Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) adalah merupakan penyakit kronis dimana

terjadinya kenaikan kadar glukosa dalam darah atau biasa disebut

hiperglikemia. Kondisi ini disebabkan saat pancreas tidak dapat

memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak mampu menggunakan

insulin yang dihasilkan secara efektif (World Health Organization,2021).

DM terjadi ketika terjadi gangguan metabolisme kronis, dengan

multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai

akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel

beta langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Kemenkes,2018)

2.1.2 Etiologi

2.1.2.1 Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent DiabetesMelitus)

a. Faktor Genetik /herediter

Penderita DM tidak dituruni DM tipe 1, tetapi dituruni

suatu predisposisi /kebiasaan genetic ini ditentukan oleh perorang

yang memiliki antigen Human LeucocyteAntigen.

b. Faktor InfeksiVirus

Infeksi virus coxskakie pada orang yang sensitive secara genetik.


c. FaktorImunologi

Respon kekebalan yang tidak normal dimana antibody

mengarah pada jaringan normal dengan cara melawan jaringan

normal yang di anggap asing.

2.1.2.2 Diabetes Melitus Tipe II (Non-Insulin Dependent Diabetes)

a. Obesitas

Obesitas menurunkan jumlah resptor gula darah dari sel-sel

target diseluruh tubub sehingga insulin yang tersedia menjadi

kurang efektif dalam meningkatkan efekmetabolic.

b. Usia

sejalan bertambahnya usia, kekakuan terhadap kadar darah

juga meningkat, hal ini dibutuhkan batas glukosa darah yang lebih

tinggi dari pada orang dewasa dan non lanjut usia.

1. RiwayatKeluarga

2. Kelompoketnik

2.1.2.3 Diabetes Melitus Tipe Lain

1) Penyakit pancreas : Pancreatitis, Ca pancreasdll.

2) Malnutrisi : kekurangan protein kronik dapatmenyebabkan

penurunan fungsipancreas.

3) Penyakit hormonal : acromegali yang merangsang sekresi sel-sel

beta sehingga hiperaktif danrusak.

4) Obat-obatan : Aloxan dan Streptozokin mengakibatkan sitotoksin

terhadap sel-sel beta, sedangkan Derivat thiazide dapat membantu

menurunkan insulin (Maria,2021).


2.1.3 Klasifikasi

Penyakit diabetes terdiri berbagai tipe (Helmawati, 2014), diantaranya

adalah:

2.1.3.1 Diabetes TipeI

Diabetes tipe 1 seing disebut dengan insulin dependent

diabetes atau diabetes bergantung dengan insulin merupakan diabetes

yang sering terjadi pada anak-anak, diabetes tipe 1 juga didapatkan

pada semua golongan umur terutama pada dewasa muda.

Diabetes tipe 1 adalah penyakit gula darah yang terjadi

karena adanya gangguan pada pancreas, menyebabkan pancreas tidak

mampu memproduksi insulin dengan maksimal. Pancreas sangat

memiliki peranan penting dalam kestabilan kadar glukosa darah, tapi

pada diabetes tipe 1 pancreas menciptakan insulin dengan kadar yang

sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk mengatur kadar

gula darah dengantepat.

Diabetes tipe I adalah penyakit diabetes yang terjadi

karena adanya gangguan pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak

mampu memproduksi insulin dengan optimal. Pankreas berperan

penting dalam keseimbangan kadar gula darah, namun pada diabetes

tipe 1 pankreas memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit

sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk mengatur kadar gula darah

dengan tepat.
2.1.3.2 Diabetes Tipe II

Diabetes tipe II disebut juga sebagai noninsulin dependent

dm atau disebut dengan diabetes yang tidak bergantung pada gula

darah. Perbedaan diabetes tipe 1 dan tipe 2 adalah dm tipe 1 selalu

ketergantungan pada injeksi insulin, hal ini diakibatkan organ pancreas

penderita tidak efektif memenuhi insulin dengan jumlah yang cukup

atau bahkan tidak dapat menciptakan insulin sama sekali.

2.1.3.3 Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah tipe diabetes yang meneyerang

pada keadaan kehamilan. Diabetes gestasional menyebabkan pancreas

tidak mampu mengciptakan insulin yang cukup untuk mengatur gula

darah pada tingkat yang aman bagi ibu dan janin. Diabetes gestasional

didiagnosa pada 24 sampai 48 minggu usia kehamilan dengan keadaan

janin telah terbentuk menjadi organ tubuh. Karena keadaan tersebut

pada dasarnya diabetes gestasional tidak sampai menyebabkan cacat

pada janin, namun diabetes gestasional yang tidak terkontrol sangat

berisiko pada bayi.

