Anda di halaman 1dari 7

NAMA : RISTIAR ALIFIA GRENA DINDA

PUTRI
NIM : 202010110311415
KELAS : FH 3G
MATA KULIAH : HUKUM ACARA PIDANA
DOSEN PENGAMPU : NAILI ARIYANI,S.H.,M.H
TUGAS : Membuat Kompilasi atau Kumpulan
Putusan MK terhadap Permohonan Uji Materi Pasal-Pasal
KUHAP.

I. PENDAHULUAN
✓ Pengertian MK (Mahkamah Konstitusi) : Lembaga tinggi negara di dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Dimana MK ini
merupakan Lembaga Negara Pengawal Konstitusi Yang Memiliki
Kewenangan Memutus Pada Tingkat Pertama Dan Terakhir. MK ini adalah
salah satu Lembaga Yudikatif.
✓ Wewenang MK : Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Mahkamah
Konstitusi berwenang menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; memutus
pembubaran partai politik; memutus perselisihan hasil pemilihan umum;
dan memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lain, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19451.
✓ Susunan Hakim Konstitusi : MK (Mahkamah Konstitusi) mempunyai 9
(sembilan) orang anggota Hakim Konstitusi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan 7
(tujuh) orang anggota hakim konstitusi.

II. KOMPILASI ATAU KUMPULAN PASAL-PASAL KUHAP


YANG SUDAH DIUBAH OLEH MK
NO. PASAL KETERANGAN
1. Pasal 1 angka 26 dan angka 27; - Dinyatakan inkonstitusional
Pasal 65; Pasal 116 ayat (3) dan bersyarat dan tidak mempunyai
ayat (4); serta Pasal 184 ayat (1) kekuatan hukum mengikat
huruf a KUHAP (PUTUSAN sepanjang pengertian saksi dalam
Nomor 65/PUU-VIII/2010) Pasal 1 angka 26 dan angka 27;
Pasal 65; Pasal 116 ayat (3) dan
ayat (4); Pasal 184 ayat (1) huruf a
tidak dimaknai termasuk pula
“orang yang dapat memberikan
keterangan dalam rangka
penyidikan, penuntutan, dan
peradilan suatu tindak pidana
yang tidak selalu ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri”.
2. Pasal 83 ayat (2) KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional dan
(PUTUSAN Nomor 65/PUU- tidak mempunyai kekuatan
IX/2011) mengikat lagi yang berbunyi
“Dikecualikan dari ketentuan ayat
(1) adalah putusan praperadilan
yang menetapkan tidak sahnya
penghentian penyidikan atau
penuntutan, yang untuk itu dapat
dimintakan putusan akhir ke

