Anda di halaman 1dari 12

ADAB BERKELUARGA: HUBUNGAN ORANG TUA DAN ANAK

Ananda Myzza Marhelio1, Azzahra Alika Putri Yudha2 , Cahaya Aulia Firdausyah3 ,
Muhammad Azka Atqiya4
1,2,3,4
Program Studi Ilmu Komputer.
1,2,3,4
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan
Indonesia. Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40154, Indonesia.
1
anandamyzza@upi.edu, 2azzahraalika31@upi.edu, 3cahayafsy@upi.edu,
4
azkaatqiya4@upi.edu

Abstract

The family relationship between parents and children is very important to maintain its
harmony. It is crucial to show respect and kindness to one's parents, but of course, this
obligation must not contradict the fundamental principles of monotheism (faith in Allah). In
Islam, being dutiful to both parents is a sacred command that must be obeyed, as long as
these commands do not involve associating partners with Allah, committing sins, or
innovations in religious practices. Parents should be respected and treated well, even if they
may not be followers of Islam or engage in sinful behavior. Children are also directed to
support and follow those who have repented to Allah and abandoned sinful behavior. Various
verses of the Quran and hadith emphasize the importance of being dutiful to parents and
affirm that obedience to Allah should always be the top priority, without neglecting the
obligation to be kind to one's parents.

Keywords: islam, family, parents, children, etiquette.

Abstrak

Hubungan keluarga antara orang tua dan anak sangat penting untuk dijaga keharmonisannya.
Sangat penting untuk menghormati dan berbuat baik kepada orang tua, namun tentunya
kewajiban ini tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar tauhid (iman kepada
Allah). Dalam Islam, berbakti kepada kedua orang tua adalah perintah suci yang harus
dipatuhi, selama perintah-perintah tersebut tidak melibatkan syirik, maksiat, atau bid'ah.
Orang tua harus dihormati dan diperlakukan dengan baik, bahkan jika mereka mungkin
bukan pengikut agama Islam atau melakukan perilaku berdosa. Anak-anak juga diarahkan
untuk mendukung dan mengikuti orang-orang yang telah bertaubat kepada Allah dan
meninggalkan perilaku berdosa. Berbagai ayat Al-Quran dan hadis menekankan pentingnya
berbakti kepada orang tua dan menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah harus selalu
menjadi prioritas utama, tanpa mengabaikan kewajiban untuk berbuat baik kepada orang tua.

Kata kunci: islam, keluarga, orang tua, anak, adab.


PENDAHULUAN

Anak adalah cita-cita serta aspirasi yang diharapkan oleh setiap keluarga, yang
mampu membawa kebahagiaan dan memperkuat ikatan antara kedua orang tua. Keberadaan
anak dianggap sebagai elemen penting dalam keluarga inti, bersama dengan ayah dan ibu.
(Harisman & Rahmi, 2021) Anak memiliki dunianya sendiri yang ditandai oleh rasa ingin
tahu yang besar dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru. (Fadhlillah et al., 2015) Terutama
karena anak masih memiliki keterbatasan, baik dari segi mental maupun fisik, mereka
memerlukan dukungan orang tua untuk bisa berintegrasi dengan lingkungan sekitarnya.
Karena lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak, yang
berfungsi sebagai akar dari tumbuh kembangnya anak. (Nuryani et al., 2020)

Kehadiran orang tua dalam kehidupan anak bertujuan untuk memastikan bahwa
kebutuhan dan kepentingan terbaik anak dapat terpenuhi. Orang tua bertindak sebagai
perwakilan anak dalam usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Dalam aspek
hukum, hubungan antara orang tua dan anak dalam lingkup keluarga bergantung pada
"kekuasaan orang tua." (Harisman & Rahmi, 2021) Meskipun istilah "kekuasaan orang tua"
sering salah diartikan sebagai cara untuk mengendalikan kehidupan anak, seharusnya anak
dianggap sebagai anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kedua orang tuanya, bukan
sebagai milik orang tua. (Fadhlillah et al., 2015) Stigma inilah yang membuat orang tua di
luar sana berpikir bahwa mereka merasa berhak untuk melakukan apa saja terhadap anak.
(Kadir & Handayaningsih, 2020)

Hal tersebut merupakan salah satu pintu kepada munculnya ketidakharmonisan yang
ada pada keluarga. Sehingga sangat penting bagi pasangan suami istri untuk memiliki ilmu
mengenai bagaimana cara mendidik anak dengan benar serta sesuai dengan ajaran agama
yang dianut, sebelum akhirnya memutuskan untuk memiliki anak. Sehingga, keharmonisan
dalam hubungan antara orang tua dan anak dapat terealisasikan tanpa adanya pihak yang
terbebani baik secara fisik maupun mental dalam urusan berkeluarga. Orang tua dan anak
dapat memiliki pemahaman yang jelas tentang posisi, peran, dan tugas masing-masing dalam
lingkungan keluarga. Dengan pemahaman ini, diharapkan keduanya dapat menghindari
tindakan yang melanggar hukum baik secara agama atau negara dan berpotensi merugikan
salah satu pihak pada akhirnya. (Kapri, 2020) mengatakan bahwa “Setiap anak berhak
mendapatkan orang tua, namun tidak semua orang tua berhak mendapatkan anak”, sehingga
orang tua perlu mempersiapkan segalanya agar anak dapat berkembang sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku.

Dalam kitab-kitab fiqh, perlindungan anak dijelaskan dengan istilah al-Hadhanah,


yang memiliki makna "asuhan dan perawatan terhadap seorang anak kecil untuk mendidik
dan mengurus semua kebutuhannya." (Qal‘ahji et al. 1999) Secara etimologi, al-Hadhanah
merujuk pada "perawatan dan pengasuhan." (Atabik & Muhdlor. 1996) Selain itu, istilah ini
juga bisa berarti "di samping atau berada di bawah ketiak." Dalam terminologi, al-Hadhanah
merujuk kepada tugas merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz (belum dapat
membedakan antara yang baik dan buruk, kira-kira umur 12 tahun ke bawah) atau yang
kehilangan kecerdasannya, karena mereka tidak bisa mengerjakan keperluan diri sendiri.
(Darwis, 2010)

Ulama memiliki pandangan yang beragam, tetapi sebagian besar sepakat bahwa hak
pemeliharaan anak yang belum mencapai usia mumayyiz sebaiknya diberikan kepada ibu. Hal
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa seorang ibu umumnya lebih mampu dalam
mendidik dan memenuhi kebutuhan anak pada usia muda mereka. Selain itu, ibu sering
dianggap lebih sabar dan teliti daripada ayah, dan biasanya memiliki lebih banyak waktu
untuk menjalankan peran tersebut daripada ayah yang sering sibuk dengan pekerjaannya.
Namun, sebaiknya pemeliharaan anak dan pendidikan mereka akan berjalan dengan baik
ketika kedua orang tua bekerja sama dan saling mendukung. Hal ini akan berfungsi dengan
baik jika keluarga tersebut memang merupakan keluarga yang sakinah mawaddah wa
rahmah. (Darwis, 2010)

PEMBAHASAN
Peran orangtua terhadap anak

Dalam Islam, peran orang tua untuk bertanggungjawab terhadap anak hukumnya
adalah suatu keharusan atau fardhu ‘ain. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun hadits
Nabi Muhammad SAW. Anak yang ketika dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci, akan
meniru kedua orangtuanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasullullah SAW dalam salah satu
haditsnya, yang berbunyi :

ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬


‫ فََأبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه َأوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه َأوْ يُنَصِّ َرانِ ِه‬،‫ط َر ِة‬
Artinya: ‘Setiap anak yang lahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang
menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhari Muslim) ’

Dari hadits diatas, dapat dimaknai bahwa manusia terlahir fitrah. Fitrah pada hadits ini
dimaknai sebagai fitrah dalam menerima Allah SWT sebagai tuhannya. Pada hadits ini juga
dijelaskan bahwa manusia itu terlahir dalam keadaan Islam. Namun manusia dapat
kehilangan kefitrahan agamanya dikarenakan didikan dari kedua orang tua dan juga
lingkungannya.

