Disusun Oleh:
RHENATA DWI SUCAHYO
XI REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3
Guru Pembimbing:
ABDUL MANAN, S.Pd
Latar belakang ketentuan pernikahan dalam Islam didasarkan pada ajaran Al-
Qur'an dan Sunnah (tradisi dan tindakan Nabi Muhammad SAW). Pernikahan
dianggap sebagai ibadah dan institusi yang sakral dalam Islam, serta merupakan bagian
penting dalam menciptakan keluarga yang stabil. Al-Qur'an menegaskan pentingnya
pernikahan dalam surat An-Nur (24:32): "Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (bernikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memberi kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya..."
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
A. Ketentuan Pernikahan dalam Islam ............................................................ 6
1. Pengertian Pernikahan ............................................................................. 6
2. Dalil Naqli tentang Pernikahan ............................................................... 7
3. Tujuan Pernikahan .................................................................................. 7
4. Hukum Pernikahan .................................................................................. 8
5. Memilih pasangan dalam pernikahan...................................................... 9
6. Ketentuan pernikahan............................................................................ 10
7. Talak dan iddah ..................................................................................... 11
8. Rujuk ..................................................................................................... 12
9. Pernikahan menurut undang-undang No.01 tahun 1974 dan undang-
undang No.16 tahun 2019 ............................................................................ 12
10. Hikmah pernikahan dalam Islam ....................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan dalam Islam adalah institusi suci yang memiliki ketentuan-
ketentuan khusus yang diatur dalam ajaran agama. Hal ini menjadi penting
karena pernikahan bukan hanya sekadar ikatan sosial, tetapi juga merupakan
upaya untuk mencapai ketentraman dan keberlanjutan kehidupan berkeluarga.
Dalam Islam, ketentuan pernikahan mengandung nilai-nilai moral, spiritual,
dan hukum yang memberikan landasan bagi kehidupan berumah tangga yang
seimbang dan harmon
Pentingnya membahas ketentuan pernikahan dalam Islam tidak hanya
sebatas keinginan untuk memahami ajaran agama, tetapi juga karena
pernikahan adalah satu dari lima pilar Islam. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang ketentuan pernikahan menjadi krusial bagi umat Islam untuk
menjalankan ajaran agama dengan benar dan meraih keberkahan dalam
kehidupan berkeluarga.
Pertimbangan untuk menyelesaikan masalah ini berasal dari
pemahaman bahwa dalam era modern ini, di mana tantangan dan godaan
terhadap institusi pernikahan semakin kompleks, penting untuk memahami
ketentuan pernikahan dalam Islam secara holistik. Penyelesaian masalah ini
diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi umat Islam dalam
menjalankan pernikahan mereka dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama
sebagai dasar kehidupan berumah tangga.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana Al-Qur’an dan sunnah membentuk
ketentuan dan pernikahan.
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
3. Untuk meningkatkan kesadaran akan peran wali dalam pernikahan.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pernikahan
Imam Ahmad bin Umar Asy-Syatiri dalam Kitab al-Yaqut al-Nafis
(2011: 215) mendefinisikan nikah secara bahasa berarti menggabungkan
dan berkumpul. Sedangkan menurut istilah syariat, nikah ialah suatu akad
yang menjadikan bolehnya seorang laki-laki dan perempuan melakukan
hubungan suami dan istri. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 menjelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kata lain pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk
hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui akad yang dilakukan
menurut aturan hukum syariat Islam yang mengakibatkan timbulnya hak
dan kewajiban di antara masing-masing pihak
2. Dalil Naqli tentang Pernikahan
Dalil naqli atau dalil dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW
menggarisbawahi pentingnya pernikahan dalam Islam. Al-Quran banyak
menyebutkan tentang pernikahan sebagai tindakan yang diberkahi oleh
Allah SWT. Rasulullah SAW juga memberikan contoh-contoh dalam
kehidupan beliau tentang bagaimana menjalani pernikahan yang harmonis
dan penuh berkah.
3. Tujuan Pernikahan
Pernikahan dalam Islam bukan sekadar perjanjian antara dua
individu, tetapi merupakan institusi yang memiliki tujuan-tujuan yang
sangat mulia dan mendalam. Tujuan-tujuan tersebut memperlihatkan
bahwa pernikahan dalam Islam bukan hanya mengenai kepentingan
individu, tetapi juga tentang membangun hubungan yang kuat dengan
Allah SWT serta masyarakat yang berkeadilan.
C. Menjaga Kehormatan
Salah satu tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menjaga
kehormatan. Suami dan istri diharapkan menjaga martabat dan harga diri
satu sama lain, serta menghormati norma-norma sosial yang berlaku.
Dengan demikian, pernikahan menjadi landasan bagi pembentukan
karakter yang baik dan menjaga integritas keluarga.