1
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2011/8TAHUN2011UUPenjel.htm
pengadilan tinggi dalam daerah
hukum yang bersangkutan ”.
3. Pasal 80 KUHAP (PUTUSAN - Dinyatakan inkonstitusional dan
Nomor 98/PUU-X/2012) tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang frase
““Pihak ketiga yang memiliki
kepentingan” tidak dimaknai
sebagai saksi korban atau seorang
pelapor lembaga swadaya
masyarakat atau sebuah organisasi
masyarakat.
4. Pasal 244 KUHAP (PUTUSAN - Dinyatakan inkonstitusional dan
Nomor 114/PUU-X/2012) tidak mempunyai kekuatan
mengikat sepanjang frase
“kecuali terhadap putusan bebas”
dimana bunyi lengkap nya
“Terhadap putusan perkara
pidana yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh pengadilan
lain selain daripada Mahkamah
Agung, terdakwa atau penuntut
umum dapat mengajukan
permintaan pemeriksaan kasasi
kepada Mahkamah Agung kecuali
terhadap putusan bebas”.
5. Pasal 18 ayat 3 KUHAP (Putusan - Dinyatakan inkonstitusional
MK No. 3/PUU-XI/2013) bersyarat sepanjang frase
“segera” tidak dimaknai “segera
dan tidak lebih dari 7 hari”.
6. Pasal 268 ayat 3 KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional dan
(Putusan MK No. 23/PUU-XI- tidak mempunyai kekuatan
2013) mengikat lagi yang berbunyi
“Permintaan peninjauan kembali
atas suatu putusan hanya dapat
dilakukan satu kali saja”.
7. Pasal 197 ayat 1 dan 2 KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 68/PUU- sepanjang diartikan “surat putusan
XI/2013) pemidanaan yang tidak memuat
ketentuan Pasal 197 ayat 1 huruf I
mengakibatkan putusan batal
demi hukum” sehingga tidak
dipenuhinya ketentuan dalam ayat
1 huruf a, b, c, d, e, f, h, dan j
pasal ini mengakibatkan putusan
batal demi hukum, tepatnya pada
Pasal 197 ayat 2 KUHAP.
8. Pasal 1 angka 14 KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 21/PUU- bersyarat sepanjang frasa “bukti
XII/2014) permulaan” tidak dimaknai
“adalah minimal dua alat bukti
yang termuat dalam Pasal 184
KUHAP”.
9. Pasal 17 KUHAP (Putusan MK - Dinyatakan inkonstitusional
No. 21/PUU-XII/2014) bersyarat sepanjang frasa “bukti
permulaan” tidak dimaknai
“adalah minimal dua alat bukti
yang termuat dalam Pasal 184
KUHAP”.
10. Pasal 21 KUHAP (Putusan MK - Dinyatakan inkonstitusional
No. 21/PUU-XII/2014) bersyarat sepanjang frasa “bukti
permulaan yang cukup” tidak
dimaknai “adalah minimal dua
alat bukti yang termuat dalam
Pasal 184 KUHAP”.
11. Pasal 77 huruf a KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 21/PUU- bersyarat sepanjang tidak
XII/2014) dimaknai “termasuk penetapan
tersangka, penggeledahan, dan
penyitaan”.
12. Pasal 82 ayat 1 huruf d KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 102/PUU- sepanjang frasa “suatu perkara
XIII/2015) sudah dimulai diperiksa” tidak
dimaknai “permintaan
praperadilan gugur ketika pokok
perkara telah dilimpahkan dan
telah dimulai sidang pertama
terhadap pokok perkara atas
nama terdakwa atau pemohon
praperadilan.”
13. Pasal 77 huruf a KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
sepanjang frasa “penghentian
penyidikan” telah membatasi dan
menghilangkan sebuah arti dari
fungsi kontrol dalam proses
penegakan hukum acara pidana.
Pada hal ini dikarenakan pada
penyidikan bukan merupakan
sebuah proses yang bisa
dipisahkan dari penyelidikan.
14. Pasal 197 ayat 1 KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 103/PUU- bersyarat sepanjang frase “surat
XIV/2016) putusan pemidanaan memuat”
tidak dimaknai “surat putusan
pemidanaan di pengadilan tingkat
pertama memuat”.
15. Pasal 263 ayat 1 KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 33/PUU- bersyarat sepanjang dimaknai
XIV/2016) “memberikan hak kepada Jaksa
Penuntut Umum atau penegak
hukum lainnya untuk mengajukan
peninjauan kembali kepada
makhkamah agung dan
peninjauan kembali oleh pihak
selain terpidana dan ahli warisnya
tidak batal demi hukum”.
16. Pasal 109 ayat 1 KUHAP - Dinyatakan inkonstitusional
(Putusan MK No. 130/PUU- sepanjang frase “penyidik
XIII/2015) memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum” tidak
dimaknai “penyidik wajib
memberitahukan dan
menyerahkan surat perintah
dimulainya penyidikan kepada
penuntut umum, terlapor, dan
korban/pelapor dalam waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah dikeluarkannya surat
perintah penyidikan”.

III. KUMPULAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI


DENGAN LEMBAGA YANG TIDAK SETUJU ATAU LEMBAGA
YANG MENOLAK
NO. PASAL LEMBAGA YANG MENOLAK
1. Putusan MK Nomor No. 92- - Presiden
PUU-X-2012 - DPR
2. Putusan MK Nomor 34/PUU- - MA (Mahkamah Agung)
XI/2013 yang mencabut Pasal
263 ayat (3) UU Nomor 8 Tahun
1981 tentang KUHAP
3. Putusan Nomor 3/PUU- - Kementrian Perhubungan
XIII/2015
4. Putusan MK Nomor 36/PUU- - Kementrian ESDM
X/2012 tentang Kontrak Kerja
Sama Minyak dan Gas

REFERENSI
Tampubolon, Boris. 2018. Artikel, Hukum Pidana : Pasal Pasal KUHAP
Yang Sudah Diubah Oleh Mahkamah Konstitusi.

Pasal-Pasal KUHAP Yang Sudah Diubah Oleh Mahkamah Konstitusi - DNT


Lawyers | Indonesia Litigation Law Firm

Supriyadi Widodo Eddyono.November 2017, Kompilasi Putusan Mahkamah


Konstitusi & Perubahan Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia.

http://icjr.or.id/wp-content/uploads/2017/11/Kompilasi-Putusan-MK-dan-
Perubahan-Hukum-Acara-Pidana_ICJR.pdf

Anda mungkin juga menyukai