Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

“DM TIPE II (DIABETES MELLITUS)”

Disusun oleh

Queen Tahtana 10403043

JURUSAN AGROINDUSTRI

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI SUBANG


1. Pengertian
Pengertian Diabetes Mellitus (DM) Tipe II adalah penyakit hiperglikemi
akibat insenvitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel-sel beta
pancreas, maka DM Tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM).
2. Etiologi

DM Tipe II ini dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang


progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat.
NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membrane sel. Pada pasien dengan NIDDM terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumblah
tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang lama dengan
meningktkan skresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar
80% pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resitensi
insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus
yang pada akhirnya terjadi pada pasien NIDDM merupakan akibat obisitasnya.
Pemgirangan berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas
insulin dan pemilihan toleransi glukosa.

3. Tanda Dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang perlu mendapatkan perhatian ialah:
1. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus
timbul kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke
dalam sel, kekurangan bahan bakar untuk menghasilakn tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
2. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumblah banyak akan mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
3. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam
darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar
4. Banyak minum
Rasa haus sering kali dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering diasalh tafsirkan. Dikira sebab
rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat, untuk
menghilangkan rasa haus penderita banyak minum.
4. Patofisiologi
Pada DM Tipe II, sekresi insulin di fasi I atau early peak yang terjadi dalam 3-
10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini adalah
insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan glukosa
darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin dimulai 20 menit setelah
stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu
meningkatkan sekresi insulisn sebagimana pada orang yang masih normal. Gangguan
sekresi sel beta menyebabkan sekresi insu;in pada fase 1 tertekan , kadar insulin
dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga
kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2
untuk mengasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM Tipe II,
dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya
gangguan fase 2 dimana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta.
Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kadar glukosa dasarh puasa dengan
kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa darah puasa 80-100 mm/dl kadar insulin
puasa meningkat tajam, akan tetapi apbila kadar glukosa darah puasa melebihi 140
mg/dl maka kadar insulin tidak ammpu meningkat lebih tinggi lagi, pada tahap ini
mulai kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin
puasa dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap produksi
glukosa hati khususnya gluconeogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa
hati makin meningkat dan mengakibatkan hiperglekemi pada puasa.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Glukosa Darah
a. Glukosa Vena Sewaktu
Adalah dilakukan pada pasien DM Tipe II dengan gejala seperti Poliura,
Polidipsia dan polifagia, dapat diartikan juga kapanpun tanpa memandang
terakir kali makan. Apabila kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl
maka penderita tersebut disebut DM
b. Glukosa Plasma Vena Puasa
Dimana penderita dipuasakan 8-12 jam sebelum tes dengan menghentkan
semua obat yang digunakan.
c. Glukosa 2jam Post Pradial tes dilakukan bila ada kecurigaan Dm
Pasien makan yang mengandung 100 gram karbohidraaat sebelum puasa dan
menghentikan merokok serta olahraga
d. Glukosa Jan Ke 2 Pada Tes Toleransi Glukosa Oral
Pemeriksaan ini dilakukan aoabila pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula
darah berkisar 140-200mg/dl untuk memastikan diabetes atau tidak
2. Pemeriksaan HbA1c
Merupakan reaksi antara glukosa dan hemoglobin yang tersimpan dan bertahan
dalam sel darah merah selama 10 hari sesuai dengan umur eritrosit
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama darai pengobatanya adalah untuk memprtahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit
untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, ,aka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang berkurang.
Pengendalian ini bisa dimulai dari control berat badan, olahraga, serta diet.
Seseorang yang sudah terkena DM Tipe II tidak memerlukan pengobatan jika mereka
menurunkan berat badannya dan olahraga secara teratur.
Tetapi apabila banyak pasien yang sulit untuk dien dan olahraga teratur maka
akan diberikan terapi insulin atau obat hipoglikemik per-oral
7. Komplikasi
a. Komlikasi akut
 Hipoglekimia adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal
(kurang dari 50 mg/dl). Hal ini lebih sering terjadi pada pederita DM Tipe
1 yang dapat diamlami1-2 kali permimggu. Kadar gula darah yang rendah
dapat menyebabkan sel otak tidak mendapatkan pasokan energy sehingga
tidak dapat berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan
 Hiperglekimia adalah kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat
berkembang menjadi keadaan metabolism yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetic, Koma Hiperosmelor Non Ketotik (KHNK) dan
Kemolakto Asidosis.
b. Komplikasi Kronis
 Komplikasi Makrovaskuler yang umum di penderita Dm adalag prombosit
otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung
coroner (PJK), gagal jantung kongetif dan stroke
 Komplikasi Mirovaskuler terutama pada DM adalah nefropati, diabetic
retinopati (kebutuhan), neoropati dan amputasi
8. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas atau biodata Klien
a.) Biodata pasien
b.) Biodata penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan pasien
3. Pengkajian nutrisi
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang muncul pada pasiem yang mengalami DM Tipe
adalah:
 Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh
 Resiko ketidakstabilan kadar glukosa dikarenakan kurang pengetahuan
tentang DM
 Ketidakefektifan perfusi jaringab perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke
perifer, proses penyakit DM
 Resiko kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotic
 Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energy berat akibat kadar
gula tinggi.
 Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer
 Anteises b.d kurangnya pengatahuan tentang penyakitnya.
c. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi

No Diagnosa NIC NOC


1. Domain 2. Nutrisi Ketidakseimbangan Management Nutrisi
Kelas 1 Makanan Nutrisi, Kurang dari Definisi: menyediakan
Ketidakseimbangan Kebutuhan tubuh dan meningkatkan
Nutrisi, kurang dari Setelah dilakukan intake nutrisi yang
kebutuhan tubuh asuhan keperawatan seimbang:
diharapkan nutrisi Aktivitas:
pasien terpenuhi 1. Instruksikan
Status Nutrisi kepada pasien
1. Asupan Makanan mengenai kebutuhan
dan cairan skala nutrisi
Perilaku patuh diet 2. Tentukan
yang disarankan: jumlah kalori dan
1, memilih makanan jenis nutrisi yang
yang sesuai dengan dibutuhkan oleh
diet yang ditentukan pasien
dari skala 2 (jarang 3. Ciptakan
menunjukkan) lingkungan
ditingkatkan menjadi yangaoptimal pada
skala 4 (sering saat mengkonsumsi
ditunjukkan) makanan
2. Memilih minuman 4. Monitor kalori
yang sesuai dan asupan makanan
dengan diet tang pasien
ditentukan
Pengetahuan diet
yang sehat
1. Intake nutrisi yang
sesuai dengan
kebutuhan
indivisu dari skala
2 (pengetahuan
terbatas)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(pengetahuan
banyak)
2. Domain 2 Nutrisi Resiko Management
Kelas 4 Metabolisme Ketidakstabilan Hiperglikemi
Resiko ketidakstabilan Glukosa Darah 1. Monitor kadar
kadar glukosa darah Setelah dilakukan gula darah sesuai
asuhan keperawatan, indikasi
diharpkan 2. Monitor tanda
ketidakstabilan kaadar dan gejala
gluosa darah menjadi hiperglikemi:
normal polyuria, polodipsi,
Kadar Glukosa polifagi, kelemahan,
Darah latergi, pandangan
1. Glukosa darah kabur atau sakit
dari skala 2 kepala
(deviasi yang 3. Monitor
cukup dari ketourin sesuai
kisaran normal) indikasi
ditingkatkan 4. Berikan insulin
menjadi skala 4 sesuai resep
(deviasi ringan 5. Dorong asupan
dari kisaran cairan oral
normal) 6. Batasi aktivitas
Keparahan ketika kadar gluosa
Hiperglikemia darah lebih dari 250
Peningkatan glukosa mg/dl, khususnya jika
darah dari skala ketourin terjadi
2(berat) menjadi skala 7. Dorong
4 (ringan) pemantauan sendiri
Management diri: dan keluarga
1. Memantau mengenai
glukosa dari management diabetes
skala 2 (jarang 8. Fasilitasi
menunjukkan) kepatuhan terhadap
ditingkatkan dies dan regimen
menjadi skala 4 latihan
(sering
menunjukkan
Domain Aktivitas Ketidakefektifan Pengecekan kulit
dan istirahan kelas pefusi jaringan 1. Gunakan alat
resppon 4. Respon perifer pengkajian
Kadiovaskuler/ Setelah dilakukan untuk
pulmonal asuhan keperawatan mengidentifikasi
Ketidakefektifan diharapkan pasien yang
pefusi jaringan perifer Ketidakefektifan beresiko
pefusi jaringan perifer mengalami
pasien dapat berkurang kerusakan kulit
Status Sirkulasi 2. Monitor warna
1. Parestia dari dan suhu kulit
skala 2 (cukup 3. Periksa pakain
berat) yang teralu ketat
ditingkatkan 4. Monitor kulit
menjadi skala 4 dan selaput
(ringan) lender terhadap
2. Asites dari area berubahan
skala 2 (cukup memar atau
berat) pecah
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
9. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai