Anda di halaman 1dari 15

PEMILAHAN JODOH, CINTA DAN KASIH SAYANG,

PERKAWINAN MONOGAMI DAN POLIGAMI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sosiologi Keluarga

Disusun

Oleh kelompok : 3

Ayu Azizah Zulfanisah (0201182119)

Sofwan Atsauri (0201182126)

Zulfan Rosid (0201182075)

SEMESTER VII

JURUSAN AL- AHKWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tujuan kami
membuat makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampuh mata kuliah
Sosiologi Keluarga.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata Bahasa. Oleh karena itu dengan hal tersebut kami sangat menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.

Medan, 30 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 1

BAB II Pembahasan......................................................................................... 2
A. Pemilihan Jodoh.................................................................................... 2
B. Pengertian Cinta dan Kasih Sayang...................................................... 3
C. Perkawinan Monogami dan Poligami................................................... 6

BAB III PENUUP............................................................................................. 11


A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan suatu peristiwa hukum yang sangat penting yang
menjadi kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman dahulu hingga saat ini.
Perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk dibicarakan di dalam maupun di
luar peraturan hukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan adalah
perikatan yang suci yang tidak terlepas dari agama yang dianut suami dan istri. Hidup
bersama dalam perkawinan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja
tetapi untuk membentuk rumah tangga yang bahagia, rukun, dan harmonis. Dalam
Pasal 2 (dua) Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa perkawinan menurut
Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan
ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemilahan Jodoh?
2. Apa pengertian Cinta dan Kasih Sayang?
3. Apa itu Perkawinan Monogami dan Poligami?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pemilahan jodoh.
2. Untuk mengetahui apa itu cinta dan kasih sayang.
3. Untuk mengetahui apa itu perkawinan monogami dan poligami.
D.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemilihan Jodoh
Preferensi pemilihan pasangan hidup merupakan salah satu cara individu
untuk mencari dan memilih seseorang yang berlawanan jenis kelamin untuk dijadikan
teman sepanjang hidup. Preferensi pemilihan pasangan hidup merupakan satu proses
menentukan keputusan yang sangat penting dan kompleks yang dilakukan sekurang-
kurangnya sekali dalam kehidupan dan merupakan salah satu kebutuhan hidup
manusia.
Setiap individu memiliki kriteria laki-laki atau wanita idaman yang menjadi
pilihan masing-masing, biasanya individu akan mencari kesempurnaan dalam
memilih pasangan. Oleh karena itu, individu akan membuat keputusan dan
pertimbangan beberapa kriteria pasangan yang diinginkan sebelum dijadikan
pasangan hidup. Adapun beberapa kriteria seperti mempunyai tarik fisik, keuangan
yang stabil, berpendidikan, sehat dan sebagainya.
Preferensi pemilihan pasangan hidup tidak dapat dilakukan sembarangan
karena hal ini berpengaruh terhadap seluruh perjalanan panjang sebuah rumah tangga.
Pengabaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan calon atau pasangan
kemungkinan dapat berakibat pada suatu suasana yang tidak harmonis dalam rumah
tangga. Oleh karena itu, untuk menghindari kegagalan dalam sebuah hubungan,
individu akan membuat pilihan dalam memilih pasangan yang sesuai untuk dijadikan
pasangan hidup.
Ismail menyatakan bahwa sepanjang proses pemilihan yang dilakukan, akan
terdapat hambatan dari masyarakat seperti norma dan budaya sehingga proses mencari
calon yang tepat akan menjadi lebih sulit dan lambat. Menurut penelitian terdahulu
terdapat perbedaan dari segi jenis kelamin, agama dan tahap pendidikan yang
mempengaruhi preferensi pemilihan pasangan hidup.
Individu melakukan preferensi pemilihan pasangan hidup dengan tujuan untuk
mencari pasangan yang sesuai dengan diri mereka. Apabila individu menemukan
pasangan hidup yang dianggap sesuai dengan kriteria yang inginkan, maka hubungan
pasangan akan lebih erat.
Oleh karena itu, individu akan menentukan kriteria yang diinginkan untuk
mencari keserasian bersama. Berdasarkan penemuan dalam beberapa penelitian,