2.1.3.4 Diabetes Melitus Tipe Lain

Diakibatkan oleh kelainan genetic spesifik, penyakit

pancreas, gangguan endokrin, efek obat-obatan, bahan kimia dan lain-

lain.
2.1.4 Manifestasiklinis

Menurut Helmawati, (2014) gejala penyakit diabetes mellitus tipe 1, dan

diabetes mellitus tipe 2 dikenal dengan istilah 3P, yaitu :

2.1.4.1 Poliuria (banyakkencing)

Poliuria adalah individu kerap sekali buang air kecil atau

kencing terutama pada malam hari dan dengan jumlah yang banyak.

Keadaan ini diakibatkan karena meningkatnya kadar glukosa darah

yang tidak bias di control oleh ginjal, dan supaya urine yang

dikeluarkan tidak begitu pekat, ginjal membutuhkan banyak cairan dari

dalam tubuh.

2.1.4.2 Polidipsia (banyakminum)

polidipsi merupakan keadaan dimana individu kerap sekali

minum karena rasa haus yang berlebihan, kondisi ini disebabkan

karena kondisi sebelumnya yaitu polyuria, saat ginjal membutuhkan

banyak cairan dari dalam tubuh, maka secara langsung tubuh akan

merasa kehausan. Karena itu penderita akan minum secara terus-

menerus untuk menghilangkan rasahaus.

2.1.4.3 Polifagia ( banyak makan)

Polifagia adalah dimana individu kerap sekali makan sering

dan terus menerus diakibatkan karena perasaan lapar yang berlebihan,

individu yang menderita dm kerap sekali merasa kelaparan karena gula

darah tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnyan sel-sel akan

mentransfer sinyal lapar ke otak. Glukosa adalah makanan untuk sel-

sel tubuh. Sel-sel tubuh yang tidak dapat menyerang glukosa


mengakibatkan kelaparan sehingga tubuh yang tidak dapat mencerna

glukosa yang mengakibatkan kelaparan sehingga tubuh secara

keseluruhan kekurangan energy dan menjadi lemas. Keadaan ini

membuat otak mentransfer sinyal untuk menyuruh individuagar

makan terus-menerus. Pada keadaan ini penderita akan menunjukkan

bebrat badan yang terus naik danbertambah.

2.1.5 Faktor resiko

Menurut (American Diabetes Association, 2022) Fakor resiko DM tipe II

adalah, sebagai berikut :Aktivitas fisik yang kurang

b. Riwayat keluarga dengandiabetes

c. Ras tau etnis (Aborigin, Afrika, Asia danHispanik)

d. Wanita yang melahirkan bayi dengan BB >9

e. Wanita dengan riwayat diabetesgestasional

f. HDL-C < 35 mg/dl dan/atau TG > 250mg/dl

g. A1C ≥ 5,7%, IGT atauIFG

h. Hipertensi ( ≥ 140/90 ataupengobatan)

i. Obesitas

j. Obat-obatan

2.1.6 . Patofisiologi

Hampir semua gambaran patologik dari diabetes melitius bias

dihubungkan dengan salah satu dampak primer kurangnya insulin, sebagai

berikut : berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang

menyebabkan tingginya konsentrasi glukosa tinggi 300-1200 mg/dl.

Peningkatan mobilisasi lemak berdasarkan wilayah penyimpanan lemak


yang mengakibatkan terjadinya metabolism lemak yang tidak normal

disertai dengan endapan kolestrol dalam dinfding pembuluh darah akibat

berkurangnya proein dalam jaringan tubuh.

Klien yang menderita defisiensi insulin tidak mampu

mempertahankan kadar glukosa darah plasmapuasa yang normal atau

tolerasni sesudah makan. Penyakit DM diakibatkan karena gagal hormone

insulin. Menyebabkan kurang insulin maka glukosa tidak bias diubah

menjadi glikogen lalu kadar glukosa menjadi meningkat atau sering

disebut dengan hiperglikemia. Maka ginjal tidak bias menopang

hiperglikemia ini, karenaa batas maximum untuk gula darah adalah 180

mg/dl, sehingga ajika terjadi hiperglikemia maka ginjal tidak bias

menyaring dn mengasorsi semua glukosa dalam darah. Glukosuria ini

akan mengakibatkan dieresis osmotic yang menyebabkan poliuri disertai

kehilangan sodium, klorida, potassium, dan pospat. Adanya poliuri

menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar

bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein

negative dan berat badan menurun sertacenderung terjadipolifagi.