Dengan mengetahui betapa pentingnya peran orang tua terhadap anak, maka perlu
diketahui apa saja peran yang dapat dilakukan oleh orang tua. Menurut Muthmainnah (2012)
dan Walgito (2004), bentuk-bentuk peran orang tua adalah sebagai berikut:

1. Mendampingi, setiap anak memerlukan perhatian dari kedua orang tuanya, maka dari
itu orang tua harus menyempatkan diri untuk menyisihkan waktunya untuk bermain
bersama anak-anaknya,

2. Menjalin komunikasi, merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan anak dan
orang tua karena komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan keinginan,
harapan, masukan dan dukungan pada anak,
3. Memberikan kesempatan kepada anak atau memberi kepercayaan kepada anak, hal ini
dapat meningkaat kepercayaan diri anak di masa mendatang,

4. Mengawasi, memberi pengarahan dan bimbingan

5. Memberi motivasi dan dorongan, motivasi sangat penting bagi anak karena dapat
menjadikan individu yang semangat dalam mencapai tujuan

6. Menjadi teladan yang baik, Istilah ‘buah tidak jatuh dari pohonnya’ sangat
menggambarkan kondisi anak, mereka akan meniru siapa saja yang ada didekatnya,
sehingga orang tua harus menjadi teladan yang baik agar anak tumbuh menjadi
pribadi yang baik.

Selain peran, orang tua juga memiliki tanggung jawab, menurut Wiyani (2012), ada
beberapa bentuk tanggung jawab orang tua, sebagai berikut :

1. Memelihara dan membesarkan anak,

2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmani maupun rohani dari berbagai
gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak

3. Mendidik dengan ilmu pengetahuan dan keterapmpiran yang berguna bagi hidup
anak, sehingga ketika anak telah dewasa, dia mampu berdiri sendiri.

4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup seorang muslim.

Orang tua juga perlu memahami prinsip-prinsip dasar anak menurut ajaran Islam yang
terdapat pada Al-Qur-an, Menurut Rahmah (2021) ada lima prinsip yang perlu diketahui
orang tua, sebagai berikut:

1. Karena apa yang Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yang harus
ditunaikan (QS. Al-Anfal:27-28), amanah mendidikan anak tidaklah ringan, maka
jagalah amanah dengan sebaik-baiknya sebab Allah menjanjikan balasan pahala yang
besar bagi orang-orang yang senantiasa memelihara amanah

2. Allah tidak membebanimu melampaui kemampuanmu, maka bersungguh-sungguhlah.


(QS. Al-Baqarah ayat 233, At-Tagabun ayat 16, Al-Imran ayat 102, Al-hajj ayat 78),
keinginan mempunyai anak merupakan janji kepada Allah, maka tepatilah janji
dengan mendidik anak sebaik-baiknya.

3. Jangan berharap kebaikan dari anak-anakmu, bila tidak mendidik mereka menjadi
anak-anak yang sholeh. (QS. Hud ayat 46, Maryam ayat 59), upaya mendidik anak
adalah kewajiban yang dibebankan kepada orang tua dengan hasil mutlak dalam
ketentuan Allah.
4. Didiklah anak-anakmu sesuai fitrahnya. (QS. Ar-Rum ayat 30), pentingnya
keteladanan orang tua dalam mendidik anak-anaknya yang mensyaratkan satunya kata
dan perbuatan.

5. Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkanmu. (QS. Al-Hijr ayat 99),
orang tua sebagai penanggung jawab dalam mendidik anak tidak semata-mata berfikir
hasil akhir dari usahanya, sebab yang menentukan semuanya adalah Allah.

Etika anak terhadap orangtua

Adab sama artinya dengan perilaku mulia atau akhlakul karimah. Islam mengajarkan
umatnya senantiasa memperhatikan adab dalam keseharian, termasuk pada kedua orangtua.
Mengutip dari buku Berguru Adab Kepada Imam karya Malik Masykur Lc, ahli bahasa
mengartikan adab sebagai kepandaian dan ketepatan mengurus segala sesuatu. Secara istilah,
adab berarti norma atau perilaku sopan santun kepada orang lain.

Suhendri, Ahmad Syukri, dan Abdul Fatah melalui bukunya yang berjudul Pelajaran
Adab Islam 2 menyebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua atau birrul walidain
termasuk ke dalam naluri dan fitrah setiap manusia. Dalam jiwa mereka telah tertanam sikap
cinta dan hormat kepada kedua orangtua (Anisa Rizki Febriani, 2023).

Menurut Imam Al- Ghazali dalam risalah yang berjudul Al-Adab fid Diin yang
terdapat dalam buku Majmu’ah Rasail. Mengenai adab seorang anak kepada orangtuanya
yaitu :

1. Mendengar kata-kata orang tua

Seorang anak perlu mendengar dengan baik saat orang tua berbicara. Khususnya jika
pembicaraan tersebut adalah pembicaraan serius atau nasihat. Jika seorang anak
berencana untuk memotong pembicaraan orang tua, akan lebih baik jika anak
meminta izin terlebih dahulu.

2. Berdiri ketika orangtua berdiri

Selain sebagai bentuk sopan santun, hal ini juga menunjukkan kesiapan anak untuk
membantu. Jika sewaktu-waktu membutuhkan bantuan, maka anak bisa segera
memberi bantuan. Sebaliknya, jika orangtua sudah duduk, maka sebaiknya anak juga
ikut duduk.

3. Mematuhi perintah orang tua

Selama orangtua memberikan perintah yang tidak bertentangan dengan aturan Allah,
maka anak wajib mengikutinya. Selain itu, jika perintah orang tua melebihi
kemampuan anak, maka seorang anak perlu berusaha semampunya atau menolak
dengan cara yang baik jika memang benar-benar terpaksa harus menolak.

4. Memenuhi panggilan orangtua


Begitu anak mendengar orang tua memanggilnya, maka ia harus segera datang.
Bahkan jika ia sedang melaksanakan shalat sunnah, tidak menjadi kesalahan jika
membatalkan shalat tersebut untuk memenuhi panggilan orang tua.

5. Merendah dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan

Kerendahan hati kepada orang tua tetap harus dijaga meskipun sang anak sudah lebih
alim dan pintar dari orangtuanya. Selain itu, rasa hormat ini tetap harus ada meskipun
dahulu orang tua tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan anak. Dan seorang anak juga
harus memahami keterbatasan dan kemampuan orang tua, sehingga tidak menuntut
sesuatu yang dapat menyusahkan orang tuanya.

6. Tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada orangtua

Seorang anak harus memahami bahwa orang tua sudah mengasuh dan
membesarkannya tanpa lelah. Sehingga, seorang anak wajib berbuat baik dan
berusaha menyenangkan hati orangtua dengan melakukan apa yang orang tua minta.

7. Tidak memandang dengan rasa curiga

Seorang anak harus selalu menjaga prasangka baik kepada orang tua. Jika ada sesuatu
yang ingin diketahui dari orang tua, jangan bertanya dengan pertanyaan yang terkesan
curiga. Usahakan pertanyaan yang disampaikan tetap baik dan tidak menyakiti hati.

Ketujuh adab diatas adalah minimal dan harus diketahui dan dilaksanakan oleh anak.
Semakin dewasa usia seorang anak, semakin besar tuntutan kepadanya untuk memperhatikan
dan mengamalkan ketujuh adab itu. Orangtua mempunyai peran yang sangat besar untuk hal
ini. Maka dari itu orang tua diberikan tugas untuk mengajarkan anaknya agar berperilaku baik
kepada kedua orang tuanya maupun orang yang lebih tua. Dan perilaku ini juga yang akan
menjadi tolak ukur anak tersebut adalah anak yang baik atau tidak.

Sikap anak terhadap orangtua yang mengajak kepada keburukan

Berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada mereka tentu adalah kewajiban
seorang anak. Namun perlu diketahui tidak seluruh perintah orang tua harus ditaati. Jika
mereka memerintahkan untuk berbuat syirik, maksiat, dan bid’ah, maka tidaklah seorang
anak memberi ketaatan kepada keduanya.

Allah Ta’ala berfirman :

‫اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفا ً َواتَّبِ ْع َسبِي َل‬
ِ ‫ص‬َ ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما َو‬
َ َ‫ْس ل‬
َ ‫ك بِي َما لَي‬ َ ‫ك عَلى َأن تُ ْش ِر‬ َ ‫َوِإن َجاهَدَا‬
‫ُأ‬
َ‫ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَ نَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
َّ َ‫ي ثُ َّم ِإل‬ َ ‫َم ْن َأن‬
َّ َ‫َاب ِإل‬
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.“ (Luqman : 15)

Ayat tersebut memiliki faidah sebagai berikut:

1. Tidak boleh mentaati kedua orang tua ketika mereka memerintahkan untuk
melakukan perbuatan syirik. Ini juga mencakup larangan untuk mentaati
perintah-perintah kemaksiatan lainnya yang mereka berikan.
2. Meskipun kedua orang tua melakukan perbuatan kefasikan dan kekufuran, hal
tersebut tidak menggugurkan kewajiban kita untuk tetap berbuat baik kepada mereka.
3. Allah memerintahkan agar kita tetap berbuat baik kepada mereka, meskipun mereka
kafir dan memerintahkan kita untuk berbuat kekafiran.

Kewajiban kita adalah mengikuti jalannya orang-orang yang beriman. Apabila orang
tua menyuruh untuk berbuat syirik, maka Allah melarang untuk mentaatinya. Allah
berfirman:

‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما‬


َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ك عَلى َأن تُ ْش ِر‬
َ ‫ك بِي َما لَي‬ َ ‫َوِإن َجاهَدَا‬

“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya !“

Dalam firman Allah (‫“ )فَاَل تُ ِط ْعهُ َما‬janganlah kamu mentaati keduanya” terdapat faedah
yaitu tidak boleh mentaati kedua orang tua dalam ikut serta perbuatan syirik karena tidak
adanya toleransi ketaatan kepada makhluk dalam perbuatan maksiat kepada Allah Al Khaliq.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya
menyebutkan bahwasanya mengikuti perintah orang tua dalam perbuatan syirik bukanlah
termasuk perbuatan ihsan (berbuat baik) kepada keduanya. Hak Allah lebih diutamakan dan
didahulukan daripada hak siapapun. (Tafsir Al Kariimi Rahman)

Apabila terdapat orang tua yang musyrik, seorang anak tetap diwajibkan berbuat baik
kepadanya. Dalam lanjutan ayat Allah berfirman :

ً ‫اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفا‬


ِ ‫ص‬َ ‫َو‬
“ … dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik“ (Luqman : 15)

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya bahwa penting untuk tetap
berbuat baik kepada orang tua, meskipun mereka kafir. Allah mengarahkan kita untuk tetap
memperlakukan mereka dengan baik di dunia ini. Namun, kita tidak boleh mengikuti mereka
dalam kekufuran dan maksiat. Salah satu bentuk berbuat baik kepada orang tua yang kafir
adalah dengan memberikan bantuan finansial jika mereka membutuhkannya. Selain itu, kita
juga harus berbicara dengan lemah lembut kepada mereka, berusaha untuk mendakwahi
mereka, dan mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah Islam.

Kemudian Allah perintahkan:


َ‫ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَُأنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
َّ َ‫ي ثُ َّم ِإل‬ َ ‫َواتَّبِ ْع َسبِي َل َم ْن َأن‬
َّ َ‫َاب ِإل‬
“ .. dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.“ (Luqman : 15)

Artinya, kita diarahkan untuk mengikuti dan mendukung orang-orang yang telah
bertaubat kepada Allah. Mereka telah meninggalkan praktik syirik dan memperkuat iman
mereka dengan mengikuti ajaran tauhid. Mereka juga telah meninggalkan perbuatan maksiat
dan berusaha menjadi taat kepada Allah. Selain itu, mereka telah meninggalkan perilaku yang
buruk dan berusaha untuk hidup dengan istiqomah dan taqwa. Kita diingatkan untuk berada
di sisi mereka dan memberikan dukungan dalam perjalanan mereka menuju kebaikan dan
kebenaran.

Pandangan Al-Quran dan Hadist terhadap sikap anak kepada orangtua

Orang Tua adalah orang pertama yang akan dikenal oleh anak. Jasa orang tua
terhadap anak begitu besar. Jadi sudah seharusnya seorang anak tahu bagaimana caranya
berbakti kepada ayah dan ibunya. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman:

‫ك ْال ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َما َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل‬


َ ‫ك َأاَّل تَ ْعبُ ُدوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬ َ َ‫َوق‬
‫ف َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬ ٍّ ‫تَقُلْ لَهُ َما ُأ‬

Artinya: “Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah


melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan
sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut
disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak
keduanya.” (QS. Al-Isra : 23)

‫صلُهٗ ثَ ٰلثُوْ نَ َش ْهرًا‬ ٰ ِ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا ۗ َو َح ْملُهٗ َوف‬ َ ‫ص ْينَا ااْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه اِحْ َسانًا ۗ َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ ُكرْ هًا َّو َو‬ َّ ‫َو َو‬
ٰ َّ ۙ
َ َ‫ۗ َح ٰتّ ٓى اِ َذا بَلَ َغ اَ ُش َّد ٗه َوبَلَ َغ اَرْ بَ ِع ْينَ َسنَةً قَا َل َربِّ اَوْ ِز ْعنِ ْٓي اَ ْن اَ ْش ُك َر نِ ْع َمت‬
‫ي َوعَلى‬ َّ َ‫ك التِ ْٓي اَ ْن َع ْمتَ َعل‬
َ‫ك َواِنِّ ْي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬َ ‫ْت اِلَ ْي‬ُ ‫ضىهُ َواَصْ لِحْ لِ ْي فِ ْي ُذرِّ يَّتِ ۗ ْي اِنِّ ْي تُب‬ ٰ ْ‫صالِحًا تَر‬ َ ‫ي َواَ ْن اَ ْع َم َل‬ َّ ‫َوالِ َد‬

Artinya: "Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila
telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, "Wahai
Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau
ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim." (QS. Al Ahqaf :
15).
‫ك‬ َ ِ‫ص ْينَا ااْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ َو ْهنًا ع َٰلى َو ْه ٍن َّوف‬
َ ۗ ‫صالُهٗ فِ ْي عَا َمي ِْن اَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوالِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬
ِ ‫ي ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ َّ َ‫اِل‬

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu” (QS. Luqman:14)

۟ ۟
ِ ‫َوٱ ْعبُ ُدوا ٱهَّلل َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِِۦه َش ْيـًٔا ۖ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن ِإحْ ٰ َسنًا َوبِ ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ْٱل َم ٰ َس ِك‬
ِ ‫ين َو ْٱل َج‬
‫ار ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى‬
‫ت َأ ْي ٰ َمنُ ُك ْم ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ َمن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬ ْ ‫يل َو َما َملَ َك‬ِ ِ‫ب َوٱب ِْن ٱل َّسب‬ ِ ‫ب بِ ْٱل َج ۢن‬ ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوٱلص‬ ِ ُ‫ار ْٱل ُجن‬ِ ‫َو ْٱل َج‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa: 36)

۟ ُ‫ق بَنِ ٓى ْس ٰ َٓر ِءي َل اَل تَ ْعبُ ُدونَ اَّل ٱهَّلل َ َوب ْٱل ٰ َولِ َديْن حْ َسانًا َو ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱليَ ٰتَم ٰى َو ْٱلم ٰ َس ِكين َوقُول‬
‫وا‬ ِ َ َ ‫ِ ِإ‬ ِ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ َ َ‫َوِإ ْذ َأخ َْذنَا ِمي ٰث‬
۟ ۟ ‫لِلنَّاس ُح ْسنًا َوَأقِي ُم‬
َ‫ْرضُون‬ ِ ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُوا ٱل َّز َك ٰوةَ ثُ َّم تَ َولَّ ْيتُ ْم ِإاَّل قَلِياًل ِّمن ُك ْم َوَأنتُم ُّمع‬
َّ ‫وا ٱل‬ ِ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. ” (QS Al-Baqarah: 83)

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan akhlak yang sangat melekat diantara
pada nabi, para sahabat dan orang-orang yang shaleh baik terdahulu maupun yang kemudian.
Akhlak ini pun tidak hanya ada dalam islam melainkan juga oleh agama diluar islam dibawah
ini adalah hadits tentang birrul walidain.

‫ت‬ ِ ‫ض َى هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َرس‬


ُ ‫ُول هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم فَقَا َل ِجْئ‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو َر‬
‫ك َعلَى ْال ِهجْ َر ِة‬ َ ‫ُأبَايِ ُع‬
‫ان فَقَا َل ارْ ِج ْع فََأضْ ِح ْكهُ َما َك َما َأ ْب َك ْيتَهُ َما‬
ِ َ‫ى يَ ْب ِكي‬ َّ ‫ت َأبَ َو‬
ُ ‫َوتَ َر ْك‬

Artinya: “Dari sahabat Abdullah bin Amr ra, ia bercerita, seorang sahabat mendatangi
Rasulullah saw dan mengatakan, ‘Aku datang kepadamu untuk berbaiat hijrah dan
kutinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Rasul menjawab, ‘Pulanglah,
buatlah keduanya tertawa sebagaimana kau membuat mereka menangis,’” (HR Abu Dawud).

