LESTARI NINGSIH
NIM. 22221067
LESTARI NINGSIH
NIM. 22221067
iii
8. Untuk Keluarga Besar Profesi Ners terima kasih yang sudah menjadi saksi
dan perjalanan hidup sebagai mahasiswa selama 1 tahun kuliah, terimakasih
untuk kebersamaannya. Semoga kita tetap menjalin silaturahmi baik dekat
maupun jauh.
Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala membalas dan melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya. Akhirnya semoga Studi kasus ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Lestari Ningsih
NIM. 22221067
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus ......................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus ....................................................................................
v
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Desain ..........................................................................................................
B. Subjek Studi Kasus .....................................................................................
C. Lokasi dan Waktu ........................................................................................
D. Fokus Studi Kasus ........................................................................................
E. Definisi Operasional ....................................................................................
F. Instrumen ....................................................................................................
G. Metode Pengumpulan Data .........................................................................
H. Etika Studi Kasus ........................................................................................
vi
DAFTAR TABLE
Halaman
Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel .....................................................................
Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA ......................................................
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Lembar Bimbingan Ujian Proposal ..............................................
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia 6-12 tahun adalah usia yang rentan terhadap infeksi, karena pada
usia ini anak mulai bersekolah dan berinteraksi dengan anak lain. Perubahan
suhu tubuh merupakan salah satu bentuk reaksi tubuh terhadap proses infeksi
yang harus ditangani dengan tepat agar tidak membahayakan anak. (Afrah et
al, 2017). Salah satu bentuk perubahan tubuh yang sering dialami anak usia
sekolah 6-12 tahun adalah demam. Demam merupakan bentuk reaksi atau
proses alami tubuh terhadap bakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh
melawan infeksi (Wilbert, 2018). Demam sering terjadi pada anak yang
mengalami pneumonia, bronchitis, tuberculosis, demam tipoid, demam
berdarah, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih (Hermayudi & Ariani,
2017).
Berdasarkan data World Health Organization 2020 demam terjadi
pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di negara maju. 4,5 Di Amerika
Serikat dan Eropa prevalensi demam berkisar 2-5%. Dengan angka kejadian
demam sederhana sekitar 70-75%, kejang kompleks 20-25% dan sekitar 5%
demam simptomatik. Di Asia prevalensi demam meningkat dua kali lipat bila
dibandingkan di Eropa dan di Amerika Serikat. World Health Organization
memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta
dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas
kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa
karena menderita demam (Setyowati dalam Wardiyah, 2018).
Di Indonesia dilaporkan bahwa angka kejadian kejang demam 3-5%
dari anak yang berusia 6 bulan–5 pada tahun 2018-2019. angka tersebut terus
bertambah menjadi 6% pada tahun 2019 (Sulystowati, 2019). Di sumatra
selatan persentase penderita demam ditahun 2019 mencapai 2.815 kasus (IR
sebesar 33/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 16
kematian (CFR 0,57) (LKjlP Dinkes prov.sumsel, 2021). Demam pada anak
2
dapat dilakukan dengan cara terapi non farmakologi dan farmakologi. Terapi
farmakologi dapat diberikan obat antipiretik dan non farmakologi dapat
dilakukan dengan cara kompres hangat, tepid water sponge (teknik seka),
terapi cairan dengan memperbanyak minum, tidak menggunakan pakaian
tebal, berada dalam ruangan bersuhu normal cukup efektif dalam menurunkan
suhu tubuh (Marni, 2018). Rendam kaki air hangat merupakan salah satu
terapi non farmakologi jenis hidroterapi yang dapat meningkatkan relaksasi
otot, meredakan nyeri, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi,
melemaskan jaringan ikat, memberikan efek menenangkan, dan
meningkatkan kehangatan (Pereira & Sebastian, 2018). Terapi hidrotermal
adalah salah satu modalitas yang terbukti efektif dalam mengobati demam.
Hidroterapi berarti penggunaan internal atau eksternal air dalam salah satu
bentuknya (air, es, atau uap) untuk promosi kesehatan atau pengobatan
penyakit yang berbeda dengan berbagai suhu, tekanan, durasi, dan lokasi. Ini
adalah salah satu modalitas pengobatan alternatif yang digunakan secara luas
dalam budaya kuno, termasuk Mesir, India, dan Cina(Khatab dkk., 2017).
Salah satu bentuk hidroterapi adalah baskom air hangat dengan cara
merendam kaki dalam air bersuhu 40°C hingga 43°C selama 15 hingga 20
menit. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa baskom air hangat
membantu menghilangkan rasa lelah, memberikan kenyamanan, dan
mengurangi suhu tinggi melalui keringat (Wood dan Haber 2018). Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian Pereira dan Sebastian (2018), bahwa terapi
rendam kaki air hangat selama 15 menit efektif menurunkan suhu tubuh pada
anak usia 6-12 tahun dengan demam.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus untuk mengetahui pengaruh terapi
rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh.Terapi ini mudah
dilakukan dan juga keluarga pasien tidak perlu mengeluarkan biaya. Jadi,
dengan adanya studi kasus ini, diharapkan teknik hidroterapi rendam kaki air
hangat dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan
masalah peneliti ini adalah bagaimana “Pengaruh terapi rendam kaki air
hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12
tahun)”.
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12
tahun)”.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi terhadap materi asuhan keperawatan dalam
memahami pelaksanaan penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air
hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia
sekolah (6-12 tahun)”. Dapat mengaplikasikan materi yang telah
dipelajari serta memberi informasi dalam proses perkuliahan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang bermutu dan
berkualitas.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan yang diperlukan untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan dan kebijakan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada balita dengan demam.
c. Bagi Penulis
Sebagai sarana memperoleh pengetahuan khususnya di bidang
keperawatan anak dan acuan untuk mengaplikasikan ilmu yang di
dapat selama perkuliahan kedalam pelaksanaan praktek pelayanan
keperawatan khususnya pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dengan
demam.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Konsep Demam
1. Pengertian Demam
Demam merupakan bentuk reaksi atau proses alami tubuh
terhadap bakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh melawan infeksi
(Wilbert, 2018). Keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam
pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termogulasi) di hipotalamus penyakit-penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodikin. 2018).
Demam sering terjadi pada anak yang mengalami pneumonia,
bronchitis, tuberculosis, demam tipoid, demam berdarah, gastroenteritis,
dan infeksi saluran kemih (Hermayudi & Ariani, 2017). Demam
merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal
atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat tubuh manusia
terserang penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).
2. Etiologi Demam
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
15
3. Klasifikasi Demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal (NANDA, 2018). Tipe demam yang mungkin banyak ditemui
antara lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
16
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
4. Patofisiologi Demam
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi
berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini
berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula
dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan
bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat
pirogen leukosit/pirogen endogen).
Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan
menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam
waktu 8-10 menit. Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk
menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki
kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk
membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan elektrolit dapat
mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi
dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami ganggu (Sodikin,
2018).
5. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif (2019) tanda dan gejala terjadinya demam adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C -39⁰C)
17
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
8. Komplikasi Demam
Menurut Marni. (2018). komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24
jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayakan otak.
9. Penatalaksanaan Demam
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2019) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non
farmakologis. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan
suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada
2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam
waktu 3-4 jam
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki
efek anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada
18
d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok,
atau komunitas (NANDA, 2018).
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota
tubuh
e. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC NOC 2018, intervesi keperawatan antara lain
adalah:
NO. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Monitir suhu sesering
proses penyakit. jam, klien menunjukkan mungkin
Batasan karakteristik: temperatur dalam batas 2. Monitor IWL
Konvulsi normal. Dengan kriteria 3. Monitor warna dan suhu
Kulit kemerahan hasil: kulit
Peningkatan suhu 1. Suhu tubuh dalam 4. Monitor tekanan darah,
tubuh di atas kisaran rentang normal, antara nadi dan RR
normal. 36,5 - 37,5 derajat 5. Monitor penurunan
Kejang celsius. tingkat kesadaran
Takikardi 2. Nadi dan pernafasan 6. Monitor WBC, HB dan
Takipnea dalam rentang normal. HCT
3. Tidak ada perubahan 7. Monitor intake dan
Kulit terasa hangat.
warna kulit dan tidak output
ada pusing. 8. Kolaborasikan
Keterangan: pemberian antipiretik
1. Berat 9. Berikan pengobatan
2. Cukup berat untuk mengatasi
3. Sedang penyebab demam
4. Ringan 10. Selimuti pasien k.
5. Tidak ada Berikan cairan intravena
11. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
12. Tingkatkan sirkulasi
udara
13. Berikan pengobatan
21
untuk mencegah
terjadinya menggigil
2. Resiko defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status cairan
cairan berhubungan keperawatan selama 2x24 termasuk intake dan
dengan kurangnya jam, klien menunjukkan output.
intake cairan dan tidak muntah lagi. Dengan 2. Monitor vital sign.
peningkatan suhu kriteria hasil: 3. Monitor status dehidrasi
tubuh. 1. Tekanan darah nadi, (kelembaban membran
Batasan karakteristik: suhu tubuh dalam batas mukosa).
Kehilangan cairan normal. 4. Dorong keluarga untuk
secara aktif. 2. Tidak ada tanda tanda membantu pasien makan.
Kurang dehidrasi. 5. Kolaborasi pemberian
pengetahuan. 3. Elastisitas turgor kulit berikan cairan IV
Berat badan ekstrem baik.
Kegagalan fungsi 4. Membram mukosa
regulator. lembab.
Kehilangan cairan 5. Tidak ada rasa haus
melalui rute yang berlebihan.
abnormal (slang Keterangan:
menetap). 1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Anjurkan pasien
kelemahan anggota jam, klien mampu mengungkapkan
tubuh melakukan aktivitas dan perasaan secara verbal
latihan secara mandiri mengenai keterbatasan
. Dengan kriteria hasil: yang dialami
Toleransi terhadap aktifitas 2. Monitor lokasi dan
meningkat. Dengan kriteria sumber
hasil: ketidaknyamanan /nyeri
No. Kriteria A T yang dialami pasien
1. Kekuatan 4 5 selama aktivitas
tubuh 3. Lakukan ROM
bagian atas aktif/pasif untuk
2. Kekuatan 3 5 menghilangkan
tubuh ketegangan otot
bagian 4. Bantu pasien dalam
bawah aktivitas sehari-hari
3. Frekuensi 4 5 yang teratur sesuai
nafas saat kebutuhan
beraktifitas 5. Anjurkan aktivitas fisik
4. Frekuensi 4 5 sesuai dengan
nadi saat kemampuan pasien
beraktifitas
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
22
f. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang
telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dimana
tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan
klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien
(Hutahaean Serri, 2019). Dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan pada anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan
klien, melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat,
menganjurkan klien memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi
non verbal, mengkaji intake dan output klien, dan membantu
keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.
g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan (Hutahaean Serri, 2020). Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-
macam evaluasi
1) Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan
ditulis pada catatan perawatan.
2) Evaluasi sumatif SOAP
Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan. Hasil
23
h. Discharge Planning
1) Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan
laporkan dokter/perawat.
2) Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis
dan waktu
3) Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4) Melakukan perawatan selama proses pemulihan seperti istirahat,
konsumsi air putih 2000-2500 cc/hari (Novitasari, 2019).
27
pergelangan kaki anak
direndam di dalamnya
selama 20-30 menit,
kemudian kaki dikeringkan
menggunakan handuk,
sedangkan air suhu
dipertahankan pada 40ºC
dengan menambahkan air
hangat bila diperlukan.
Intervensi ini diulang sekitar
2-3 kali untuk anak yang
sama ketika suhu aksila
mencapai 38ºC ke atas.
3 Shaima Shaban Sample 100 anak-anak Penelitian ini menganalisis - Didapatkan hasil dari penelitian ini Penelitian
Mohammad, Sanaa dengan demam di klinik tentang pengaruh pengaruh menunjukkan penerapan terapi ini
Mahmoud Ahmed, rawat jalan di rumah terapi rendam kaki air hangat rendam kaki air hangat pada anak dilakukan
Asmaa Hamed sakit umum Misr El- terhadap suhu tubuh antara demam lebih efektif menurunkan pada 2021
Taufik, Amna Hora berpartisipasi anak-anak dengan demam. suhu tubuh dibandingkan kompres
Nagaty Aboelmagd dalam penelitian ini. Anak-anak dalam kelompok air biasa dengan perbedaan yang
(2021) Jenis kelamin laki-laki belajar ditempatkan dalam bermakna secara statistik
berjumlah 13, Jenis posisi duduk dan kakinya
kelamin perempuan termasuk pergelangan kaki
berjumlah 31. direndam dalam baskom
dengan air hangat, suhu air
hangat disesuaikan menjadi
38-40 ºC dengan
menggunakan termometer
mandi dan anak dibungkus
seluruhnya dengan sprei atau
selimut kecuali kepala dan
lehernya terbuka. Air hangat
28
ditambahkan secara berkala
ke baskom untuk
mempertahankan suhu yang
disesuaikan, tangan peneliti
ditempatkan di antara air
hangat yang dituangkan dan
kaki anak-anak (untuk
menghindari kaki terbakar).
Durasi rendam kaki air
hangat adalah 15 menit,
setelah itu suhu tubuh diukur
dengan menggunakan
termometer yang sama dan
dicatat (post-test). Anak-anak
tidak diberikan obat
antipiretik.
29
Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA
Applicability
Hasil pengukuran suhu tubuh balita memperlihatkan bahwa rendam kaki
air hangat dapat menurunkan suhu tubuh, karena adanya pelebaran
pembuluh darah terpusat pada area kaki dan sirkulasi darah menjadi
lancar. Hal ini mengakibatkan set point termostatik di hipotalamus akan
mengatur ulang perpindahan panas dari area yang lebih tinggi ke area
panas yang lebih rendah.
2 Effectiveness of Validity
Warm Water a. Desain, Kuasi-eksperimental pra/pasca, studi, dan desain kelompok
Footbath on kontrol
Temperature and b. Sampel, purposive non-probabilitas terdiri dari 100 anak, 50 di setiap
Fatigue among kelompok studi dan kontrol, usia mereka berkisar antara 6-12 tahun
Children with dengan demam.
Fever (2020). c. Kriteria Inklusi dan Eklusi, kriteria inklusi pada penelitian tersebut
adalah Anak-anak yang suhu aksilanya 38HaiC dan di atas, Antipiretik
30
yang diberikan.. sedangkan kriteria eksklusi adalah ketidaksadaran,
neuropati perifer, anak-anak yang tidak bisa mengambil posisi duduk,
anak-anak yang memiliki lesi atau borok di kaki.
d. Randomisasi, pada artikel tersebut tidak dilakukan randomisasi dalam
pengambilan sampel.
Applicability
Hasil penelitian ini mendukung kedua hipotesis penelitian yang
menerapkan aplikasi rendam kaki air hangat telah mengurangi suhu dan
kelelahan di antara anak-anak dengan demam dibandingkan dengan
tingkat pra-intervensi. Terapi rendam kaki air hangat dianggap
nonfarmakologis, aman, dan bebas efek samping, hemat biaya, dan mudah
dilakukan. Terapi rendam kaki air hangat melemaskan, menenangkan
ketegangan, dan meningkatkan nutrisi pada jaringan.
3 Effect of Warm Validity
Water Foot Bath a. Desain, kuasi-eksperimental (studi dan kelompok kontrol)
Therapy on b. Sampel, 100 anak-anak yang mengalami demam berpartisipasi dalam
Body penelitian saat ini pada usia 2-10 tahun yang dibagi secara acak
Temperature menjadi dua kelompok yang sama dengan menggunakan teknik simple
among Children random sampling. Belajar kelompok: Terdiri dari 50 anak yang
with Fever mendapat terapi mandi kaki air hangat dan kelompok kontrol: Terdiri
(2021). dari dari 50 anak yang menerima perawatan rutin. Berdasarkan
persamaan statistik dimana jumlah sampel 10% dari total jumlah
populasi, seluruh populasi anak yang dirawat di poliklinik rawat jalan
RSU Misr El-Hora sebanyak 1000 anak demam pada tahun 2018.
c. Kriteria Inklusi dan Eklusi, kriteria inklusi pada penelitian tersebut
adalah . anak dirawat di rumah sakit dengan suhu tubuh lebih dari 37,5
HaiC, Seorang anak demam yang bersedia mengikuti penelitian ini..
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu anak-anak dengan bisul, luka bakar
atau luka di kaki atau kondisi kulit lainnya melarang penggunaan
merendam kaki dengan air hangat, seorang anak yang mengalami
kelumpuhan dan parestesia, anak tidak sadar.
31
d. Randomisasi, pada artikel tersebut tidak dilakukan randomisasi
Applicability
Perawatan rendam kaki air hangat memungkinkan pembuluh darah
melebar dan meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan panas sebagai
keringat dan memasok oksigen untuk sel-sel otak untuk membantu
menghilangkan racun. Berendam dalam bak air meningkatkan sirkulasi,
meningkatkan nutrisi jaringan, dan mengendurkan stres. Penelitian saat ini
menunjukkan bahwa lebih dari separuh kelompok studi dan kontrol
berusia antara 5-7 tahun, dengan rata-rata ±SD 5,6 ± 1,9 dan 5,7 ± 1,8
masing-masing, kurang dari tiga perempat versus kurang dari dua pertiga
dari mereka adalah anak perempuan dan lebih dari dua pertiga vs lebih
dari setengah dari mereka diagnosis mereka adalah gangguan pernapasan
atas masing-masing tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik.
Didapatkan hasil dari penelitian ini menunjukkan penerapan terapi rendam
kaki air hangat pada anak demam lebih efektif menurunkan suhu tubuh
dibandingkan kompres air biasa dengan perbedaan yang bermakna secara
statistik
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain
Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian kualitatif Case Study
Research (CSR) atau penelitian studi kasus.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Sugiyono (2016), adalah suatu atribut atau sifat
nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari
kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, definisi
operasional variabelnya adalah sebagai berikut :
33
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Independen Merupakan terapi dengan lembar observasi -
Rendam kaki memberikan rangsangan yang terdiri dari:
air hangat hangat pada kedua kaki komponen prosedur
dengan suhu 40 C yang tindakan, tanggal
awalnya diukur dengan perlakuan, jam
thermometer air yang perlakuan,
memberikan rangsagan keterangan tindakan
menurunkan suhu tubuh dan paraf responden
Dependen Melakukan prosedur 1. Handphone yang 1. Demam rendah
Penurunan pengukuran suhu tubuh ada stopwatch 37,5-38 o C
suhu tubuh menggunakan 2. Termometer 2. Demam sedang
thermometer digital 3. Lembar 38,1-38,9 o C
didaerah aksila yaitu observasi 3. Demam tinggi-
sebanyak 2 kali, sebelum 39 o C
dilakukannya terapi
rendam kaki air hangat
dan setelah dilakukan
terapi rendam kaki air
hangat
F. Instrumen
1. Wawancara
Dalam studi kasus ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari
pasien.
34
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga
mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien, misalnya
penurunan suhu tubuh pasien setelah diberikan rendam kaki air hangat
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metode
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan seperti
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data
identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari
pasien.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.
35
responden dalam penelitian studi kasus secara suka rela.
2. Rahasia (Privacy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden. Pengumpulan data tidak akan
mencantum nama responden. Pada saat penyusunan laporan asuhan
keperawatan, peneliti hanya mencantumkan kode huruf pertama pada
nama identitas klien, usia, jenis kelamin.
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, pengumpulan data menyakinkan
kepada klien bahwa partisipasinya dalam pengumpulan data ini hanya
untuk mengumpulkan data dan informasi yang telah diberikan dan
menyakinkan bahwa data atau informasi responden dijamin hanya
pengumpulan data dan pengetahuan. Klien diberikan informasi mengenai
tujuan pengumpulan data, yaitu hanya untuk keperluan studi kasus dan
tidak menyebarluaskan mengenai informasi yang telah di dapat.
4. Respect for Justice Inclusiveness
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan dalam pengumpulan data, maka harus
bekerja secara jujur, berhati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan
akan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, intimita,
psikologis, serta perasaan subjek studi kasus. Lingkungan pengumpulan
data dikondisikan untuk memenuhi prinsip keterbukaan dengan membuat
prosedur studi kasus yang jelas, keadian dikonotasikan didistribusikan
yang sama terhadap keuntungan dan beban antara kelompok intervensi
dan perlakuan secara merata atau sesuai kebutuhan.
5. Respect for Privacy and Confidencetiality
Studi kasus pasti menjamin privasi dan hak asasi untuk informasi yang
dapat pengumpulkan data ini akan merahasiakan berbagai informasi
terhadap responden yaitu dengan pengkodean yang hanya diketahui oleh
penulis studi kasus.
6. Balancing Harm and Benefit
36
semaksimal mungkin terhadap subjek pengumpulan data. Subjek
pengumpulan data dapat digeneralisasikan dalam populasi (benefience),
memaksimalkan uraian yang didapatkan subjek pengumpulan data (non
maleficence). Studi kasus ini dilaksanakan sesuai prosedur pemberian
asuhan keperawatan yang sudah memiliki Standar Operasional Prosedur.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Afrah, R.A.N., Fahdi, F.K., & Fauzan, S. (2017). The Effect of Tepid Sponge On
Changes of Body Temperature in Pre School And School Age Children Who Have
Fever at RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak City. Naskah
Publikasi. Diunduh dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmk eperawatanFK
El-Naggar N, Hoda R. Mohamed. (2020). Effectiveness of Warm Water Footbath on
Temperature and Fatigue among Children with Fever. Evidence-Based Nursing
Research Vol. 2 No. 4
Damayanti, R., Lutfiya, I., & Nilamsari, N. (2019). The Efforts To Invrease Knowledge
About Balances Nutrition At Elementary School. Journal of Community Service
and Engagements 01, 28–33. https://doi.org/10.20473/dc.v1i1.2019.28-33
Ningirum D., et al (2021). Keefektifan Rendam Kaki Air Hangat Dalam Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Demam 6 – 12 Tahun. Journal of Advanced Nursing and Health
Sciences 2021; 2(2):71-74
Hermayudi.A, & Ariani. (2017). Penyakit Daerah Tropis. Yogyakarta: Nuha Medika
International Journal of Science and Research (IJSR). 7(4). 382-385. Doi:
10.21275/5041803Hardianti, I., Nisa, K., & Wahyudo, R. (2018). Manfaat Metode
Perendaman Dengan Air Hangat Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Medula, 8.
Lestari, I. D., Ernalia, Y., & Restaunti, T. (2016). Gambaran Status Gizi Pada Siswa
Sekolah Dasar Kecamatan Bangko Kabupaten Rikan Hilir. 3.
https://doi.org/10.1558/jsrnc.v4il.24
Khatab, K., Adegboye, O., & Mohammed T. (2017). Social and demographic factors
associated with morbidities in young children in Egypt: A Bayesian Geo-Additive
Semi Parametric Multinomial Model. PLOS ONE. 11(7), e0159173.
http://doi.org.10.1371/journal.pone.0159173.
Mohammad S, Ahmed S., et al (2021). Effect of Warm Water Foot Bath Therapy on
Body Temperature among Children with Fever. [SYLWAN., 165(2)]. ISI
Indexed,Feb 2021
Marni. (2018). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang: Erlangga
Pereira, A. C., & Sebastian, S. (2018). Effectiveness of hot water foot bath therapy in
reduction of temperature among children (6-12 years) with fever in selected
hospitals at Mangaluru. IJAR, 4(1), 86-92. Diunduh dari allresearchjournal.com
Wilbert, J. (2018). Effectiveness of Hot Water Foot Bath Therapy on Temperature among
Patients with Fever in S.R.M Medical Collage and Hospital, Kanjeepuram.
Wood, G., & Haber, J. (2018). Nursing research methods and critical appraisal for
evidence-based practice, 8th ed. Elsevier company, China, pp.183-190.