4. Hukum Pernikahan
Dalam ajaran Islam, pernikahan dianggap sebagai langkah yang
membawa berkah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan
menjalani pernikahan yang sesuai dengan ajaran-Nya, seseorang dapat
memperoleh keberkahan dalam kehidupan rumah tangga, serta
mendapatkan keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Meskipun pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, namun tidak
diwajibkan secara mutlak. Ada beberapa kondisi di mana seseorang
mungkin tidak melangsungkan pernikahan, seperti kondisi kesehatan yang
tidak memungkinkan, ketidakmampuan finansial, atau karena alasan lain
yang sah. Namun demikian, bagi mereka yang telah siap secara fisik,
mental, dan finansial, pernikahan adalah langkah yang dianjurkan untuk
diambil.
Sebelum memasuki ikatan pernikahan, seseorang diharapkan untuk
mempersiapkan diri secara matang, baik dari segi fisik, mental, maupun
finansial. Persiapan ini tidak hanya mencakup kesiapan dalam menjalani
peran sebagai suami atau istri, tetapi juga dalam memahami dan menerima
tanggung jawab yang akan diemban dalam membentuk sebuah keluarga.
6. Ketentuan pernikahan
Ketentuan pernikahan dalam Islam adalah landasan yang penting
untuk memastikan bahwa pernikahan dilakukan sesuai dengan ajaran
agama dan hukum syariat. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar pernikahan dianggap sah menurut syariat Islam, antara lain:
B. Wali Nikah bagi Wanita yang Belum Menikah: Dalam Islam, wanita
yang belum menikah memerlukan wali nikah sebagai perwakilan atau
walinya untuk melangsungkan pernikahan. Wali nikah ini biasanya adalah
ayahnya, namun jika ayah tidak ada, maka wali nikah dapat diwakilkan
oleh wali yang sah lainnya seperti kakek, saudara laki-laki tertua, atau
qadhi (hakim Islam).
C. Mas Kawin sebagai Hak bagi Wanita yang Dinikahi: Mas kawin
merupakan uang atau harta yang diberikan oleh suami kepada istri sebagai
bagian dari haknya dalam pernikahan. Mas kawin ini tidak hanya menjadi
simbol kehormatan dan pengakuan terhadap pernikahan, tetapi juga
sebagai bentuk perlindungan terhadap hak-hak wanita.
7. Talak dan iddah
Dalam Islam, talak adalah hak yang diberikan kepada suami untuk
menceraikan istrinya. Talak merupakan tindakan serius dan dianggap
sebagai langkah terakhir dalam menyelesaikan konflik dalam rumah
tangga. Meskipun diperbolehkan, talak bukanlah hal yang diinginkan dan
diharapkan, karena ia dapat mengakibatkan dampak sosial dan emosional
yang besar, baik bagi suami, istri, maupun anak-anak mereka.
Proses talak harus dilakukan dengan penuh pertimbangan dan dalam
keadaan yang tenang serta penuh kesadaran. Terdapat beberapa prosedur
yang harus diikuti dalam memberlakukan talak, termasuk memberikan
pemberitahuan secara jelas kepada istri dan mematuhi ketentuan-ketentuan
hukum Islam yang berlaku.
Setelah talak diberlakukan, wanita yang telah diceraikan akan
memasuki masa tunggu yang disebut iddah. Iddah adalah masa tunggu
yang harus dilewati oleh wanita setelah perceraian sebelum ia dapat
menikah kembali atau melakukan tindakan-tindakan tertentu. Masa iddah
ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1) Menjamin tidak adanya kehamilan: Iddah memberikan jaminan
bahwa tidak ada kehamilan dari mantan suami sehingga keturunan
tetap jelas asal-usulnya.
2) Menjaga kesucian: Iddah juga menjaga kesucian dan menjaga
agar hubungan antara mantan suami dan mantan istri tidak
dipertanyakan.
3) Memberi waktu untuk rekonsiliasi: Masa iddah memberi
kesempatan bagi pasangan untuk merefleksikan pernikahan
mereka, dan mungkin saja ada kesempatan untuk rujuk.
8. Rujuk
Rujuk merupakan proses rekonsiliasi antara suami dan istri setelah
terjadi perceraian dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam syariat Islam. Dalam Islam, rujuk diperbolehkan sebagai upaya
terbaik untuk mempertahankan keluarga dan keutuhan rumah tangga.
Rujuk juga dilihat sebagai bentuk kesempatan kedua bagi pasangan untuk
memperbaiki hubungan mereka dan mengatasi konflik yang muncul.
Proses rujuk dalam Islam biasanya melibatkan kesepakatan antara
suami dan istri untuk kembali menjalani kehidupan berumah tangga dengan
penuh kesadaran dan komitmen. Dalam proses ini, penting untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin menjadi penyebab
perceraian sebelumnya serta membangun komunikasi yang lebih baik dan
saling memahami.
Rujuk dapat menjadi momen penting bagi kedua belah pihak untuk
merenungkan dan memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi, serta untuk
memperkuat ikatan emosional dan spiritual di antara mereka. Hal ini juga
merupakan wujud dari pengampunan dan kedermawanan, yang merupakan
nilai-nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam.