Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial
diantara fasia leher dalam akibat penjalaran berbagai sumber infeksi, seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher tergantung ruang mana yang
terlibat.Secara anatomi daerah potensial leher dalam merupakan daerah yang sangat
komplek. Pengetahuan anatomi fasia dan ruang-ruang potensial leher secara baik,
serta penyebab abses leher dalam secara mutlak diperlukan untuk
memperkirakan
 perjalanan penyebaran infeksi dan penatalaksanaan yang ade kuat(Fachruddin
D, 2017). Gejala dan tanda klinis abses leher dalam tergantung ruang leher dalam
yang terinfeksi dan secara umum sama dengan gejala infeksi pada umumnya yaitu,
demam, nyeri, pembengkakan, dan gangguan fungsi. Nyeri tenggorokan dan demam
yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai
kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam dapat menjadi
suatu komplikasi yang serius yang mengakibatkan obstruksi jalan napas,kelumpuhan
saraf kranial, mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri karotis interna yang
berakhir pada kematian (Fachruddin D,2017). Gejala klinis dari abses leher dalam
pada 147 kasus didapatkan: bengkak
 pada leher 87%, trismus 53%, disfagia 45%, dan odinofagia 29,3%.
Berdasarkan ruang yang dikenai akan menimbulkan gejala spesifik yang sesuai
dengan ruang potensial yang terlibat (Abshirini Hetal.,2018).Etiologi infeksi
di daerah leher dapat beraneka ragam. Infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi
bakteri.
Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu
tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi
 pertahanan tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2017).
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan
proses yang disebut peradangan (Bambang, 2018).
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
(Siregar, 2017). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula.
Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2019) 

2.2  Etiologi

Menurut Siregar (2017) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Lebih lanjut Siregar (2018) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses


akan meningkat jika :
1.Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2.Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3.Terdapat gangguan sisitem kekebalan.
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2019), abses
mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi.
Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah submandibula yang
pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong
lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan
sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas
hasur segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan
eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda-
tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah,
kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan
eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.
 Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,
rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit
terutama jika timbul diwajah. 
2.3 Patofisiologi

Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih
akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis
rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan
terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar
kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. 

2.4  Pathway

2.5  Manifestasi Klinis 

Menurut Smeltzer dan Bare (2019), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa
berupa :
1.Nyeri
2.Nyeri tekan
3.Teraba hangat
4.Pembengakakan
5.Kemerahan
6.Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak

sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai
bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih
mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin
 berfluktuasi.

2.6  Pemeriksaan Penunjang

Menurut Siregar (2020), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita
abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah
putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam  bisa dilkukan
pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MR. 

2.7  Penatalaksanaan

Menurut FKUI (2017), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam
anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien
dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah
dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara
perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-
sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses
bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah,
sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan
setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.

1.  Pengkajian Keperawatan


Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus
abses mandibula menurut Doenges, (2018) adalah sebagai berikut :
a.  Aktifitas/istirahat
Data Subyektif: Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam
keseimbangan cedera (trauma).
  b.  Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c.  Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi. d.  Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen. e.   Nyeri dan
kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak Data Obyektif :
Wajah meringis, gelisah, merintih.
d.  Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
e.   Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
f.  Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/
otot aksesoris.

2.   Dignosa keperawatan
a.   Nyeri Akut
 b.  Hipertermi
c.  Ansietas
3.   Intervensi Keperawatan
Daftar Diagnosa NOC NIC

-  Pain Level, Pain Management


Nyeri Akut
-  pain control, .Lakukan
-  comfort level pengkajian nyeri
Kelas:
setelah dilakukan secara komprehensif
Domain : tindakan termasuk lokasi,
Definisi : keperawatan selama karakteristik, durasi,
1x 24 jam frekuensi, kualitas
Sensori yang tidak menyenangkan dan  pengalaman diharapkan nyeri dan faktor
emosional yang muncul secara aktual atau potensial berkurang dengan presipitasi
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya Kriteria Hasil: .  Observasi reaksi
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): 1. Mampu nonverbal dari
serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari mengontrol nyeri ketidaknyamanan
ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan (tahu penyebab .  Gunakan teknik
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang nyeri, mampu komunikasi
dari 6 bulan. menggunakan terapeutik untuk
tehnik mengetahui
Batasan karakteristik : nonfarmakologi pengalaman nyeri
-  Laporan secara verbal atau non verbal untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari .  Kaji kultur yang
-  Fakta dari observasi bantuan) mempengaruhi
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri 2. Melaporkan respon nyeri
bahwa nyeri .  Evaluasi
- Gerakan melindungi berkurang dengan pengalaman nyeri
- Tingkah laku berhati-hati menggunakan masa lampau
manajemen nyeri .  Evaluasi bersama
- Muka topeng 3. Mampu pasien dan tim
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit mengenali nyeri kesehatan lain
(skala,ninyternis)ita tentang
atau gerakan kacau, menyeringai s, frekuensi dan ketidakefektifan
- Terfokus pada diri sendiri tanda 4.  kontrol nyeri masa
Menyatakan rasa lampau
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, nyamansetelah nyeri .  Bantu pasien dan
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi berkurang keluarga untuk
5.  Tanda vital mencari dan
dengan orang dan lingkungan) dalam rentang menemukan
- Tingkah laku distraksi, contoh : Tingkah laku normal Kduoknutnrogla
distraksi, contoh : jalan-jalan, jalan-jalan, lningkungan yang
dapat
menemui orang lain dan/atau aktivitas, menemui mempengaruhi
orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas aktivitas nyeri seperti suhu
berulang-ulang ruangan,
pencahayaan dan
- Respon autonom (seperti diaphoresis,
kebisingan
perubahan tekanan darah, perubaha perubahan .  Kurangi faktor
tekanan darah, perubahan nafas, nadi n nafas, nadi presipitasi nyeri
0. Pilih dan lakukan
dan dilatasi pupil)
penanganan
- Perubahan autonomic dalam tonus otot nyeri (farmakologi,
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) non farmakologi
dan inter personal)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,merintih, 1. Kaji tipe dan
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh sumber nyeri untuk
kesah) menentukan
-  Perubahan dalam nafsu makan dan minum intervensi
Faktor yang berhubungan : 2. Ajarkan tentang
-Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) teknik non
farmakologi
3. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
4. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri 5. Tingkatkan
istirahat
6. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
7. Monitor
penerimaan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. 2017.  Buku Ajar Keperawatan Medical   Bedah  Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2018. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Edisi 13. jakarta
: EGC. 2018.

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris :


kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie.
 NANDA, 2017

 NIC, 2020

 NOC2020

Siregar, R,S.  Atlas Berwarna Saripati Kulit . Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2017

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare.  Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah 


Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia
:Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2017.
Wilkinson, Judith M. 2017.  Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis

 NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.  Jakarta: EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ABSES
MANDIBULA di Ruang Teratai
RSUD RAA Soewondo

NAMA : Erik Riski Putra Pratama


NIM : 1020183153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
HARI/TANGGAL KETERANGAN TTD

Anda mungkin juga menyukai