0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan9 halaman
Laporan pendahuluan ini membahas tentang diabetes mellitus (DM) tipe II yang disebabkan oleh insensitivitas sel terhadap insulin dan resistensi insulin yang berujung pada peningkatan kadar glukosa darah. Laporan ini menjelaskan gejala, etiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan DM tipe II serta komplikasi akut dan kronisnya.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang diabetes mellitus (DM) tipe II yang disebabkan oleh insensitivitas sel terhadap insulin dan resistensi insulin yang berujung pada peningkatan kadar glukosa darah. Laporan ini menjelaskan gejala, etiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan DM tipe II serta komplikasi akut dan kronisnya.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang diabetes mellitus (DM) tipe II yang disebabkan oleh insensitivitas sel terhadap insulin dan resistensi insulin yang berujung pada peningkatan kadar glukosa darah. Laporan ini menjelaskan gejala, etiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan DM tipe II serta komplikasi akut dan kronisnya.
1. Pengertian Pengertian Diabetes Mellitus (DM) Tipe II adalah penyakit hiperglikemi akibat insenvitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel-sel beta pancreas, maka DM Tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). 2. Etiologi
DM Tipe II ini dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang
progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien dengan NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumblah tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang lama dengan meningktkan skresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resitensi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien NIDDM merupakan akibat obisitasnya. Pemgirangan berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa.
3. Tanda Dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang perlu mendapatkan perhatian ialah: 1. Penurunan berat badan Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus timbul kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, kekurangan bahan bakar untuk menghasilakn tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. 2. Banyak kencing Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumblah banyak akan mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. 3. Banyak makan Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar 4. Banyak minum Rasa haus sering kali dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering diasalh tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat, untuk menghilangkan rasa haus penderita banyak minum. 4. Patofisiologi Pada DM Tipe II, sekresi insulin di fasi I atau early peak yang terjadi dalam 3- 10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulisn sebagimana pada orang yang masih normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insu;in pada fase 1 tertekan , kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk mengasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM Tipe II, dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 dimana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kadar glukosa dasarh puasa dengan kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa darah puasa 80-100 mm/dl kadar insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi apbila kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak ammpu meningkat lebih tinggi lagi, pada tahap ini mulai kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap produksi glukosa hati khususnya gluconeogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa hati makin meningkat dan mengakibatkan hiperglekemi pada puasa. 5. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Glukosa Darah a. Glukosa Vena Sewaktu Adalah dilakukan pada pasien DM Tipe II dengan gejala seperti Poliura, Polidipsia dan polifagia, dapat diartikan juga kapanpun tanpa memandang terakir kali makan. Apabila kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl maka penderita tersebut disebut DM b. Glukosa Plasma Vena Puasa Dimana penderita dipuasakan 8-12 jam sebelum tes dengan menghentkan semua obat yang digunakan. c. Glukosa 2jam Post Pradial tes dilakukan bila ada kecurigaan Dm Pasien makan yang mengandung 100 gram karbohidraaat sebelum puasa dan menghentikan merokok serta olahraga d. Glukosa Jan Ke 2 Pada Tes Toleransi Glukosa Oral Pemeriksaan ini dilakukan aoabila pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200mg/dl untuk memastikan diabetes atau tidak 2. Pemeriksaan HbA1c Merupakan reaksi antara glukosa dan hemoglobin yang tersimpan dan bertahan dalam sel darah merah selama 10 hari sesuai dengan umur eritrosit 6. Penatalaksanaan Tujuan utama darai pengobatanya adalah untuk memprtahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, ,aka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang berkurang. Pengendalian ini bisa dimulai dari control berat badan, olahraga, serta diet. Seseorang yang sudah terkena DM Tipe II tidak memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan olahraga secara teratur. Tetapi apabila banyak pasien yang sulit untuk dien dan olahraga teratur maka akan diberikan terapi insulin atau obat hipoglikemik per-oral 7. Komplikasi a. Komlikasi akut Hipoglekimia adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (kurang dari 50 mg/dl). Hal ini lebih sering terjadi pada pederita DM Tipe 1 yang dapat diamlami1-2 kali permimggu. Kadar gula darah yang rendah dapat menyebabkan sel otak tidak mendapatkan pasokan energy sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan Hiperglekimia adalah kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolism yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetic, Koma Hiperosmelor Non Ketotik (KHNK) dan Kemolakto Asidosis. b. Komplikasi Kronis Komplikasi Makrovaskuler yang umum di penderita Dm adalag prombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung coroner (PJK), gagal jantung kongetif dan stroke Komplikasi Mirovaskuler terutama pada DM adalah nefropati, diabetic retinopati (kebutuhan), neoropati dan amputasi 8. Proses Keperawatan a. Pengkajian 1. Identitas atau biodata Klien a.) Biodata pasien b.) Biodata penanggung jawab 2. Riwayat kesehatan pasien 3. Pengkajian nutrisi b. Perumusan Diagnosa Keperawatan Diagnose keperawatan yang muncul pada pasiem yang mengalami DM Tipe adalah: Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh Resiko ketidakstabilan kadar glukosa dikarenakan kurang pengetahuan tentang DM Ketidakefektifan perfusi jaringab perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit DM Resiko kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotic Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energy berat akibat kadar gula tinggi. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer Anteises b.d kurangnya pengatahuan tentang penyakitnya. c. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi
No Diagnosa NIC NOC
1. Domain 2. Nutrisi Ketidakseimbangan Management Nutrisi Kelas 1 Makanan Nutrisi, Kurang dari Definisi: menyediakan Ketidakseimbangan Kebutuhan tubuh dan meningkatkan Nutrisi, kurang dari Setelah dilakukan intake nutrisi yang kebutuhan tubuh asuhan keperawatan seimbang: diharapkan nutrisi Aktivitas: pasien terpenuhi 1. Instruksikan Status Nutrisi kepada pasien 1. Asupan Makanan mengenai kebutuhan dan cairan skala nutrisi Perilaku patuh diet 2. Tentukan yang disarankan: jumlah kalori dan 1, memilih makanan jenis nutrisi yang yang sesuai dengan dibutuhkan oleh diet yang ditentukan pasien dari skala 2 (jarang 3. Ciptakan menunjukkan) lingkungan ditingkatkan menjadi yangaoptimal pada skala 4 (sering saat mengkonsumsi ditunjukkan) makanan 2. Memilih minuman 4. Monitor kalori yang sesuai dan asupan makanan dengan diet tang pasien ditentukan Pengetahuan diet yang sehat 1. Intake nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan indivisu dari skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 2. Domain 2 Nutrisi Resiko Management Kelas 4 Metabolisme Ketidakstabilan Hiperglikemi Resiko ketidakstabilan Glukosa Darah 1. Monitor kadar kadar glukosa darah Setelah dilakukan gula darah sesuai asuhan keperawatan, indikasi diharpkan 2. Monitor tanda ketidakstabilan kaadar dan gejala gluosa darah menjadi hiperglikemi: normal polyuria, polodipsi, Kadar Glukosa polifagi, kelemahan, Darah latergi, pandangan 1. Glukosa darah kabur atau sakit dari skala 2 kepala (deviasi yang 3. Monitor cukup dari ketourin sesuai kisaran normal) indikasi ditingkatkan 4. Berikan insulin menjadi skala 4 sesuai resep (deviasi ringan 5. Dorong asupan dari kisaran cairan oral normal) 6. Batasi aktivitas Keparahan ketika kadar gluosa Hiperglikemia darah lebih dari 250 Peningkatan glukosa mg/dl, khususnya jika darah dari skala ketourin terjadi 2(berat) menjadi skala 7. Dorong 4 (ringan) pemantauan sendiri Management diri: dan keluarga 1. Memantau mengenai glukosa dari management diabetes skala 2 (jarang 8. Fasilitasi menunjukkan) kepatuhan terhadap ditingkatkan dies dan regimen menjadi skala 4 latihan (sering menunjukkan Domain Aktivitas Ketidakefektifan Pengecekan kulit dan istirahan kelas pefusi jaringan 1. Gunakan alat resppon 4. Respon perifer pengkajian Kadiovaskuler/ Setelah dilakukan untuk pulmonal asuhan keperawatan mengidentifikasi Ketidakefektifan diharapkan pasien yang pefusi jaringan perifer Ketidakefektifan beresiko pefusi jaringan perifer mengalami pasien dapat berkurang kerusakan kulit Status Sirkulasi 2. Monitor warna 1. Parestia dari dan suhu kulit skala 2 (cukup 3. Periksa pakain berat) yang teralu ketat ditingkatkan 4. Monitor kulit menjadi skala 4 dan selaput (ringan) lender terhadap 2. Asites dari area berubahan skala 2 (cukup memar atau berat) pecah ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan) 9. Daftar Pustaka