‫العمل‬
ِ ُّ‫قلت يَا رسو َل هللا َأي‬
ُ ‫سألت رسو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه‬
ِ‫سبيل هللا‬
ِ ِ ‫قلت ثُ َّم َأيٌّ قال‬
‫الجها ُد في‬ ُ ‫ض ُل قال الصالةُ على ِميْقاتِها قُ ْل‬
ُ ‫ت ثُ َّم َأيٌّ قال ثُ َّم بِرُّ الوالِ َدي ِْن‬ َ ‫أف‬
Artinya: “Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud ra, ia bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai
Rasulullah, apakah amal paling utama?’ ‘Shalat pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia bertanya
lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia lalu bertanya lagi,
‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya,” (HR Bukhari dan Muslim).

ُ‫ض َى هَّللا ُ َع ْنهُ َما يَقُو ُل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّبِ ِّى صلى هللا عليه وسلم فَا ْستَْأ َذنَه‬ ِ ‫عن َعبْد هَّللا ِ ْبنَ َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬
ِ ‫اص َر‬
‫فِى ْال ِجهَا ِد فَقَا َل لَهُ َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َأ َح ٌّى َوالِدَاكَ؟ قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد‬

Artinya: “Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash ra, seorang sahabat mendatangi
Rasulullah saw lalu meminta izin untuk berjihad. Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?’ ‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah saw mengatakan, ‘Pada
(perawatan) keduanya, berjihadlah,’” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i,
dan Ibnu Majah).

Hadits dari Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:


“Siapa yang berbakti kepada orang tuanya, dia akan mendapat keberuntungan dan Allah
SWT akan menambah panjang umurnya.” (HR Bukhari, Abu Yala, Thabrani, dan Hakim).

Salman al-Farisi juga meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, Qadha Allah tidak akan
diubah kecuali dengan doa dan umur tidak akan bertambah kecuali dengan berbakti kepada
orang tua” (HR Tirmidzi).

KESIMPULAN

Keberadaan anak dianggap sebagai cita-cita dan aspirasi penting dalam sebuah
keluarga, membawa kebahagiaan, dan memperkuat ikatan orang tua. Namun, perlu diingat
bahwa anak bukanlah milik orang tua, melainkan anugerah Tuhan yang memerlukan
perlindungan dan perawatan. Stigma yang salah tentang "kekuasaan orang tua" dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Oleh karena itu, pasangan suami istri perlu
memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana mendidik anak sesuai dengan ajaran
agama sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Dalam pandangan fiqh, pemeliharaan
anak yang belum mencapai usia mumayyiz sebaiknya diberikan kepada ibu, tetapi peran
kedua orang tua sangat penting. Keselarasan dalam keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
adalah kunci untuk mendidik anak dengan baik. Dengan demikian, pemahaman ini
diharapkan mencegah pelanggaran hukum dan merugikan salah satu pihak.

Allah telah memberikan peran dan tanggung jawab kepada orang tua terhadap
anak-anak mereka. Menurut ajaran agama, orang tua memiliki kewajiban untuk memelihara,
melindungi, mendidik, dan membimbing anak-anak mereka dengan baik. Selain itu, juga
ditekankan etika anak terhadap orang tua, termasuk berbakti, mendengarkan dengan baik,
mematuhi perintah, merendah diri, dan menjaga prasangka baik. Dalam Islam, perilaku ini
dianggap sangat penting, dan orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan
anak-anak mereka tentang adab ini. Agama Islam sangat menekankan tentang betapa
pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter dan moral anak-anak.
Anak-anak juga memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua menurut ajaran
Islam, namun tentunya kewajiban berbakti tersebut tidak boleh bertentangan dengan
prinsip-prinsip tauhid (keimanan kepada Allah). Dalam Islam, berbakti kepada kedua orang
tua adalah perintah suci yang harus dipatuhi, selama perintah tersebut tidak melibatkan
perbuatan syirik, maksiat, atau bid'ah. Kedua orang tua harus dihormati dan diperlakukan
dengan baik, bahkan jika mereka mungkin tidak beriman atau melakukan dosa. Anak-anak
juga diarahkan untuk mendukung dan mengikuti orang-orang yang telah bertaubat kepada
Allah serta meninggalkan perilaku buruk. Berbagai ayat Al-Quran dan hadits juga
menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua dan menegaskan bahwa ketaatan kepada
Allah selalu harus menjadi prioritas utama, tanpa mengesampingkan kewajiban untuk berbuat
baik kepada orang tua.

