Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL STUDI KASUS

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA
SEKOLAH (6-12 TAHUN)

LESTARI NINGSIH
NIM. 22221067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021/2022
PROPOSAL STUDI KASUS

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA
SEKOLAH (6-12 TAHUN)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

LESTARI NINGSIH
NIM. 22221067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa


Ta’ala karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan studi
kasus yang judul “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan
suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”. Penulisan studi kasus ini
dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Profesi Ners di
Institut Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Dalam penyusunan studi kasus ini penulis sangat menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan Ilmu
pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu,
dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan studi kasus dimasa
yang akan datang. Penyusunan studi kasus tidak akan terlaksana tanpa bimbingan,
pengarahan, bantuan serta saran dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi, CP., M.Kes selaku Rektor IKesT Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Maya Fadillah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
3. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan.
4. Ibu Marwan Riki Ginanjar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan serta motivasi dalam
penyusunan studi kasus ini.
5. Bapak Sri Tirtayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pemimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan serta motivasi dalam
penyusunan studi kasus ini.
6. Bapak Sukron, S.Kep., Ns., MNS selaku Penguji I yang telah memberikan
arahan, masukan dalam penyusunan studi kasus ini.
7. Para dosen dan Staf Institut Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang.

iii
8. Untuk Keluarga Besar Profesi Ners terima kasih yang sudah menjadi saksi
dan perjalanan hidup sebagai mahasiswa selama 1 tahun kuliah, terimakasih
untuk kebersamaannya. Semoga kita tetap menjalin silaturahmi baik dekat
maupun jauh.
Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala membalas dan melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya. Akhirnya semoga Studi kasus ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Palembang, Januari 2021

Lestari Ningsih
NIM. 22221067

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus ......................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus ....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Anak Usia Sekolah ................................................................
2. Karakteristik Anak Usia Sekolah ............................................................
3. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah ....................................................................
4. Tugas Anak Usia Sekolah .......................................................................
5. Kecukupan Gizi Anak Usia Sekolah .......................................................
B. Konsep Demam
1. Pengertian Demam ..................................................................................
2. Etiologi Demam ......................................................................................
3. Klasifikasi Demam ..................................................................................
4. Patofisiologis Demam .............................................................................
5. Manifestasi Klinis Demam ......................................................................
6. Komplikasi Demam.................................................................................
7. Penatalaksanaan Demam .........................................................................
8. Asuhan Keperawatan Anak Demam .......................................................
C. Konsep Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat
1. Pengertian Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat .............................
2. Manfaat Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat .................................
3. SOP Terapi Rendam Kaki Air Hangat ....................................................
D. Konsep Intervensi dan Telaah Jurnal
1. Pertanyaan klinis .....................................................................................
2. Kata Kunci (Keyword) ............................................................................
3. Kriteria ....................................................................................................
4. Searching literature (Journal) ..................................................................

v
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Desain ..........................................................................................................
B. Subjek Studi Kasus .....................................................................................
C. Lokasi dan Waktu ........................................................................................
D. Fokus Studi Kasus ........................................................................................
E. Definisi Operasional ....................................................................................
F. Instrumen ....................................................................................................
G. Metode Pengumpulan Data .........................................................................
H. Etika Studi Kasus ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


LAMPIRAN .......................................................................................................

vi
DAFTAR TABLE

Halaman
Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel .....................................................................
Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA ......................................................
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1: Lembar Bimbingan Ujian Proposal ..............................................

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia 6-12 tahun adalah usia yang rentan terhadap infeksi, karena pada
usia ini anak mulai bersekolah dan berinteraksi dengan anak lain. Perubahan
suhu tubuh merupakan salah satu bentuk reaksi tubuh terhadap proses infeksi
yang harus ditangani dengan tepat agar tidak membahayakan anak. (Afrah et
al, 2017). Salah satu bentuk perubahan tubuh yang sering dialami anak usia
sekolah 6-12 tahun adalah demam. Demam merupakan bentuk reaksi atau
proses alami tubuh terhadap bakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh
melawan infeksi (Wilbert, 2018). Demam sering terjadi pada anak yang
mengalami pneumonia, bronchitis, tuberculosis, demam tipoid, demam
berdarah, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih (Hermayudi & Ariani,
2017).
Berdasarkan data World Health Organization 2020 demam terjadi
pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di negara maju. 4,5 Di Amerika
Serikat dan Eropa prevalensi demam berkisar 2-5%. Dengan angka kejadian
demam sederhana sekitar 70-75%, kejang kompleks 20-25% dan sekitar 5%
demam simptomatik. Di Asia prevalensi demam meningkat dua kali lipat bila
dibandingkan di Eropa dan di Amerika Serikat. World Health Organization
memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta
dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas
kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa
karena menderita demam (Setyowati dalam Wardiyah, 2018).
Di Indonesia dilaporkan bahwa angka kejadian kejang demam 3-5%
dari anak yang berusia 6 bulan–5 pada tahun 2018-2019. angka tersebut terus
bertambah menjadi 6% pada tahun 2019 (Sulystowati, 2019). Di sumatra
selatan persentase penderita demam ditahun 2019 mencapai 2.815 kasus (IR
sebesar 33/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 16
kematian (CFR 0,57) (LKjlP Dinkes prov.sumsel, 2021). Demam pada anak
2

dapat dilakukan dengan cara terapi non farmakologi dan farmakologi. Terapi
farmakologi dapat diberikan obat antipiretik dan non farmakologi dapat
dilakukan dengan cara kompres hangat, tepid water sponge (teknik seka),
terapi cairan dengan memperbanyak minum, tidak menggunakan pakaian
tebal, berada dalam ruangan bersuhu normal cukup efektif dalam menurunkan
suhu tubuh (Marni, 2018). Rendam kaki air hangat merupakan salah satu
terapi non farmakologi jenis hidroterapi yang dapat meningkatkan relaksasi
otot, meredakan nyeri, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi,
melemaskan jaringan ikat, memberikan efek menenangkan, dan
meningkatkan kehangatan (Pereira & Sebastian, 2018). Terapi hidrotermal
adalah salah satu modalitas yang terbukti efektif dalam mengobati demam.
Hidroterapi berarti penggunaan internal atau eksternal air dalam salah satu
bentuknya (air, es, atau uap) untuk promosi kesehatan atau pengobatan
penyakit yang berbeda dengan berbagai suhu, tekanan, durasi, dan lokasi. Ini
adalah salah satu modalitas pengobatan alternatif yang digunakan secara luas
dalam budaya kuno, termasuk Mesir, India, dan Cina(Khatab dkk., 2017).
Salah satu bentuk hidroterapi adalah baskom air hangat dengan cara
merendam kaki dalam air bersuhu 40°C hingga 43°C selama 15 hingga 20
menit. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa baskom air hangat
membantu menghilangkan rasa lelah, memberikan kenyamanan, dan
mengurangi suhu tinggi melalui keringat (Wood dan Haber 2018). Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian Pereira dan Sebastian (2018), bahwa terapi
rendam kaki air hangat selama 15 menit efektif menurunkan suhu tubuh pada
anak usia 6-12 tahun dengan demam.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus untuk mengetahui pengaruh terapi
rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh.Terapi ini mudah
dilakukan dan juga keluarga pasien tidak perlu mengeluarkan biaya. Jadi,
dengan adanya studi kasus ini, diharapkan teknik hidroterapi rendam kaki air
hangat dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan
masalah peneliti ini adalah bagaimana “Pengaruh terapi rendam kaki air
hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12
tahun)”.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan umum
Melakukan Penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan Pengkajian Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun)
Dengan Demam
b. Menyusun Diagnosa Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12
tahun) Dengan Demam
c. Menyusun Intervensi Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12
tahun) Dengan Demam
d. Melakukuan Implementasi Keperawatan Kepada Anak usia sekolah
(6-12 tahun) Dengan Demam
e. Melakukan Evalusi Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12
tahun) Dengan Demam
f. Melakukan Discharge Planning Keperawatan Kepada Anak usia
sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
Studi kasus ini adalah salah satu sarana penerapan ilmu pengetahuan
yang telah didapat, memberikan pengalaman dan meningkatkan
pemahaman dalam melakukan asuhan keperawatan. Studi kasus ini
diharapkan bermanfaat untuk yang lain dan juga menjadi referensi yang
lain dalam melakukan studi kasus yang sama dalam rangka
melaksanakan penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat
4

terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12
tahun)”.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi terhadap materi asuhan keperawatan dalam
memahami pelaksanaan penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air
hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia
sekolah (6-12 tahun)”. Dapat mengaplikasikan materi yang telah
dipelajari serta memberi informasi dalam proses perkuliahan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang bermutu dan
berkualitas.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan yang diperlukan untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan dan kebijakan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada balita dengan demam.
c. Bagi Penulis
Sebagai sarana memperoleh pengetahuan khususnya di bidang
keperawatan anak dan acuan untuk mengaplikasikan ilmu yang di
dapat selama perkuliahan kedalam pelaksanaan praktek pelayanan
keperawatan khususnya pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dengan
demam.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anak usia Sekolah


1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak Anak usia Sekolah adalah anak yang memasuki usia 6 hingga
12 tahun (Damayanti, Lutfiya, & Nilamsari, 2019). Berdasarkan World
Health Organization anak usia sekolah adalah anak yang memasuki usia 7-
15 tahun. Fase anak usia sekolah merupakan fase dimana anak sangat
membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa
pertumbuhan dan perkembangan (Lestari, Ernalia, & Restaunti, 2016).
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, nutrisi memiliki
peran yang sangat penting. Pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas
yang benar akan berdampak terhadap tumbuh kembang anak yang optimal
(Noviani, Afifah, & Astiti, 2016). Anak usia 6-12 tahun adalah usia yang
rentan terhadap infeksi, karena pada usia ini anak mulai bersekolah dan
berinteraksi dengan anak lain. Perubahan suhu tubuh merupakan salah satu
bentuk reaksi tubuh terhadap proses infeksi yang harus ditangani dengan
tepat agar tidak membahayakan anak. (Afrah et al, 2017). Salah satu
bentuk perubahan tubuh yang sering dialami anak usia sekolah 6-12 tahun
adalah demam.

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah


Menurut Supariasa (2018), karakteristik anak usia sekolah umur 6-12
tahun terbagi menjadi empat bagian terdiri dari :
a. Fisik/Jasmani
1) Pertumbuhan lambat dan teratur.
2) Anak wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibanding laki-laki
dengan usia yang sama.
3) Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa ini.
4) Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus.
5) Pertumbuhan tulang, tulang sangat sensitif terhadap kecelakaan.
8

6) Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan besar,


senang makan dan aktif.
7) Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini.
b. Emosi
1) Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap
tingkah laku dan diri sendiri, mudah cemas jika ada kemalangan di
dalam keluarga.
2) Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis.
c. Sosial
1) Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan
yang bersaing, mulai menunjukkan sikap kemimpinan, mulai
menunjukkan penampilan diri, jujur, sering punya kelompok teman-
teman tertentu.
2) Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan wanita
bermain sendiri-sendiri.
d. Intelektual
1) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar dalam
belajar dan keterampilan, ingin coba-coba, selalu ingin tahu sesuatu.
2) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat

3. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah


Menurut Hurlock (2019), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis
memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu
mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu
sebagai berikut:
a. Label yang digunakan oleh orang tua
1) Usia yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah
dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya
daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
9

2) Usia tidak rapi


Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan.
Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan
perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali
kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan mengancam
dengan hukuman.
b. Label yang digunakan oleh para pendidik
1) Usia sekolah dasar
Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan
penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra
kurikuler.
2) Periode kritis
Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk,
kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai dengan
kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.telah dilaporkan
bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak
mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada
masa dewasa.
c. Label yang digunakan ahli psikologi
1) Usia berkelompok
Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai angota
kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan
standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan
perilaku.
10

2) Usia penyesuaian diri


Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan
dari teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.
3) Usia kreatif
Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan
apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru
yang orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif
diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk
menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal pada
umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum
mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak.
4) Usia bermain
Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain
daripada dalam periode-periode lain hal mana tidak dimungkinkan
lagi apabila anak-anak sudah sekolah melainkan karena terdapat
tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang
lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan
periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat
dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk
bermain.

4. Tugas Anak Usia Sekolah


Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Sabani (2019)
adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan permainan yang umum
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
11

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk


kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan
nilai
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan
lembaga-lembaga
i. Mencapai kebebasan pribadi

5. Kecukupan Gizi Pada Anak


Menurut Paramashanti (2019), kecukupan gizi pada anak pada fase
ini, perkembangan dan pertumbuhan anak adalah hal yang utama, hal
inilah yang membuat semua kebutuhan gizi anak harus terpenuhi. Anak
pada usia ini juga harus diperkenalkan pada makanan yang mereka
perlukan antara lain:
a. Energi
Energi berfungsi untuk menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Kemudian sampai usia 24 bulan, keperluan
energi anak menjadi per kilogram berat badan menurun. Kebutuhan
energi anak pada usia 6-24 bulan adalah 950 kkal per hari.
b. Karbohidrat
Karbohidrat penting dalam diet anak karena beberapa alasan
yaitu memberikan suplai energi untuk pertumbuhan, fungsi tubuh dan
aktivitas, membuat protein dalam diet dapat digunakan secara efisien
untuk pembentukan jaringan, membuat penggunaan lemak secara
normal dalam tubuh dan menyediakan building block untuk beberapa
senyawa tubuh esensial. Sumber utama karbohidrat yang ada pada
ASI berupa laktosa, sedangkan pada makanan berasal dari serealia,
sayur dan buah.
c. Protein
Protein berfungsi untuk membentuk berbagai sel baru yang
akan menunjang proses pertumbuhan seluruh organ tubuh, serta
perkembangan otak anak. Kebutuhan protein pada usia 6-24 bulan
12

adalah 20 gram. Bayi dan anak memerlukan protein berkualitas tinggi


dari ASI dan MPASI. Selain mendapat protein dari ASI, sumber
bahan makanan yang mengandung protein antara lain daging sapi,
unggas, ikan, telur, keju, yogurt dan kacang-kacangan. Protein dalam
produk hewani memiliki jumlah asam amino yang mencukupi untuk
kebutuhan protein dalam tubuh.
d. Lemak
Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang
berbagai sel saraf otak yang menjadi penentu kecerdasan anak,
perkembangan mata yang normal, rambut dan kulit yang sehat,
resistensi terhadap infeksi dan penyakit, sebagai sumber energi,
menurunkan kehilangan panas dalam tubuh dan melindungi organ-
organ tubuh, serta membantu penyerapan vitamin larut lemak (A, D,
E, K). Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam
linoleat atau omega 6 dan asam linoleat atau omega 3) dan asam
lemak nonesensial (asam oleat atau omega 9, EPA, DHA, AA).
e. Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata, menjaga
kelembutan kulit dan membran mukosa, pertumbuhan dan
perkembangan optimal, serta sistem imun dan reproduksi yang sehat,
ASI kaya vitamin A. Dalam makanan vitamin A bersumber dari
kuning telur, sayur dan buah berwarna kuning dan hijau tua, serta hati.
f. Vitamin C
Vitamin C berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang
rawan), meningkatkan daya tahan tubuh, serta penyerapan kalsium.
Zat ini dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
Sumber vitamin C meliputi ASI, sayur (tomat, kubis dan kentang) dan
buah (jeruk, pepaya,stroberi).
g. Yodium
Yodium berfungsi untuk mencegah terjadinya hambatan
pertumbuhan, seperti kretinisme atau kerdil, berperan dalam proses
13

metabolisme tubuh, serta mengubah karoten yang terdapat dalam


makanan menjadi vitamin A.
h. Kalsium
Kalsium penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi
dalam otot, membantu penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah
anemia dan membantu membentuk sel darah merah), pembentukan
darah, serta menjaga kesehatan saraf dan otot. Selain ASI, sumber
makanan yang mengandung kalsium meliputi susu formula, keju, susu
dan produk sereal yang difortifikasi. Kalsium dalam tubuh
dipengaruhi oleh keberadaan vitamin D. Oleh karena itu , vitamin D
harus ada dalam jumlah yang adekuat.
i. Zink atau seng
Zink tersebar disemua sel, jaringan dan organ tubuh.
Diperlukan untuk pertumbuhan fungsi otak, pembentukan protein
tubuh dan penyembuhan luka, pembentukan sel darah, persepsi rasa,
sistem imun yang sehat dan memengaruhi respons tingkah laku serta
emosi anak. Zink bersumber dari ASI, daging, roti gandum, sereal,
hati dan kuning telur.
j. Zat besi
Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan fisik, serta
meningkatkan penggunaan energi yang diperlukan tubuh,
pembentukan sel darah yang membantu proses penyebaran zat gizi,
serta oksigen keseluruh organ tubuh. Sumber zat besi selain
didapatkan dari ASI, juga dari makanan misalnya daging, hati, biji-
bijian, roti gandum, sereal dan sayuran berwarna hijau.
k. Asam folat
Asam folat akan membantu pertumbuhan anak, memproduksi
sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan
dalam pematangan sel darah merah, serta mencegah anemia. Asam
folat ada dalam ASI, sayuran berwarna hijau, jeruk, roti, gandum,
sereal, biji-bijian, daging sapi, kuning telur dan hati.
14

Pada usia 6 hingga 24 bulan, pertumbuhan dan perkembangan fisik serta


psikologis anak juga terjadi secara berkesinambungan jika pada usia 6
hingga 24 bulan ini seorang anak tidak mendapat asupan makanan yang
bergizi, maka akan terjadi:
a. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak akan terhambat.
b. Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan, mental, psikologis
juga akan mengalami hambatan.

E. Konsep Demam
1. Pengertian Demam
Demam merupakan bentuk reaksi atau proses alami tubuh
terhadap bakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh melawan infeksi
(Wilbert, 2018). Keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam
pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termogulasi) di hipotalamus penyakit-penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodikin. 2018).
Demam sering terjadi pada anak yang mengalami pneumonia,
bronchitis, tuberculosis, demam tipoid, demam berdarah, gastroenteritis,
dan infeksi saluran kemih (Hermayudi & Ariani, 2017). Demam
merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal
atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat tubuh manusia
terserang penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).

2. Etiologi Demam
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
15

ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian


pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2019). Sedangkan
menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni
(2018) bahwa etiologi demam diantaranya:
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media
f. Imunisas

3. Klasifikasi Demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal (NANDA, 2018). Tipe demam yang mungkin banyak ditemui
antara lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
16

d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

4. Patofisiologi Demam
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi
berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini
berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula
dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan
bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat
pirogen leukosit/pirogen endogen).
Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan
menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam
waktu 8-10 menit. Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk
menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki
kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk
membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan elektrolit dapat
mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi
dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami ganggu (Sodikin,
2018).

5. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif (2019) tanda dan gejala terjadinya demam adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C -39⁰C)
17

2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

8. Komplikasi Demam
Menurut Marni. (2018). komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24
jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayakan otak.

