Anda di halaman 1dari 15

KETENTUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh:
RHENATA DWI SUCAHYO
XI REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3
Guru Pembimbing:
ABDUL MANAN, S.Pd

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SMKN 2 Kraksaan
Jl. Diponegoro No. 05 Sidomukti Telp. (0335) 846407 Fax. 846407 Probolinggo 67282
Website : www.smkn2kraksaan.sch.id email : smkn2kraksaan@gmail.com
KATA PENGANTAR

Latar belakang ketentuan pernikahan dalam Islam didasarkan pada ajaran Al-
Qur'an dan Sunnah (tradisi dan tindakan Nabi Muhammad SAW). Pernikahan
dianggap sebagai ibadah dan institusi yang sakral dalam Islam, serta merupakan bagian
penting dalam menciptakan keluarga yang stabil. Al-Qur'an menegaskan pentingnya
pernikahan dalam surat An-Nur (24:32): "Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (bernikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memberi kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya..."

Pernikahan dalam Islam memiliki tujuan untuk melindungi keturunan, menjaga


kehormatan dan moral, serta menyatukan dua individu dalam ikatan yang diakui oleh
agama. Syarat pernikahan termasuk izin dari wali (walimah), mahar, serta persetujuan
dan kesepakatan antara calon pengantin. Semua ketentuan ini dirancang untuk
memastikan pernikahan berlangsung dengan adil, diikuti oleh tanggung jawab,
penghargaan, dan cinta antara suami dan istri, sejalan dengan prinsip-prinsip Islam
yang mengajarkan perdamaian, kasih sayang, dan keadilan dalam kehidupan
berkeluarga.
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
A. Ketentuan Pernikahan dalam Islam ............................................................ 6
1. Pengertian Pernikahan ............................................................................. 6
2. Dalil Naqli tentang Pernikahan ............................................................... 7
3. Tujuan Pernikahan .................................................................................. 7
4. Hukum Pernikahan .................................................................................. 8
5. Memilih pasangan dalam pernikahan...................................................... 9
6. Ketentuan pernikahan............................................................................ 10
7. Talak dan iddah ..................................................................................... 11
8. Rujuk ..................................................................................................... 12
9. Pernikahan menurut undang-undang No.01 tahun 1974 dan undang-
undang No.16 tahun 2019 ............................................................................ 12
10. Hikmah pernikahan dalam Islam ....................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan dalam Islam adalah institusi suci yang memiliki ketentuan-
ketentuan khusus yang diatur dalam ajaran agama. Hal ini menjadi penting
karena pernikahan bukan hanya sekadar ikatan sosial, tetapi juga merupakan
upaya untuk mencapai ketentraman dan keberlanjutan kehidupan berkeluarga.
Dalam Islam, ketentuan pernikahan mengandung nilai-nilai moral, spiritual,
dan hukum yang memberikan landasan bagi kehidupan berumah tangga yang
seimbang dan harmon
Pentingnya membahas ketentuan pernikahan dalam Islam tidak hanya
sebatas keinginan untuk memahami ajaran agama, tetapi juga karena
pernikahan adalah satu dari lima pilar Islam. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang ketentuan pernikahan menjadi krusial bagi umat Islam untuk
menjalankan ajaran agama dengan benar dan meraih keberkahan dalam
kehidupan berkeluarga.
Pertimbangan untuk menyelesaikan masalah ini berasal dari
pemahaman bahwa dalam era modern ini, di mana tantangan dan godaan
terhadap institusi pernikahan semakin kompleks, penting untuk memahami
ketentuan pernikahan dalam Islam secara holistik. Penyelesaian masalah ini
diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi umat Islam dalam
menjalankan pernikahan mereka dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama
sebagai dasar kehidupan berumah tangga.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Al-Qur’an dan sunnah membentuk ketentuan pernikahan


dalam Islam?
2. Bagaimana hukum pernikahan dalam Islam?
3. Apa peran wali dalam proses pernikahan menurut Islam?
4. Apa rukun dan syarat pernikahan dalam Islam?

C. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana Al-Qur’an dan sunnah membentuk
ketentuan dan pernikahan.
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
3. Untuk meningkatkan kesadaran akan peran wali dalam pernikahan.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ketentuan Pernikahan dalam Islam


Pernikahan dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai sekadar ikatan
sosial antara dua individu, tetapi juga sebagai sebuah institusi suci yang
membawa berkah dan memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Diatur oleh
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah
Rasulullah SAW, pernikahan menjadi landasan utama dalam membangun
keluarga yang harmonis dan masyarakat yang beradab.

Dalam ajaran Islam, pernikahan dipandang sebagai ibadah yang memiliki


tujuan mulia. Ia merupakan cara untuk mencari keridhaan Allah SWT, serta
untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan umat manusia. Dengan
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, pernikahan
menjadi sarana untuk mewujudkan visi Islam dalam membangun masyarakat
yang sejahtera dan penuh kasih sayang.

1. Pengertian Pernikahan
Imam Ahmad bin Umar Asy-Syatiri dalam Kitab al-Yaqut al-Nafis
(2011: 215) mendefinisikan nikah secara bahasa berarti menggabungkan
dan berkumpul. Sedangkan menurut istilah syariat, nikah ialah suatu akad
yang menjadikan bolehnya seorang laki-laki dan perempuan melakukan
hubungan suami dan istri. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 menjelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kata lain pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk
hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui akad yang dilakukan
menurut aturan hukum syariat Islam yang mengakibatkan timbulnya hak
dan kewajiban di antara masing-masing pihak
2. Dalil Naqli tentang Pernikahan
Dalil naqli atau dalil dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW
menggarisbawahi pentingnya pernikahan dalam Islam. Al-Quran banyak
menyebutkan tentang pernikahan sebagai tindakan yang diberkahi oleh
Allah SWT. Rasulullah SAW juga memberikan contoh-contoh dalam
kehidupan beliau tentang bagaimana menjalani pernikahan yang harmonis
dan penuh berkah.
3. Tujuan Pernikahan
Pernikahan dalam Islam bukan sekadar perjanjian antara dua
individu, tetapi merupakan institusi yang memiliki tujuan-tujuan yang
sangat mulia dan mendalam. Tujuan-tujuan tersebut memperlihatkan
bahwa pernikahan dalam Islam bukan hanya mengenai kepentingan
individu, tetapi juga tentang membangun hubungan yang kuat dengan
Allah SWT serta masyarakat yang berkeadilan.

A.Membentuk Keluarga yang Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah


Tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah untuk membentuk
keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sakinah, yang berarti
ketenangan dan kedamaian dalam rumah tangga, menciptakan lingkungan
yang harmonis dan tenteram bagi anggota keluarga. Mawaddah, atau cinta
dan kasih sayang yang dalam, menguatkan ikatan emosional antara suami
dan istri, serta memperkukuh kebersamaan dalam menjalani kehidupan.
Rahmah, yang berarti belas kasih dan pengertian, mengajarkan kepada
pasangan suami istri untuk saling memaafkan, saling memahami, dan
saling mendukung dalam segala hal.
B. Melanjutkan Keturunan
Pernikahan dalam Islam juga bertujuan untuk melanjutkan
keturunan. Melalui pernikahan, pasangan suami istri memiliki tanggung
jawab untuk mendidik dan membimbing generasi penerus dengan nilai-
nilai yang Islami. Dengan demikian, pernikahan tidak hanya menciptakan
ikatan antara suami dan istri, tetapi juga mengakar dalam keluarga yang
besar dan memperkaya umat manusia.

C. Menjaga Kehormatan
Salah satu tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menjaga
kehormatan. Suami dan istri diharapkan menjaga martabat dan harga diri
satu sama lain, serta menghormati norma-norma sosial yang berlaku.
Dengan demikian, pernikahan menjadi landasan bagi pembentukan
karakter yang baik dan menjaga integritas keluarga.

4. Hukum Pernikahan
Dalam ajaran Islam, pernikahan dianggap sebagai langkah yang
membawa berkah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan
menjalani pernikahan yang sesuai dengan ajaran-Nya, seseorang dapat
memperoleh keberkahan dalam kehidupan rumah tangga, serta
mendapatkan keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Meskipun pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, namun tidak
diwajibkan secara mutlak. Ada beberapa kondisi di mana seseorang
mungkin tidak melangsungkan pernikahan, seperti kondisi kesehatan yang
tidak memungkinkan, ketidakmampuan finansial, atau karena alasan lain
yang sah. Namun demikian, bagi mereka yang telah siap secara fisik,
mental, dan finansial, pernikahan adalah langkah yang dianjurkan untuk
diambil.
Sebelum memasuki ikatan pernikahan, seseorang diharapkan untuk
mempersiapkan diri secara matang, baik dari segi fisik, mental, maupun
finansial. Persiapan ini tidak hanya mencakup kesiapan dalam menjalani
peran sebagai suami atau istri, tetapi juga dalam memahami dan menerima
tanggung jawab yang akan diemban dalam membentuk sebuah keluarga.

5. Memilih pasangan dalam pernikahan


Dalam Islam, memilih pasangan hidup adalah sebuah keputusan yang
sangat penting dan dianggap sebagai hak serta tanggung jawab setiap
individu. Proses pemilihan pasangan hidup merupakan langkah awal yang
akan membentuk dasar dari kehidupan rumah tangga yang harmonis dan
berbahagia. Agama, akhlak, dan kecocokan menjadi pertimbangan utama
dalam memilih pasangan hidup menurut ajaran Islam.

A. Agama: Keimanan dan kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi


landasan utama dalam memilih pasangan hidup menurut Islam. Pasangan
hidup yang memiliki keyakinan dan praktek agama yang sejalan akan
membantu membangun keluarga yang berorientasi pada nilai-nilai
keagamaan.

B. Akhlak: Akhlak yang baik merupakan kriteria penting dalam memilih


pasangan hidup dalam Islam. Sikap jujur, bertanggung jawab, rendah hati,
dan memiliki etika yang baik menjadi indikator penting dalam menilai
karakter seseorang. Pasangan yang memiliki akhlak yang baik akan saling
menghargai, memahami, dan mendukung satu sama lain dalam kehidupan
rumah tangga.

C. Kecocokan: Selain agama dan akhlak, kecocokan antara calon suami


dan istri juga menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan hidup
menurut ajaran Islam. Kecocokan dalam hal minat, tujuan hidup, serta cara
pandang terhadap kehidupan akan membantu membangun hubungan yang
harmonis dan saling mendukung.

6. Ketentuan pernikahan
Ketentuan pernikahan dalam Islam adalah landasan yang penting
untuk memastikan bahwa pernikahan dilakukan sesuai dengan ajaran
agama dan hukum syariat. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar pernikahan dianggap sah menurut syariat Islam, antara lain:

A. Kesepakatan Kedua Belah Pihak: Pernikahan dalam Islam harus


didasarkan pada kesepakatan dan persetujuan yang bebas dari kedua belah
pihak yang akan menikah. Artinya, calon pengantin wanita dan pria harus
secara sukarela setuju untuk menjalani ikatan pernikahan tersebut tanpa
paksaan dari pihak manapun.

B. Wali Nikah bagi Wanita yang Belum Menikah: Dalam Islam, wanita
yang belum menikah memerlukan wali nikah sebagai perwakilan atau
walinya untuk melangsungkan pernikahan. Wali nikah ini biasanya adalah
ayahnya, namun jika ayah tidak ada, maka wali nikah dapat diwakilkan
oleh wali yang sah lainnya seperti kakek, saudara laki-laki tertua, atau
qadhi (hakim Islam).

C. Mas Kawin sebagai Hak bagi Wanita yang Dinikahi: Mas kawin
merupakan uang atau harta yang diberikan oleh suami kepada istri sebagai
bagian dari haknya dalam pernikahan. Mas kawin ini tidak hanya menjadi
simbol kehormatan dan pengakuan terhadap pernikahan, tetapi juga
sebagai bentuk perlindungan terhadap hak-hak wanita.
7. Talak dan iddah
Dalam Islam, talak adalah hak yang diberikan kepada suami untuk
menceraikan istrinya. Talak merupakan tindakan serius dan dianggap
sebagai langkah terakhir dalam menyelesaikan konflik dalam rumah
tangga. Meskipun diperbolehkan, talak bukanlah hal yang diinginkan dan
diharapkan, karena ia dapat mengakibatkan dampak sosial dan emosional
yang besar, baik bagi suami, istri, maupun anak-anak mereka.
Proses talak harus dilakukan dengan penuh pertimbangan dan dalam
keadaan yang tenang serta penuh kesadaran. Terdapat beberapa prosedur
yang harus diikuti dalam memberlakukan talak, termasuk memberikan
pemberitahuan secara jelas kepada istri dan mematuhi ketentuan-ketentuan
hukum Islam yang berlaku.
Setelah talak diberlakukan, wanita yang telah diceraikan akan
memasuki masa tunggu yang disebut iddah. Iddah adalah masa tunggu
yang harus dilewati oleh wanita setelah perceraian sebelum ia dapat
menikah kembali atau melakukan tindakan-tindakan tertentu. Masa iddah
ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1) Menjamin tidak adanya kehamilan: Iddah memberikan jaminan
bahwa tidak ada kehamilan dari mantan suami sehingga keturunan
tetap jelas asal-usulnya.
2) Menjaga kesucian: Iddah juga menjaga kesucian dan menjaga
agar hubungan antara mantan suami dan mantan istri tidak
dipertanyakan.
3) Memberi waktu untuk rekonsiliasi: Masa iddah memberi
kesempatan bagi pasangan untuk merefleksikan pernikahan
mereka, dan mungkin saja ada kesempatan untuk rujuk.
8. Rujuk
Rujuk merupakan proses rekonsiliasi antara suami dan istri setelah
terjadi perceraian dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam syariat Islam. Dalam Islam, rujuk diperbolehkan sebagai upaya
terbaik untuk mempertahankan keluarga dan keutuhan rumah tangga.
Rujuk juga dilihat sebagai bentuk kesempatan kedua bagi pasangan untuk
memperbaiki hubungan mereka dan mengatasi konflik yang muncul.
Proses rujuk dalam Islam biasanya melibatkan kesepakatan antara
suami dan istri untuk kembali menjalani kehidupan berumah tangga dengan
penuh kesadaran dan komitmen. Dalam proses ini, penting untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin menjadi penyebab
perceraian sebelumnya serta membangun komunikasi yang lebih baik dan
saling memahami.
Rujuk dapat menjadi momen penting bagi kedua belah pihak untuk
merenungkan dan memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi, serta untuk
memperkuat ikatan emosional dan spiritual di antara mereka. Hal ini juga
merupakan wujud dari pengampunan dan kedermawanan, yang merupakan
nilai-nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam.