DAFTAR PUSTAKA
Harisman, H., & Rahmi, A. (2021). Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak dalam Perspektif
Perlindungan Anak. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan Humaniora,
1(1), 923–928. https://doi.org/10.53695/sintesa.v1i1.437

Fadhlillah, D. F., Raharjo, S. T., & Ishartono, I. (2015). PEMENUHAN HAK ANAK
DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN PROSTITUSI. Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1). https://doi.org/10.24198/jppm.v2i1.13262

Nuryani, P., Syaripudin, T., Setiasih, O., Kurniasih, Hendriani, A., & Robandi, B. (2020).
Pengantar Pendidikan. UPI Press.

Kadir, A., & Handayaningsih, A. (2020). Kekerasan Anak dalam Keluarga. WACANA, 12(2),
133–145. https://doi.org/10.13057/wacana.v12i2.172

Kapri, V. (2020, November 7). X (Formerly Twitter).


https://twitter.com/vinodkapri/status/1325013446379798528?lang=en

Qal'ahji, M. R., & Mujieb, M. A. (1999). Ensiklopedi fiqih Umar bin khathab ra. PT Raja
Grafindo Persada.

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Qamus Karabiyak Al-‘Ashri: ‘Arab - Indonesia (Cet.
1; Yogyakarta: Yayasan Ali Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996), h. 775.

Darwis, R. (2010). Fiqh Anak di Indonesia. Al-Ulum, 10(1), 119–140.

Adab Seorang Anak Kepada Orang Tua Menurut Imam Al-Ghazali. (2020). Paud IT Al
Hasanah Bengkulu.
https://paudit.alhasanah.sch.id/pengetahuan/adab-anak-orang-tua-imam-al-ghazali/

Anisa Rizki Febriani. (2023). 6 Adab Terhadap Orang Tua Menurut Islam, Perhatikan Ya!
Baca artikel detikhikmah, “6 Adab Terhadap Orang Tua Menurut Islam, Perhatikan
Ya!” selengkapnya
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6836380/6-adab-terhadap-orang-tua-men
urut-islam-perhatikan-ya. Download Apps Detikcom Sekarang
https://apps.detik.com/detik/. DetikHikmah.

Diana, A. N. (n.d.).

9 Hadits tentang Keutamaan Berbakti pada Orang Tua . (2022). NuOnline.

A. (n.d.).

Adab Seorang Anak Kepada Orang Tua Menurut Imam Al-Ghazali. (2020). Paud IT Al
Hasanah Bengkulu.
https://paudit.alhasanah.sch.id/pengetahuan/adab-anak-orang-tua-imam-al-ghazali/

Anisa Rizki Febriani. (2023). 6 Adab Terhadap Orang Tua Menurut Islam, Perhatikan Ya!
Baca artikel detikhikmah, “6 Adab Terhadap Orang Tua Menurut Islam, Perhatikan
Ya!” selengkapnya
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6836380/6-adab-terhadap-orang-tua-men
urut-islam-perhatikan-ya. Download Apps Detikcom Sekarang
https://apps.detik.com/detik/. DetikHikmah.

Rajawali. (n.d.).

Lusiana Mustinda. (2021). Surat Al-Isra Ayat 23-24 Tentang Pentingnya Berbakti Kepada
Kedua Orang Tua . Detik.Com.

maal hikmah. (2020). 6 Kedudukan Anak dalam Islam.

Muchlisin Riadi. (2022). Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua.

nuOnline. (2017). Tujuh Adab Anak kepada Orang Tua Menurut Imam al-Ghazali Sumber:
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tujuh-adab-anak-kepada-orang-tua-menurut-im
am-al-ghazali-UPTtU ___ Download NU Online Super App, aplikasi keislaman
terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS).

Anda mungkin juga menyukai