Produksi insulin yang kurang akan mengakibatkan menurunnya

transport glukosa ke sel-sel sebagai akibatnya sehingga sel-sel kekurangan

makanan, dan simpanan karbonhidrat, lemak dan protein menjadi menipis.

Hal ini lantaran dipakai untuk melakukan pembakaran pada tubuh, maka

pasien akan merasa lapar atau biasa disebut polyphagia. Terlalu banyak

lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpakan asetat asidosis. Zat ini

akan meracuni tubuh jika terlalu banyak hingga tubuh berusaha


mengeluarkan melalui urine dan pernafasan, mengakibatkan bau urine dan

napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini

apabila tidak segera ditangani maka akan terjadi koma diabetik (Rendy &

Margareth, 2012).
2.1.7 Web Of Caution DiabetesMilitus

Faktor Genetik, Usia,


Reaksi Autoimun Obesitas

DM Tipe I DM Tipe II

Sel Beta Pankreas Defesiensi Insulin Sel Beta Pankreas Hancur


Hancur Pasien Menurun
Anabolisme

MK : Glukosa Oleh Sel


Katabolisme Protein MeningkatPenurunan Pemakaian
Hiperglikemia
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Kerusakan pada Antibodi


Merangsang ViskositaJaringan
Ischemic
Neuropati PolidipsiHipotalamus
Glikosuria
s
Sensori dan DarahMe
Polifagi ni ngkat
Dehidrasi
Osmotic Diuresis
Kekebalan
MerasaTubuh
Tidak Menurun MK Aliran
:
MKLapar
:
Sakit Saat Luka Defisit Nutrisi Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
dan Darah
MK :
Melamb
Hipovolemi
Nekrosis Luka Poliurea
a

Gangren Bagan. 1
WOC Diabetes Melitus

MK: Sumber : (Wijaya, A. S., & Putri, 2013)


Ganggu
an
Integrita
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Maria, 2021) pemeriksaan penunjang DM, diantaranya adalah :

2.1.8.1 Kadar GlukosaDarah

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah Sewaktu DM Belum Pasti DM


Plasma Vena >200 100-200
Darah Kapiler >200 80-100

Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah Puasa DM Belum Pasti DM


Plasma Vena >120 100-120
Darah Kapiler >110 90-110

2.1.8.2 Kriteria Diagnostik WHO untuk Diabetes Melitus pada Sedikitnya 2 Kali

pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dL (7,8mmol/L)

c. Glukosa plasma yang diambil dari 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >

200mg/dL).

d. Tes Toleransi Glukosa Oral(TTGO)

GD < 115 mg/dl ½ jam , 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140

mg/dl. TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet .

Beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada:

1) Hiperglikemi yang sedangpuasa

2) Orang yang mendapat thiazide, Dilantin, propanolol, lasik, thyroid,

Estrogen, pilKB,steroid.
3) Pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasieninaktif.

e. GlyeosatetHemoglobin

Berguna untuk memantau kadar glukosa darah rata –rata selama

lebih dari 3 bulan. C Peptidae 1 2 mg/dl ( puasa) 5-6 kali meningkat

setelah pemberian glukosa untuk mengukur proinsulin ( produk saping

yang tidak aktif secara biologis) dari pembentukan insulin dapat

membantu menegetahui sekresi insulin.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM, diantaranya adalah (Helmawati, 2014) :

b. Edukasi

Edukasi menggunakan tujuan dari promosi hidup sehat, hal

ini perlu selalu dilakukan menjadi bagian berdasarkan pencegahan dan

adalah merupakan yang sangat penting berdasarkn pengolaan data Dm

secara holistic.

c. Terapi Nutrisi Medis(TNM)

Penderita DM perlu diberikan focus tentang pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama untuk

mereka yang memakai obat penurun glukosa darah atau insulin

d. Latihan Jasmani danFisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara

teratur (3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total

150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari

berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani

yangbersifataerobicdenganintensitassedang(50-70%denyut
jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging,

berenang, dan sema kaki, Menurut (Trisna & Musiana, 2018), “latihan

jasmani yang dianjurkan bagi paendirita DM adalah senam kaki,

karena terbukti setelah dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

nilai ankle brachial index (ABI) bagi Penderita DM.

e. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Adapun Terapi

farmakologis penderita DM terdiri dari :

1) Obat anti hiperglikemiaOral

2) Obat Anti hiperglikemiaSuntik

2.2 Konsep luka diabetik

2.2.1 Definisi

Luka adalah suatu keadaan yang terjadi integritas kulit (kerusakan

struktur jaringan utuh), luka diabetes melitus adalah komplikasi kronik

diabetes berupa luka terbuka Pada permukaan kulit yang dapat disertai

dengan adanya kematian jaringan (Utara,2018). Ulkus adalah hilangnya

jaringan epidermis sampai dermis atau jaringan dibawah kulit. Ulkus

diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes melitus

berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang disertai adanya jaringan

setempat, (Hariani, Lynda 2013).

2.2.2 Tanda dan Gejala


2.2.1 Stadium l menunjukan tanda tidak khas, seperti kesemutan,
kaki menjadi dingin dan menebal.
2.2.2 Stadium ll menunjukkan sensasi rasa pada kaki berkurang
2.2.3 Stadium lll menunjukkan nyeri saat istirahat
2.2.4 Stadium lV menunjukkan kerusakan jaringan (nekrosis), kulit kering.
Menurut (Maryunani 2013), tanda dan gejala ulkus diabetik dapat dilihat
berdasarkan stadium

2.2.3 klasifikasi Ulkus


Menurut (Ismail 2014)
2.2.3.1
Grade 0 ( tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan baik tiap dalam bentuk
tulang kaki menonjol
2.2.3.2
Grade 1 ( Hilangnya lapisan epidermis hingga dermis dan kadang-kadang
terlihat luka menonjol dan kemerahan.
2.2.3.3
Grade 2 ( Lesu terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan
goa )
2.2.3.4
Grade 3 (penetrasi Hingga dalam,osteomilitis, plantar abses atau infeksi
hingga tendon.
2.2.3.5
Grade 4 ( Gangren Sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki,
kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab/kering
2.2.3.6
Grade 5 ( seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan Gangren.

Gambar ; 1
2.2.4 Anatomi fisiologi

2.2.4.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit terluar yang melindungi tubuh dari bahaya

lingkungan luar. Epidermis terbagi menjadi 4 bagian yaitu lapisan korneum atau

lapisan tanduk, lapisan lucidum, lapisan granulosum, lapisan malphigi atau stratum

spinosum, lapisan basal (Suriadi, 2015)

2.2.4.2 Dermis

Dermis merupakan lapisan di bawah epidermis. Jaringan ini dianggap


jaringan ikat longgar dan terdiri atas sel-sel fibroblast yang mengeluarkan protein

kolagen dan elastin (Maryunani, 2016)

2.2.4.3 Hipodermis

hipodermis adalah tempat penyimanan kalori selain lemak, dan dapat

dipecah menjadi sumber energi jika diperlukan. Lapisan ini terletak dibawah

dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak dan jaringan ikat yang berfungsi sebagai

insulator panas.

Gambar; 2

2.2.5. Proses penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka Menurut (Kartika, 2015)

2.2.5.1 Fase Inflamasi

terjadi pada hari ke 0-5, respon segera setelah terjadi injury pembekuan darah

untuk mencegah kehilangan darah, dan memiliki ciri-ciri tumor, rubor, kolor, dolor,

fungsio karesa. Selnjutnya dalam fase awal terjadi haemostasis, pada fase akhir terjadi

fagositosis dan lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

2.2.5.2 Fase proliferasi atau epitelisasi

terjadi pada hari ke-3 sampai 14, disebut juga fase granulasi karena adanya

pembentukan jaringan granulasi; luka tampak merah segar, mengkilat. Jaringan

granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah baru,

fibronektin, dan asam hyrularonic acid. Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai
dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka, epitelisasi terjadi pada 48 jam

pertama pada luka insisi

2.2.5.3 Fase maturasi

terbentuknya kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan

kekuatan jaringan, dilanjutkan terbentuk jaringan parut 50-80% sama kuatnya dengan

jaringan sebelumnya serta terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular

dan vasikularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

2.2 Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Militus

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut (Harmoko, 2012)

adalah sebagai berikut :

k. Identitas UmumKeluarga

1) Identitas kepala keluarga

Mengkaji data dasar dari kepala keluarga meliputi nama,

umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, suku bangsa,

danalamat.

2) Komposisikeluarga

Menjelaskan seluruh anggota keluarga meliputi identitas

masing-masing anggota keluarga dan menjelaskan keadaan

fisiknya saat ini (saatpengkajian).

3) Genogram

Menjelaskan dan menggambarkan silsilah keluarga dengan

memasukkan tiga generasi dalam garis keturunan keluarga.


4) Tipe keluarga

Mengkaji tipe keluarga serta permasalahan yang terjadi

dalam keluarganyang berhubungan dengan tipe dalam keluarga

tersebut.

l. Riwayat dan Tahap PerkembanganKeluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saatini

Menjelaskan tahap perkembangan dari keluarga saat ini

dengan berpatokan pada usia anak pertama dengan mengacu pada 8

tahap perkembangan.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi dankendalanya

Menjelaskan kendala yang belum terpenuhi dari tugas pada

tahapan keluarga saat ini bukan menjelaskan tahapan keluarga

selanjutnya yang belum tercapai.

3) Riwayat kesehataninti

Menjelaskan status kesehatan keluarga saat ini, apakah

sedang dalam keadaan sehat atau sakit dan menyebutkan anggota yang

sakit beserta keluhan yang diderita, lama keluhan serta upaya yang

sudah dilakukan. Kondisi penyakit yang disebutkan bukan hanya kasus

yang berat atau kritis melainkan sakit ringan seperti batuk, pilek atau

flu bisa dijelaskan. Riwayat kelengkapan imunisasi dan penyakit

keturunan dalam keluarga.


m. Pengkajian LingkunganRumah
1) Karakteristikrumah

Mendeskripsikan karakteristik rumah meliputi luas rumah,

tipe, ventilasi, pemanfaatan ruang, jarak anatar septic tank dengan

sumber air minum, kamar mandi dan WC serta kebiasaan dalam

pengelolaan sampah sehari-hari.

2) Karakteristik tetangga dan komunitasRW

Menggambarkan kebiasaan dan kerukunan sehari-hari dari

masing-masing keluarga dengan tetangga. Aturan yang harus

diikuti dalam bermasyarakat serta kebudayaan yang dianut dalam

masyarakat tersebut. Perlu diingat kegiatan keagamaan seperti

pengajian, yasinan, kebaktian dll bukan termasuk dalam aspek

budaya ataukebiasaan.

3) Mobilitas geografiskeluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat. Mobilitas geografis keluarga yang di

tentukan, lama keluarga tinggal di daerah tersebut.

4) Sistempendukung

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah

jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas

fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan

fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakatsetempat.


n. StrukturKeluarga

1) Pola/cara komunikasikeluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatankeluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku

3) Struktur perankeluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota baik secara

formal maupun informal dari masing-masing anggota keluarga.

4) Nilai dan normakeluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh

keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan..


a) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.

o. Stress dan KopingKeluarga

1) Stressor jangkapendek

Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

2) Stressor jangkapanjang

Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu lebih dari 6bulan.

3) Respon keluarga terhadapstressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga

berespon terhadap situasi /stressor.

4) Strategikoping

Strategi koping apa yang digunakan masing-masing

keluarga apabila meghadapi permasalahan.

5) Strategi adaptasidisfungsi

Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan yang

sedangterjadi.

p. HarapanKeluarga

1) Terhadap masalahkesehatan

Harapan keluarga terhadap status kesehatan keluarga baik

saat ini maupun yang akan datang.


2) Petugas kesehatan yangada

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada mengenai kegiatan

dan program yang berhubungan dengan kesehatan di masyarakat.

q. PemeriksaanFisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga

dan dilakukan secara head to toe. Metode yang digunakan pada

pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

2.2.2 AnalisaData

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan, yaitu menetapkan masalah

kesehatan yang ada pada keluarga sesuai dengan data yang didapatkan

pada saat pengkajian, lalu menetapkan penyebab masalah tersebut yang

diangkat dari lima tugas keluarga, yaitu (Harmoko, 2012):

r. Mengenal masalah kesehatankeluarga.

s. Membuat keputusan tindakan kesehatan yangtepat.

t. Memberi perawatan pada anggota keluarga yangsakit.

u. Mepertahankan suasana rumah yang sehat.

v. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat

2.2.3 DiagnosaKeperawatan

w. Perumusan DiagnosaKeperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual dan potensial (TIM Pokja SDKI DPP

PPNI, 2017)
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan,

meliputi :

1) Problem atauMasalah

Adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

2) Etiologi atauPenyebab

Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan

mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu :

a) Mengenal masalah kesehatankeluarga.