9. Pernikahan menurut undang-undang No.01 tahun 1974 dan undang-


undang No.16 tahun 2019
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
perubahan yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 16 Tahun 2019
adalah pijakan utama dalam mengatur tata cara pernikahan dan perceraian
dalam hukum positif di Indonesia. Undang-undang tersebut merupakan
instrumen hukum yang penting dalam menegakkan prinsip-prinsip
keadilan, perlindungan hak-hak perempuan, pengakuan hak-hak anak, serta
memastikan bahwa praktek-praktek pernikahan sesuai dengan nilai-nilai
agama dan norma-norma sosial yang berlaku.Undang-undang tersebut
tidak hanya menetapkan persyaratan formal yang harus dipenuhi untuk
sahnya suatu pernikahan, tetapi juga mengatur hak-hak dan kewajiban
kedua belah pihak dalam pernikahan, termasuk hak-hak perempuan, hak-
hak anak, serta tata cara dalam proses perceraian.
Prinsip-prinsip dasar dalam Islam juga menjadi pertimbangan
penting dalam pembuatan undang-undang tersebut. Meskipun Indonesia
adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, undang-
undang tersebut harus mengakomodasi keberagaman agama dan
kepercayaan dalam masyarakat. Oleh karena itu, undang-undang tersebut
berusaha menjaga keseimbangan antara nilai-nilai agama, hukum positif,
dan kepentingan sosial masyarakat.
Dalam hal ini, perlindungan terhadap hak-hak perempuan menjadi
aspek yang sangat penting. Undang-undang tersebut harus menjamin
bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam pernikahan, termasuk
hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga,
hak atas harta dan warisan, serta hak untuk mengajukan perceraian jika
diperlukan.
Pengakuan terhadap hak-hak anak juga menjadi fokus utama dalam
undang-undang tersebut. Anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan
perawatan, pendidikan, dan perlindungan yang layak, baik selama maupun
setelah perceraian orangtuanya. Oleh karena itu, undang-undang tersebut
menetapkan bahwa kepentingan anak harus menjadi prioritas utama dalam
setiap keputusan yang berkaitan dengan pernikahan dan perceraian.

10. Hikmah pernikahan dalam Islam

Pernikahan dalam Islam membawa berbagai hikmah yang mendalam


dan memiliki dampak yang luas tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi
masyarakat secara keseluruhan. Pernikahan bukan sekadar ikatan antara
dua individu, tetapi merupakan fondasi bagi pembentukan masyarakat
yang kokoh dan sejahtera. Berikut adalah beberapa poin yang memperluas
pemahaman tentang hikmah pernikahan dalam Islam:
1. Memenuhi Kebutuhan Emosional, Fisik, dan Spiritual:
Pernikahan merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan
emosional, fisik, dan spiritual bagi individu. Dalam hubungan
pernikahan, seseorang menemukan teman sejati, pendamping hidup,
dan tempat untuk berbagi sukacita dan duka. Hubungan yang intim
dan penuh kasih antara suami dan istri memberikan dukungan dan
kekuatan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

2. Fondasi untuk Masyarakat yang Kokoh dan Sejahtera:


Pernikahan merupakan pondasi dalam membangun masyarakat
yang kokoh dan sejahtera. Keluarga yang harmonis dan berfungsi
dengan baik adalah sel-sel dasar dalam masyarakat yang stabil dan
berkeadilan. Dengan adanya keluarga yang kuat, masyarakat akan
lebih mampu mengatasi berbagai masalah sosial dan ekonomi.

3. Pembelajaran Bertanggung Jawab dan Saling Menghargai


Melalui pernikahan, individu belajar untuk bertanggung jawab
atas diri sendiri, pasangan, dan keluarga. Mereka juga belajar untuk
saling menghargai dan memperhatikan kebutuhan serta keinginan
satu sama lain. Selain itu, pernikahan juga mengajarkan arti
pentingnya kerja sama dalam mencapai tujuan hidup bersama.

4. Mengajarkan Kesabaran, Pengertian, dan Komitmen:


Pernikahan adalah sekolah bagi kesabaran, pengertian, dan
komitmen. Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, pasangan
suami istri diuji oleh berbagai tantangan dan cobaan. Dalam
menghadapi situasi-situasi sulit, mereka diajarkan untuk tetap
bersabar, saling memahami, dan tetap teguh dalam menjaga
hubungan mereka.

5. Membangun Hubungan Harmonis dan Penuh Berkah:


Dengan memahami hikmah-hikmah pernikahan tersebut,
pasangan suami istri diharapkan dapat menjalani pernikahan mereka
dengan penuh kesadaran, ketulusan, dan keikhlasan. Mereka
didorong untuk membangun hubungan yang harmonis dan penuh
berkah, yang tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi mereka
sendiri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan
sekitar.

Anda mungkin juga menyukai