9. Penatalaksanaan Demam
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2019) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non
farmakologis. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan
suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada
2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam
waktu 3-4 jam
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki
efek anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada
18

demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat


diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB
b. Tindakan nonfarmakologis
Menurut (Nurarif, 2019). Tindakan non farmakologis terhadap
penurunan panas yang dapat dilakukan:
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres

10. Asuhan Keperawatan Anak Demam


a. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan objektif
(misal: TTV, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan
peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh
pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan)
dan risiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah)
(NANDA, 2018). Pengkajian berupa:
1) Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang
diperlukan.
2) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian)
: panas
3) Riwayat kesehatan sekarang: sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
4) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
19

5) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau


penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetik atau tidak).
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut
merata dan warna rambut.
2) Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek
pupil mengecil ketika terkena sinar.
4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering,
dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor,
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang
disertai tremor.
5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam).
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisidan metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
20

d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok,
atau komunitas (NANDA, 2018).
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota
tubuh

e. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC NOC 2018, intervesi keperawatan antara lain
adalah:
NO. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Monitir suhu sesering
proses penyakit. jam, klien menunjukkan mungkin
Batasan karakteristik: temperatur dalam batas 2. Monitor IWL
 Konvulsi normal. Dengan kriteria 3. Monitor warna dan suhu
 Kulit kemerahan hasil: kulit
 Peningkatan suhu 1. Suhu tubuh dalam 4. Monitor tekanan darah,
tubuh di atas kisaran rentang normal, antara nadi dan RR
normal. 36,5 - 37,5 derajat 5. Monitor penurunan
 Kejang celsius. tingkat kesadaran
 Takikardi 2. Nadi dan pernafasan 6. Monitor WBC, HB dan
 Takipnea dalam rentang normal. HCT
3. Tidak ada perubahan 7. Monitor intake dan
 Kulit terasa hangat.
warna kulit dan tidak output
ada pusing. 8. Kolaborasikan
Keterangan: pemberian antipiretik
1. Berat 9. Berikan pengobatan
2. Cukup berat untuk mengatasi
3. Sedang penyebab demam
4. Ringan 10. Selimuti pasien k.
5. Tidak ada Berikan cairan intravena
11. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
12. Tingkatkan sirkulasi
udara
13. Berikan pengobatan
21

untuk mencegah
terjadinya menggigil
2. Resiko defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status cairan
cairan berhubungan keperawatan selama 2x24 termasuk intake dan
dengan kurangnya jam, klien menunjukkan output.
intake cairan dan tidak muntah lagi. Dengan 2. Monitor vital sign.
peningkatan suhu kriteria hasil: 3. Monitor status dehidrasi
tubuh. 1. Tekanan darah nadi, (kelembaban membran
Batasan karakteristik: suhu tubuh dalam batas mukosa).
 Kehilangan cairan normal. 4. Dorong keluarga untuk
secara aktif. 2. Tidak ada tanda tanda membantu pasien makan.
 Kurang dehidrasi. 5. Kolaborasi pemberian
pengetahuan. 3. Elastisitas turgor kulit berikan cairan IV
 Berat badan ekstrem baik.
 Kegagalan fungsi 4. Membram mukosa
regulator. lembab.
 Kehilangan cairan 5. Tidak ada rasa haus
melalui rute yang berlebihan.
abnormal (slang Keterangan:
menetap). 1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Anjurkan pasien
kelemahan anggota jam, klien mampu mengungkapkan
tubuh melakukan aktivitas dan perasaan secara verbal
latihan secara mandiri mengenai keterbatasan
. Dengan kriteria hasil: yang dialami
Toleransi terhadap aktifitas 2. Monitor lokasi dan
meningkat. Dengan kriteria sumber
hasil: ketidaknyamanan /nyeri
No. Kriteria A T yang dialami pasien
1. Kekuatan 4 5 selama aktivitas
tubuh 3. Lakukan ROM
bagian atas aktif/pasif untuk
2. Kekuatan 3 5 menghilangkan
tubuh ketegangan otot
bagian 4. Bantu pasien dalam
bawah aktivitas sehari-hari
3. Frekuensi 4 5 yang teratur sesuai
nafas saat kebutuhan
beraktifitas 5. Anjurkan aktivitas fisik
4. Frekuensi 4 5 sesuai dengan
nadi saat kemampuan pasien
beraktifitas
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
22

f. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang
telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dimana
tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan
klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien
(Hutahaean Serri, 2019). Dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan pada anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan
klien, melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat,
menganjurkan klien memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi
non verbal, mengkaji intake dan output klien, dan membantu
keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.

g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan (Hutahaean Serri, 2020). Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-
macam evaluasi
1) Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan
ditulis pada catatan perawatan.
2) Evaluasi sumatif SOAP
Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan. Hasil
23

yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan


keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang
dengan suhu 36,5°C, orang tua mengatakan nyeri sudah
berkurang dan membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non
farmakologi, orang tua mengatakan tidak terjadi penurunan BB
secara signifikan. Tindakan selanjutnya mengobservasi keluhan
klien dan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.

h. Discharge Planning
1) Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan
laporkan dokter/perawat.
2) Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis
dan waktu
3) Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4) Melakukan perawatan selama proses pemulihan seperti istirahat,
konsumsi air putih 2000-2500 cc/hari (Novitasari, 2019).

F. Konsep Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat


1. Pengertian Rendam Kaki Dengan Air Hangat
Terapi rendam kaki air hangat merupakan salah satu hidroterapi
yang dapat meningkatkan relaksasi otot, meredakan nyeri, melebarkan
pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi, melemaskan jaringan ikat
dan memberikan efek menenangkan serta penyembuhan, dan
meningkatkan kehangatan. Merendam kaki dengan air hangat adalah
suatu metode perawatan kesehatan yang populer di kalangan masyarakat
cina. Pengobatan tradisional cina merekomendasikan merendam kaki
dengan air hangat setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah dan
mengurangi kemungkinan demam hingga mereda lebih awal (Pereira &
Sebastian, 2018).
Rendam kaki menggunakan air hangat merupakan proses
merangsang saraf yang ada dikaki untuk bekerja dan berfungsi
mendilatasi pembuluh darah serta melancarkan perdarahan darah. Dasar
24

utama penggunaan air hangat untuk pengobatan adalah efek hidrostatik


dan hidrodinamik. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisilgis
bagi tubuh pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya
air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor
pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot ligamen yang
mempengaruhi sendi tubuh (Wibowo.,et al 2018).

2. Manfaat Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat


Air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama
berdampak pada pembuluh darah menjadi lancar, yang kedua adalah
faktor pembebanan di dalam air yang menguatkan otot-otot dan ligament
yang mempengaruhi sendi tubuh. Rendam kaki dengan air hangat
bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah (Hardianti, Nisa, & Wahyudo,
2018).

3. Prosedur Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Untuk Menurunkan


Suhu Tubuh
Berikut adalah persiapan alat dan prosedur yang dilakukan untuk
terapi rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan suhu tubuh
menurut (Harnani & Axmalia, 2017).
Persiapan alat
a. Termometer
b. Termometer Air panas
c. Baskom
d. Handuk
e. Stopwatch
Tahap orientasi
a. Memberikan salam, dan memperkenalkan nama perawat.
b. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan kepada klien.
Tahap Kerja
a. Membawa peralatan mendekati klien
b. Memposisikan klien duduk diatas kursi
c. Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer sebelum
dilakukan terapi rendam kaki
d. Jika kaki tampak kotor cuci terlebih dahulu dan keringkan
e. Masukan air hangat ke dalam baskom dengan suhu 38-40°C
25

f. Tubuh anak dislimuti seluruhnya dengan selimut kecuali kepala dan


lehernya terbuka
g. Celupkan dan rendam kaki sampai mata kaki biarkan selama 10-15
menit, jika suhu turun maka tambahkan air hangat sampai sesuai
kembali
h. Setelah selesai, angkat kaki lalu keringkan dengan handuk
i. Rapikan alat
j. Ukur kembali suhu tubuh menggunakan termometer setelah
dilakukan terapi rendam kaki dan dicatat.
Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Merapikan alat
d. Melakukan dokumentasi

G. Konsep Intervensi dan Telaah Jurnal


Pada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh
pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun) didapatkan beberapa artikel
penelitian yang dianalisis dalam penulisan studi kasus ini. Pencarian artikel
dilakukan dengan metode PICO dan analisis dengan metode VIA. Berikut ini
merupakan beberapa tahapan yang menjelaskan tentang pencarian artikel.
1. Pertanyaan klinis
Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan pada anak
dengan demam ?
2. Kata Kunci (Keyword)
P (problem/population) : Demam, Fever
I (intervention) : Rendam Kaki Air Hangat, Warm Foot Bath
C (compration) :-
O (outcome) : Suhu Tubuh, Body Temperature
3. Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan referensi studi kasus ini,yaitu:
a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relavan dengan tujuan.
b. Artkel yang berbahasa Indonesia dan Inggris dengan bentuk fulltext
c. Artikel penelitian yang dipublikasihkan sekitar tahun 2017 sampai
dengan 2021.
26

Adapun beberapa kriteria eksklusi dalam penampilan referensi studi


kasus ini, yaitu artikel yang tidak memiliki struktur lengkap, review
artikel, dan artikel yang tidak membahas mengenai pengaruh terapi
rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam
usia sekolah (6-12 tahun).

4. Searching literature (Journal)


Setelah dilakukan pencarian artikel melalui database elektronik yaitu
Perpusnas (281), Pubmed (430), ProQuest (110), Science Direct (300),
Google scholar (590), antara tahun 2017-2022. Didapatkan artikel
penelitian yang sesuai dengan kata kunci (Keyword) sekitar 1.711 artikel
yang ditemukan. Kemudian penulis memilih sendiri artikel yang sesuai
dengan judul, abstrak, isi dan tujuan dari penulisan studi kasus ini.
Artikel yang dipilih harus sesuai dengan kriteria inklusi. Artikel yang
tidak terkait mengenai terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan
suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun) dikeluarkan
sehingga didapatkan artikel yang dipilih sebanyak 3 artikel yang telah
baca dengan cermat melalui abstrak, tujuan dan data analisis dari
pertanyaan awal penulis dalam mengumpulkan informasi mengenai
Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh
pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun).
Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel

No Penulis Artikel Population Intervensi Comparison Outcome Time


1 Dian Nur Wulan Sampel penelitian ini Studi kasus ini untuk menilai - Didapatkan hasil penelitian yang Penelitian
Ningirum, Sherli berjumlah 20 anak yang keefektifan rendam kaki air menunjukkan bahwa p value dilakukan
Ardiantil, (2021) berusia 6-12 tahun yang hangat dalam penurunan sebesar 0,000 (p value < 0,05), pada tahun
mengalami demam di suhu tubuh. Pengumpulan berarti ada penurunan suhu tubuh 2021
ruang rawat inap anak data dimulai dari sebelum setelah dilakukan rendam kaki
RSUD Karanganyar. tindakan sebagai pretest hangat
Jenis kelamin laki-laki dengan melakukan
berjumlah 12, Jenis pengecekan suhu, setelah itu
kelamin perempuan langsung dilakukan
berjumlah 8. intervensi rendam kaki air
hangat selama 15 menit.
Posttest dilakukan secara
langsung setelah intervensi
selesai dilakukan
2 Nahed SM El- Sampel purposive non- Penelitian ini menilai - Didapatkan hasil penelitian tersebut Penelitian
Naggar, Hoda R. probabilitas terdiri dari efektivitas terapi rendam kaki dengan perbedaan yang signifikan ini
Mohamed (2020) 100 anak, 50 di setiap air hangat terhadap suhu dan dalam suhu dan tingkat kelelahan di dilakukan
kelompok studi dan kelelahan pada anak-anak antara anak-anak dengan demam pada tahun
kontrol, usia mereka dengan demam. Di mana antara kelompok studi dan kontrol 2020
berkisar antara 6-12 intervensi (baskom air dan antara pra dan pasca-tes untuk
tahun dengan demam. hangat) diterapkan pada anak-anak kelompok studi setelah
Jenis kelamin laki-laki kelompok studi selama menerapkan baskom air hangat.
berjumlah 34, Jenis demam. Sedangkan baskom Oleh karena itu, (P>0,05) terapi
kelamin perempuan plastik berisi air hangat rendam kaki air hangat efektif
berjumlah 16. bersuhu 40ºC - 43ºC diukur menurunkan suhu dan tingkat
dengan bath thermometer kelelahan pada anak demam.
setelah itu, kaki dan

27
pergelangan kaki anak
direndam di dalamnya
selama 20-30 menit,
kemudian kaki dikeringkan
menggunakan handuk,
sedangkan air suhu
dipertahankan pada 40ºC
dengan menambahkan air
hangat bila diperlukan.
Intervensi ini diulang sekitar
2-3 kali untuk anak yang
sama ketika suhu aksila
mencapai 38ºC ke atas.
3 Shaima Shaban Sample 100 anak-anak Penelitian ini menganalisis - Didapatkan hasil dari penelitian ini Penelitian
Mohammad, Sanaa dengan demam di klinik tentang pengaruh pengaruh menunjukkan penerapan terapi ini
Mahmoud Ahmed, rawat jalan di rumah terapi rendam kaki air hangat rendam kaki air hangat pada anak dilakukan
Asmaa Hamed sakit umum Misr El- terhadap suhu tubuh antara demam lebih efektif menurunkan pada 2021
Taufik, Amna Hora berpartisipasi anak-anak dengan demam. suhu tubuh dibandingkan kompres
Nagaty Aboelmagd dalam penelitian ini. Anak-anak dalam kelompok air biasa dengan perbedaan yang
(2021) Jenis kelamin laki-laki belajar ditempatkan dalam bermakna secara statistik
berjumlah 13, Jenis posisi duduk dan kakinya
kelamin perempuan termasuk pergelangan kaki
berjumlah 31. direndam dalam baskom
dengan air hangat, suhu air
hangat disesuaikan menjadi
38-40 ºC dengan
menggunakan termometer
mandi dan anak dibungkus
seluruhnya dengan sprei atau
selimut kecuali kepala dan
lehernya terbuka. Air hangat

28
ditambahkan secara berkala
ke baskom untuk
mempertahankan suhu yang
disesuaikan, tangan peneliti
ditempatkan di antara air
hangat yang dituangkan dan
kaki anak-anak (untuk
menghindari kaki terbakar).
Durasi rendam kaki air
hangat adalah 15 menit,
setelah itu suhu tubuh diukur
dengan menggunakan
termometer yang sama dan
dicatat (post-test). Anak-anak
tidak diberikan obat
antipiretik.

29
Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA

No Judul Artikel VIA


1 Keefektifan Validity
rendam kaki air a. Desain, artikel ini menggunakan rancangan penelitian quasi
hangat dalam experiment melalui pendekatan pre test and post test without control
penurunan group design.
Suhu tubuh pada b. Sampel, pengambilan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik
anak demam 6- consecutive sampling random, berjumlah 20 anak yang mengalami
12 tahun (2021) demam di ruang rawat inap anak RSUD Karanganyar.
c. Kriteria Inklusi dan Eklusi,: kriteria inklusi pada penelitian tersebut
dalam penelitian ini adalah pasien anak usia 6-12 tahun yang sedang
menjalani rawat inap di ruang Cempaka 1 RSUD Karanganyar, pasien
mengalami kenaikan suhu tubuh diatas normal 37,4°C-38,3°C
pengukuran pada aksila
d. Randomisasi, pada artikel tersebut menggunakan randomisasi dalam
pengambilan sampel.

Importance dalam Hasil


a. Karakteristik Subjek, pada artikel ini memiliki karakteristik subjek,
meliputi: Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan, Usia 6-9 tahun dan
10-12 tahun
b. Beda Proporsi : Hasil pengukuran suhu tubuh sebelum (pretest) di
lakukan intervensi rendam kaki air hangat ditemukan 60% (12
responden) berada pada rentang suhu 38,0-38,3°C dan 40% (8
responden) berada pada rentang suhu 37,4-37,9°C dan rata-rata suhu
adalah 37.980°C. Hasil pengukuran suhu tubuh sesudah (posttest)
dilakukan intervensi rendam kaki air hangat ditemukan 70% (14
responden) berada pada rentang suhu 37,0- 37,9°C dan 30% (6
responden) berada pada rentang suhu 38,0-38,9°C dengan rata-rata
suhu adalah 37.780°C
c. Beda Mean, pada artikel ini tidak membahas beda mean.
d. Nilai p value, pada hasil penelitian tersebut dengan hasil uji statistik
menggunakan uji t independent nilai p value (0,000) < 0,05, maka Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan berarti ada penurunan suhu tubuh
setelah dilakukan rendam kaki hangat pada anak 6-12 tahun.

Applicability
Hasil pengukuran suhu tubuh balita memperlihatkan bahwa rendam kaki
air hangat dapat menurunkan suhu tubuh, karena adanya pelebaran
pembuluh darah terpusat pada area kaki dan sirkulasi darah menjadi
lancar. Hal ini mengakibatkan set point termostatik di hipotalamus akan
mengatur ulang perpindahan panas dari area yang lebih tinggi ke area
panas yang lebih rendah.
2 Effectiveness of Validity
Warm Water a. Desain, Kuasi-eksperimental pra/pasca, studi, dan desain kelompok
Footbath on kontrol
Temperature and b. Sampel, purposive non-probabilitas terdiri dari 100 anak, 50 di setiap
Fatigue among kelompok studi dan kontrol, usia mereka berkisar antara 6-12 tahun
Children with dengan demam.
Fever (2020). c. Kriteria Inklusi dan Eklusi, kriteria inklusi pada penelitian tersebut
adalah Anak-anak yang suhu aksilanya 38HaiC dan di atas, Antipiretik

30
yang diberikan.. sedangkan kriteria eksklusi adalah ketidaksadaran,
neuropati perifer, anak-anak yang tidak bisa mengambil posisi duduk,
anak-anak yang memiliki lesi atau borok di kaki.
d. Randomisasi, pada artikel tersebut tidak dilakukan randomisasi dalam
pengambilan sampel.

Importance dalam Hasil


a. Karakteristik Subjek, usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal
b. Beda Proporsi, pada karakteristik umur responden rata-rata usia anak
adalah 10±1,3 dan 10±1,5 tahun, dan hampir dua pertiga dari mereka
(68%, 62%) adalah anak laki-laki. Juga, 60% dan 54% berasal dari
daerah perkotaan dalam kelompok studi dan kontrol, masing-masing.
Sekitar setengah dari anak-anak (54%, 48%) dan (36% & 36%)
sebelumnya dirawat di rumah sakit untuk durasi tinggal di rumah sakit
mulai dari tiga sampai kurang dari tujuh hari dalam kelompok studi
dan kontrol. Selain itu, lebih dari setengah (60%) anak-anak dirawat di
UGD, dan sedikit dari mereka (10%, 14%) di unit hematologi dan
onkologi masing-masing pada kelompok studi dan kontrol.
c. Beda Mean, pada artikel ini tidak membahas beda mean
d. Nilai p value, pada hasil penelitian tersebut dengan perbedaan yang
signifikan dalam suhu dan tingkat kelelahan di antara anak-anak
dengan demam antara kelompok studi dan kontrol dan antara pra dan
pasca-tes untuk anak-anak kelompok studi setelah menerapkan
baskom air hangat. Oleh karena itu, (P>0,05) terapi rendam kaki air
hangat efektif menurunkan suhu dan tingkat kelelahan pada anak
demam.

Applicability
Hasil penelitian ini mendukung kedua hipotesis penelitian yang
menerapkan aplikasi rendam kaki air hangat telah mengurangi suhu dan
kelelahan di antara anak-anak dengan demam dibandingkan dengan
tingkat pra-intervensi. Terapi rendam kaki air hangat dianggap
nonfarmakologis, aman, dan bebas efek samping, hemat biaya, dan mudah
dilakukan. Terapi rendam kaki air hangat melemaskan, menenangkan
ketegangan, dan meningkatkan nutrisi pada jaringan.
3 Effect of Warm Validity
Water Foot Bath a. Desain, kuasi-eksperimental (studi dan kelompok kontrol)
Therapy on b. Sampel, 100 anak-anak yang mengalami demam berpartisipasi dalam
Body penelitian saat ini pada usia 2-10 tahun yang dibagi secara acak
Temperature menjadi dua kelompok yang sama dengan menggunakan teknik simple
among Children random sampling. Belajar kelompok: Terdiri dari 50 anak yang
with Fever mendapat terapi mandi kaki air hangat dan kelompok kontrol: Terdiri
(2021). dari dari 50 anak yang menerima perawatan rutin. Berdasarkan
persamaan statistik dimana jumlah sampel 10% dari total jumlah
populasi, seluruh populasi anak yang dirawat di poliklinik rawat jalan
RSU Misr El-Hora sebanyak 1000 anak demam pada tahun 2018.
c. Kriteria Inklusi dan Eklusi, kriteria inklusi pada penelitian tersebut
adalah . anak dirawat di rumah sakit dengan suhu tubuh lebih dari 37,5
HaiC, Seorang anak demam yang bersedia mengikuti penelitian ini..
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu anak-anak dengan bisul, luka bakar
atau luka di kaki atau kondisi kulit lainnya melarang penggunaan
merendam kaki dengan air hangat, seorang anak yang mengalami
kelumpuhan dan parestesia, anak tidak sadar.

31
d. Randomisasi, pada artikel tersebut tidak dilakukan randomisasi

Importance dalam Hasil


a. Karakteristik Subjek, usia anak, jenis kelamin, diagnosis,
penggunaan antipiretik, penggunaan antibiotik, suhu tubuh dasar, dan
suhu tubuh setelah aplikasi
b. Beda Proporsi, menunjukkan bahwa 56,0% & 64,0% dari kelompok
studi dan kontrol berusia antara 5-7 tahun dengan usia rata-rata 5,6 ±
1,9 vs 5,7 ± 1,8, 74,0% berbanding 62,0% dari mereka adalah
perempuan dan 68,0% vs 54,0 % dari mereka diagnosis mereka adalah
gangguan pernapasan atas masing-masing tanpa perbedaan yang
signifikan secara statistik di mana P – nilai < .707, .198, .151 masing-
masing
c. Beda Mean, pada artikel ini tidak membahas beda mean
e. Nilai p value, pada artikel ini tidak ada nilai p value

Applicability
Perawatan rendam kaki air hangat memungkinkan pembuluh darah
melebar dan meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan panas sebagai
keringat dan memasok oksigen untuk sel-sel otak untuk membantu
menghilangkan racun. Berendam dalam bak air meningkatkan sirkulasi,
meningkatkan nutrisi jaringan, dan mengendurkan stres. Penelitian saat ini
menunjukkan bahwa lebih dari separuh kelompok studi dan kontrol
berusia antara 5-7 tahun, dengan rata-rata ±SD 5,6 ± 1,9 dan 5,7 ± 1,8
masing-masing, kurang dari tiga perempat versus kurang dari dua pertiga
dari mereka adalah anak perempuan dan lebih dari dua pertiga vs lebih
dari setengah dari mereka diagnosis mereka adalah gangguan pernapasan
atas masing-masing tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik.
Didapatkan hasil dari penelitian ini menunjukkan penerapan terapi rendam
kaki air hangat pada anak demam lebih efektif menurunkan suhu tubuh
dibandingkan kompres air biasa dengan perbedaan yang bermakna secara
statistik

32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain
Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian kualitatif Case Study
Research (CSR) atau penelitian studi kasus.

B. Subjek Studi Kasus


Partisipan atau responden dalam penelitian ini berjumlah 1 orang responden
balita dengan demam.

C. Lokasi dan Waktu


1. Tempat penelitian
Tempat pengambilan kasus di Kecamatan Ogan Ilir Sumatra Selatan.
2. Waktu penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2022.

D. Fokus Studi Kasus


Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada
anak demam usia sekolah (6-12 tahun).

E. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Sugiyono (2016), adalah suatu atribut atau sifat
nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari
kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, definisi
operasional variabelnya adalah sebagai berikut :

33
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Independen Merupakan terapi dengan lembar observasi -
Rendam kaki memberikan rangsangan yang terdiri dari:
air hangat hangat pada kedua kaki komponen prosedur
dengan suhu 40 C yang tindakan, tanggal
awalnya diukur dengan perlakuan, jam
thermometer air yang perlakuan,
memberikan rangsagan keterangan tindakan
menurunkan suhu tubuh dan paraf responden
Dependen Melakukan prosedur 1. Handphone yang 1. Demam rendah
Penurunan pengukuran suhu tubuh ada stopwatch 37,5-38 o C
suhu tubuh menggunakan 2. Termometer 2. Demam sedang
thermometer digital 3. Lembar 38,1-38,9 o C
didaerah aksila yaitu observasi 3. Demam tinggi-
sebanyak 2 kali, sebelum 39 o C
dilakukannya terapi
rendam kaki air hangat
dan setelah dilakukan
terapi rendam kaki air
hangat

F. Instrumen
1. Wawancara
Dalam studi kasus ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari
pasien.

G. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dari pengkajian tersebut meliputi nama, jenis
kelamin, umur. Instrumen dalam studi kasus ini berupa : alat tulis, lembar
pencatatan, lembar pengkajian. Cara pengambilan data dengan melakukan
pengkajian langsung ke pasien dan keluarga pasien : membuat surat izin
penelitian di BAAK kemudian mengantarkan surat penelitian ke tempat
penelitian. Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalam atau anamnesa (pengkajian
dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan fisik,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono,
2016).

34
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga
mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien, misalnya
penurunan suhu tubuh pasien setelah diberikan rendam kaki air hangat
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metode
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan seperti
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data
identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari
pasien.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.

H. Etika Studi Kasus


Untuk melakukan pengumpulan data perlu membawa rekomendasi dari
institut pendidikan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang dengan cara mengajukan pemohonan izin pengumpulan data.
Setelah mendapat persetujuan, pengumpulan data perlu menekankan masalah
etika menurut Nursalam (2017) yang meliputi :
1. Lembar persetujuan pengumpulan data (Informed Consent)
Klien harus mendapatkan informsi secara lengkap tentang tujuan
pengumpulan data yang akan dilaksanakan, mempunyai hak bebas untuk
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu, diberikan penjelasan mengenai
tindakan yang akan dilakukan hanya untuk kepentingan studi kasus.
Klien diberikan kertas yang berisikan pernyataan kesediaan menjadi

35
responden dalam penelitian studi kasus secara suka rela.
2. Rahasia (Privacy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden. Pengumpulan data tidak akan
mencantum nama responden. Pada saat penyusunan laporan asuhan
keperawatan, peneliti hanya mencantumkan kode huruf pertama pada
nama identitas klien, usia, jenis kelamin.
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, pengumpulan data menyakinkan
kepada klien bahwa partisipasinya dalam pengumpulan data ini hanya
untuk mengumpulkan data dan informasi yang telah diberikan dan
menyakinkan bahwa data atau informasi responden dijamin hanya
pengumpulan data dan pengetahuan. Klien diberikan informasi mengenai
tujuan pengumpulan data, yaitu hanya untuk keperluan studi kasus dan
tidak menyebarluaskan mengenai informasi yang telah di dapat.
4. Respect for Justice Inclusiveness
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan dalam pengumpulan data, maka harus
bekerja secara jujur, berhati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan
akan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, intimita,
psikologis, serta perasaan subjek studi kasus. Lingkungan pengumpulan
data dikondisikan untuk memenuhi prinsip keterbukaan dengan membuat
prosedur studi kasus yang jelas, keadian dikonotasikan didistribusikan
yang sama terhadap keuntungan dan beban antara kelompok intervensi
dan perlakuan secara merata atau sesuai kebutuhan.
5. Respect for Privacy and Confidencetiality
Studi kasus pasti menjamin privasi dan hak asasi untuk informasi yang
dapat pengumpulkan data ini akan merahasiakan berbagai informasi
terhadap responden yaitu dengan pengkodean yang hanya diketahui oleh
penulis studi kasus.
6. Balancing Harm and Benefit

Studi kasus ini telah dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan


oleh pengumpulan data guna mendapat hasil yang bermanfaat

36
semaksimal mungkin terhadap subjek pengumpulan data. Subjek
pengumpulan data dapat digeneralisasikan dalam populasi (benefience),
memaksimalkan uraian yang didapatkan subjek pengumpulan data (non
maleficence). Studi kasus ini dilaksanakan sesuai prosedur pemberian
asuhan keperawatan yang sudah memiliki Standar Operasional Prosedur.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Afrah, R.A.N., Fahdi, F.K., & Fauzan, S. (2017). The Effect of Tepid Sponge On
Changes of Body Temperature in Pre School And School Age Children Who Have
Fever at RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak City. Naskah
Publikasi. Diunduh dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmk eperawatanFK
El-Naggar N, Hoda R. Mohamed. (2020). Effectiveness of Warm Water Footbath on
Temperature and Fatigue among Children with Fever. Evidence-Based Nursing
Research Vol. 2 No. 4
Damayanti, R., Lutfiya, I., & Nilamsari, N. (2019). The Efforts To Invrease Knowledge
About Balances Nutrition At Elementary School. Journal of Community Service
and Engagements 01, 28–33. https://doi.org/10.20473/dc.v1i1.2019.28-33
Ningirum D., et al (2021). Keefektifan Rendam Kaki Air Hangat Dalam Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Demam 6 – 12 Tahun. Journal of Advanced Nursing and Health
Sciences 2021; 2(2):71-74
Hermayudi.A, & Ariani. (2017). Penyakit Daerah Tropis. Yogyakarta: Nuha Medika
International Journal of Science and Research (IJSR). 7(4). 382-385. Doi:
10.21275/5041803Hardianti, I., Nisa, K., & Wahyudo, R. (2018). Manfaat Metode
Perendaman Dengan Air Hangat Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Medula, 8.
Lestari, I. D., Ernalia, Y., & Restaunti, T. (2016). Gambaran Status Gizi Pada Siswa
Sekolah Dasar Kecamatan Bangko Kabupaten Rikan Hilir. 3.
https://doi.org/10.1558/jsrnc.v4il.24
Khatab, K., Adegboye, O., & Mohammed T. (2017). Social and demographic factors
associated with morbidities in young children in Egypt: A Bayesian Geo-Additive
Semi Parametric Multinomial Model. PLOS ONE. 11(7), e0159173.
http://doi.org.10.1371/journal.pone.0159173.
Mohammad S, Ahmed S., et al (2021). Effect of Warm Water Foot Bath Therapy on
Body Temperature among Children with Fever. [SYLWAN., 165(2)]. ISI
Indexed,Feb 2021
Marni. (2018). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang: Erlangga
Pereira, A. C., & Sebastian, S. (2018). Effectiveness of hot water foot bath therapy in
reduction of temperature among children (6-12 years) with fever in selected
hospitals at Mangaluru. IJAR, 4(1), 86-92. Diunduh dari allresearchjournal.com
Wilbert, J. (2018). Effectiveness of Hot Water Foot Bath Therapy on Temperature among
Patients with Fever in S.R.M Medical Collage and Hospital, Kanjeepuram.
Wood, G., & Haber, J. (2018). Nursing research methods and critical appraisal for
evidence-based practice, 8th ed. Elsevier company, China, pp.183-190.

Anda mungkin juga menyukai