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yangtepat.

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yangsakit.

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari

diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :

a) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, kesalahan

persepsi).

b) Ketidakmauan (sikap danmotivasi).

c) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu

prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik

financial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan

psikologis).
3) Tanda danGejala

Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat

dari keluarga secara langsung atau tidak langsung. Diagnose

keperawatan, meliputi :

a) Diagnosa aktual

Merupakan masalah keperawatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

b) Diagnosa resiko/resikotinggi

Merupakan masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi

tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi

cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

c) Diagnosapotensial

Merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan

mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan

dapat ditingkatkan.

x. Penilaian (Skoring) Diagnosa Keperawatan

Skoring diagnosis keperawatan keluarga, dengan menghitung sifat

masalah, kemungkinan masalah, dan potensial masalah untuk di cegah

(Harmoko, 2012).
Tabel 4. Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga

KRITERIA SKOR BOBOT

1. SifatMasalah
a. Tidak/kurangsehat 3 1
b. Ancaman 2
kesehatan 1
c. Keadaansejahtera
2. Kemungkinan masalah
dapatdiubah
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidakdapat 0
3. Potensial masalah
untukdicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnyamasalah
a. Masalah berat 2 1
harus segera
ditangani 1
b. Ada masalah,
tetapi tidak perlu
ditangani 0
c. Masalahtidak
dirasakan
Sumber : (Harmoko, 2012)

Proses scoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa

keperawatan lebih dari satu.

Proses scoring dilakukan dilakukan untuk tiap diagnosis keperawatan :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yangdibuat.

2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka skor tertinggi dan dikalikan

dengan nilaibobot.

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan

jumlah bobot, yaitu5).


Skor yang diperoleh

X Bobot

Skor tertinggi

y. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota

keluarga yangsakit.

2) Hipovolemia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalahkesehatan.

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalahkesehatan.

4) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yangsakit.

5) Risiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalahkesehatan.
2.2.4 Intervensi

Tabel 5. Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus


Tujuan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Standar evaluasi Intervensi
Umum Khusus
1. Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. keluarga dapat 1. keluarga Manajemen
darah berhubungan dengan tindakan tindakan mengetahui Dapat hiperglikemiaTindakan
ketidakmampuan keluarga keperawatan keperawatan penyebab mencegah observasi
memberi perawatan pada selama 3 x keluarga mampu hiperglikemia penyebab 1. Identifikasikemungkinan
anggota keluarga yangsakit kunjungan hiperglikemia penyebabhiperglikemia
ketidakstabilan 1. Mengetahui 2. Monitor kadar glukosa
kadar glukosa penyebab 2. keluarga dapat 2. keluarga darah
darahteratasi hiperglikemia mengerti Dapat 3. Monitor tanda dan gejala
tanda dan mengerti Hiperglikemia
2. Mengetahui gejala tanda dan
tanda dan gejala hiperglikemia gejala Tindakan terapeutik
hiperglikemia hiperglikemia 4. Berikan asupan cairanoral
5. Anjurkan terapi senam kaki
3. keluarga dapat 3. keluarga diabetes bagi keluarga yang
3. Mengetahui mengetahui dapat menderita DiabetesMelitus
kepatuhan diet kepatuhan menentukan
danolahraga terhadap diet kepatuhan Tindakan edukasi
danolahraga terhadap diet 6. Anjurkan kepatuhan
danolahraga terhadap diet danolahraga

Tindakan kolaborasi
7. Kolaborasipemberian
insulin, jika perlu
Tujuan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Standar evaluasi Intervensi
Umum Khusus

2. Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. keluarga dapat 1. keluarga Manajemen
dengan ketidakmampuan tindakan tindakan mengerti tanda Dapat hipovolemiaTindakan
keluarga mengenal masalah keperawatan keperawatan dan gejala Mengetahui observasi
kesehatan selama 3 x keluarga mampu hipovolemia tanda dan 1. Periksa tanda dangejala
kunjungan gejala hipovolemia
hipovolemia 1. Mengetahui 2.keluarga dapat hipovolemia
teratasi Tanda dan gejala memberikan Tindakan terapeutik
hipovolemia asupan cairan 2. keluarga 2. Berikan asupan cairanoral
oral Dapat
2. Mengetahui Memberikan Tindakan edukasi
asupancairan 3. keluarga dapat asupancairan 3. Anjurkanmemperbanyak
oral Memperbanyak oral asupan cairanoral
asupancairan
3. Mengetahui 3. keluarga Tindakan kolaborasi
Memperbanyak dapat 4. Kolaborasi pemberian
asupan cairan memperbanyak cairan IV hipotonis jika
oral asupan cairan dieprlukan
oral
Tujuan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Standar evaluasi Intervensi
Umum Khusus
3. Gangguan integritas kulit/ Setelah dilakukan Setelah dilakukan Perawatan integritas
jaringan berhubungan tindakan tindakan 1. keluarga dapat 1. keluarga kulitTindakan observasi
dengan ketidakmampuan keperawatan keperawatan Mengetahui dapat 1. Identifikasi penyebab
keluarga mengenal masalah selama 3 x keluarga mampu penyebab Mengetahui gangguan integritaskulit
kesehatan kunjungan gangguan penyebab
gangguan 1. Mengetahui integritaskulit gangguan Tindakan terapeutik
integritas kulit/ Penyebab integritas 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
jaringanteratasi gangguan 2.keluarga dapat kulit tirahbaring
integritas kulit memberikan
posisi tiap 2 jam 2.keluarga dapat Tindakanedukasi
2. Mengetahui jika tirahbaring memberikan 3. Anjurkanmenggunakan
Posisi tiap 2 jam posisi tiap 2 pelembab
jika tirah baring 3. keluarga dapat jam jika tirah 4. Anjurkan minum air
Menggunakan baring yang cukup
3. Mengetahui pelembab
Menggunakan 3. keluarga
pelembab dapat
Menggunakan
pelembab
Tujuan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Standar evaluasi Intervensi
Umum Khusus
4. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan tindakan tindakan 1. keluarga dapat 1. keluarga nutrisiTindakan observasi
ketidakmampuan keluarga keperawatan keperawatan Mengetahui dapat 1. Identifikasi statusnutrisi
memberi perawatan pada selama 3 x keluarga mampu Statusnutrisi memantau
anggota keluarga yangsakit kunjungan risiko statusnutrisi Tindakan terapeutik
defisit nutrisi 1. Mengetahui 2. keluarga dapat 2. Berikan makanan tinggi
teratasi Ststusnutrisi mengetahui 2. keluarga serat untuk mencegah
makanan yang dapat konstipasi
2. Mengetahui dapat mengetahui
Makanan yang meningkatkan makanan Tindakan edukasi
Dapat statusnutrisi yang 3. Ajarkan diet yang
meningkatkan dapat diprogramkan
statusnutrisi 3. keluarga dapat meningkatkan
Mengetahui statusnutrisi Tindakan kolaborasi
3. Mengetahui diet yang di 4. Kolaborasi pemberian
Diet yang di programkan 3. keluarga medikasi sebelummakan
programkan dapat
menentukan
diet yangdi
programkan
Tujuan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Standar evaluasi Intervensi
Umum Khusus
4. Risiko cedera berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. keluargadapat 1. keluarga Manajemen Keselamatan
dengan ketidakmampuan tindakan tindakan Menjaga dapat LingkunganTindaka
keluarga mengenal masalah keperawatan keperawatan keselamatan Menjaga n observasi
kesehatan. selama 3 x keluarga mampu keselamatan 1. Identiikasikebutuhan
kunjungan risiko 1.Mengetahui 2.keluarga dapat keselamatan
cedera teratasi Keselamatan mengetahui 2.keluarga dapat
bahaya mengetahui Tindakan terapeutik
2. Mengetahui
keselamatan bahaya 2. Hilangkan bahaya
Bahaya
lingkungan keselamatan keselamatan lingkunganjika
keselamatan
lingkungan memungkinkan
lingkungan
3. keluarga dapat 3. Modifikasi lingkungan
3. Mengetahui Mengetahui 3. keluarga untuk meminimalkan
Lingkungan Bahaya dan dapat bahaya danrisiko
untuk risiko Mengetahui
meminimalkan Bahaya dan Tindakan edukasi
bahaya dan 4. keluarga dapat risiko 4. Ajarkan keluarga, individu,
risiko mengetahui kelompok risiko tinggi
risiko tinggi 4. keluarga bahayalingkungan
4. Mengetahui bahaya dapat
kelurga, individu, lingkungan mengetahui
kelompok risiko risiko tinggi
tinggi bahaya bahaya
lingkungan lingkungan
Sumber : (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2.2.5 Implementasi

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan keluarga

dimana perawat mampu membangkitkan minat keluarga untuk

melakukan perilaku hidup sehat, adapun kesulitan, kebingunganm serta

ketidakmampuan yang dihadapi keluarga dijadikan perhatian. Oleh

karena itu, perawat diharapkan dapat memberikan bantuan sehingga

keluarga memiliki kepercayaan diri dan menyelesaikan masalah secara

mandiri (Harmoko, 2012).

Pada kegiatan implementasi, perawat terdahulu melakukan

kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun

psikologisndalam menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi

waktu pelaksanaan, materi, siapa yang melaksanakan, siapa anggota

keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Kegiatan

selanjutnya adalah implementasi sesuai dengan rencana keperawaan yang

telah disusun berdasarkan diagnose yang diangkat (Widyanto,2014).

Tujuan implementasi ini ialah membantu pasien dalam mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, oemulihan kesehatan, dan

memfasilitasi koping (Harmoko, 2012).

2.2.6 Evaluasi

Menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) Evaluasi merupakan

membandingkan kegiaatan antara hasil implementasi dengan kriteria dan

standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan
evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang

baru.

Faktor yang perlu di evaluasi dalam keperawatan keluarga,

meliputi beberapa ranah :

a. Ranahkognitif/pengetahuan

Lingkup evaluasi pada ranah kognitif ini menitik tekankan pada

pengetahuan dnan pemahaman keluarga tentang masalahnya.

b. Ranah afektif(emosional)

Hal ini bisa dilihat ketika perawat melakukan wawancara dengan

klien. Perawat bisa mengamati ekspresi wajah, nada suara, dsb.

c. Ranahpsikomotor

Hal ini bisa dilihat bagaimana keluarga melakukan tindakan yang

sudah direncanakan, apakah sesuai atau tidak.

Terdapat 3 kemungkinan keputusan pada evaluasi ini, yaitu :

1) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

sehingga rencana mungkindihentikan.

2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

sehingga diperlukan penambahan waktu, resources, dari

intervensi sebelum tujuanberhasil.

3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telahditentukan.


z. kontraindikasi

Senam kaki diabetes tidak dianjurkan bagi penderita yang mengalami

perubahan fungsi fisiologi seperti dyspnea atau nyeri dada, dan orang-

orang orang yang mengalami depresi atan cemas (Wijayanti et al.,

2018).

2.2.7 Prosedur

Alat yang harus disiapkan, yaitu kertas koran 2 lembar, kursi (jika

tindakan dilakukan dalam posisi duduk). Persiapan bagi klien adalah

kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senamkaki.

Lingkungan yang mendukung perlu diperhatikan seperti

lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan menjaga privasipasien.

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki (Maria, 2021):

aa. Perawat mencucitangan

bb. Posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki

menyentuhlantai.

cc. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari, kedua belah kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar

ayam sebanyak 10 kali.

dd. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak

kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai

dengan tumit kaki diangkatkan keatas. Dilakukan pada kaki kiri dan

kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10kali.


ee. Tumit kaki diletakkan dilantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas

dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan

kaki.

ff. Jari-jari diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10

kali.

gg. Angkat salah satu lutut kaki dan luruskan. Gerakkan jari-jari

kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan kekanan.

Ulangi sebanyak 10 kali.

hh. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut

dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali ke

lantai.

ii. Angkat kedua kaki luruskan. Ulangi langkah (h), namun gunakan

kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

jj. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan

kaki, dan tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10

lakukan secarabergantian.

kk. Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti

bola dengan kedua belah kaki. Kemudian buka bola itu menjadi

lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini

dilakukan hanya sekali saja, dilakukan dengan:

1) Robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagiankoran.

2) Sebagian koran disobek sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua

kaki
3) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua

kakilalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yangutuh.

4) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentukbola.

ll. Evaluasi dengan cara meminta pasien menyebutkan kembali

pengertian senam kaki, dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan

senam kaki, dan dapat memperagakan sendiri tehnik senam kaki

secaramandiri

mm. Dokumentasikankegiatan.

Anda mungkin juga menyukai