Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN ABSES PUNGGUNG DI RUANG IBS

RSUD WONOSARI

Disusun Oleh :
Nama : Rivaldo Da Costa Dos
Reis Nim : PN220960

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA
HUSADA YOGYAKARTA
2024
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN ABSES PUNGGUNG DI RUANG IBS

RSUD WONOSARI

Laporan Pendahuluan ini telah dibaca dan diperiksa pada


Hari / Tanggal :

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

( ) ( Rivaldo Da Costa Dos Reis )

Mengetahui
Pembimbing Akademik

( )
A. DEFENISI
Abses (latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri
atau parasit) atau karena karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlingdungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejalah berupa kantong berisih nanah, (Siregar,2004).

Abses adalah penumukan nanah dalam rongga di bagian tubuh setelah trinfeksi bakteri.
Nanah adalah cairan yang mengandung banyak protein dan sel darah putih yang telah mati.
Nanah berwarna putih kekuningan (craft, 2012; James et al.,2016).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi kulit yang
disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka peluru
maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan
nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik
(Underwood,2023).

B. ETIOLOGI
Abses pada umumnya disebabkan oleh stapthylococcus aureus, bisa disebabkan oleh
bakteri lain, parasite atau benda asing (Craft, 2012).

Menurut siregar (2014) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :

a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril.
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentunya abses.
Peluang terbentunya suatu abses akan meningkat jika :
d. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
e. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
f. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
C. PATOFISIOLOGI
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi suatu infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meningkatkan rongga yang berisih jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel
darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbuhan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses dalam hal ini merupakan
mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam
tubuh, maka infeksi bisa menyebar infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam tubuh,
maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung
kepala lokasi abses. (Utama,2016).

D. MANIFESTASI KLINIK
Daerah peradangan dapat di berbagai bagian tubuh. Abses dapat muncul di permukaan
kulit. Namun, abses juga dapat muncul di jaringan dalam atau organ, misal hati dan usus. Lesi
awal abses di kulit berapa nodul eritematosa. Jika tidak diobati, lesi sering membesar, dengan
pembentukan rongga berisih nanah. Community-associated Methycilline Resisstant
staphylococcus aureus (CA-MRSA) harus dicurigai pada semua pasien dengan abses. Gejalah
sistomatis berupa nodul kemerahan, nyeri, hargat, dan bengkak (Craft, 2012; Deleo et al.,
2010).
E. KOMPLIKASI
Jika infeksi bisa terlokalisir oleh dinding abses. Biasanya infeksi tidak menyebar. Dalam beberapa
kasus, infeksi yang dimulai didalam abses kulit dapat menyebar ke jaringan disekitarnya dan seluh
tubuh, yang menyebabkan komplikasi serius. Beberapa abses baru dapat terbentuk pada sendi atau
lokasi lain di kulit. Jaringan kulit dapat mati akibat infeksi, yang menyebabkan gangrene. Ketika
infeksi menyebar secara internal di dalam tubuh dapat menyebabkan endocarditis berakibat fatal jika
tidak ditangani sejak dini. Infeksi juga menyebar ke tulan menyebabkan osteomyelitis. Dalam
beberapa kasus, bakteri penyebab abses dapat menyebabkan sepsis (Craft, 2012).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium pada abses terdiri atas (Craft, 2012 James et al., 2016 Barbie et
al.,2016) :

 Leukosit bisa terjadi terutama saat kondisi akut ;


 Pemeriksaan Gram dari pus menunjukan kumpulan kokus Gram positif ;

 Kultur didapatkan pertumbuhan S.aureus; dan

 Ultrasonografi bisa dilakukan jika diagnosis klinis meragukan.


G. PENATALAKSANAAN

Satu satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata
(ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsul :

1. Ekstraksi intrakapsular (ICCE)

2. Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE)

3. Fakofragmentasi dan fakoemulsifasi

4. Small incision Catarac Sustrction (SICS)


2. KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur , Agama, Jenis Kelamin ,Pekerjaan,
Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan
Diagnosa medis dan nama Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur,
Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum masuk
ke rumah sakit. Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan pasien.
c. Pemeriksaan Fisik (dada Paru)
1) Inspeksi:
a) Amati bentuk thorax
b) Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
c) Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
d) Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
e) Gerakan dada
f) Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
g) Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun

2) Palpasi
a) Gerakan pernapasan
b) Raba apakah dinding dada panas
c) Kaji vocal premitus
d) Penurunan ekspansi dada
3) Auskultasi
a) Adakah terdenganr stridor
b) Adakah terdengar wheezing
c) Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
4) Perkusi
1) Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
2) Hipersonor , adanya tahanan udara
3) Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
4) Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
5) Tympani, terisi udara
d. Pola Kebutuhan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : Kistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal
(influenza) Tanda : Perusakan mental
(bingung)
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
6) Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat
perpusi: Pekak datar area yang konsolidasi
premikus: Taksil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan
kuku
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguasn sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar (Wong, 2019).
2. Analisa data
a. Data subyektif
Pengumpulan data yang diperoleh dari deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya seperti riwayat keperawatan persepsi pasien. Perasaan dan ide
tentang status kesehatannya.
Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan
lainnya.

b. Pengumpulan data melalui pengamatan sesuai dengan menggunakan panca


indra. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat dirasa
didengar.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (operasi abses punggung)


I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)


1. Resiko infeksi b/d Setelah diberikan tindakan a. Bersihan lingkungan setelah
prosedur invasif keperawatan selama 1x24 jam kriteria dipakai pasien lain.
(Operasi abses hasil sebagai berikut : b. Pertahankan teknik isolasi.
punggung) a.Klien bebas dari tanda dan c. Batasi pengunjung bila perlu.
gejalah infeksi. d. Instruksi pada pengunjung
b.Mendeskripsikan proses untuk mencuci tanggan saat
penularan penyakit faktor yang berkunjung dan setelah
mempengaruhi penularan serta berkunjung meningalkan
penatalaksanaannya. pasien.
c. Menunjukan kemampuan untuk e. Gunakan sabun antimikrobia
mencegah timbulnya infeksi.
untuk cuci tanggan.
d. Jumlah leukosit dalam batas
normal.

e. Menunjukan perilaku hidup sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Craft N,2012 Superficial Cutaneous Infektiousn and Pyoderma. In : Fitzpatrick Dermatologi In


General Medicine.

. Moorhead, Marion Johnson, L. 2012. Maas Meridean, Elizabeth Swanson. 2016.


Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi 5 terjemahan Bahasa
Indonesia.

Meadow, Roy.2015. Notes pediatrik Edisi 7. Erlangga. Jakarta.

Nurarif, amin huda. 2015. Nanda: aplikasi Asuhan Keperawatan nic-noc. Mediaction
Jogja : Yogyakarta

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai