Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa
Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI) No. 1 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan negara adalah
keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya meliputi perencanaan, pengawasan, dan per-
tanggung jawaban.
Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah
lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. BPK merupakan satu lembaga negara yang
bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang berkedudukan di Ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi. Keanggotaan BPK terdiri dari 9 (sembilan) orang anggota, yang
keanggotaannya diresmikan dengan Keputusan Presiden dengan susunan terdiri
atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota,
dan 7 (tujuh) orang anggota untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun.
Independensi, Integritas, dan Profesionalise para auditor menjadi hal yang
penting dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan. Hal itu penting karena selain
mematangkan pertimbangan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan juga
penting untuk mencapai harapan pemerintahan yang bersih dan transparan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diangkat pada
penulisan ini adalah :

1
1. Bagaimanakah Peran Badan Pemeriksa Keuangan dalam Pemeriksaan Penge-
lolaan Keuangan Negara ?
2. Bagaimanakah Peran Badan Pemeriksa Keuangan untuk Mewujudkan
Pemerintahan Yang Baik dan Bersih ?

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


Penulisan ini bertujuan untuk :
 Menjelaskan tentang Peran Badan Pemeriksa Keuangan dalam Pemeriksaan
Pengelolaan Keuangan Negara.
 Menjelaskan tentang Peran Badan Pemeriksa Keuangan untuk Mewujudkan
Pemerintahan Yang Baik dan Bersih.

1.4 Manfaat Penulisan Laporan


Manfaat penulisan Laporan Kuliyah Kerja Lapangan antara lain adalah :
1. Bagi Penulis.
Laporan KKL ini merupakan salah satu syarat untuk penilaian dari
mata kuliah KKL sebagai prasyarat dalam menempuh kurikulum pada
fakultas ekonomi jurusan Ekonomi Akuntansi di Universitas Semarang.
dan sebagai pengantar bagi penelitian yang akan dilakukan mahasiswa
dalam penyusunan skripsi.
2 . Bagi Universitas Semarang.
Bagi Universitas Semarang Laporan KKL ini dapat dijadikan
Sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan untuk referensi dan
bahan masukan bagi pihak yang membutuhkan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keuangan Negara


2.1.1 Pengertian Keuangan Negara
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.(UU No. 17 tahun
2003)
Dengan demikian pengertian keuangan negara diatas meliputi hal-
hal sebagai berikut:
- hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedar-kan
uang, dan melakukan pinjaman;
- kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
- Penerimaan negara;
- Pengeluaran negara;
- Penerimaan daerah;
- Pengeluaran daerah;
- Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-
hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan negara;
- Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaran tugas pemerintahan dan atau kepentingan umum;
- Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
yang diberikan pemerintah.
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara
pada Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 ini adalah dari sisi objek,
subjek, proses dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan

3
keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang
fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengna pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara
meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki
negara, dan atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara..

2.1.2 Kepengurusan Keuangan Negara


Hak-Hak Negara
Hak-hak negara dalam hal ini adalah segala hak atau usaha yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengisi kas negara. Hak-hak
itu antara lain meliputi :
a) Hak Mencetak Uang
Pelaksanaan hak ini, sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang
Pokok Perbankan, diselanggarakan oleh Bank Indonesia, yang dalam
hal ini bertindak selaku Bank Sentral. Sedang proses pencetakan
uangnya dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Perum Peruri).
b) Hak Mengadakan Pinjaman
Hak pemeritah untuk mengadakan pinjaman ini meliputi baik
pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri. Pinjaman dalam
negeri dalam hal ini dapat dibedakan atas pinjaman jangka panjang dan
pinjaman jangka pendek.
c) Hak Menarik Pajak
Penyelenggaraan negara tidak bisa dipisahkan dari penarika pajak.
Sehubngan dengan itu, pajak adalah sumber penerimaan negara yang
paling penting

4
d) Hak Menarik Iuran dan Pungutan
Berbeda dengan pajak, yang tidak memiliki hubungan lagsung
dengan barang atau jasa yang diterima masyarakat dari pemerintah, hak
pemerintah menarik iuran dan pungutan ini memiliki kaitan langsung
dengan barang atau jasa yang diberikan pemerintah kepada
Kewajiban Negara
Kewajiban-kewajiban negara, dalam garis besarnya, dapat
dkelompokan atas dua bentuk kewajiban sebagai berikut (a) Kewajiban
menyelengarakan tugas-tugas negara dan (b) kewajiban membayar
tagihan-tagihan yang datang dari pihak ke tiga. Kewajiban
menyelengarakan tugas-tugas negara,secara yuridis,sepenuhnya
didasarkan atas amanat yang terkandung dalam pembukaan Undang-
undang dasar 1945 itu dapat di simpulkan, bahwa kewajiban-kewajiban
negara dalam hubungnya dengan penyelengaraan tugas-tugas
negara,meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa
c. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
Dalam pelaksanaanya, pelaksanaan kewajiban pemerintah bentuk
pertama ini, dapat dibedakan atas kewajiban-kewajiban pembangunan.
Bila kewajiban-kewajiban rutin dan kewajiban-kewajiban berkaitan
dengan pelaksanaan tugas sehari-hari pemerintah, maka kewajiban-
kewajiban pembangunan berkaitan dengan peranan pemerintah sebagai
salah satu pelaksanaan pembangunan.

5
BAB III
METODE PENULISAN LAPORAN KKL

3.1 Lokasi/ Obyek KKL


Kegiatan KKL Fakultas Ekonomi Jurusan S1 Akuntansi Universitas
Semarang dilakukan di Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Moch.
Toha No. 164, Bandung – Jawa Barat Telp. 022-5207294.

3.2 Jenis Data


1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dihasilkan dari objek penelitian secara
langsung dari responden, yaitu jawaban kuesioner angket tentang
supervisi, motivasi dan bimbingan. Disamping itu dengan cara
observasi, yaitu dengan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian dan interview, yaitu wawancara langsung dengan responden
guna mendapatkan informasi yang lebih terperinci dan mendalam.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari penelitian pustaka maupun dokumen yang
mendukung terhadap penjelasan yang lengkap mengenai pokok-pokok
permasalahan. Data sekunder ini diantaranya absensi guru, data hasil
pengamatan guru, dan referensi mengenai informasi yang bersangkutan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari sumber-sumber informasi
yang nantinya bisa digunakan sebagai data penelitian, salah satunya dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan data dari obyek penelitian.

6
2. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang sifatnya dokumen (tertulis), yaitu dengan
mencatat informasi yang berhubungan dengan objek penelitian, antara lain dari
catatan – catatan organisasi, foto, bagan, grafik yang berhubungan dengan
materi penelitian.

3.4 Analisis Data


Dari beberapa data yang kami dapatkan dari objek KKL tersebut, kami
dapat menganalisis data tersebut secara jelas dan singkat. Setelah kita
menganalisis data tersebut kita mengetahui prinsip-prinsip yang ada di BPK,
landasan hukum BPK, Visi dan Misi BPK, Struktur Organisasi BPK, Tugas BPK,
Wewenang BPK, serta jenis pemeriksaan BPK.

7
BAB IV
HASIL KKL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Sejarah BPK
Sejarah berdirinya Badan Pemeriksa Keuangan didasarkan pada
ketentuan pasal 23 ayat (5) UUD 1945 sebelum diamandemen. Berdasarkan
amanat UUD 1945 tersebut, diterbitkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/
OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa
Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara di kota
Magelang.
Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang
pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R.
Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan
suratnya Nomor 941 tanggal 12 April 1947 telah mengumumkan kepada
semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan
kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara,
untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang
dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan
Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR. Dalam Penetapan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat
kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke
Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap
mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai ketentuan Pasal 23 ayat (5)
UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat
berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung
mulai 1 Agustus 1949. Dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14
Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan
di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai
Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang

8
sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di
Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati
bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland
Indies Civil Administration (NICA).
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada
di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor menempati
bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas
Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta
dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor. Pada Tanggal 5 Juli 1959
dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali UUD
Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan
UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal
23 (5) UUD Tahun 1945. Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-
ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS
Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi
Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan
pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam amanat - amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg
Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta
resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-
keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga
dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada
tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun
1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) Nomor 6
Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru. Untuk
mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah Undang-undang Nomor 17 Tahun
Tahun 1965 yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin
Besar Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi

9
atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua
BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan
Menteri. Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No. X/ MPRS/ 1966
Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai
Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu
diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5
Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga
pemeriksa eksternal dibidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya
TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali
kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga
pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih
dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional. Untuk lebih
memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD
Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya diatur
dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD
1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga
pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat yang mendorong lahirnya tiga paket
Undang-Undang tentang Keuangan Negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Negara dan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

4.1.2 Visi dan Misi BPK RI


VISI
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong
terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

10
MISI
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara; dan

3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalah-


gunaan dan penyelewengan keuangan negara. sesuai dengan SK BPK RI.