2
preferensi pemilihan pasangan hidup menunjukkan bahwa ada kriteria khusus untuk
laki-laki dan perempuan dalam preferensi pemilihan pasangan hidup. Salah satu
contoh penelitian yang dilakukan oleh Buss menemukan bahwa laki-laki lebih
cenderung untuk memilih pasangan yang mempunyai daya tarik fisik, berbeda dengan
wanita yang memilih pasangan yang mempunyai potensi keuangan yang baik dan
yang telah bergelar sarjana.
Dewasa awal adalah tahap yang paling sesuai untuk individu membuat
preferensi pemilihan pasangan hidup ke arah pernikahan. Sesuai dengan teori
psikososial Erikson, yang memperkenalkan delapan tahap perkembangan sepanjang
hayat. Setiap tahap individu perlu menyelesaikan tugas tertentu untuk menghadapi
krisis dan jika krisis diselesaikan maka individu akan menjalani perkembangan yang
sehat.
Oleh karena itu, pada tahapan dewasa awal, individu akan mencapai tahap
kelekatan versus keterasingan. Pada tahap ini individu akan membentuk hubungan
dekat dengan orang lain. Hubungan ini bukan saja untuk hubungan seks melainkan
juga melibatkan emosi, kognitif, dan tingkah laku yang sering memainkan peranan
penting dalam hubungan 1intim yaitu cinta.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Harrairah RA, Rasulullah
SAW telah bersabda yang artinya: “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara,
karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah
perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia”.
Islam sangat menganjurkan agar seorang wanita memilih suami yang
berakhlak baik, sholeh, serta taat dalam menjalankan agama. Itulah yang menjadikan
seorang laki-laki terlihat istimewa. Karena laki-laki yang bertakwa dan sholeh mampu
mengetahui hukum-hukum Allah seperti bagaimana memperlakukan istri, berbuat
baik kepada istri, serta dapat menjaga kehormatan dirinya dan agamanya.

B. Pengertian Cinta dan Kasih Sayang


a. Pengertian
Kasih sayang adalah dua suku kata yang saling berkaitan dan masing-masing
mempunyai makna tersendiri tetapi selalu dipasangkaan dan selalu berdampingan.
Kata kasih sangat lah banyak tergantung dari sudut mana kita memandang
1 An – Nafs: Jurnal Fakultas Psikologi 2019, Vol. 13, No 2, 96-107

3
permasalahannya dan subjek nya. yang lumrah kita kenal adalah makna perasaan
sayang, suka, dan memberi.2
Secara harfiyah sayang mempunyai beberapa pengertian diantaranya kasihan,
terasa, tidak rela, merasa sayang, kasih sayang, cinta, sayang akan sesuatu. 3 Kasih
sayang bisa juga disebut Mahabbah makna asalnya adalah bening dan bersih.
Sebab bangsa arab menyebut istilah bening ini untuk gigi yang putih. 4 Ada juga
yang mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata al- habab, yaitu air yang
meninggi saat hujan deras,karnanya mahabbah di artikan sebagai”luapan dan
gejolak hati yang berkobar karena ingin bertemu dengan yang ia cintai(kekasih).5
Kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia, perasaan ini akan
timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Kasih
juga bisa dikatakan hubungan keterkaitan antara manusia tersebut dengan sesuatu.
Dan kasih bisa bermakna luas, bukan hanya antara manusia dengan manusia,
tetapi bisa juga antara Tuhan dengan manusia.
Dan dengan adanya rasa kasih tersebut membuat manusia mempunyai tujuan
hidup yang akan diperjuangkan. Al-rahman, merupakan salah salah satu nama
terbaik Allah swt yang menunjukan sifat-Nya yang pengasih. Al-rahman berasal
dari akar kata ra-hi-ma, dengan lafazh tafdil yang meletakkan makna superlatif.
kata sifat dari akar kata ra-hi-ma adalah rahim berarti “pengasih”, sedangkan al-
rahman sebagai bentuk superlatif berarti “Maha pengasih.”6
Makna kasih yang sesungguhnya itu bagaimana kita memberi yang terbaik
buat orang lain, baik itu membahagiakan, tidak merebut kebahagiaan orang lain
dan membuka pintu hati untuk sebuah kasih, tetapi kasih ini beda dengan cinta,
kasih lebih bersifat rasa kepedulian seorang insan tanpa ingin meminta imbalan
atas apa yang telah dilakukan untuk yang dikasihinya.
Oleh karena itu setiap insan mau diri mereka disayangi. Karena dengan rasa
sayang itu setiap insan dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki. Apabila sifat
kasih sayang mulai luntur dan sifat dendam, kebenciannya lebih besar maka akan
menjanjikan kehancuran kepada sesuatu bangsa atau masyarakat.

2 Ibid h. 450.

3 Tim, Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 885.

4 Ibnu Qayyim al-jauziyah, raudhah Al-Nuhibbin wa Nuzhan AlMusytaqim, diterjemahkan oleh kathur Suhardi, taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu,

(Jakarta: Darul falah, 1999) Cet.ke 1, h. 5.

5 Ibnu Qayyimal-Jauziyah, Raudhah Al-Muhibbin Wa Nuzhah al-Musytaqin, Taman Para Pecinta, terjemahan Emiel Ahmad, (Jakarta: Khatulistiwa press, 2009), Cet 1. H. 21.

6 Zurkani Jahja Asmaul Husna, PT.Grafika Wangi (Kalimantan: Banjarmasin, 2002), Jilid 1.

4
b. Perspektif Islam Tentang Cinta dan Kasih Sayang
Cinta adalah senang sekali, sayang benar kepada orang tua, semua dan, kepada
sesama makhluk. Mencintai: menaruh kasih sayang kepada yang di cintai,
percintaan: perihal kasih sayang antara pria dan wanita. Makna asalnya adalah
ash-Shafa’ artinya bening atau bersih. Biasanya orang-orang Arab menggunakan
istilah ash-Shafa untuk menyebutkan beningnya gigi yang putih. Habbaba al-
Asnannu, yaitu gigi yang putih mengkilat. Pendapat lain mengatakan bahwa kata
al-Mahabbah diambil dari kata alhabbab artinya busa air yang meluap setelah
turunnya hujan. Kata mahabbah di pergunakan untuk menyebutkan istilah cinta
karena menggambarkan luapan hati dan bergejolaknya ketika ia ingin bertemu
dengan kekasihnya.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa al-Mahabbah mengandung makna
al-Habbu artinya biji atau intisari. Biji merupakan asal dari tanaman dan pohon
yang tumbuh. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kata tersebut
mengandung makna “gelas besar” untuk mengaduk sesuatu sehingga ia cukup
untuk memuat banyak bahan.
Demikian halnya seorang pecinta, hatinya tidak dapat menampung lagi sesuatu
karena telah terisi penuh oleh yang dicintainya. Ada juga yang mengatakan kata
tersebut mengandung arti tempat berkaki empat yang dipergunakan untuk
menyimpan sebuah bejana sehingga bejana tersebut tidak bergoyang. Kata yang di
cintai diartikan demikian karena orang yang mencintai akan dapat memikul beban
yang dicintainya layaknya tempat tersebut menjamin kemanan bejana yang di
tempatkan padanya, betapa pun beratnya.
Sementara itu, ada juga yang mengatakan bahwa kata tersebut terambil dari
kata Habbatul Qolbi (lubuk hati), karena rasa cinta (mahabbah) akan sampai
kepada kedalaman hati, yaitu lubuk hati yang paling dalam. Seperti halnya kita
mengatakan “memunggungi” ketika seorang beradu punggung dengan yang lain,
atau menggunakan kata “mengepalai” ketika kepala beradu dengan kepala, atau
kata “membatin” ketika batin bertemu dengan batin. Aka tetapi kata-kata seperti
itu berlaku apabila keduanya melakukan proses aktif. Sedangkan pada proses
cinta, pengaruh pecinta terhadap yang dicintai.
Pendapat lain mengatakan bahwa makna cinta adalah rela menerima sedikit
dan memberi sebanyak-banyaknya demi yang dicintai. Juga dikatakan bawa

5
artinya tidak terbendungnya hati pencinta untuk mengingat orang yang
dicintainya. Cinta adalah menyerahkan totalitas diri sehingga tidak ada lagi yang
tersisa didalam diri pencinta.

c. Bentuk Cinta dan Kasih Sayang


Bentuk sikap dan perbuatan yang bisa menumbuhkan serta menguatkan cinta dan
kasih sayang dalam membangun keluarga di antaranya adalah:
o Berusaha untuk selalu fokus melihat kebaikan satu sama lain.
o Berusaha untuk toleransi terhadap kekurangan dan kelemahan.
o Berusaha memahami, mengerti dan menerima kondisi.
o Saling memberikan hadiah terutama pada peristiwa atau momen khusus.
o Menyempatlkan waktu untuk bercengkerama, mengobrol, atau berdiskusi
dengan anggota keluarga.
o Bersedia menganggap kekurangan dalam kehidupan keluarga adalah
tanggung jawab Bersama.
o Terbuka dan bersedia mendengarkan masukan dan nasihatBerusaha
melembutkan suara dan tidak meninggikan suara saat berbicara kepada
satu sama lain.
o Bersedia meminta maaf dan memaafkan.
o Mengucapkan salam dan bermuka cerah ketika pulang ke rumah.
o Saling menguatkan dalam ibadah.
o Mengusahakan tabungan keluarga, misalnya untuk melaksanakan haji,
umrah, infak atau untuk keperluan lainnya.
o Melaksanakan refreshing untuk menyegarkan suasana.
o Saling mendoakan untuk kebaikan.
o Bersedia untuk membahas persoalan keluarga secara musyawarah.
o Tidak melukai hati dengan tindakan dan kata-kata, termasuk ketika
sedang marah.

C. Perkawinan Monogami dan Poligami


a. Perkawinan Monogami

6
Monogami (Yunani : monos yang berarti satu atau sendiri, dan gamos berarti
pernikahan) adalah kondisi hanya memiliki satu pasangan pada pernikahan.7
Asas perkawinan yang berlaku pada hukum perkawinan Indonesia adalah Asas
Monogami yaitu dimana seorang pria hanya diperbolehkan memiliki seorang istri dan
begitupun sebaliknya.8 Namun, monogami yang diterapkan di Indonesia merupakan
monogami relative yang artinya memberikan peluang bagi seseorang untuk
melakukan poligami dengan syarat dan ketentuan yang berlaku pada perundang-
undangan yaitu syarat alternatif dan kumulatif.
Namun realitanya banyak ditemukan penyimpangan yaitu dengan melakukan
poligami secara illegal atau diluar dari mekanisme yang ada. Akibat dari poligami
berdampak pada wanita, mengalami KDRT, kekerasan seksual, mental, fisik maupun
dampak ekonomi.
Asas monogami yang dianut dalam UU Perkawinan tampak jelas dengan pasal
3 ayat (1) UU Perkawinan yang menentukan bahwa pada asasnya dalam suatu
perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seseorang wanita
hanya boleh mempunyai seorang suami.

b. Perkawinan Poligami
Kata Poligami sendiri berasal dari Yunani “polygamie”, yaitu poly berarti
banyak dan gamie berarti laki-laki, jadi arti dari poligami adalah laki laki yang
beristri lebih dari satu orang wanita dalam satu ikatan perkawinan.9
Faktor-faktor penyebab terjadinya poligami beserta dampaknya Realitas
perkawinan poligami sudah sejak dulu mewarnai struktur kehidupan dalam suatu
keluarga. Pada dasarnya keinginan untuk berpoligami bukan sesuatu hal yang
direncanakan, bahkan seseorang juga tidak menginginkan kondisi kehidupan
perkawinan seperti itu, tetapi banyak faktor baik internal maupun eksternal yang
dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan poligami
Poligami dapat dilakukan oleh semua golongan baik golongan kaya atau
miskin. Pelaku poligami dengan berbagai macam jenis pekerjaan, golongan, suku,

7 Korotayev, Andrey. World Religions and Social Evolutuon Of Thr Old World Oikumene Civilazitions : A cross-Cultural Perspective (edisi ke 1), Lewiston, New York: Edwin Mellen Press.

ISBN 0-7734-6310-0’.

8 http://hukum.studentjournal.ub.ac.id

9 https://media.neliti.com

7
bangsa dan pendidikan. Mereka melakukan dengan berbagai macam alasan dan
kebanyakan seseorang berpoligami tidak sesuai dengan ketentuan syariah.
Faktor terjadinya Poligami yaitu sebagai berikut:
1. Kebutuhan Biologis, Ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu dan
tidak mampu menjaga pandangannya maka manusia akan menempati
posisi yang terendah. Poligami yang terjadi saat ini justru berawal dari
perselingkuhan. Dari mata turun ke hati sehingga menimbulkan rasa saling
mencintai dan menjadi sesuatu yang wajar berhubungan dengan wanita
lain yang bukan istri sahnya. umumnya laki-laki membutuhkan kepuasan
seksual baik dalam kualitas maupun kuantitas. Tapi lebih dominan
kepuasan secara kualitas. Sementara istri kurang mampu memberikannya
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Akhirnya terjadi
ketidakseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan biologis suami istri.
Apalagi tidak dikomunikasikan dengan baik dan terbuka. Maka akhirnya
menikah dengan berpoligami menjadi alternatif solusi.
2. .Status sosial, adat dan budaya, Status sosial laki-laki menentukan jumlah
istri yang dimiliki. Banyak orang tua yang rela dan menawarkan anak
perempuannya untuk diperistri oleh laki-laki yang dewasa, mapan dan
mempunyai jabatan tentunya sudah mempunyai istri. Dengan tujuan untuk
meningkatkan derajat dan status sosial walaupun pernikahan yang
dilakukan dengan pernikahan siri atau pernikahan di bawah tangan. Masih
kentalnya adat dan budaya dalam masyarakat, merupakan salah satu sebab
terjadinya poligami. Poligami yang sering terjadi pada masyarakat
patrilineal dan tidak dapat dipungkiri banyak juga terdapat pada
masyarakat dengan sistem matrilineal dan parental. Berbagai faktor
penyebab poligami dalam masyarakat berakibat tidak dilakukan
permohonan izin poligami melalui Pengadilan Agama karena dengan
alasan merasa malu dan tidak berani untuk meminta persetujuan dari istri
yang sah sehingga poligami dirahasiakan, sudah cukup terpenuhi rukun
pernikahan, kurang pengetahuan, tidak mau berhubungan dengan masalah
birokrasi dan biaya mahal.
3. Ekonomi Kemapanan dalam ekonomi bagi laki-laki sangat rentan untuk
melakukan poligami dan marak dilakukan dikalangan masyarakat yang
berpenghasilan besar.

8
4. Agama, Pelaku poligami berpendapat bahwa poligami dibolehkan oleh
agama. Sebenarnya islam tidak menyuruh seseorang untuk berpoligami
tetapi Hukum Islam hanya memberikan aturan, ketentuan tentang
persyaratan poligami yang wajib dipatuhi. Saat ini banyak sekali yang
berdalih untuk melakukan poligami dengan membawa nama agama.
Padahal dalam islam sudah jelas ditegaskan boleh berpoligami apabila
sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang Perkawinan dan ketentuannya juga terdapat dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam Undang-Undang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam (KHI) suami melakukan poligami harus atas
persetujuan istri tetapi kenyataannya saat ini istri justru tidak mengetahui
suaminya berpoligami dengan melakukan pernikahan dibawah tangan
(pernikahan siri) yang sangat berdampak merugikan istri dan anak-anak.

Adapun Dampak poligami yaitu sebagai berikut:

- Dampak Psikologis10
- Dampak Ekonomi
- Dampak Hukum

Poligami dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan


dapat dikatakan Perkawinan dan permasalahannya di Indonesia secara yuridis formal
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan
Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor. 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai pedoman bagi umat muslim
di Indonesia.

Salah satu asas perkawinan menurut sistem hukum Indonesia adalah asas
monogami artinya oleh hukum yang berlaku di Indonesia seorang pria hanya boleh
memiliki seorang istri, begitu juga sebaliknya seorang wanita hanya boleh memiliki
seorang suami. Terhadap asas monogami ini oleh hukum dibuka kekecualian artinya
dalam hal-hal yang sangat khusus, berpoligami (beristri lebih dari satu orang dalam

10 Soewondo, S, Keberadaan Pihak Ketiga, Poligami dan Permasalahan Perkawinan (Keluarga) Ditinjau Dari Aspek Psikologi, dalam Munandar, (ed), Bunga Rampai, Psikologi

Perkembangan Kepribadian dari Bayi sampai lanjut usia, Jakarta: UI Press, 2001), hlm 154-184.

9
waktu yang bersamaan) masih diperbolehkan asalkan memenuhi syarat, alasan dan
prosedur tertentu.11

Dalam hal ini yang merupakan syarat-syarat hukum agar seorang laki-laki
dapat kawin dengan lebih dari satu orang istri dalam jangka waktu yang bersamaan
(berpoligami) sebagai berikut:

- Apabila beristri lebih dari satu memang dimungkinkan oleh agama dari
mereka yang hendak melakukan perkawinan tersebut.
- Apabila istri yang sudah ada dan istri yang hendak dikawini tersebut tidak
melebihi jumlah yang dibenarkan oleh agama yang dianut oleh mereka
yang hendak melakukan perkawinan tersebut.
- Dalam hal seorang suami beristri lebih dari satu, maka suami wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya
(Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan).

Ini merupakan syarat-syarat alternatif yang harus dipenuhi oleh pemohon.


Dalam pasal 4 ayat (2) nya dijelaskan lebih lanjut bahwa pengadilan hanya
akan memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang
apabila:12

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

11 Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet 2, 2015, hlm 11.

12 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap individu memiliki kriteria laki-laki atau wanita idaman yang menjadi
pilihan masing-masing, biasanya individu akan mencari kesempurnaan dalam
memilih pasangan. Oleh karena itu, individu akan membuat keputusan dan
pertimbangan beberapa kriteria pasangan yang diinginkan sebelum dijadikan
pasangan hidup. Adapun beberapa kriteria seperti mempunyai tarik fisik, keuangan
yang stabil, berpendidikan, sehat dan sebagainya.

Cinta adalah senang sekali, sayang benar kepada orang tua, semua dan, kepada
sesama makhluk. Mencintai: menaruh kasih sayang kepada yang di cintai, percintaan:
perihal kasih sayang antara pria dan wanita.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, semoga makalah ini
dapat mempermudah pembaca untuk mendalami materi tentang pemilihan jodoh,
cinta kasih saying dan perkawinan monogami dan poligami.

11
DAFTAR PUSTAKA

An – Nafs: Jurnal Fakultas Psikologi 2019, Vol. 13, No 2, 96-107

http://hukum.studentjournal.ub.ac.id

https://media.neliti.com

Ibnu Qayyim al-jauziyah, raudhah Al-Nuhibbin wa Nuzhan AlMusytaqim, diterjemahkan


oleh kathur Suhardi, taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Jakarta: Darul
falah. 1999.

Ibnu Qayyimal-Jauziyah, Raudhah Al-Muhibbin Wa Nuzhah al-Musytaqin, Taman Para


Pecinta, terjemahan Emiel Ahmad, Jakarta: Khatulistiwa press. 2009.

Korotayev, Andrey. World Religions and Social Evolutuon Of Thr Old World Oikumene
Civilazitions : A cross-Cultural Perspective (edisi ke 1), Lewiston, New York: Edwin Mellen
Press. ISBN 0-7734-6310-0’.

Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet 2, 2015.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Soewondo, S, Keberadaan Pihak Ketiga, Poligami dan Permasalahan Perkawinan


(Keluarga) Ditinjau Dari Aspek Psikologi, dalam Munandar, (ed), Bunga Rampai, Psikologi
Perkembangan Kepribadian dari Bayi sampai lanjut usia, Jakarta: UI Press. 2001.

Tim, Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1991.

Zurkani Jahja Asmaul Husna, Wangi Kalimantan, Banjarmasin: PT.Grafika 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai