f. pelayanan darah;
g. rujukan kasus gizi berat;
h. sistem penanggulangan gawat darurat terpadu;
i. penggunaan alat kesehatan dengan mengutamakan produk dalam negeri: dan
j. program pemerintah bidang kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
SEMILA

6
Peraturan
Perundang-undangan

Regulasi

Survei Akreditasi

Implementasi
◉ Dokumen bukti
◉ Observasi
◉ Wawancara
◉ Simulasi 7
PROGRAM NASIONAL
v SASARAN I
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi
v SASARAN II
Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis/TBC
v SASARAN III
Penanggulangan HIV/AIDS
v SASARAN IV
Penurunan prevalensi stunting dan wasting
v SASARAN V
Pelayanan Keluarga Berencana
Program Nasional
BAB URAIAN
Prognas 1 Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu
Prognas 1.1 Untuk meningkatkan efektifitas sistem rujukan maka Rumah sakit melakukan pembinaan kepada jejaring
fasilitas Kesehatan rujukan yang ada.
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
Prognas 2.1 Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan.
Prognas 2.2 Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya pengendalian faktor risiko tuberkulosis
sesuai peraturan perundang-undangan.
Prognas 3 Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan wasting
Prognas 4.1 Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta penguatan jejaring
rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
Prognas 5 Rumah sakit melaksanakan program pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi di rumah
sakit beserta pemantauan dan evaluasinya.
Prognas 5.1 Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan pelayanan keluarga dan kesehatan
reproduksi.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS
STANDAR URAIAN
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis

EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan penanggulangan


tuberkulosis di rumah sakit.
EP 2 Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program kerjanya.

EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan upaya pencegahan


tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi Kesehatan.

Prognas 2.1 Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan
perundang-undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien tuberkulosis paru
dewasa maka rumah sakit harus memiliki ruang rawat inap yang memenuhi
pedoman pencegahan danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS
STANDAR URAIAN
Prognas 2.2 Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya pengendalian faktor
risiko tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan
EP 1 Rumah sakit telah menerapkan kepatuhan staf medis terhadap panduan praktik
klinis tuberkulosis.
EP 2 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Obat Anti Tuberkulosis.

EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan TB MDR (bagi rumah sakit rujukan TB MDR).

EP 4 Rumah sakit melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus TB Paru sesuai


ketentuan.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2021
TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

14
Pasal 4

Target Eliminasi TBC pada tahun 2030:


a. penurunan angka kejadian (incidence ratel TBC menjadi 65
(enam puluh lima) per 100.000 (seratus ribu) penduduk; dan
b. penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 (enam) per
100.000 (seratus ribu) penduduk.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2016
TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

16
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK. 02.02/MENKES/305/2014
TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS

17
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK. 01.07/MENKES/1186/2022
TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

19
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/1936/2022
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR HK.01.07/MENKES/1186/2022 TENTANG PANDUAN
PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

20
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2018
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

21
Promosi Kesehatan Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
PKRS adalah proses memberdayakan:
✿ pasien,
✿ keluarga Pasien,
✿ sumber daya manusia Rumah Sakit,
✿ pengunjung Rumah Sakit, dan
✿ masyarakat sekitar Rumah Sakit

untuk berperan serta aktif dalam proses asuhan untuk


mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga
dan meningkatkan kesehatan menuju pencapaian derajat
kesehatan yang optimal

Djoti Atmodjo 22
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2018
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Pasal 3
(1) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan
PKRS.

23
v Regulasi tentang Pedoman pelayanan PONEK 24 jam
v Regulasi tentang Pedoman penanggulangan tuberkulosis
v Regulasi tentang Pedoman pelayanan HIV/AIDS
v Regulasi tentang Pedoman pelayanan gizi rumah sakit
dalam upaya menurunkan prevalensi stunting dan
wasting
v Regulasi tentang Pedoman keluarga berencana RS

25
1) Rencana kegiatan pelayanan PONEK
2) Rencana kegiatan penanggulangan tuberkulosis
3) Rencana kegiatan penanggulangan HIV/AIDS
4) Rencana kegiatan program gizi dalam upaya menurunkan
prevalensi stunting dan wasting
5) Rencana kegiatan pelayanan keluarga berencana rumah
sakit

26
SASARAN II

PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN TUBERKULOSIS
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan
penanggulangan tuberkulosis di rumah sakit.
EP 2 Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program
kerjanya.
EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan
upaya pencegahan tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi kesehatan.
Maksud dan Tujuan Prognas 2
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan tuberkulosis melakukan
kegiatan yang meliputi:
a) promosi kesehatan;
b) surveilans tuberkulosis;
c) pengendalian faktor risiko;
d) penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis;
e) pemberian kekebalan; dan
f) pemberian obat pencegahan.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan
penanggulangan tuberkulosis di rumah sakit.
EP 2 Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program
kerjanya.
EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan
upaya pencegahan tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi kesehatan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2016
TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

Rumah sakit harus menetapkan Tim DOTS (Directly Observed


Treatment Shortcourse) yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program Penanggulangan TB.
32
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan
penanggulangan tuberkulosis di rumah sakit.
EP 2 Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program
kerjanya.
EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan
upaya pencegahan tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi kesehatan.

KE 1 EP 3 Program Kerja Organisasi PKRS


1. Ada bukti pelaksanaan promosi D 1) Bukti pelaksanaan program 10 TL
kesehatan, surveilans dan upaya promosi kesehatan :
5 TS
pencegahan tuberculosis a) Terkait penanggulangan
tuberkulosis 0 TT
b) Materi edukasi upaya
penanggulangan tuberkulosis
c) Laporan pelaksanaan edukasi
upaya penanggulangan
tuberculosis
d) Bukti pelaksanaan surveilans
tuberkulosis serta laporan
data surveilans tuberkulosis
dan analisisnya

W • Ketua/anggota TIM TB Paru


• Ketua/staf PKRS
• IPCN
Maksud dan Tujuan Prognas 2
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan tuberkulosis melakukan
kegiatan yang meliputi:
a) promosi kesehatan;
b) surveilans tuberkulosis;
c) pengendalian faktor risiko;
d) penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis;
e) pemberian kekebalan; dan
f) pemberian obat pencegahan.
:

36
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan
penanggulangan tuberkulosis di rumah sakit.
EP 2 Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program
kerjanya.
EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan
upaya pencegahan tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi kesehatan.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
2.1 tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
tuberkulosis paru dewasa maka rumah sakit harus memiliki
ruang rawat inap yang memenuhi pedoman pencegahan
danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tuberkulosis
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Jakarta, Mei 2012 i
PPI TB merupakan bagian dari PPI pada fasyankes. Kegiatan
berupa upaya pengendalian infeksi dengan 4 pilar yaitu :
Manajerial
Pengendalian administratif
Pengendalian lingkungan
Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
2.1 tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
tuberkulosis paru dewasa maka rumah sakit harus memiliki
ruang rawat inap yang memenuhi pedoman pencegahan
danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
REKOMENDASI UTAMA:
1. Untuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang ditransmisikan melalui
airborne, perlu diupayakan ventilasi yang adekuat di semua area pelayanan
pasien di fasilitas kesehatan
2. Untuk fasilitas yang menggunakan ventilasi alamiah, perlu dipastikan bahwa
angka rata-rata ventilation rate per jam yang minimal tercapai, yaitu:
a. 160/l/detik/pasien untuk ruangan yang memerlukan kewaspadaan
airborne (dengan ventilation rate terendah adalah 80/l/detik/pasien)
contoh: Bangsal perawatan MDR TB.
b. 60/l/detik/pasien untuk ruangan perawatan umum dan poliklinik rawat
jalan
c. Rancangan ventilasi alamiah di rumah sakit, perlu memperhatikan,
bahwa aliran udara harus mengalirkan udara dari sumber infeksi ke
area di mana terjadi dilusi udara yang cukup dan lebih diutamakan ke
arah luar gedung
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
2.1 tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
tuberkulosis paru dewasa maka rumah sakit harus memiliki
ruang rawat inap yang memenuhi pedoman pencegahan
danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Pengendalian Lingkungan adalah upaya peningkatan dan
pengaturan aliran udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi
untuk mencegah penyebaran dan mengurangi / menurunkan kadar
percik renik di udara. Upaya pengendalian dilakukan dengan
menyalurkan percik renik kearah tertentu (directional airflow) dan
atau ditambah dengan radiasi utraviolet sebagai germisida.
Rekomendasi WHO tentang ventilasi ruangan :

REKOMENDASI UTAMA:
1. Untuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang ditransmisikan melalui
airborne, perlu diupayakan ventilasi yang adekuat di semua area pelayanan
pasien di fasilitas kesehatan
2. Untuk fasilitas yang menggunakan ventilasi alamiah, perlu dipastikan bahwa
angka rata-rata ventilation rate per jam yang minimal tercapai, yaitu:
a. 160/l/detik/pasien untuk ruangan yang memerlukan kewaspadaan
airborne (dengan ventilation rate terendah adalah 80/l/detik/pasien)
contoh: Bangsal perawatan MDR TB.
b. 60/l/detik/pasien untuk ruangan perawatan umum dan poliklinik rawat
jalan
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
2.1 tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
tuberkulosis paru dewasa maka rumah sakit harus memiliki
ruang rawat inap yang memenuhi pedoman pencegahan
danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
◉ Pengumpulan sputum oleh pasien harus dilakukan dalam ruangan
terbuka, sputum collection booth, atau ruangan dengan pengaturan sistem
ventilasi yang benar.
◉ Udara dalam booth dialirkan ke udara bebas di tempat yang bebas lalu
lintas manusia. Apabila didampingi, pedamping harus menggunakan
respirator partikulat.
◉ Pasien harus tetap dalam ruangan sampai batuk mereda dan tidak batuk
lagi.
◉ Ruangan harus dibiarkan kosong sampai diperkirakan udara sudah bersih
sebelum pasien berikutnya diperbolehkan masuk. Untuk sarana dengan
sumber daya terbatas, pasien diminta mengumpulkan sputum di luar
gedung, di tempat terbuka, bebas lalu lintas manusia, jauh dari orang yang
menemani atau orang lain, jendela atau aliran udara masuk.
◉ Jangan menggunakan toilet atau WC sebagai tempat penampungan
sputum.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya
2.2 pengendalian faktor risiko tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan
EP 1 Rumah sakit telah menerapkan kepatuhan staf medis terhadap
panduan praktik klinis tuberkulosis.
EP 2 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Obat
Anti Tuberkulosis.
EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan TB MDR (bagi rumah
sakit rujukan TB MDR).
EP 4 Rumah sakit melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus TB
Paru sesuai ketentuan.
Standar PAP 1
Pelayanan dan asuhan yang seragam diberikan untuk semua pasien sesuai peraturan perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan PAP 1


Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapat mutu asuhan yang
seragam di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip mutu asuhan yang setingkat, pimpinan harus
merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada
populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja sesuai dengan regulasi yang ditetapkan rumah sakit.
Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit menyediakan tingkat mutu asuhan yang
sama setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tersebut harus sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku sehingga proses pelayanan pasien dapat diberikan secara kolaboratif.
Asuhan pasien yang seragam tercermin dalam hal-hal berikut:
a) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien untuk
membayar atau sumber pembayaran.
b) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh PPA yang kompeten tidak
bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam
c) Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhannya
d) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di rumah sakit misalnya
pelayanan anestesi.
e) Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima tingkat asuhan keperawatan
yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
Keseragaman dalam memberikan asuhan pada semua pasien akan menghasilkan
penggunaan sumber daya yang efektif dan memungkinkan dilakukan evaluasi
terhadap hasil asuhan yang sama di semua unit pelyanan di rumah sakit.

Elemen Penilaian PAP 1


1) Rumah sakit menetapkan regulasi tentang Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
yang meliputi poin a) – e) dalam gambaran umum.
2) Asuhan yang seragam diberikan kepada setiap pasien meliputi poin a) – e) dalam
maksud dan tujuan
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya
2.2 pengendalian faktor risiko tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan
EP 1 Rumah sakit telah menerapkan kepatuhan staf medis terhadap
panduan praktik klinis tuberkulosis.
EP 2 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Obat
Anti Tuberkulosis.
EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan TB MDR (bagi rumah
sakit rujukan TB MDR).
EP 4 Rumah sakit melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus TB
Paru sesuai ketentuan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2016
TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB RR/TB RO mengacu


kepada strategi DOTS.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya
2.2 pengendalian faktor risiko tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan
EP 1 Rumah sakit telah menerapkan kepatuhan staf medis terhadap
panduan praktik klinis tuberkulosis.
EP 2 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Obat
Anti Tuberkulosis.
EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan TB MDR (bagi rumah
sakit rujukan TB MDR).
EP 4 Rumah sakit melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus TB
Paru sesuai ketentuan.
Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Monitoring dan evaluasi program TB merupakan salah satu
fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program TB

Anda mungkin juga menyukai