4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 1
Struktur Organisasi

11
4.2 Deskripsi dan Analisis Data
4.2.1 Peran Badan Pemeriksa Keuangan dalam Melaksanakan Pemerik-
saan terhadap Pengelolaan Keuangan Negara
a) Tugas Badan Pemeriksa Keuangan
 Memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
& menyerahkan hasilnya kepada lembaga perwakilan dan
pimpinan entitas;
 Melaporkan kepada penegak hukum jika ditemukan unsur
pidana; dan
 Memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan & kerugian negara
serta menyampaikannya kepada lembaga perwakilan.

b) Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan


 Menentukan objek, rencana, metode, dan hasil pemeriksaan;
 Meminta keterangan dan/atau dokumen
 Menetapkan standar & kode etik pemeriksaan;
 Menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh
perbuatan melawan hukum
 Memberikan keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai
keuangan negara/daerah.

4.2.2 Peran Badan Pemeriksa Keuangan dalam Pemeriksaan Pengelo-


laan Keuangan Negara
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan BPK
mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara

12
yang hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya untuk ditindaklanjuti. Apabila dalam pemeriksaan
ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling
lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut untuk
dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas Pemeriksaan, BPK berwenang :
 Menentukan menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan
serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;
 Meminta keterangan atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara;
 Melakukan pemeriksaan di tempat periyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,
surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
 Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan ke-pada
BPK;
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
 Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
 Menggunakan tenaga ahli dan/ atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK;

13
 Membina jabatan fungsional Pemeriksa;
 Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
 Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah.
Dalam hal penyelesaian kerugian negara/daerah, BPK berwenang untuk
menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh
bendahara, pengelola Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,
dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan
negara serta memantau penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang
ditetapkan oleh Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan
pejabat lain, pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada
bendahara, pengelola Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,
dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah
ditetapkan oleh BPK serta pelaksanaan pengenaan ganti kerugian
negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap untuk diberitahukan secara tertulis kepada
DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Selain itu BPK juga mempunyai kewenangan untuk memberikan
pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara Lain, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, dan lembaga atau
badan lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaannya, memberikan
pertimbangan atas penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah serta memberikan keterangan ahli
dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/daerah.

 Pemeriksaan yang sudah dan sedang dilaksanakan pada TA 2014.


 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
 Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan Air Bersih

14
 Pemeriksaan atas Pendapatan Hotel dan Restoran
 Pemeriksaan Kinerja Revitalisasi Terminal
 Pemeriksaan Penghitungan Kerugian Daerah

LKPD WTP WDP TW TMP Jumlah

2010 - 26 - 1 27

2011 3 24 - - 27

2012 3 24 - - 27

2013 6 19 - 2 27

Tabel 1
Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Jawa Barat.

pemerintah tingkat provinsi dan kota rata2 memperoleh opini yang lebih baik
dibanding pemerintah tingkat kabupaten. (Sumber IHPS I 2014 BPK RI)

15
BAB V
KESIMPULAN

BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Tugas dari BPK adalah
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara & menye-
rahkan hasilnya kepada lembaga perwakilan dan pimpinan entitas;
2. Melaporkan kepada penegak hukum jika ditemukan unsur pidana; dan
3. Memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan & kerugian negara serta
menyampaikannya kepada lembaga perwakilan.

 Dalam melaksanakan tugas Pemeriksaan, BPK berwenang :


 Menentukan menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksa-
nakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta
menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;
 Meminta keterangan atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara;
 Melakukan pemeriksaan di tempat periyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,
surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
 Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan ke-pada
BPK;

16
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
 Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
 Menggunakan tenaga ahli dan/ atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK;
 Membina jabatan fungsional Pemeriksa;
 Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

17

Anda mungkin juga menyukai