PENDAHULUAN
Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial
diantara fasia leher dalam akibat penjalaran berbagai sumber infeksi, seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher tergantung ruang mana yang
terlibat.Secara anatomi daerah potensial leher dalam merupakan daerah yang sangat
komplek. Pengetahuan anatomi fasia dan ruang-ruang potensial leher secara baik,
serta penyebab abses leher dalam secara mutlak diperlukan untuk
memperkirakan
perjalanan penyebaran infeksi dan penatalaksanaan yang ade kuat(Fachruddin
D, 2017). Gejala dan tanda klinis abses leher dalam tergantung ruang leher dalam
yang terinfeksi dan secara umum sama dengan gejala infeksi pada umumnya yaitu,
demam, nyeri, pembengkakan, dan gangguan fungsi. Nyeri tenggorokan dan demam
yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai
kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam dapat menjadi
suatu komplikasi yang serius yang mengakibatkan obstruksi jalan napas,kelumpuhan
saraf kranial, mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri karotis interna yang
berakhir pada kematian (Fachruddin D,2017). Gejala klinis dari abses leher dalam
pada 147 kasus didapatkan: bengkak
pada leher 87%, trismus 53%, disfagia 45%, dan odinofagia 29,3%.
Berdasarkan ruang yang dikenai akan menimbulkan gejala spesifik yang sesuai
dengan ruang potensial yang terlibat (Abshirini Hetal.,2018).Etiologi infeksi
di daerah leher dapat beraneka ragam. Infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi
bakteri.
Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu
tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi
pertahanan tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2017).
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan
proses yang disebut peradangan (Bambang, 2018).
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
(Siregar, 2017). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula.
Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2019)
2.2 Etiologi
Menurut Siregar (2017) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih
akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis
rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan
terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar
kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
2.4 Pathway
Menurut Smeltzer dan Bare (2019), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa
berupa :
1.Nyeri
2.Nyeri tekan
3.Teraba hangat
4.Pembengakakan
5.Kemerahan
6.Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai
bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih
mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin
berfluktuasi.
Menurut Siregar (2020), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita
abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah
putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilkukan
pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MR.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut FKUI (2017), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam
anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien
dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah
dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara
perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-
sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses
bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah,
sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan
setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya
BAB III
2. Dignosa keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
Daftar Diagnosa NOC NIC
Brunner and Suddarth’s. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2018. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Edisi 13. jakarta
: EGC. 2018.
NIC, 2020
NOC2020
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit . Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2017